Suasana bagian dalam gedung reuni ini sangat meriah. Sebagaimana gedung olah raga indoor, tempat ini memang sangat luas, cukup untuk menampung ribuan orang. Terlihat tribun penonton sudah ramai oleh banyak orang— dan ada panggung juga di tengah lapangan, panggung yang terhias oleh dekorasi khas pesta.Elitta dan Vito mendekat ke salah satu meja yang dipenuhi oleh hidangan makanan kecil khusus tamu. Di saat Vito sibuk mencicipi minuman jus yang disediakan, Elitta melihat ke arah tribun penonton dimana dia dan Mira dahulu pernah duduk.Perasaannya kembali ke masa lalu, masa di mana dia jatuh cinta pertama kali kepada Alvaro. Di tempat itulah, dia pertama kalinya merasakan cinta.Tanpa sadar, dia bernostalgia. Rasanya sangat menyesakkan. Dahulu, dia merasa kalau Alvaro akan menjadi orang pertama dan terakhi yang akan dia cintai. Tetapi, semuanya sudah lenyap sekarang.Tumbuh dewasa membuatnya banyak mengalami perubahan dalam berpikir. Tidak semua hal dalam percintaan itu akan seperti d
Malas.Itulah yang dirasakan oleh Elitta. Dia sangat malas bertemu dengan wanita yang menjadi istri papanya itu sekarang. Tetapi, apa yang bisa diperbuat, bagaimana pun mereka memang satu sekolahan. Hanya saja, tidak banyak yang tahu kalau Vivian sudah menikahi papanya. Iya, kalaupun ada yang tahu, mereka hanya teman dekatnya dan jelas tidak akan memberitahu siapapun sekarang.Elitta tahu persis jalan pikiran Vivian. Di depan mukanya, wanita itu selalu membanggakan diri karena berhasil merebut sang ayah, tapi di sisi lain, dia juga pasti malu karena menikahi pria tua.Vito pun berpikir demikian. Dia terlihat malas melihat Vivian yang mesra-mesraan dengan Leon di meja lain dan kelihatan berbincang bersama banyak alumni lain.Dia berkata, "rasanya pengen banget bongkar fakta kalau dia itu ibu mertuaku, pasti orang-orang nggak bakalan mau deket lagi sama dia."Elitta menatap sang suami yang sedang menikmati sisa minuman jus buahnya. Dia berpendapat, "kamu jangan coba-coba memberitahu si
"Suamiku ini pelatih Gym, kamu tahu nggak Gym yang paling terkenal di Jalan Melati? MT Gym? Itu punya suamiku." Tina menjelaskan dengan amat bangga. Dia juga memandangi sang suami dengan tatapan penuh cinta."Oh, iya, aku kayaknya tahu." Elitta berdusta. Daripada banyak tanya, mending langsung saja bilang tahu. Dia juga tidak mau kalau Tina terlalu banyak bicara.Agar dia tak bicara tentang suaminya lagi, dia mengalihkan pembicaraan ke Lucy. "Bagaimana dengan kamu Lucy? Kamu udah nikah? Atau gimana?""Mmm ... belum, tapi aku udah punya pacar," kata Lucy dengan senyuman lebar."Oh."Tina menambahkan, "pacarnya itu kenalan suamiku, mereka satu tempat gym. Kami punya tipe ideal pria yang sama ... sama-sama yang kekar." Dia sempat membelai dada keras suaminya. Itu dilakukan tanpa malu sama sekali padahal mereka ada di tempat ramai."Oh, kalian memang kompak. Dari sekolah dulu juga sangat kompak." Elitta memandangi Lucy dan juga Tina.Vito diam saja sambil memperhatikan sikap Lucy yang sem
Vito masuk ke dalam toilet laki-laki sesuai dengan arahan dari papan penunjuk. Tidak banyak orang yang masuk ke dalam situ. Beberapa kali dia berpapasan dengan wanita dan setiap dari mereka selalu memandangnya dengan tatapan kagum.Ada yang sempat mengedipkan mata padanya, tapi Vito sama sekali tidak menanggapi. Selain terlalu tidak tahan ingin buang air, dia juga tidak tertarik dengan siapapun lagi selain Elitta.Dia segera masuk ke dalam toilet laki-laki, dan beruntungnya tidak ada orang. Terdapat empat bilik WC di dalamnya, dan empat tempat buang urin. Dia cukup kagum dengan toilet sekolah ini, baik sekali selevel dengan toilet mall atau supermarket miliknya.Vito memilih masuk ke dalam salah satu bilik, kemudian buang air di toilet duduk. Dia sempat melihat jam tangan dan mulai merasa lapar.Ini sudah lewat jam makan malamnya. Dia menyesal tadi tidak makan dahulu di restoran saat perjalanan kemari. Dia mulai mengkhawatirkan Elitta.Setelah selesai buang air dia berdiri dan menga
"Lama banget sih dia ..."Elitta geram dengan suaminya yang tak kunjung datang. Bahkan, dia sudah selesai makan, dan acara pun sudah berlangsung, akan tetapi pria itu masih belum keluar dari toilet.Apa terjadi sesuatu? Apa dia tersesat? Apa dia diganggu Vivian?Gelisah, dia pun berdiri.Ini membuat Mira heran. Dia bertanya, "mau kemana? ini bentar lagi udah mau bahas pasangan terbaik, loh. Kamu kayaknya disebut deh, soalnya tadi kamu sama suami kamu yang paling mencolok.""Aku nggak bisa nunggu lagi, suamiku nggak datang-datang, aku khawatir." Elitta melihat ke arah panggung, sang pembawa acara memang sedang membicarakan pasangan-pasangan para alumni yang datang. Belum sempat temannya menjawab, seseorang yang dia kenal menghampirinya. Secara mengejutkan, dia adalah Alvaro. Pria itu sengaja segera datang mendekati Elitta setelah yakin suaminya masih sibuk dengan Vivian."Elitta, bisa bicara berdua aja?" Dia bertanya serius.Elitta sampai menahan napas. Setelah bertahun-tahun tidak bi
"Elitta ..."Namanya terus saja dipanggil dengan nada yang pelan dan penuh kepedihan. Alvaro sangat jelas kalau mengaku bersalah , dan ini menghantuinya hingga kini. Dia menjelaskan, "aku emang bodoh dulu, aku masih remaja, kita masih kecil, Elitta. Tapi, aku sadar kamu berarti sekali bagiku ... aku nggak bisa nemuin wanita lain yang sepertimu. Kamu yang terbaik.""Hanya karena nggak ada yang mirip aku, kamu nggak bisa ngomong mau balikan kayak gini," ucap Elitta yang masih kecewa dengan jalan pikiran Alvaro yang menganggapnya seperti barang pilihan. Di saat dia tidak bisa menemukan yang lebih baik, dia malah ingin kembali mendapatknnya. Ini pemikiran pria yang sangat dibenci.Alvaro menjelaskan lagi, "kamu jangan salah paham, maksudku itu cuma kamu yang berarti untukku. Sejak putus dari kamu ... dan kita nggak ketemu lagi setlah lulus SMA, aku beneran cuma mikirin kamu.""Tolong hentikan, aku beneran nggak tahu harus berkata apalagi. Intinya aku udah maafin kamu, kamu nggak perlu la
Vito berjalan santai bersama Dino keluar dari gedung tersebut melalui pintu EXIT alias pintu darurat.Pintu itu menghubungkan bagian belakang gedung dengan area parkiran. Begitu keluar dari gedung, hawa dingin malam hari pun menyergap diri Vito."Makasih tadi bantuin aku bebas dari si wanita gila itu," kata Vito kemudian.Dino heran mendengar itu. Dia selalu mengira kalau Vito adalah pria yang tidak akan mungkin berkata baik kepadanya. "Oh...""Apa?" Vito meliriknya."Nggak apa, aku nggak ngira kamu bilang terima kasih.""Aku emang nggak suka sama kamu, tapi bukan berarti aku ini orang brengsek yang nggak bisa ngomong makasih.""hmm ...""Sekarang ngga usah basa-basi, mana Tuan Zero, katanya mau ngomong? Sampai bela-belain nyusul ke acara reuni malam-malam gini, pasti ngomongin hal penting 'kan?""Iya kayaknya, Papa ada di mobil, ayo kuantar ...""Awas aja kalau kalian nyakiti anak buaku lagi."Dino tersenyum licik sembari meliriknya. Dia menegaskan, "kalau kamu nggak nyuruh orang bua
Vito dan Alvaro saling pandang dengan penuh permusuhan. Vito sendiri sampai tidak paham, kenapa hampir semua teman-teman masa sekolah istrinya sangat memuakkan? Tukang selingkuh, tukang bully dan sekarang manipulatif dan egois?Alvaro menghinanya, "jangan anggap Elitta itu seperti barang! Enak aja menikahinya hanya karena hutang?"Vito mengutuk keras Vivian yang sudah membocorkan segala hal yang berhubungan dengan kehidupan pribadinya bersama Elitta. Dia membalas dengan menghina balik pria tersebut, "aku nggak sudi diceramahi oleh orang tukang selingkuh kayak kamu."Mendengar itu, Alvaro naik pitam. Dia sudah mendapatkan segala informasi tentang Vito melalui Vivian. Jadi, dia tidak mau kalah dengan pria itu.Dia menuding wajah Vito, lalu berkata lagi, "kamu ngomong nggak punya dosa sama sekali. Kamu sendiri pernah pacaran sama Vivian. Palingan kamu nikahin Elitta juga buat balas dendam karena dia ninggalin kamu, iya 'kan?""Itu yang dibilang wanita sialan itu 'kan? Dia manipulatif! Sa
Keesokan harinya ... Elitta dan Vito berangkat pagi sekali untuk menuju ke rumah Tuan Zero. Di sana mereka direncanakan untuk bertemu dengan Pak Derry. Sudah sangat lama sejak terakhir bertemu dengan ayahnya, Elitta sudah tidak sabar. Di sepanjang perjalanan, dia menyempatkan diri untuk membeli buah melon kesukaan sang ayah. Setelah sampai di rumah megah ayah kandung Elitta itu, mereka disambut oleh oleh Dino. Elitta sesekali melihat ke sekitar, tapi tak menemukan yang dicari. Iya, selain Pak Derry, dia juga penasaran kemana sang ayah kandung? Dino bisa menebak jalan pikirannya, dan menjawab, "santai aja nanti juga ketemu papa." Karena malu, Elitta berdusta, "nggak, aku nggak nyariin dia, kok, aku cuma nyari Papa Derry.'" Dino hanya menahan tawa saat membawa mereka menuju ke lantai dua, dan kemudian memasuki salah satu ruangan. Begitu pintu dibuka, terlihatlah pemandangan meriah dengan spanduk yang bertuliskan "SELAMAT UNTUK KEHAMILANMU, ELITTA!" Banyak sekali pita warna-warni
Elitta dan Vito menenangkan diri dengan mampir ke kafe dekat rumah sakit. Emosi mereka sudah sama-sama reda. Elitta juga tidak mungkin marah terus apalagi Vito sudah mengatakan segalanya untuk minta maaf. Vito sengaja memesankan es krim coklat untuk makin menenangkan hati istrinya. Selama hampir lima menit, dia hanya memperhatikan wanita itu menikmati es krim. Karena es krim dalam mangkuknya sudah hampir habis, dia menawarkan, "mau nambah lagi nggak?" Elitta mengangguk. Vito tersenyum. Dia lega melihat Elitta sudah tidak memandangnya dengan kekecewaan lagi. Dia meminta waiter untuk membuatkan satu es krim coklat lagi. Sambil menunggu, Elitta hanya diam memandangi suaminya. Dia tidak tahu harus berkata apa sekarang. Vito bertanya, "Sayang, tadi kamu bilang kalau ada orang yang tahu lebih dahulu tentang kehamilan kamu daripada aku 'kan? Siapa itu? Jangan-jangan dia yang ngedit suratnya?" Elitta menjawab, "Lana." "Apa ..." Vito terkejut. "Dia?" "Dia yang tahu lebih dahulu, aku s
Elitta meminta sopir untuk mengantarkannya pergi ke rumah sakit. Dengan atau tanpa Vito, dia akan membukikan kalau dirinya tidak berbohong.Perkataan manja Lana sebelumnya masih terngiang di kepalanya. Kenapa wanita itu berani sekali bersikap seperti itu? Apa dia tidak melihat dia ada di sana? Dia adalah istri Vito!Elitta selama ini menyadari kalau perubahan dari Lana seperti mengikuti dirinya. Bahkan, aroma wewangiannya, tapi sebelumnya dia hanya menganggap itu hal biasa.Akan tetapi, dia jadi teringat oleh Vivian, yang teman sendiri menggoda mantan pacarnya dahulu, kemudian tunangannya, sekaligus ayahnya. Semua pria yang ada di dalam hidupnya seolah direnggut. Dia tidak menerima perselingkuhan lagi.Apa vito sungguh berselingkuh darinya? Apa pria itu mulai dekat dengan Lana di belakangnya? Apa itu alasan wanita itu diberikan pekerjaan di kantor? Elitta merasa dadanya sangat sakit. Dia tidak mau membayangkan hal buruk, tapi yang muncul di kepalanya hanya hal-hal yang jelek. Sudah b
Elitta dan Dino masih berdiam diri di halte selama setengah jam. Keduanya membahas beberapa hal, termasuk tentang kesehatan Pak Derry.Elitta lega bisa mendengar dari mulut Dino langsung kalau sang ayah baik-baik saja. Dia benar-benar sudah membuka hati untuk pria itu sekaligus ayah kandungnya.Dia berkata, "maaf ya, selama ini aku agak sinis sama kamu terus sama ..."Wanita itu masih bingung harus memanggil ayah kandungnya dengan sebutan papa atau sekedar Tuan Zero seperti julukannya?Dino paham dengan apa yang dipikirkan Elitta. Dia tersenyum, lalu mengatakan, "nggak usah minta maaf, aku yang harusnya minta maaf. Jujur aja, niatku jelek loh sama kamu sebelumnya.""Jelek?""Iya pokoknya gitu lah, tapi Papa buat aku sadar kalau kita ini sekarang keluarga."Elitta hampir tidak mengira kalau orang seperti Dino akan berkata seperti itu. Tetapi, dia tidak mengatakan apapun, takut menyinggung.Halte tersebut ada di dekat kantor.yang secara otomatis berseberangan jalan dengan restoran. Deng
Elitta sedih sampai ketiduran. Ketika dia bangun keesokan harinya, tidak ada Vito di atas ranjang. Dia semakin khawatir dengan pria itu. Dia segera pergi keluar, mencari-carinya dan ternyata memang tidak ada tanda-tanda Vito pulang sejak kemarin. Khawatir, dia menelpon ponselnya, tapi malah tidak aktif. Perasaannya jadi campur aduk. Apa pria itu sehancur itu hanya karena tulisan di kertas kemarin? Kenapa bisa langsung percaya Dia menghampiri Ibu Mugi yang ada di dapur, lalu bertanya, "Bu, mana Vito? Apa dia enggak pulang semalaman?“ "Nggak, Nyonya. Tapi, tadi telpon di telepon rumah, katanya suruh bilang ke Nyonya, Tuan lagi kerja, mungkin pulang nanti malam.” “Dia nggak pulang terus langsung kerja?“ Elitta kaget. Yang lebih mengejutkan, kenapa malah menghubungi telepon rumah? Kenapa tidak langsung menelpon ke ponselnya? Bukankah dia itu istrinya? "Iya, Nyonya.” Ibu Mugi merasa kalau ada sesuatu semalam. Hanya saja, dia tidak tahu apa yang terjadi karena saat Vito pergi dia sibuk
Lana sempat mampir ke rumah Vito. Tentu saja, dia diam-diam menuju ke dekat pintu garasi, dan membuang amplop putih di sekitar mobil yang biasa dipakai Elitta.Setelah itu, dia masuk ke dalam— lalu menyapa sang ibu, dan akhirnya ikut makan siang bersama. Tidak ada kecuriagaan sama sekali. Baik Elitta dan Vito terlihat mesra seperti biasa. Malahan lebih mesra, mereka juga saling suap, bahkan di hadapan Lana.Ibu Mugi mulai sadar kalau anaknya menyukai Vito. Tetapi, dia lega karena yakin majikannya tidak akan pernah menanggapi perasaan Lana.Situasi ini cukup rumit.Lana berpamitan pulang lebih awal. Dia terlalu mual melihat kebersamaan mereka.Sore harinya, Elitta mengalami mual-mual, jadi beristirahat di dalam kamar. Selama itu pula, Vito dengan setia memijat kakinya— memanjakannya sebisa mungkin."Kamu mau sesuatu, Sayang? Minuman hangat mungkin? Teh kesukaan kamu?“ Vito menawarkan. Dia tahu kebiasaan Elitta yang sering minum teh tiap sore.Elitta menggelengkan kepala. Dia masih mer
Sepulang kerja, Vito sangat antusias untuk mampir sebentar ke supermarket miliknya yang ada di dekat rumah. Lana ikut bersamanya. Jadi, dia ikut untuk berbelanja juga di dalam."Maaf ya kamu ikutan belanja juga jadinya," kata Vito yang masih sibuk melihat-lihat susu untuk ibu hamil."Nggak apa, kok." Lana berjalan di sebelahnya terlihat murung. Dia terlihat sangat iri, tidak bisa kalau tidak iri— Vito terlalu perhatian dengan istrinya. Pria seperti ini jarang sekali ditemui.Kenapa pria seperti ini malah sudah menikah? Sementara pria-pria miskin di luaran sana sok jadi playboy dan suka mempermainkan wanita?Lana semakin kesal. Dia tidak terima. Ada pria yang luar biasa sempurna di depannya, tapi tak bisa dia sentuh. Sudah berhari-hari, dia mencoba mendekati Vito, tapi tak berhasil juga. Padahal, setiap siang, mereka menghabiskan waktu bersama di kafetaria. Akan tetapi, Vito tidak menunjukkan ketertarikan.Pria itu memperlakukannya seperti pegawai yang lain. Tidak ada yang istimewa.I
Berita baik apa yangelibatkan sang ayah? Elitta sangat penasaran dengan hal itu. Dia masih diam, menanti sang suami untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Setelah mendengar ada berita baik tentang ayahnya itu, dia tidak mungkin bisa tidur.Vito menjelaskan, "tadi siang Dino datang ke kantorku. Dia bercerita tentang papa kamu.""Ini papa yang aku cari 'kan?""Iya, Papa Derry. Beberapa hari yang lalu, Papa kamu yang satunya itu ketemu sama Papa Derry di jalan. Karena kasihan, dia membawanya pulang ke rumah. Selama beberapa hari itu, Papa Derry nggak mau ngomong atau apapun— jadi Dino ataupun Papa Zero nggak tahu apa yang udah terjadi.“Elitta tidak tahu harus merespon apa setelah mendengar penjelasan suaminya. Dia tidak mengerti juga apa yang terjadi pada sang ayah. Tetapi, dia bisa merasakan mungkin ada sesuatu yang terjadi. Karena Elitta diam saja, Vito melanjutkan, "sampai sekarang, papa Derry nggak mau cerita apapun. Dia juga nggak mau ketemu siapapun untuk sekarang. Dino
Elitta sudah belanja banyak sekali baju yang dia sukai. Dia pulang sebelum pukul empat sore.Beruntung, Vito pulang sekitar sejam kemudian. Seperti biasa, dia terlihat lesu dan segera masuk ke dalam kamar mandi untuk mandi air hangat dahulu. Tubuhnya terasa lebih ringan setelah merasakan hangatnya air tersebut.Elitta masih menyembunyikan berita tentang kehamilannya. Dia menunggu Vito di ruang makan. Wajahnya tidak dapat berbohong kalau dia sangat bersemangat.Bahkan, Ibu Mugi jadi ikutan tersenyum saat menyajikan makan malam di atas meja. Dia bertanya, "Nyonya hari ini bahagia sekali, ada apa?"Elitta hanya berkata, "nggak apa, Bu, soalnya tadi saya beli banyak baju.""Oh." Ibu Mugi tidak percaya kalau itu alasannya. Dia jadi penasaran, tapi tida mungkin memaksa majikannya sendiri untuk memberitahu ada apa.Usai menyiapkan segalanya di atas meja makan, dia berpamitan, "iya udah, Nyonya, saya pergi ke belakang dahulu kalau nggak ada lagi yang Nyonya inginkan.""Nggak ada kok, Bu, maka