Elitta hampir sejam berada di rumah ayahnya. Selama itu pula, dia berusaha untuk terus memantau agar pria bernama Dino itu tidak menyentuh istri ayahnya, Vivian. Dia ingin sekali tidak mempedulikan mereka, ingin sekali merekam kegiatan mereka yang mesra di ruang tengah. Akan tetapi, ayahnya pasti akan tidak akan percaya, pasti menuduhnya sedang memfitnah Vivian. Selain itu, saat ini Vivian sedang mengandung. Ayahnya pasti jauh lebih protektif dan percaya padanya."Menyebalkan." Elitta melihat mereka berdua yang nonton televisi di ruang tengah dari balik tembok. Dia tak tahan melihat kemesraan itu, lalu memilih pergi ke dapur. Bertepatan dengan itu, ponselnya bergetar— tak diduga nomor dari Nyonya Reffa memanggil.Elitta baru menerima panggilan telepon itu ketika sudah ada di meja dapur. "Halo, Oma?"Suara nenek Leon terdengar di balik sambungan telepon, "Elitta, kamu kenapa nggak balik pulang ke rumah Leon? Oma kangen sama kamu. Oma nggak bisa lama-lama di sini, jadi kamu harusnya d
Elitta tidak bisa bertemu dengan suaminya di kantor. Vito sendiri sedang mengurus supermarket yang sedang pembukaan di pinggiran kota. Mau tidak mau, Elitta pulang saja.Vito pulang saat menjelang jam lima sore. Dia membawakan sekeranjang buah apel. Suasana hatinya sedang baik hari ini. Semua pekerjaannya tidak ada masalah, hubungannya dengan Elitta juga semakin baik.Elitta menyambutnya pulang. Dia tahu kalau suaminya lelah, jadi menunggu sampai pria itu selesai mandi.Begitu Vito mandi, berganti pakaian, dia meilhat diri sendiri di cermin meja rias istrinya. Dia berkata, "sayang, kamu diam aja dari tadi. Ada apa? Aku beli apel buat kamu tadi ... ayo kita makan."Elitta masih duduk di pinggiran ranjang, memandangi punggung wanita itu. Dia kepikiran dengan apa yang terjadi tadi pagi.Dia bertanya, "kamu diam-diam nyari informasi tentang papa kandungku?"Mendengar itu, Vito langsung balik badan. Terlihat kalau sebagian poni rambutnya masih agak basah. Dia langsung berubah serius.Tanpa
"Apa maksudnya ini, Elitta?" Vito meminta penjelasan. Dia tepat berdiri di hadapan Elitta, menatapnya dengan seksama, menanti kejujuran. "Apa maksudmu bicara tentang gaun pengantin, resepsi dan Leon? Kamu ngomong sama siapa barusan?""Itu ...""Kalau kamu sulit ngaku, berikan ponselmu. Biar aku sendiri yang menelpon orangnya dan bertanya langsung.""Bukan ..."Vito makin tidak nyaman dengan jawaban ragu Elitta. Dia berusaha merebut ponsel wanita itu. "Berikan ponselmu.""Nggak usah." Elitta menjauhkan tangannya agar ponsel tak diambil alih. Dia menjelaskan, "aku ... aku cuma ngomong sama neneknya Leon.""Neneknya Leon?" Vito tak jadi merampas ponsel Elitta. Dia merasa kalau wanita itu berkata jujur.Elitta memandangi wajah Vito, merasa bersalah tapi juga berada di posisi sulit. Dia menghela napas panjang, kemudian mengaku, "maaf aku nggak ngomong sama kamu. Sebenarnya, saat kamu di kantor polisi waktu itu, aku nemuin Leon buat nyari tahu di mana Vivian ... Tapi ternyata, di sana ada n
Dua hari kemudian ...Seperti janjinya, Vito mengajak Elitta jalan-jalan sebentar di mall, nonton film, kemudian makan siang berdua.Selama setengah jam, tidak ada obrolan di antara mereka berdua. Keduanya fokus makan saja. Sesekali, mereka saling pandang karena duduk berseberangan."Sayang, maaf ya kita jadi nggak bisa nemuin Oma kesayangan kamu itu," kata Vito akhirnya.Elitta tahu kalau Vito masih tak suka walaupun sudah merelakan dirinya sandiwara sebagai istri dari Leon. Dia berkata, "nggak apa-apa, tadi aku udah bilang kalau hari ini nggak bisa.""Oh.""Padahal sayang banget, aku dibeliin gaun pengantin mahal ..." Elitta menahan tawa, jelas ingin menggoda Vito.Vito tersenyum kesal. "Oh gitu, ya maaf kalau dulu gaun pengantin pemberianku kurang bagus. Tanpa persiapan juga ... aku tahu, kamu pasti kecewa."Elitta tertawa kecil. Dia menepuk pipi sang suami, kemudian berkata, "aku cuma bercanda, Suamiku sayang. Aku suka banget sama gaun pengantin pemberian kamu.""Tapi ..." Vito s
Tempat karaoke yang juga milik Tuan Zero tak jauh dari kediamannya. Bisa dibilang, tempat itu sebenarnya cuma kedok untuk bertemu beberapa orang penting dalam urusan bisnisnya.Elitta merasa gugup ketika masuk ke dalam tempat ini. Dia tidak pernah ke tempat karaoke, jadi rasanya agak canggung.Tempat karaoke ini juga kelihatan sedikit mewah, aroma alkohol masih tercium di beberapa area. Hanya Vito yang bisa menyadari ini.Saat masuk ke dalam ruang reservasi, pria itu langsung sebal minat botol-botol minuman beralkohol di atas meja.Elitta tidak familiar dengan minuman beralkohol. Jadi, awalnya dia mengira itu botol minuman biasa. Vito mengambil satu botol, lalu membacanya. Dia kaget melihat kadar alkohol yang tinggi. "Orang ini benar-benar sudah gila. Berani sekali menyambut kita dengan menyuguhkan alkohol.""Alkohol?" Elitta ikut membaca tulisan di botol minuman itu. "Jadi benar— karaoke itu biasanya penuh alkohol ya?“"Nggak juga sih. Tapi kayaknya papa kandung kamu ini sedikit ...
Pertemuan antara ayah dan anak kandung berlangsung cukup lama. Akan tetapi, Elitta tak banyak bicara, bahkan masih berat melihat wajah ayah kandungnya. Orang yang banyak bicara adalah sang suami.Karena tidak kuat, Elitta pergi ke toilet, meninggalkan Vito bersama Tuan Zero sendirian.Vito menatap mertuanya itu. "Oh iya, Papa, sebelum kami ke sini, kami diikuti mobil misterius. Itu suruhan Papa?""Papa, siapa yang kamu panggil Papa?" Tuan Zero jelas tak suka dengan Vito. Nada bicaranya cukup sinis."Lalu saya harus panggil apa?""Om saja."Vito sadar diri kalau tidak disukai. Dia merasa ada yang disembunyikan oleh pria itu. Berhadapan dengan rentenir tidak boleh sembarangan. Mereka duduk di sofa yang sama. Jarak mereka pun dekat. Karena itulah, saat berpandangan— tatapan mereka seperti saling memancarkan kilatan.Tuan Zero kemudian menjawab, "mobil yang kamu maksud itu bukan suruhan saya. Saya nggak tahu.""Masa sih, Om?""Kenapa kamu melihat saya sampai segitunya?""Nggak apa-apa, O
"Apa? Nggak mungkin!"Vivian berulang kali mengatakan hal tersebut kepada Leon. Dia masih melihat foto yang diberikan oleh pria itu. Iya, itu adalah foto dari teman kencannya saat ini. Teman kencan yang kemarin datang ke rumahnya saat ada Elitta.Dino."Yang benar saja, Dino ini ternyata— anak dari orang penting itu? Tuan tanah?" Vivian menatap Leon yang duduk di seberang meja darinya.Sekarang, mereka sedang makan malam di restoran dekat hotel ternama. Vivian berhasil mendapatkan ijin keluar dari suaminya dengan mengatakan ada pertemuan dengan teman lama.Leon kelihatan cemberut. "Yang lebih menyebalkan, ternyata dia ayah kandung Elitta.""Enggak mungkin.""Terserah kamu mau percaya atau enggak— ini kenyataan, Dino itu anak angkat, jadi bisa dibilang dia kakaknya Elitta sekarang.""Keterlaluan! Kenapa tiba-tiba wanita sialan itu punya ayah kandung orang sepenting ini! Aku selalu mengira ayah kandungnya kriminal!""Mana kutahu."Perasaan iri dengki menyelimuti seluruh hati dan pikira
Sejak merasakan bahagianya tidur dengan Elitta, Vito lebih betah di atas ranjang dengan wanita itu. Dia tidak mempedulikan apapun selama bisa bermesraan dengannya.Semalaman menghabiskan waktu berdua masih belum cukup. Elitta pun demikian— saat bangun pagi harinya, dia merasa tubuhnya lunglai tak bertenaga. Untuk sekedar membuka kelopak mata saja terasa berat.Dia melihat kondisi kamar hotel yang masih redup, tapi jendela sudah terlihat agak terang. Pandangannya teralih ke jam analog yang ada di atas meja nakas, jam tersebut menunjukkan pukul tujuh pagi.Saat dia akan bangun, tangan Vito menahannya. Pria itu sadar kalau istrinya hendak bangkit dari ranjang. Dia tidak rela hal itu terjadi."Sudah pagi," ucap Elitta."Terus kenapa? Aku nyewa kamar hotel ini dua hari— kita bisa tiduran di sini sampai besok malam.“ Suara Vito agak malas. Dia masih memejamkan mata, enggan bangun juga— dan enggan membiarkan istrinya lepas darinya.Elitta menatap pria yang berbaring di sebelahnya itu. Dia be
Keesokan harinya ... Elitta dan Vito berangkat pagi sekali untuk menuju ke rumah Tuan Zero. Di sana mereka direncanakan untuk bertemu dengan Pak Derry. Sudah sangat lama sejak terakhir bertemu dengan ayahnya, Elitta sudah tidak sabar. Di sepanjang perjalanan, dia menyempatkan diri untuk membeli buah melon kesukaan sang ayah. Setelah sampai di rumah megah ayah kandung Elitta itu, mereka disambut oleh oleh Dino. Elitta sesekali melihat ke sekitar, tapi tak menemukan yang dicari. Iya, selain Pak Derry, dia juga penasaran kemana sang ayah kandung? Dino bisa menebak jalan pikirannya, dan menjawab, "santai aja nanti juga ketemu papa." Karena malu, Elitta berdusta, "nggak, aku nggak nyariin dia, kok, aku cuma nyari Papa Derry.'" Dino hanya menahan tawa saat membawa mereka menuju ke lantai dua, dan kemudian memasuki salah satu ruangan. Begitu pintu dibuka, terlihatlah pemandangan meriah dengan spanduk yang bertuliskan "SELAMAT UNTUK KEHAMILANMU, ELITTA!" Banyak sekali pita warna-warni
Elitta dan Vito menenangkan diri dengan mampir ke kafe dekat rumah sakit. Emosi mereka sudah sama-sama reda. Elitta juga tidak mungkin marah terus apalagi Vito sudah mengatakan segalanya untuk minta maaf. Vito sengaja memesankan es krim coklat untuk makin menenangkan hati istrinya. Selama hampir lima menit, dia hanya memperhatikan wanita itu menikmati es krim. Karena es krim dalam mangkuknya sudah hampir habis, dia menawarkan, "mau nambah lagi nggak?" Elitta mengangguk. Vito tersenyum. Dia lega melihat Elitta sudah tidak memandangnya dengan kekecewaan lagi. Dia meminta waiter untuk membuatkan satu es krim coklat lagi. Sambil menunggu, Elitta hanya diam memandangi suaminya. Dia tidak tahu harus berkata apa sekarang. Vito bertanya, "Sayang, tadi kamu bilang kalau ada orang yang tahu lebih dahulu tentang kehamilan kamu daripada aku 'kan? Siapa itu? Jangan-jangan dia yang ngedit suratnya?" Elitta menjawab, "Lana." "Apa ..." Vito terkejut. "Dia?" "Dia yang tahu lebih dahulu, aku s
Elitta meminta sopir untuk mengantarkannya pergi ke rumah sakit. Dengan atau tanpa Vito, dia akan membukikan kalau dirinya tidak berbohong.Perkataan manja Lana sebelumnya masih terngiang di kepalanya. Kenapa wanita itu berani sekali bersikap seperti itu? Apa dia tidak melihat dia ada di sana? Dia adalah istri Vito!Elitta selama ini menyadari kalau perubahan dari Lana seperti mengikuti dirinya. Bahkan, aroma wewangiannya, tapi sebelumnya dia hanya menganggap itu hal biasa.Akan tetapi, dia jadi teringat oleh Vivian, yang teman sendiri menggoda mantan pacarnya dahulu, kemudian tunangannya, sekaligus ayahnya. Semua pria yang ada di dalam hidupnya seolah direnggut. Dia tidak menerima perselingkuhan lagi.Apa vito sungguh berselingkuh darinya? Apa pria itu mulai dekat dengan Lana di belakangnya? Apa itu alasan wanita itu diberikan pekerjaan di kantor? Elitta merasa dadanya sangat sakit. Dia tidak mau membayangkan hal buruk, tapi yang muncul di kepalanya hanya hal-hal yang jelek. Sudah b
Elitta dan Dino masih berdiam diri di halte selama setengah jam. Keduanya membahas beberapa hal, termasuk tentang kesehatan Pak Derry.Elitta lega bisa mendengar dari mulut Dino langsung kalau sang ayah baik-baik saja. Dia benar-benar sudah membuka hati untuk pria itu sekaligus ayah kandungnya.Dia berkata, "maaf ya, selama ini aku agak sinis sama kamu terus sama ..."Wanita itu masih bingung harus memanggil ayah kandungnya dengan sebutan papa atau sekedar Tuan Zero seperti julukannya?Dino paham dengan apa yang dipikirkan Elitta. Dia tersenyum, lalu mengatakan, "nggak usah minta maaf, aku yang harusnya minta maaf. Jujur aja, niatku jelek loh sama kamu sebelumnya.""Jelek?""Iya pokoknya gitu lah, tapi Papa buat aku sadar kalau kita ini sekarang keluarga."Elitta hampir tidak mengira kalau orang seperti Dino akan berkata seperti itu. Tetapi, dia tidak mengatakan apapun, takut menyinggung.Halte tersebut ada di dekat kantor.yang secara otomatis berseberangan jalan dengan restoran. Deng
Elitta sedih sampai ketiduran. Ketika dia bangun keesokan harinya, tidak ada Vito di atas ranjang. Dia semakin khawatir dengan pria itu. Dia segera pergi keluar, mencari-carinya dan ternyata memang tidak ada tanda-tanda Vito pulang sejak kemarin. Khawatir, dia menelpon ponselnya, tapi malah tidak aktif. Perasaannya jadi campur aduk. Apa pria itu sehancur itu hanya karena tulisan di kertas kemarin? Kenapa bisa langsung percaya Dia menghampiri Ibu Mugi yang ada di dapur, lalu bertanya, "Bu, mana Vito? Apa dia enggak pulang semalaman?“ "Nggak, Nyonya. Tapi, tadi telpon di telepon rumah, katanya suruh bilang ke Nyonya, Tuan lagi kerja, mungkin pulang nanti malam.” “Dia nggak pulang terus langsung kerja?“ Elitta kaget. Yang lebih mengejutkan, kenapa malah menghubungi telepon rumah? Kenapa tidak langsung menelpon ke ponselnya? Bukankah dia itu istrinya? "Iya, Nyonya.” Ibu Mugi merasa kalau ada sesuatu semalam. Hanya saja, dia tidak tahu apa yang terjadi karena saat Vito pergi dia sibuk
Lana sempat mampir ke rumah Vito. Tentu saja, dia diam-diam menuju ke dekat pintu garasi, dan membuang amplop putih di sekitar mobil yang biasa dipakai Elitta.Setelah itu, dia masuk ke dalam— lalu menyapa sang ibu, dan akhirnya ikut makan siang bersama. Tidak ada kecuriagaan sama sekali. Baik Elitta dan Vito terlihat mesra seperti biasa. Malahan lebih mesra, mereka juga saling suap, bahkan di hadapan Lana.Ibu Mugi mulai sadar kalau anaknya menyukai Vito. Tetapi, dia lega karena yakin majikannya tidak akan pernah menanggapi perasaan Lana.Situasi ini cukup rumit.Lana berpamitan pulang lebih awal. Dia terlalu mual melihat kebersamaan mereka.Sore harinya, Elitta mengalami mual-mual, jadi beristirahat di dalam kamar. Selama itu pula, Vito dengan setia memijat kakinya— memanjakannya sebisa mungkin."Kamu mau sesuatu, Sayang? Minuman hangat mungkin? Teh kesukaan kamu?“ Vito menawarkan. Dia tahu kebiasaan Elitta yang sering minum teh tiap sore.Elitta menggelengkan kepala. Dia masih mer
Sepulang kerja, Vito sangat antusias untuk mampir sebentar ke supermarket miliknya yang ada di dekat rumah. Lana ikut bersamanya. Jadi, dia ikut untuk berbelanja juga di dalam."Maaf ya kamu ikutan belanja juga jadinya," kata Vito yang masih sibuk melihat-lihat susu untuk ibu hamil."Nggak apa, kok." Lana berjalan di sebelahnya terlihat murung. Dia terlihat sangat iri, tidak bisa kalau tidak iri— Vito terlalu perhatian dengan istrinya. Pria seperti ini jarang sekali ditemui.Kenapa pria seperti ini malah sudah menikah? Sementara pria-pria miskin di luaran sana sok jadi playboy dan suka mempermainkan wanita?Lana semakin kesal. Dia tidak terima. Ada pria yang luar biasa sempurna di depannya, tapi tak bisa dia sentuh. Sudah berhari-hari, dia mencoba mendekati Vito, tapi tak berhasil juga. Padahal, setiap siang, mereka menghabiskan waktu bersama di kafetaria. Akan tetapi, Vito tidak menunjukkan ketertarikan.Pria itu memperlakukannya seperti pegawai yang lain. Tidak ada yang istimewa.I
Berita baik apa yangelibatkan sang ayah? Elitta sangat penasaran dengan hal itu. Dia masih diam, menanti sang suami untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Setelah mendengar ada berita baik tentang ayahnya itu, dia tidak mungkin bisa tidur.Vito menjelaskan, "tadi siang Dino datang ke kantorku. Dia bercerita tentang papa kamu.""Ini papa yang aku cari 'kan?""Iya, Papa Derry. Beberapa hari yang lalu, Papa kamu yang satunya itu ketemu sama Papa Derry di jalan. Karena kasihan, dia membawanya pulang ke rumah. Selama beberapa hari itu, Papa Derry nggak mau ngomong atau apapun— jadi Dino ataupun Papa Zero nggak tahu apa yang udah terjadi.“Elitta tidak tahu harus merespon apa setelah mendengar penjelasan suaminya. Dia tidak mengerti juga apa yang terjadi pada sang ayah. Tetapi, dia bisa merasakan mungkin ada sesuatu yang terjadi. Karena Elitta diam saja, Vito melanjutkan, "sampai sekarang, papa Derry nggak mau cerita apapun. Dia juga nggak mau ketemu siapapun untuk sekarang. Dino
Elitta sudah belanja banyak sekali baju yang dia sukai. Dia pulang sebelum pukul empat sore.Beruntung, Vito pulang sekitar sejam kemudian. Seperti biasa, dia terlihat lesu dan segera masuk ke dalam kamar mandi untuk mandi air hangat dahulu. Tubuhnya terasa lebih ringan setelah merasakan hangatnya air tersebut.Elitta masih menyembunyikan berita tentang kehamilannya. Dia menunggu Vito di ruang makan. Wajahnya tidak dapat berbohong kalau dia sangat bersemangat.Bahkan, Ibu Mugi jadi ikutan tersenyum saat menyajikan makan malam di atas meja. Dia bertanya, "Nyonya hari ini bahagia sekali, ada apa?"Elitta hanya berkata, "nggak apa, Bu, soalnya tadi saya beli banyak baju.""Oh." Ibu Mugi tidak percaya kalau itu alasannya. Dia jadi penasaran, tapi tida mungkin memaksa majikannya sendiri untuk memberitahu ada apa.Usai menyiapkan segalanya di atas meja makan, dia berpamitan, "iya udah, Nyonya, saya pergi ke belakang dahulu kalau nggak ada lagi yang Nyonya inginkan.""Nggak ada kok, Bu, maka