PoV Ardan 6Apes sekali nasibku! Aku tidak berhasil merampas kunci mobil itu dari tangan Keyla. Soni selalu saja menghalangiku. Ketika aku mau pulang ke rumah, aku baru ingat kalau aku ke sini menebegng sepeda motor Ira. Aku mencari Ira kemana-mana. Sudah ku hubungi gawainya, ku telepon dan ku kirimi pesan tapi tidak di jawabnya. Kemana orang itu! Meninggalkanku begitu saja di sini. Sedangkan aku baru saja kehilangan mobilku. Mana sudah beberapa hari aku tidak masuk kerja. Aku sudah mendapatkan surat peringatan pertama dari atasanku tempatku bekerja. Ini semua gara-gara aku mengurus perceraianku dengan Keyla dan Ira pun makin lama makin susah di atur.Setelah hampir satu jam ke sana kemari mencari Ira dan tidak menemukannya, kuputuskan untuk pulang ke rumah dengan memesan ojek online. Salahku juga sih tadi aku terlalu jujur dengan Ira. Mungkin dia marah dan merajuk, jadinya aku di tinggalkan sendiri di sini. Habis dia bertanya terus, aku bingung mau menjawab apa! Ya sudah jujur saja.
PoV KeylaAkhir pekan, hari yang di tunggu semua pegawai karena libur dua hari. Hari Sabtu dan Minggu. Hari Sabtu ini kugunakan untuk menemani ibu ke kampung. Rencana Juragan Hardi akan menemui ibu, melihat-lihat, dan mengukur sawah yang ibu punya. Pada mulanya aku ingin pergi berdua saja dengan ibu mengendarai mobilku tapi dengan berbagai pertimbangan aku belum terlalu lihai menyetir dan mengendarai mobil jarak jauh, akhirnya Soni memutuskan untuk menemani dan mengantarkan kami.“Semua sudah siap?” tanya Soni di depan kemudi. Aku duduk di sebelah Soni dan ibu duduk di belakang.“Sudah dong.” Aku dan ibu serempak menjawab.“Berapa lama kita akan sampai di sana?” Soni bertanya lagi dengan antusias. "Sekitar satu jam lebih," jawab ibu sambil membenarkan hijabnya yang bermotif bunga-bunga. "Soni jarang main ke desa ya?" tanyaku lagi. "Jarang banget Key, keluargaku sudah banyak yang pindah ke kota semua termasuk oma dan opaku. Makanya aku bersemangat banget mengantarkan kamu dan ibu p
Melunasi UtangPoV KeylaHari ini sesuai dengan amanah dan permintaan ibu, aku akan melunasi utang di bank. Dengan di temani Soni dan walaupun prosesnya rumit karena pihak bank pada mulanya tidak mau menerima pelunasan utang tersebut. Hingga akhirnya aku terkena denda pilnalti sebanyak tujuh persen dari utangku beserta bunganya. Aku mengabari ibu, kata ibu tidak apa-apa jika harus terkena pilnalti, yang penting utangku lunas di bank dan gajiku perbulan tetap utuh tanpa potongan tanggungan apapun.Setelah menunggu proses persetujuan sampai kepala bank harus turun tangan, akhirnya di sepakatilah bahwa hari ini utangku lunas. Jadi aku hanya setahun ini menanggung utang di bank. Tidak jadi lima belas tahun seperti perjanjian awal. Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa. Begitu lega, hilang semua bebanku. Berkat doa dan usaha ibu. Tentunya hidup akan tenang tanpa utang riba. Ibu pun berpesan kepadaku agar jangan sampai lagi terjerumus utang di bank atau di koperasi apala
Mau tak mau hari ini aku harus masuk kerja karena aku sudah dua kali mendapatkan surat peringatan. Sudahnya persediaan uangku habis, tapi tanggal gajian masih lama karena ini masih pertengahan bulan. Aku baru ingat aku pergi ke kantor naik apa ya? Kan mobilku sudah di sita koperasi sialan sewaktu Keyla masih istriku, dan sekarang mobilku malah di ambil Keyla. aduh, aku harus bisa merebut mobil itu lagi. Aku biasa berangkat kerja jam tujuh pagi, sedangkan Ira masuk kerja jam sembilan. Aku mau minta tolong Ira untuk mengantarkanku kerja. Tapi yang kudapati Ira masih molor! Boro-boro mau mengantarkanku ke kantor, membuatkanku sarapan saja tidak!"Ra, bangun dong. Abang mau berangkat kerja dulu nih. Anterin abang dong!" Aku membangunkan Ira yang masih mendengkur. "Hmmmm, abang ngapain sih minta tolong Ira buat nganterin. Abang kan bisa berangkat sendiri." Ira malah menggeliat manja. "Tapi kan Ira tahu sendiri. Abang nggak punya kendaraan lagi. Motor abang di sita, mobil juga di ambil
Bertemu dengan Calon MertuaPoV Author“Wa alaikumsalam," jawab seseorang dari dalam. Pintu rumah pun terbuka. Wanita paruh baya muncul dari dalam. Bi Inah, asisten rumah tangga yang sudah mengabdi selama puluhan tahun di keluarga Soni menyambut kedatangan Keyla dan Soni.“Wah den Soni tho yang datang! Kok nggak ngabarin kami?” sambut bi Inah dengan tersenyum lebar. Wah den Soni membawa siapa nih? Jangan-jangan calon den Soni ya? Ehm, ehmm.” Bi Inah menambahkan.“Soni emang sengaja bi nggak ngabarin orang rumah. Hehe iya nih, kenalkan calonnya Soni. Namanya Keyla," jawab Soni dengan bangga.“Keyla, bi.” Keyla menyalami bi Inah.“Saya bi Inah, asisten setianya den Soni," balas bi Inah dengan sumringah. “Ayu banget lho calonmu den, pinter banget den Soni milih cewek. Hehehe. Ayo masuk.” Ajak bi Inah.Mereka berjalan memasuki rumah Soni.“Kok sepi rumah sepi banget bi? Mami dan papi pada kemana?” tanya Soni dengan terheran-heran.“Ah, biasa nengokin bisnisnya. Den Soni sih nggak ngabarin
PoV KeylaAku dan Soni memasang iklan dimana-mana, secara media cetak ataupun online untuk menjual mobilku. Aku takut kalau kata-kata ibu akan menjadi kebenaran. Suatu saat bang Ardan bisa mengamuk dan mengambil paksa mobilku.Setelah beberapa minggu, akhirnya ada pesan whatsapp yang masuk bahwa dia berminat untuk membeli mobilku. Sebelum deal tentu saja dia ingin melihat dulu bagaimana kondisi mobilku. Maklum, kan aku menjual mobil seken alias mobil setengah pakai.Mbak Agni namanya, orang yang ingin membeli mobilku. Sore ini dia mampir ke rumahku. Wanita cantik yang berpenampilan kasual dan kuperkirakan umurnya di bawahku, ya mungkin hampir usia dua lima.“Selamat sore, bisa saya berbicara dengan mbak Keyla?” tanya wanita itu dengan ramah.Aku yang duduk di teras sambil menikmati secangkir kopi cappuccino hangat dan membaca majalah wanita menghampirinya.“Selamat sore, ya dengan saya sendiri," jawabku seraya menyalaminya. “Mbak Agni kan ini yang mau melihat-lihat mobil yang akan say
Bang Ardan mau berangkat ke kantor, dia membangunkanku untuk mengantarkannya kerja. Uh malas sekali aku, karena malam tadi aku baru saja lembur. Jam sebelas malam aku baru pulang. Sedangkan bang Ardan jam setengah tujuh pagi sudah membangunkanku! Langsung saja kutolak kemauannya untuk mengantarkannya kerja! Mengganggu orang tidur saja tahu! Tidak mengerti kah dia kalau aku masih bekerja juga walau dalam keadaan mengandung! Biar saja sana dia mau jalan kaki berangkat ke kantor, aku tak peduli! Suruh siapa mobilnya bisa di sita Keyla. Salah dia sendiri dong nggak bisa mempertahankan. Dasar pria lemah! Apes banget sih aku bisa menikah dengan bang Ardan! Andai saja aku tidak sedang mengandung anak bang Ramon, mungkin sudah kutinggalkan saja dia! Apa mesti nanti setelah anakku lahir aku menggugat cerai dia saja ya? Coba kalian bayangkan, mana sanggup aku hidup dengan suami yang bergaji kecil dan tidak ada usaha sama sekali untuk menambah penghasilan!Siang hari ketika jam istirahat tiba, a
PoV Keyla“Ih dasar cowok nggak tahu malu, udah jelas kan di pengadilan kemarin kalau mobil ini di serahkan kepadaku. Kamu itu budeg atau pura-pura nggak denger apa!” kataku turun dari sepeda motorku sambil berkacak pinggang.“Tapi kemarin kan kita utang ke banknya bareng-bareng," jawab bang Ardan tak mau kalah. Ya siapa lagi pria gembel dengan penampilan tak terawat dan tak tahu malu itu kalau bukan bang Ardan!“Yee tapi kan uang gajiku di potong untuk membayar cicilan bank. Kamu mana pernah membantuku membayar! Kamu yang memakai dan menikmati mobilnya, aku yang susah menyicil tiap bulannya!” balasku dengan sengit.“Halah, kamu lupa ya sudah Key? Bukannya orangtuaku udah bantuin kamu buat bayar cicilan banknya?” Bang Ardan terus mencoba melawanku“Iya memang, tapi cuma dua kali aja. Bukannya itu emang kewajiban kamu untuk ikut membayar, kan kamu juga yang make. Terus pas kamu ketahuan udah nikah dengan gundikmu itu, orangtua stop sama sekali mengirimkan uang kepadaku, "kataku dengan
Bu Arni memang tidak bisa berkata-kata lagi. Wanita paruh baya yang bertubuh subur ini tak bisa lagi membendung kepergian putra pertamanya itu. Hatinya terasa tercabik-cabik ketika melihat putranya memutuskan pergi bersama orang-orang yang dicintainya. "Sudahlah, Mi. Biarkan Soni pergi bersama istri dan anak-anaknya. Mereka adalah tanggung jawab Soni saat ini. Soni tidak bisa mementingkan kita lagi. Bukan tidak sayang kepada kita. Namun jelas saja dia takut berdosa kalau menelantarkan anak dan istrinya. Tolong jangan buat Soni memilih kita orangtuanya atau istrinya. Sungguh sampai mati pun pasti Soni tidak akan pernah bisa memilihnya. Semuanya ada porsinya masing-masing dan kini Soni sudah mempunyai prioritas," jelas Pak Sofyan memberi nasihat kepada istrinya dengan lembut. Dulu Pak Sofyan memang membela istrinya. Namun semenjak kepergian Keyla membawa serta anak-anaknya dan pengasuh anaknya, lelaki tua itu baru memahami masalah apa yang terjadi di antara anak, istri, dan menantunya
Kedua kuli angkut itu saling berpandangan, mereka tidak tau masalah apa yang terjadi antara Soni dan ibunya. Mereka hanya diam, tidak ada satupun yang berani menyahut. "Ngapain kalian mengangkat barang-barang anakku? Emangnya siapa yang menyuruh kalian?" hardik Bu Arni berang. Bu Arni benar-benar terkejut ketika di luar tadi ia melihat truk yang terparkir di depan rumahnya. Truk tersebut sudah hampir penuh dan tinggal barang yang besar saja lagi. Soni yang mendengar teriakan Maminya langsung turun dari lantai dua dan menemui Maminya. "Soni akan pindah dari rumah ini, Mi. Soni pengen hidup mandiri bersama istri dan anak-anak," jawab Soni dengan tegas. Bu Arni terkejut namun kemudian ia menatap sinis putranya. Wanita paruh baya itu yakin kalau sang menantu lah yang membujuk putranya untuk pindah dari rumahnya. Padahal ia berharap Soni bisa berpisah dari Keyla. Menurutnya sifat Keyla tidak seperti yang ia harapkan. Rencananya ia akan menjodohkan Soni dengan anak temannya. "Kan ruma
PoV AuthorSoni meminta Keyla untuk tinggal sementara di rumah Ibunya dulu sebelum ia menemukan rumah kontrakan untuk mereka berempat. Soni juga membicarakan hal ini kepada Ibu mertuanya. Bu Mona menyambut haru niat baik menantunya itu. "Alhamdulillah, kalau begitu. Ibu senang sekali mendengarnya, Son. Ibu akan dukung niat baik kamu," kata Bu Mona dengan mata berkaca-kaca. Keyla terharu mendengarkan ucapan Ibunya. Begitu juga dengan Soni. Pria itu meminta maaf yang sebesar-besarnya kepada kedua wanita yang sudah menjadi bagian hidupnya itu. "Iya, Bu. Makasih banyak atas dukungannya. Soni meminta maaf kepada Keyla dan Ibu atas kesalahan Soni yang tidak tegas selama ini," jawab Soni dengan penuh penyesalan. "Iya, Nak. Kami sudah memaafkanmu. Yang penting jangan pernah diulangi lagi kesalahanmu. Ingat, sekarang kamu hidup dengan istri dan anak-anakmu. Bukan berarti Ibu menyuruh kamu melupakan kedua orangtuamu. Tetaplah berbuat baik kepada mereka, tetapi prioritaskan anak dan istri ka
PoV Soni Beberapa menit kami terdiam. Memang aku tau Bu Mona sulit menjawab pertanyaan dariku. Aku mengerti bukan berarti beliau menghalangiku bertemu dengan putri dan cucu-cucunya. Memang masalah yang kualami ini cukup pelik. Sehingga Bu Mona pun perlu waktu untuk berpikir. "Sebenarnya bukan ranah Ibu ikut campur dengan urusan kalian. Kalian sudah dewasa, sudah berumah tangga, dan mempunyai dua anak yang lucu. Ibu hanya ingin yang terbaik bagi putri tunggal Ibu dan cucu-cucu Ibu. Kamu tau? Sampai saat ini pun, Ibu enggak ada menanyakan soal masalah yang kalian hadapi kepada Keyla. Ibu tak mau pikiran Keyla terbebani karena pertanyaan dari Ibu," jawab Bu Mona yang sepertinya sudah berpikir dan mengatur kata-kata yang keluar dari mulutnya. Wanita paruh baya itu bukanlah tipe yang suka menyalahkan orang lain. Makanya beliau berkata juga tidak akan menyakiti perasaan orang lain apalagi perasaanku. Tidak seperti Mamiku yang asal nyablak saja. Tidak peduli bagaimana perasaan orang lain
PoV Soni "Mami jahat! Kenapa Mami menahan Soni untuk mengejar kepergian Keyla? Keyla itu istri Soni, Mi. Apalagi Soni juga sudah punya anak. Nanti dikira Ibunya Keyla, Soni lelaki yang enggak bertanggung jawab," kataku melampiaskan kekesalanku pada Mami. Sedari awal memang Mami tidak terlalu suka dengan Keyla. Malah belakangan ini terungkap kalau Mami dulu terpaksa menyetujui pernikahanku dengan Keyla karena aku sudah terlanjur cinta dengan wanita yang telah memberiku anak kembar itu. "Kamu itu gimana, Soni? Lagipula yang dikatakan adikmu itu benar! Dia telah melihat Keyla berselingkuh dengan mantan suaminya. Mau jadi apa keluarga kita kalau ada perempuan yang selingkuh? Keyla itu sama saja dengan menaruh kotoran di wajah Mami. Mau kamu pertahankan perempuan seperti dia? Padahal sudah Mami bilang jangan pernah menikah dengan janda. Tapi waktu itu kamu kekeuh ingin menikah dengannya karena kamu juga waktu itu sedang di mabuk cinta," sahut Mami yang marah. Ya Allah, kenapa jadi kaca
PoV ArdanAku begitu iba melihat wanita yang membawa seorang anak balita itu sedang mengamen. Siang hari cuacanya panas begini. Penampilannya begitu memprihatinkan. Bajunya sudah kubas, kumal, dan kotor. Kulit mereka juga gosong karena terbakar matahari, rambut mereka yang asalnya hitam kini memerah, dan tubuh mereka terlihat kurus. Ya Allah, malang nian nasib mereka. Kemudian kedua ibu dan anak itu menepi ke pinggir jalan dan kemudian mereka duduk bersandar di sebuah pohon yang ada di pinggir jalan. Wanita itu kemudian menyeka keringatnya yang menetes membasahi keningnya dengan kain gendongan anaknya. Sementara itu anaknya ia turunkan dari gendongan dan meminta botol dot yang berisi susu. Anak perempuan itu pun melahap susu di botol dot dengan lahap. Sepertinya ia sangat lapar dan haus. Maklum cuaca hari ini begitu panas dan terik dari biasanya. Aku pun menghampiri mereka. Aku kasihan sekali. Aku menyesal dulu karena mengusir wanita itu. Ya, wanita yang dulu pernah menemani hidupk
PoV ArdanAku memang sudah dinyatakan sembuh dari Rumah Sakit Jiwa. Aku ingin memulai hidup baru dan mencari pekerjaan. Entah mengapa, sulit sekali mencari pekerjaan. Tidak semudah membalikkan telapak tangan.Akhirnya aku memutuskan untuk kembali mengamen di lampu merah. Padahal aku ingin sekali pulang ke rumah Mamah dan Papahku. Tetapi itu tidak mungkin. Aku malu. Terlebih lagi aku tidak mau merepotkan mereka dengan kehadiranku. Aku takut kalau hanya akan menambah beban mereka saja. Apalagi saat ini aku tidak mempunyai pekerjaan. Aku kembali menjadi gelandangan yang tidur di sana sini. Yang pastinya aku tidur berpindah tempat dan tidak menetap.Aku terkejut sekali, ternyata aku bertemu dengan mantan istriku. Kalian tau tidak? Dia terlihat makin cantik dengan penampilannya setelah menikah lagi. Aku begitu menyesal karena dulu aku pernah meninggalkannya dan berselingkuh dengan wanita lain.Padahal Keyla sudah mempunyai anak. Tetapi bodynya masih langsing dan tidak terlihat seperti habi
PoV KeylaPerjalanan menuju rumah ibuku yang memakan waktu kira-kira setengah jam. Bukannya aku bermaksud menjadi seorang istri yang durhaka. Namun saat ini, Mas Soni tidak bisa diajak kompromi. Biarlah aku pergi dulu dan kami sama-sama bisa menenangkan diri agar bisa berpikir lebih jernih. "Bu, anak-anak tidur malah tidur lagi," kata Mbak Surti setelah dia menengok anak-anak yang duduk di carseat di bangku bagian tengah."Alhamdulillah, kalau tidur lagi. Enggak papa, Mbak. Mungkin tadi pas tidur sama Mbak cuma sebentar aja kan?" tanyaku yang masih fokus menyetir. "Iya, Bu. Bener banget." "Oke. Nanti kamu ambil ASI yang sudah kuperah tadi di dalam tas box pendingin. Terus kasihkan buat Kenzo dan Kenzi. Jangan lupa di tuang ke dalam botol dot yang sudah bersih dan di steril." "Beres deh, Bu. Siap." Alhamdulillah ASI ku lancar dan masih mengalir cukup deras. Walau harus disambi dengan menggunakan tambahan susu formula. Katanya anak kembar laki-laki menyusunya lebih kuat. Aku tidak
PoV Keyla Mas Soni memang terkejut mendengar kata-kata yang dilontarkan adiknya. Apa mungkin aku selingkuh dan kembali lagi kepada Bang Ardan. Sekarang dia malah meminta bukti kalau aku benar-benar tidak selingkuh dari mantan suamiku itu. "Apa benar yang dikatakan oleh adikku itu, Key?" tanya Soni sambil menatap kedua mataku dengan tajam. "Enggak, Mas. Ini fitnah, Mas. Makanya tadi aku bilang, terserah Mas Soni saja! Mau percaya atau enggak. Yang penting aku udah mencoba untuk jujur," balasku yang tidak gentar dituduh oleh Roni. Adik iparku itu malah tersenyum bangga. Rupanya ia senang kalau rumah tangga kakak iparnya hancur. Awas saja kalau kamu bisa membuat rumah tanggaku hancur. Aku enggak akan segan-segan bikin perhitungan sama kamu."Kalau kamu benar, tunjukkan buktinya padaku." Mas Soni meminta kembali bukti kalau aku tidak berselingkuh dengan mantan suamiku. "Bukti apa maksud kamu, Mas? Aku kan sudah bilang kalau aku tidak sengaja bertemu dengan Bang Ardan. Tetapi aku juga e