Share

28

Penulis: Anik Safitri
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-13 05:03:08

"Sebenarnya mbak ini siapa?" tanyaku.

Dia justru tertawa kecil melihat ekspresiku yang bingung.

"Ternyata aku belum jadi orang famous ya. Buktinya kamu saja belum mengenalku,"

Alisku bertaut. Aku semakin tidak mengerti arah pembicaraanya.

"Hey biasa saja wajah kamu." candanya.

Aku melempar senyuman. Sebenarnya dia terlihat tipikal orang yang asyik.

"Saya tidak mengerti perkataan mbak,"jawabku dengan polos.

"Oke oke. Perkenalkan saya Jesna Diandra. Youtuber sekaligus selebgram." jawabnya seraya menyodorkan tanganya mengajak ku bersalaman. Aku pun menyambut dengan hangat uluran tangan itu. Rasanya memang pernah terdengar mampir di telinga nama itu.

"Jadi tujuan mbak kesini?"

"Ehm aku ingin mereview cilokmu sekaligus aku buat konten boleh? Semoga setelah ini kamu tidak jadi pindah deh. Katanya cilokmu juga enak,"

"Memangnya mbak mendengar dari mana semua ini ?"

"Ehmm adalah. Kamu tidak perlu tau. Aku hanya meminta izinmu,"

Sejenak aku berpikir. Mungkin memang ini cara Tuhan menolongku. A
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • ISTRI TUKANG CILOK   29

    "Rezeki Pak Hasan. Pemilik rumah mengizinkan bapak bekerja disitu. Tapi saya berpesan ya pak. Tolong jaga amanah. Jaga kepercayaan. Jangan mau ditaklukan emosi lagi. Jangan membuat kesalahan yang sama," kata Pak RT.Betapa bahagianya bapak kala itu. Baru kali ini ada yang mau mempekerjakan tenaga nya lagi walau di usia yang sudah memasuki senja.Senyuman tidak pudar kala bapak memasuki rumah."Bagaimana pak?" tanya ibu antusias."Alhamdulillah diterima bu. Awalnya mandor ragu karena riwayat hukum bapak, namun setelah menelfon si empunya rumah, dia mengizinkan. Bapak tidak sabar bertemu pemiliknya. Bapak akan ucapkan terimakasih secara langsung."Ibu pun turut bahagia. Ia tidak akan bergantung pada anaknya lagi juga tidak akan menjadi olokan bahkan hinaan dari anak dan juga menantunya.""Asalamualaikum, Minah," teriak seseorang dari luar."Wa'alaikum salam,"Di luar pintu telah berdiri Bu Sri, ibu Mala seraya mengelus gelang-gelang yang berjejer di tanganya."Yu Sri ada apa? Kamu tidak

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-18
  • ISTRI TUKANG CILOK   30

    "Airin," kata bapak saat mengenal sekali suara di telfon itu.Tapi terlambat telefon sudah dimatikan dari sana."Rin, ini bapak nak."Bapak masih berteriak walaupun keadaan telefon sudah mati."Pak tolong hubungkan lagi. Dia Airin anak saya."Mandor justru tertawa kencang. Namun raut muka bapak bahagia sekali."Mimpi kamu pak. Masak orang kaya punya bapak jadi kuli begini? Tidak mungkin juga kalau Nyonya Airin membiarkan bapaknya menjadi kuli,"Bapak menunduk. Begini rasanya dihina dan direndahkan. Dulu dia sering sekali menghina keluarga Airin. Tak perlu waktu lama, karma menemukan jalanya.Benar saja, hari ini bapak tidak konsen bekerja. Berkali-kali dia melakukan kesalahan."Woi, kalau tidak niat bekerja, pulang sana," teriak tukang yang dilayani bapak.Sesaat bapak tersadar dari lamunanya lalu mengucapkan maaf.Mobil CRV putih terlihat dari jauh mendekati lokasi proyek. Bapak tersenyum kecil. Semoga itu Airin. Agar bisa membungkam mulut pekerja disini yang sombong.Satu persatu or

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-18
  • ISTRI TUKANG CILOK   31

    "Maukah engkau menjadi istriku?" tanya lelaki itu."Dasar gila,".Aku bersungut marah melihat siapa yang datang.Siapa lagi kalau bukan si perusuh, Marwan."Memang kenapa kalau aku gila ? Aku tergila-gila padamu Rin. Apa yang salah. Aku duda dan kamu janda." lanjutnya.Hilya telah meninggal kurang lebih dua minggu yang lalu yang disebabkan sebuah kecelakaan. Banyak rumor uang beredar katanya kualat denganku. Aku tidak ambil pusing karena maut sudah memjadi kehendak Nya."Lalu karena kamu duda dan aku janda, bukan berarti aku mau menerimamu," ucapku acuh. Belum genap empat puluh hari istrinya meninggal, sudah melamar wanita lain saja."Kenapa Rin ? Aku kurang kaya? Aku ASN golongan tinggi. Kalau aku jadi suamimu, tak akan ku biarkan kamu berjualan cilok seperti ini,". Tanganya menunjuk remeh gerobak cilok ku.Emosi ku tambah ingin meledak. Enak saja menyalahkan usaha ku yang aku rintis dari nol bersama Bang Agha."Marwan, seandainya aku menjadi Hilya pasti aku sudah menangis di alam san

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-22
  • ISTRI TUKANG CILOK   32

    Sorot mata tajam Juragan Malik terus menghujam. Terlihat sekali dia tidak suka dengan perkataan Mala."Saya kesini bukan untuk itu,". Suara bariton penuh penekananya mulai keluar. Ada rasa gemetar di hati Mala. Ia fikir seorang Juragan Malik akan selalu mendewakan wanita. Karena terdengar santer ia gemar beristri lebih dari satu."La-la lu ada apa Ju-juragan?""Pembangunan rumah mewah di ujung desa itu apakah milik mu?"Mala menggeleng cepat. Dapat tercium dengan pertanyaan Juragan, karena ia tidak mau tersaingi."Bukan Juragan. Tapi Bu Minah mengaku itu adalah rumah Airin. Saya sih nggak percaya, mana bisa penjual cilok punya rumah mewah begitu?"kata Mala denga tawa remeh di akhir pembicaraan.'Airin?' gumam Sang Juragan.Nama yang tidak asing di telinganya. Apakah Airin orang uang sama?"Siapa nama bapak Airin?""Pak Hasan, Juragan,"Mendadak senyum merekah tipis dari bibir juragan.'Dasar tua bangka. Sudah bau tanah, kalau dengar nama wanita masih sumringah,'gerutu Mala dalam hat

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-22
  • ISTRI TUKANG CILOK   33

    "Bu, aku kecopetan," kata Mala sesaat ia telah sampai rumah.Mata Bu Sri membulat sempurna."Hah kok bisa ? Lalu apa yang hilang? Uang-uang di dompet juga hilang. Aduh,"Bu Sri mengeluh seperti hendak menangis."Tadi Mala sudah menukar kalung ibu dengan berlian. Indah sekali. Harganya samai milyaran bu. Tapi justru kecopetan saat Mala sedang memilih baju untuk ibu,"Wajah Mala memelas. Membuat Bu Sri dan Pak Wito percaya dengan akting nya."Tapi Mala mencoba ikhlas Bu. Anggap saja ngamal. Lagipula, itu hanya sebagian kecil uang Mala kok. Minggu depan Mala mau ke luar negeri, Mala belikan berlian dari sana saja ya bu. Dijamin lebih bagus," katanyaBu Sri menurut saja permintaan Mala.*Suara mobil yang halus terdengar lirih di depan kontrakan. Aku yang tengah menyuapi Arsy di dalam hanya menebak-nebak siapa yang bertamu atau sekedar berhenti di depan rumah ku. Fikirku saat itu mungkin hanya tamu orang lain, menumpang parkir. Aku merasa tidak punya urusan dengan orang lain.Namun tak be

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-28
  • ISTRI TUKANG CILOK   34

    "Kenapa tidak dari dulu melindungiku?" tanyaku pada bapak yang terlihat sudah semakin tua, keriput di wajahnya mulai tampak, kulitnya semakin menghitam legam. Mungkin efek beliau terlalu bekerja keras di usia senja."Ma'af."Hanya kata itu yang terlontar dari mulut kelunya. Sesaat kemudian, beliau menunduk."Mari masuk dulu pak."Aku mempersilahkan bapak masuk, namun bukan seperti bapak yang tengah mengunjungi anaknya, sikap bapak seperti tamu, hingga ia duduk hanya di pucuk kursi."Boleh bapak menggendong Arsy?" tanyanya dengan suara parau. Aku mengangguk dan memberikan Arsy pada gendongan bapak. Namun tidak disangka, Arsy justru menangis histeris. Bapak menyerahkanya kembali kepadaku."Mungkin bapak memang terlalu rajin ya Airin menengok cucu. Hingga Arsy juga tidak mau di gendong," kata bapak sembari memaksakan senyum nya.Ada rasa iba dalam hati. Bagaimana di usia senjanya, justru orang tua banting tulang untuk hidup.Ahh aku tidak setega itu namun bagaimana perlakuan mereka. bag

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-02
  • ISTRI TUKANG CILOK   35

    Sepertinya bapak itu yang memohon padaku untuk membuat konten di ruko cilok Mbak Airin saat hampir bangkrut tempo hari."Bapak....Air mataku mulai turun perlahan.Do'a yang selama ini aku langitkan, mulai dikabulkan. Sang Pembolak balik Hati ternyata telah melunakan hati bapak jauh sebelum ini."Dia memohon sangat Mbak. Sampai ingin bersujud di kaki ku. Dia juga mau membayar ganti rugi jika memang kontenku nanti akan sepi penonton. Tetapi ternyata justru menghadirkan penonton yang lebih dari yang kuperkirakan. Mbak memang hebat," puji Jesna.Aku masih terfikirkan bapak. Tidak konsentrasi apa yang Jesna utarakan."Mbak," tegur Jesna kala mendapatiku tengah asyik melamun."Eh iya. Maaf. Jadi bagaiamana Jes ? Ada apa?""Ini temanku sesama youtuber ingin mengundang mbak di podcast nya dia."Aku tersipu malu."Ahh apa aku pantas sih Jes di undang podcast begitu? Belum jadi sultan aku mah."Jesna menyentuh lembut punggung tanganku."Mbak, ini bukan masalah sudah menjadi sultan atau belum.

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-02
  • ISTRI TUKANG CILOK   36

    "Untuk sementara Airin berhentikan pembangunan rumah bukan karena dana pak tetapi Airin ingin membuktikan kejahatan yang telah menimpa Airin. Karena aku yakin, ada oknum tertentu yang memanfaatkan keadaan ini."Bapak dan ibu saling tatap."Memangnya siapa yang kamu curigai, Rin?" tanya ibu."Juragan Malik," jawabku lirih.Namun raut muka ibu berubah menjadi panik luar biasa. Kulit ibu yang lumayan putih langsung bersemu merah."Rin, kamu mau apakan dia? Dia bukan orang sembarangan,"Aku menghela nafas pelan. Berdiri menatap langit dari bingkai jendela tempatku dilahirkan." Mau sampai kapan tertindas bu? Ini hidup Airin. Tidak ada yang berhak mengatur bahkan memaksakan kehendakm . Sekalipun yang punya kekuasaan seperti Juragan Malik."Bapak berdiri menyejajarkan tubuhnya denganku."Bapak setuju Rin. Sebenarnya banyak kelicikan serta kecurangan Juragan Malik, namun sebagai kalangan rendah, tidak ada yang berani bertindak. Bertindak sama dengan mati. Kali ini bapak mendukungmu Rin. Bapa

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-04

Bab terbaru

  • ISTRI TUKANG CILOK   44

    Tono hanya melongo saat mendengar panggilan untuknya. Mau menjawab apa, memang namanya bukan Agha. Dan dia juga belum punya anak.Begitu pula dengan Arsy, ia juga terdiam saat berhadapan pria bernama Tono tersebut.Ia hanya reflek. Karena memang Tono semirip itu dengan Almarhum Ayahnya."Eh maaf," ujar Arsy salah tingkah sekaligus tidak enak hati.Tono hanya tersenyum."Iya tidak apa apa. Kamu pasti ingat Ayah ya?"Arsy tersenyum kecil."Hati siapa yang tidak rindu Om setelah kehilangan Ayah. Aku kira ayah hidup lagi." jawab Arsy dengan candanya.Hal tersebut rupanya dilihat oleh Airin dan ibunya."Rin, sepertinya memang Arsy butuh sosok Ayah." Airin hanya tersenyum kecil menanggapi."Tapi yang dibutuhkan Arsy adalah sosok Bang Agha Bu. Bukan yang lainnya. Airin yakin seiring berjalannya waktu, Arsy pasti akan mengerti. Terkadang berdamai dengan keadaan memang tidak semudah itu," jawab Airin dengan bijak.Tahun demi tahun berlalu.Tak terasa putri kecil yang telah ditinggal mati ayah

  • ISTRI TUKANG CILOK   43

    Namun lambat laun aku mengambil keputusan. Yang menurutku terbaik. Aku mengikhlaskan sawah yang dibeli bapak dan ibu dari hasil kerjaku dulu untuk ku beri pada Mbak Devi. Memang dirasa sayang, tapi nuraniku memberontak melihat kondisi ibu."Ibu, jangan difikir lagi. Nanti aku akan memberikan sertifikat sawah pada Mbak Devi. Kebutuhan bapak dan ibu biar aku yang memenuhi,"Mata ibu mukai berkaca-kaca. Tanganya melambai mencari tanganku."Terimaksih nak. Untuk semua kebaikanmu. Hatimu bersih seperti malaikat,""Ibu do'akan saja usahaku lancar ya,"Namun ibu justru menangis tergugu."Ibu kenapa? Airin ada salah?""Ya Allah pak. Pekerjaan yang dulu kita remehkan, nyatanya sekarang yang menghidupi kita. Ibu malu Rin. Malu padamu. Terlebih pada almarhum suamimu,"Perih memang yang aku rasakan ini. Hatiku selalu trenyuh kala mengingat Mas Agha. Dia hanya menelan pahitnya tanpa diberi kesempatan sedikitpun mencicipi manisnya."Bang Agha sudah tenang bu. Surga menantinya,""Rin,"panggil bapa

  • ISTRI TUKANG CILOK   42

    Dan tidak ku sangka yang berdiri di depan pintu adalah Bu Sri. Beliau hanya menundukan kepalanya seraya meremas-remas ujung bajunya."Saya, ma-mau melamar menjadi ART, Rin. Eh nyonya."Aku selidik penuh selidik. Bagaimana bisa Bu Sri yang terkenal sombongnya mau menjadi ART. Di rumahku pula. Yang selalu sirik dengan kehidupan keluarga kami. Bukan hanya dia, tetapi juga Mala anaknya."Ma'af apakah Bu Sri tidak salah?"Dia tertunduk dan dengan pelan menggelengkan kepala. Bahkan beberapa saat, dia juga tidak mau menatapku."Ta tapi Mala,"Bu Sri langsung menyeka sudut matanya. Aku baru tau kalau sedari tadi ia tengah menangis."Kenapa menangis bu? Saya ada salahkah?". Aku panik. Bagaimana tidak, aku tidak tau duduk masalahnya tiba-tiba beliau menangis. Atau jangan-jangan ada kata-kataku yang menyakitinya."Mala tertangkap polisi." ucapnya sesenggukan.Mataku membulat sempurna. Semenjak pindah rumah, aku maupun keluarga memang tidak tahu menahu tentang keadaan keluarga itu."Bagaimana bis

  • ISTRI TUKANG CILOK   41

    Bapak tertegun melihat kedatangan Devi. Beliau hanya memandang putrinya itu. Masih sama tidak berubah. Mimik muka dan penampilanya. Bagaimana rona wajahnya jika tidak suka dengan sesuatu."Bapak hanya ingin membantu Airin. Ia punya rumah bahkan sepeserpun bapak sebagai orang tua tidak bisa memberinya,"ujar lirih bapak.Justru Devi berkacak pinggang. Matanya melotot."Memangnya dulu saat Devi membuat rumah, bapak juga membantu begitu?"teriaknya lantang."Ketara sekali sekarang membela Airin. Mentang-mentang sekarang kaya. Bapak juga dari dulu tidak berubah. Selalu melulu tentang uang," lanjutnya tak perduli dengan perasaan bapaknya yang mematung berdiri di depanya.Bapak menghela nafas pelan. "Keadaanya berbeda Devi. Kamu punya suami. Pekerjaanya mapan. Beda dengan Airin yang sudah menjadi janda,""Karena bapak sendiri yang membuat Airin menjadi janda. Sudahlah pak Devi kesini mau pinjam sertifikat rumah,"Bapak yang semula tertunduk lalu mendongakan kepala."Untuk apa Dev?""Untuk t

  • ISTRI TUKANG CILOK   40

    "Tapi kedatangan kami bukan untuk itu mbak," ujar Devi lirih.Yanti menautkan alis. Dia heran, lalu apa maksud kedatangan adiknya ini."Aku ingin meminjam sertifikat bapak. Kalau tidak boleh, aku ingin meminta warisanku. Untuk tambah biaya kampanye suamiku."Yanti mulai berkacak pinggang. Dia melotot."Bapak dan ibu masih hidup Dev. Kenapa kamu sudah berbicara warisan?"Nada suara Yanti mulai meninggi."Memangnya salah? Toh aku juga anak bapak. Jadi aku juga berhak atas harta bapak.""Lagipula apa sampai segitunya Dev. Iya kalau suamimu jadi. Kalau enggak ? Uang sudah hilang. Belum lagi kalau kamu pinjam sertifikat. Yang ada suamimu tidak jadi sementara utang menumpuk. Mikir dong."Devi tertawa kecil meremehkan. "Tau apa sih mbak kamu tentang strategi politik? Urus hidupmu sendiri. Bodoh sekali bisa ditipu lelaki."Plakk...Yanti menampar dengan geram pipi mulus Devi hasil perawatan dengan skincare mahal yang dulu selalu ia pamerkan."Apa-apa an kamu? Manusia kere beraninya menampar

  • ISTRI TUKANG CILOK   39

    "Bagaimana ya mbak. Kalau mbak ikut kan jadi serumah ada tiga keluarga. Pamali mbak," jawabku."Iya Nduk. Benar kata Airin," lanjut ibuMbak Yanti melengos dengan muka kesal dan menatap kami dengan tajam."Jadi bapak dan ibu sekarang membela Airin? Mentang-mentang kaya?" tanyanya sembari berkacak pinggang."Yanti, ini bukan maslah membela siapa. Tetapi apa yang dikatakan Airin saat ini itu benar. Kita orang jawa yang masih menjujung tinggi adat istiadat," kata bapak mencoba menengahi."Kalau gitu bangunkan aku rumah dong Rin," kata Mbak Yanti dengan entengnya."Mbak kira bangun rumah itu kayak beli tempe? Mbak sedari dulu terlalu membanggakan suami, mengandalkan suami. Jadi nya gini kan. Tidak bisa mandiri."Aku mulai kesal. Perangai Mbak Yanti sedikitpin tidak berubah walau sudah mendapat teguran.Bapak hanya menggelengkan kepala."Dasar pelit. Aku minta Devi aja lah. Sebentar lagi kan suaminya jadi bupati. Gampanglah kalau sekedar membangunkan rumah.""Sudah sudah. Kalau mau, tingga

  • ISTRI TUKANG CILOK   38

    "Terimakasih karena laporanya akhirnya saya bisa bebas dan menuntut cerai," kata wanita itu lirih dan terisak.Aku menautkan alis. Saling bertatap dengan ibu."Saya juga akan melaporkan kejadian yang menimpa saya mbak. Tolong bantu saya.""Mohon maaf bukanya lancang mengurusi rumah tangga orang lain. Memangnya mbak ada masalah apa?" tanyakuTanpa menjawab apa-apa perempuan itu menyibak baju nya dan tampaklah luka lebam dimana-dimana."KDRT mbak?" tanyaku setengah kaget.Ia menunduk. Dapat ku tangkap saat itu bahwa air matanya juga terjatuh."Bukan hanya dari Juragan Malik tetapi dari istri-istri yang lain.""Memangnya istrinya ada berapa?""Empat mbak."Aku tak habis fikir, buaya juga seorang juragan."Bukanya istri nya ada dua?" tanya ibu."Iya istri sahnya. Kalau yang siri banyak bu. Banyak juga yang cerai. Dan apesnya saya tidak kunjung diceraikan."Aku kasihan dengan wanita itu. Rona wajahnya memang seperti menyimpan beban, serta tekanan yang berat. Aku bantu dia melaporkan apa y

  • ISTRI TUKANG CILOK   37

    Sorot mataku menatap tajam juragan Malik. Ia tidak gentar juga. Silahkan membungsungkan dada saat ini. Tapi akan aku pastikan itu semua tidak berlangsung lama.Setelah berproses mencari bukti itu, dan memang benar dari rekamana CCTV memang mobil juragan Malik lah yang mengangkut material dari rumahku.Langsung aku memberi laporan ke polsek terdekat tentang perkara ini."Lebih baik Mbak pulang saja. Percuma, dia pasti juga bebas,"ujar salah seorang oknum polisi yang menerima laporanku.Semakin geram dong aku."Kenapa ? Takut mati ya?" tanyaku sinis.Polisi tersebut menatapku dengan pandangan tidak suka."Dia bukan malaikaat maut kan pak?" lanjutku."Tetapi dia mampu membayar lebih dari yang seharusnya,""Oh seperti itu."Aku tetap mencoba bersikap santai."Lalu kalau masyarakat seperti saya harus melaporkan kasus seperti ini pada siapa? Bukankah oknum polisi itu tugas nya mengayomi ya? Kok masih kalah dengan uang?"Sontak sang polisi langsung berdiri."Mbak, asli sini kan? Pasti tau

  • ISTRI TUKANG CILOK   36

    "Untuk sementara Airin berhentikan pembangunan rumah bukan karena dana pak tetapi Airin ingin membuktikan kejahatan yang telah menimpa Airin. Karena aku yakin, ada oknum tertentu yang memanfaatkan keadaan ini."Bapak dan ibu saling tatap."Memangnya siapa yang kamu curigai, Rin?" tanya ibu."Juragan Malik," jawabku lirih.Namun raut muka ibu berubah menjadi panik luar biasa. Kulit ibu yang lumayan putih langsung bersemu merah."Rin, kamu mau apakan dia? Dia bukan orang sembarangan,"Aku menghela nafas pelan. Berdiri menatap langit dari bingkai jendela tempatku dilahirkan." Mau sampai kapan tertindas bu? Ini hidup Airin. Tidak ada yang berhak mengatur bahkan memaksakan kehendakm . Sekalipun yang punya kekuasaan seperti Juragan Malik."Bapak berdiri menyejajarkan tubuhnya denganku."Bapak setuju Rin. Sebenarnya banyak kelicikan serta kecurangan Juragan Malik, namun sebagai kalangan rendah, tidak ada yang berani bertindak. Bertindak sama dengan mati. Kali ini bapak mendukungmu Rin. Bapa

DMCA.com Protection Status