PoV ArdanHasil tes DNA akan keluar dua minggu lagi. Lama banget sih apa nggak bisa di percepat aja, ya? Aku kan penasaran. Tapi aku mencintai Ira. Kalau nanti keluar hasilnya dia bukan anakku gimana ya? Apa aku sanggup menerima kenyataan? Entahlah belum terlintas masih di otakku, apa keputusanku kelak. Aku ke kamar perawatan Ira untuk tidur menemani Mamah menjaga Ira. Sedangkan Papah memilih untuk kembali ke rumah mengambil baju-baju kami. Aku melihat Mamah tertidur di ranjang penunggu pasien pojok kamar. Ira juga tertidur, mungkin kelelahan sehabis menjalani operasi caesar. Jam dinding menunjukkan pukul tiga dini hari. Aku memutuskan untuk tidur di sofa. Untung Mamah dan Papahku menyewa kamar VIP, jadi ukuran kamarnya lumayan luas. Jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi ketika aku membuka mata. Sementara Ira di cek keadaannya oleh suster. Pramusaji membawakan makanan pasien untuk Ira. Kulirik makanannya, nasi hangat, sop daging, dan buah apel. Setelah keadaan Ira di cek, Mamah de
PoV ArdanSudah lima hari Ira di rawat di rumah sakit. Hari ini dia di izinkan untuk pulang. Tentu saja kami berdua bahagia walaupun ada perasaan yang masih mengganjal di hatiku, kalau Adara bukan anakku. Mamah akan membantu Ira menjaga Adara. Dua minggu akhirnya berlalu, bagiku berjalan begitu lambat. Mungkin karena menunggu. Papah menyuruhku mengambilnya sendiri karena Papah ada bisnis yang harus beliau kerjakan. Maka kuputuskan akan mengambil suratnya setelah pulang kerja. Dengan perasaan deg-degan, aku ke rumah sakit sendiri. Dan dengan cepat aku ke bagian resepsionis. "Selamat Sore Pak, ada yang bisa saya bantu?" sapa resepsionis itu dengan ramah. "Eh, selamat sore Mbak. Saya mau mengambil hasil tes DNA atas nama Ardan dengan bayi dari Ibu Ira," jawabku gugup. "Tunggu sebentar ya, Pak." Resepsionis tersebut berlalu. Dia menuju brankas tempat di simpannya berkas-berkas penting. "Ini Pak." Resepsionis itu menyerahkan sebuah amplop berwarna putih padaku. Aku menerimanya deng
PoV Author Soni dan Mita langsung menemui Keyla yang sedang terbaring lemah di ruang perawatan. Dia sudah di pindahkan dari ruang IGD. "Aku dimana?" tanya Keyla sambil membuka matanya. "Kamu di rumah sakit, Sayang," jawab Soni dengan lembut. "Aku kenapa Mas, kok bisa di rumah sakit? Bukankah kita tadi lagi di kantor?" Keyla merasa kepalanya masih pening dengan selang infus yang menancap di tangan kirinya. "Kamu setelah ini harus banyak istirahat ya. Kalau di kantor nanti nggak usah ngambil lembur." Soni membelai rambut Keyla. "Kok kamu jadi over protektif gini Mas, aku nggak apa-apa kok. Aku baik-baik aja. Mungkin hanya lemas." Soni tersenyum. Belum sempat Soni memberi tahukan kepada istrinya tentang kabar bahagia itu. Dokter dan perawat masuk ke ruangan untuk memeriksa keadaan Keyla. "Alhamdulillah, keadaan Ibu Keyla sudah mendingan. Selamat ya Bu. Ibu sedang mengandung. Tolong di jaga baik-baik ya kandungannya," kata Dokter Yudi yang dulu pernah merawat Keyla. "Hah? Yang be
POV IRAAku sudah mengira bahwa Bang Ardan akan mengetahui kalau anak yang ku kandung bukan anaknya. Aku sudah mempunyai kekasih cadangan. Ya, rekan kerjaku di toko kue yang bernama Mas Erwin. Flashback --Mas Erwin sebenarnya sudah mempunyai istri tetapi istrinya sakit-sakitan, jadinya tidak bisa melayaninya. Aku sekarang menjadi simpanan Mas Erwin karena Bang Ardan tidak bisa memberikanku nafkah secara penuh. Walaupun aku dalam keadaan hamil, tetapi Mas Erwin bisa menerima keadaanku. Kami pun bercinta dengan hot di sebuah hotel paling tidak seminggu sekali. Jelas perselingkuhan ini aku tutup dengan rapi agar Bang Ardan tidak curiga kepadaku. Jujur saja, gaji Bang Ardan yang tidak seberapa di tambah kebutuhan rumah tangga yang makin hari makin melejit harganya. Apalagi Bang Ardan menyuruhku memakai gajiku juga untuk biaya kebutuhan pokok. Jelas aku tidak sanggup! Karena selama ini aku memakai gajiku untuk keperluan pribadiku saja. Bukan untuk kebutuhan pokok. Terus apa fungsinya d
PoV IraAku segera membereskan baju-bajuku dan memasukkannya ke koper. Buat apa aku tinggal sini lagi. Toh suami dan mertuaku tidak menghargaiku lagi. Aku menelepon Mas Erwin karena sesuai dengan dugaanku kalau Bang Ardan akan menceraikanku. [Mas, bisa jemput aku nggak sekarang?] Aku menelepon Mas Erwin sesudah Bang Ardan mengucapkan talak untukku. [Iya, tunggu sebentar ya sayang. Mas masih ada yang di urus nih.] Mas Erwin segera menjawab teleponku. [Huhuhuhu, cepetan Mas jemput Ira. Ira udah nggak tahan lagi tinggal di sini.] [Iya, iya sabar dikit napa Ra! Mas kan juga ada kesibukan lain] Pip. Telepon di matikan secara sepihak oleh Mas Erwin. Semoga saja dia berkata benar. Aku hanya berdiam diri saja di kamar bersama anakku. Malas sekali keluar. Aku sudah muak dengan Bang Ardan! Bukankah dia juga ikut menanam benih di rahimku? Kok sekarang mengakui anak saja tidak mau, ya walaupun itu bukan anaknya.Aku sungguh terkejut bukan main. Bang Ardan dan Papah mertuaku melakukan tes D
Pov KeylaAku dan Mas Soni pulang dari berbelanja keperluan rumah tangga bulanan di sebuah swalayan. Kenzi dan Kenzo kami titipkan kepada Ibu. Pada mulanya, kami ingin membawa kedua anak kembar kami. Tapi ibu melarangnya. Takut anak-anak kami kenapa-napa karena masih bayi apalagi kami akan membawa banyak barang-barang sembako. Kami akan makan di sebuah kafe. Mengenang nostalgia dimana kami bertemu pertama kali eh maksudnya bertemu di luar jam kantor. Ini kali pertama juga semenjak kami mempunyai bayi kami berkencan berdua. Karena selama empat bulanan ini, kami di sibukkan oleh rutinitas mengurus bayi dan pekerjaan di kantor yang tiada habisnya. Namun beberapa kilometer sebelum sampai di kafe. Lampu lalu lintas menunjukkan lampu merah yang artinya kita harus harus berhenti. Aku melihat sosok yang begitu kukenal. Sedang duduk di trotoar perempatan lampu merah sambil memakan nasi bungkus. Lelaki itu mengenakan kaos dan juga celana pendek. Mau di sebut gelandangan, penampilannya juga ti
PoV Ira“Jadi nenek tua kayak kamu istrinya Mas Erwin?” Kataku kaget bukan kepalang. Sampai detik ini otak dan logikaku menolak kalo wanita yang di hadapanku ini istrinya Mas Erwin.“Iya! Aku istrinya Erwin. Istri sah Erwin! Kamu tuh cuma pelakor yang merusak rumah tangga kami!” hardik wanita itu.“Ta, tapi Mas Erwin bilang kalo dia bujangan," jawabku membela diri.“Ya iyalah sama kamu ngakunya bujangan! Siapa sih laki-laki yang menolak ketika di sodorkan tubuh wanita lont* macam kamu hah!”Aku menelan ludah. Tega sekali Mas Erwin membohongiku.“Denger baik-baik jal*ng! Jauhi Erwin! Inget semua harta kekayaan dan uang yang Erwin punya dan di kasihkan ke kamu itu semuanya dariku! Ketika Erwin menjadi suamiku dia hanyalah orang miskin yang bekerja padaku! Tanpa uang dariku dia bukan apa-apa!”“Oh iya, sampai lupa. Perkenalkan namaku Dinar. Kalau kamu masih macam-macam dengan suamiku, aku nggak akan segan memviralkan kelakuan kalian. Dan aku juga tidak akan main-main untuk menendang Erwi
Aku sudah melayangkan gugatan cerai kepada Ira. Hatiku terlanjur sakit. Selama ini aku sudah di tipunya. Anak yang dia kandung ternyata bukan anakku. Padahal aku senang sekali sewaktu mendengar dia hamil. Tetapi nyatanya aku lagi-lagi zonk.Aku tidak menyangka bahwa awal pertemuanku dengan Ira adalah awal petaka rumah tanggaku dengan Keyla. Wanita itu sungguh menggoda imanku. Dengan lekukan tubuhnya maupun rayuan mulut manisnya yang membuatku terbuai akan janjinya. Tidak seperti Keyla yang hanya sibuk bekerja dan bekerja. Ku akui gajiku juga sebenarnya hanya cukup untuk membiayai kebutuhanku saja. Sedangkan untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga kami, Keyla lah yang mencukupinya dengan gaji PNS nya. Jujur aku bukanlah suami yang bertanggung jawab. Aku malah menyuruh Keyla untuk berhutang membeli mobil yang ujung-ujungnya kupakai berselingkuh. Sedangkan Keyla kubiarkan saja dia pontang-panting membayar hutang kami. Ku dengar dia ada bisnis sampingan tapi aku tidak peduli dan aku tidak
Bu Arni memang tidak bisa berkata-kata lagi. Wanita paruh baya yang bertubuh subur ini tak bisa lagi membendung kepergian putra pertamanya itu. Hatinya terasa tercabik-cabik ketika melihat putranya memutuskan pergi bersama orang-orang yang dicintainya. "Sudahlah, Mi. Biarkan Soni pergi bersama istri dan anak-anaknya. Mereka adalah tanggung jawab Soni saat ini. Soni tidak bisa mementingkan kita lagi. Bukan tidak sayang kepada kita. Namun jelas saja dia takut berdosa kalau menelantarkan anak dan istrinya. Tolong jangan buat Soni memilih kita orangtuanya atau istrinya. Sungguh sampai mati pun pasti Soni tidak akan pernah bisa memilihnya. Semuanya ada porsinya masing-masing dan kini Soni sudah mempunyai prioritas," jelas Pak Sofyan memberi nasihat kepada istrinya dengan lembut. Dulu Pak Sofyan memang membela istrinya. Namun semenjak kepergian Keyla membawa serta anak-anaknya dan pengasuh anaknya, lelaki tua itu baru memahami masalah apa yang terjadi di antara anak, istri, dan menantunya
Kedua kuli angkut itu saling berpandangan, mereka tidak tau masalah apa yang terjadi antara Soni dan ibunya. Mereka hanya diam, tidak ada satupun yang berani menyahut. "Ngapain kalian mengangkat barang-barang anakku? Emangnya siapa yang menyuruh kalian?" hardik Bu Arni berang. Bu Arni benar-benar terkejut ketika di luar tadi ia melihat truk yang terparkir di depan rumahnya. Truk tersebut sudah hampir penuh dan tinggal barang yang besar saja lagi. Soni yang mendengar teriakan Maminya langsung turun dari lantai dua dan menemui Maminya. "Soni akan pindah dari rumah ini, Mi. Soni pengen hidup mandiri bersama istri dan anak-anak," jawab Soni dengan tegas. Bu Arni terkejut namun kemudian ia menatap sinis putranya. Wanita paruh baya itu yakin kalau sang menantu lah yang membujuk putranya untuk pindah dari rumahnya. Padahal ia berharap Soni bisa berpisah dari Keyla. Menurutnya sifat Keyla tidak seperti yang ia harapkan. Rencananya ia akan menjodohkan Soni dengan anak temannya. "Kan ruma
PoV AuthorSoni meminta Keyla untuk tinggal sementara di rumah Ibunya dulu sebelum ia menemukan rumah kontrakan untuk mereka berempat. Soni juga membicarakan hal ini kepada Ibu mertuanya. Bu Mona menyambut haru niat baik menantunya itu. "Alhamdulillah, kalau begitu. Ibu senang sekali mendengarnya, Son. Ibu akan dukung niat baik kamu," kata Bu Mona dengan mata berkaca-kaca. Keyla terharu mendengarkan ucapan Ibunya. Begitu juga dengan Soni. Pria itu meminta maaf yang sebesar-besarnya kepada kedua wanita yang sudah menjadi bagian hidupnya itu. "Iya, Bu. Makasih banyak atas dukungannya. Soni meminta maaf kepada Keyla dan Ibu atas kesalahan Soni yang tidak tegas selama ini," jawab Soni dengan penuh penyesalan. "Iya, Nak. Kami sudah memaafkanmu. Yang penting jangan pernah diulangi lagi kesalahanmu. Ingat, sekarang kamu hidup dengan istri dan anak-anakmu. Bukan berarti Ibu menyuruh kamu melupakan kedua orangtuamu. Tetaplah berbuat baik kepada mereka, tetapi prioritaskan anak dan istri ka
PoV Soni Beberapa menit kami terdiam. Memang aku tau Bu Mona sulit menjawab pertanyaan dariku. Aku mengerti bukan berarti beliau menghalangiku bertemu dengan putri dan cucu-cucunya. Memang masalah yang kualami ini cukup pelik. Sehingga Bu Mona pun perlu waktu untuk berpikir. "Sebenarnya bukan ranah Ibu ikut campur dengan urusan kalian. Kalian sudah dewasa, sudah berumah tangga, dan mempunyai dua anak yang lucu. Ibu hanya ingin yang terbaik bagi putri tunggal Ibu dan cucu-cucu Ibu. Kamu tau? Sampai saat ini pun, Ibu enggak ada menanyakan soal masalah yang kalian hadapi kepada Keyla. Ibu tak mau pikiran Keyla terbebani karena pertanyaan dari Ibu," jawab Bu Mona yang sepertinya sudah berpikir dan mengatur kata-kata yang keluar dari mulutnya. Wanita paruh baya itu bukanlah tipe yang suka menyalahkan orang lain. Makanya beliau berkata juga tidak akan menyakiti perasaan orang lain apalagi perasaanku. Tidak seperti Mamiku yang asal nyablak saja. Tidak peduli bagaimana perasaan orang lain
PoV Soni "Mami jahat! Kenapa Mami menahan Soni untuk mengejar kepergian Keyla? Keyla itu istri Soni, Mi. Apalagi Soni juga sudah punya anak. Nanti dikira Ibunya Keyla, Soni lelaki yang enggak bertanggung jawab," kataku melampiaskan kekesalanku pada Mami. Sedari awal memang Mami tidak terlalu suka dengan Keyla. Malah belakangan ini terungkap kalau Mami dulu terpaksa menyetujui pernikahanku dengan Keyla karena aku sudah terlanjur cinta dengan wanita yang telah memberiku anak kembar itu. "Kamu itu gimana, Soni? Lagipula yang dikatakan adikmu itu benar! Dia telah melihat Keyla berselingkuh dengan mantan suaminya. Mau jadi apa keluarga kita kalau ada perempuan yang selingkuh? Keyla itu sama saja dengan menaruh kotoran di wajah Mami. Mau kamu pertahankan perempuan seperti dia? Padahal sudah Mami bilang jangan pernah menikah dengan janda. Tapi waktu itu kamu kekeuh ingin menikah dengannya karena kamu juga waktu itu sedang di mabuk cinta," sahut Mami yang marah. Ya Allah, kenapa jadi kaca
PoV ArdanAku begitu iba melihat wanita yang membawa seorang anak balita itu sedang mengamen. Siang hari cuacanya panas begini. Penampilannya begitu memprihatinkan. Bajunya sudah kubas, kumal, dan kotor. Kulit mereka juga gosong karena terbakar matahari, rambut mereka yang asalnya hitam kini memerah, dan tubuh mereka terlihat kurus. Ya Allah, malang nian nasib mereka. Kemudian kedua ibu dan anak itu menepi ke pinggir jalan dan kemudian mereka duduk bersandar di sebuah pohon yang ada di pinggir jalan. Wanita itu kemudian menyeka keringatnya yang menetes membasahi keningnya dengan kain gendongan anaknya. Sementara itu anaknya ia turunkan dari gendongan dan meminta botol dot yang berisi susu. Anak perempuan itu pun melahap susu di botol dot dengan lahap. Sepertinya ia sangat lapar dan haus. Maklum cuaca hari ini begitu panas dan terik dari biasanya. Aku pun menghampiri mereka. Aku kasihan sekali. Aku menyesal dulu karena mengusir wanita itu. Ya, wanita yang dulu pernah menemani hidupk
PoV ArdanAku memang sudah dinyatakan sembuh dari Rumah Sakit Jiwa. Aku ingin memulai hidup baru dan mencari pekerjaan. Entah mengapa, sulit sekali mencari pekerjaan. Tidak semudah membalikkan telapak tangan.Akhirnya aku memutuskan untuk kembali mengamen di lampu merah. Padahal aku ingin sekali pulang ke rumah Mamah dan Papahku. Tetapi itu tidak mungkin. Aku malu. Terlebih lagi aku tidak mau merepotkan mereka dengan kehadiranku. Aku takut kalau hanya akan menambah beban mereka saja. Apalagi saat ini aku tidak mempunyai pekerjaan. Aku kembali menjadi gelandangan yang tidur di sana sini. Yang pastinya aku tidur berpindah tempat dan tidak menetap.Aku terkejut sekali, ternyata aku bertemu dengan mantan istriku. Kalian tau tidak? Dia terlihat makin cantik dengan penampilannya setelah menikah lagi. Aku begitu menyesal karena dulu aku pernah meninggalkannya dan berselingkuh dengan wanita lain.Padahal Keyla sudah mempunyai anak. Tetapi bodynya masih langsing dan tidak terlihat seperti habi
PoV KeylaPerjalanan menuju rumah ibuku yang memakan waktu kira-kira setengah jam. Bukannya aku bermaksud menjadi seorang istri yang durhaka. Namun saat ini, Mas Soni tidak bisa diajak kompromi. Biarlah aku pergi dulu dan kami sama-sama bisa menenangkan diri agar bisa berpikir lebih jernih. "Bu, anak-anak tidur malah tidur lagi," kata Mbak Surti setelah dia menengok anak-anak yang duduk di carseat di bangku bagian tengah."Alhamdulillah, kalau tidur lagi. Enggak papa, Mbak. Mungkin tadi pas tidur sama Mbak cuma sebentar aja kan?" tanyaku yang masih fokus menyetir. "Iya, Bu. Bener banget." "Oke. Nanti kamu ambil ASI yang sudah kuperah tadi di dalam tas box pendingin. Terus kasihkan buat Kenzo dan Kenzi. Jangan lupa di tuang ke dalam botol dot yang sudah bersih dan di steril." "Beres deh, Bu. Siap." Alhamdulillah ASI ku lancar dan masih mengalir cukup deras. Walau harus disambi dengan menggunakan tambahan susu formula. Katanya anak kembar laki-laki menyusunya lebih kuat. Aku tidak
PoV Keyla Mas Soni memang terkejut mendengar kata-kata yang dilontarkan adiknya. Apa mungkin aku selingkuh dan kembali lagi kepada Bang Ardan. Sekarang dia malah meminta bukti kalau aku benar-benar tidak selingkuh dari mantan suamiku itu. "Apa benar yang dikatakan oleh adikku itu, Key?" tanya Soni sambil menatap kedua mataku dengan tajam. "Enggak, Mas. Ini fitnah, Mas. Makanya tadi aku bilang, terserah Mas Soni saja! Mau percaya atau enggak. Yang penting aku udah mencoba untuk jujur," balasku yang tidak gentar dituduh oleh Roni. Adik iparku itu malah tersenyum bangga. Rupanya ia senang kalau rumah tangga kakak iparnya hancur. Awas saja kalau kamu bisa membuat rumah tanggaku hancur. Aku enggak akan segan-segan bikin perhitungan sama kamu."Kalau kamu benar, tunjukkan buktinya padaku." Mas Soni meminta kembali bukti kalau aku tidak berselingkuh dengan mantan suamiku. "Bukti apa maksud kamu, Mas? Aku kan sudah bilang kalau aku tidak sengaja bertemu dengan Bang Ardan. Tetapi aku juga e