"Apa? Nggak mungkin!"Vivian berulang kali mengatakan hal tersebut kepada Leon. Dia masih melihat foto yang diberikan oleh pria itu. Iya, itu adalah foto dari teman kencannya saat ini. Teman kencan yang kemarin datang ke rumahnya saat ada Elitta.Dino."Yang benar saja, Dino ini ternyata— anak dari orang penting itu? Tuan tanah?" Vivian menatap Leon yang duduk di seberang meja darinya.Sekarang, mereka sedang makan malam di restoran dekat hotel ternama. Vivian berhasil mendapatkan ijin keluar dari suaminya dengan mengatakan ada pertemuan dengan teman lama.Leon kelihatan cemberut. "Yang lebih menyebalkan, ternyata dia ayah kandung Elitta.""Enggak mungkin.""Terserah kamu mau percaya atau enggak— ini kenyataan, Dino itu anak angkat, jadi bisa dibilang dia kakaknya Elitta sekarang.""Keterlaluan! Kenapa tiba-tiba wanita sialan itu punya ayah kandung orang sepenting ini! Aku selalu mengira ayah kandungnya kriminal!""Mana kutahu."Perasaan iri dengki menyelimuti seluruh hati dan pikira
Sejak merasakan bahagianya tidur dengan Elitta, Vito lebih betah di atas ranjang dengan wanita itu. Dia tidak mempedulikan apapun selama bisa bermesraan dengannya.Semalaman menghabiskan waktu berdua masih belum cukup. Elitta pun demikian— saat bangun pagi harinya, dia merasa tubuhnya lunglai tak bertenaga. Untuk sekedar membuka kelopak mata saja terasa berat.Dia melihat kondisi kamar hotel yang masih redup, tapi jendela sudah terlihat agak terang. Pandangannya teralih ke jam analog yang ada di atas meja nakas, jam tersebut menunjukkan pukul tujuh pagi.Saat dia akan bangun, tangan Vito menahannya. Pria itu sadar kalau istrinya hendak bangkit dari ranjang. Dia tidak rela hal itu terjadi."Sudah pagi," ucap Elitta."Terus kenapa? Aku nyewa kamar hotel ini dua hari— kita bisa tiduran di sini sampai besok malam.“ Suara Vito agak malas. Dia masih memejamkan mata, enggan bangun juga— dan enggan membiarkan istrinya lepas darinya.Elitta menatap pria yang berbaring di sebelahnya itu. Dia be
Elitta dan Vito makan siang di restoran tepat di depan hotel tempat mereka menginap. Beberapa kali, Nyonya Reffa mengirimkan pesan kepala Elitta yang semuanya berisi tentang pertanyaan kapan wanita itu datang ke rumah. Tetapi, Elitta hanya bisa memberikan jawaban tidak jelas."Ada apa, Sayang? Dari tadi ngeliat hape terus? Pesan dari siapa, hayo?" tanya Vito yang berhenti sejenak memakan sarapannya.Elitta menaruh ponselnya di atas meja, kemudian menjawab, "nggak ada apa-apa."Baru juga menjawab begitu, layar ponselnya menyala— ada pesan masuk lagi dari nenek Leon tersebut."Siapa yang gangguin kamu pagi-pagi begini?" Vito lebih dahulu menyambar ponsel itu. Dia melihat siapa yang mengirimkan pesan.Elitta ingin meraih ponselnya lagi, tapi dihalangi oleh Vito. "Sudahlah, sini.""Oma ..." Vito membaca nama pengirim. Dia sudah tahu apa yang terjadi, tapi tetap saja— dia masih tidak suka kalau waktunya bersama sang istri diganggu. "Oh, oma-nya mantan kamu ini ngeyel banget mau ketemu kam
Romeo hanya datang memberikan surat undangan reuni?Elitta tak habis pikir dengan itu. Tetapi, nyatanya dia pergi setelah memberikan surat. Jika memang berniat buruk, kenapa pergi?Tak berselang lama, suaminya datang kembali. Untungnya, dia tidak melihat ada pria lain yang datang. Elitta tak mau membahas ini dengannya.Vito melihat Elitta tampak melamun. Dia bertanya, "ada apa, Sayang?""Nggak. Kita kembali ke hotel, yuk?""Udah selesai makannya?""Udah.""Ya udah, ayo."Elitta melingkarkan tangan di lengan sang suami. Vito sampai heran. Tetapi, tak ada satupun dari mereka yang bicara. Keduanya kompak keluar dari restoran itu setelah membayar semua.Mereka berjalan pergi berdua, menyebrangi jalan— menuju ke hotel kembali."Masih mau jalan-jalan nggak?“ tanya Vito begitu mereka masuk ke lobi hotel yang sudah ramai.Elitta berpikir sebentar. Tetapi, pandangannya teralihkan saat melihat ada orang yang menunggu di depan lift yang sedang mereka tuju. Itu adalah Romeo.Vito heran tidak ada
Vito muak melihat Dino. Tanpa basa-basi, dia menyambar kerah baju pria itu, diangkatnya sampai berdiri dari tempatnya duduk.Dia berkata, "berani sekali kamu muncul di depan istriku.""Apa?" Dino tersenyum. Dia sama sekali tidak takut dengan perlakuan kasar ini.Elitta panik. Dia melihat sekitar, dan beberapa orang sudah menyadari tindakan mereka.Takut memancing perhatian, dia segera bangkit dari kursi juga, kemudian memegangi tangan sang suami. Dia menariknya sambil berkata, "sudah cukup, sudah ... sudah jangan ribut di sini."Vito ingin sekali mengajar muka Dino. Akan tetapi, dia sadar kalau ucapan istrinya benar. Dia tidak bisa mengamuk di tempat ramai. Apalagi, banyak petugas keamanan yang berkeliling.Dia melepaskan kerah baju Dino, mendorongnya dengan kasar.Dino kehilangan keseimbangan, nyaris terjungkal ke belakang kalau saja pinggangnya tak tertahan pinggiran meja."HA, HA." Dia malah tertawa. Dengan santainya, dia kembali berdiri tegak, lalu merapikan bajunya yang sedikit k
Elitta terus membuka satu per satu kancing kemeja sang suami sampai terlepas semuanya. Tak berhenti sampai disitu, dia meraba kulit dada keras dan tangguh dari suaminya itu perlaha-lahan dan sensual.Melihat dada bidang yang sangat indah itu membuatnya melamun hingga semenit lamanya. Vito hanya bisa tersenyum melihat tingkahnya yang seperti baru kemarin mengetahui bentuk fisiknya.Dia menggoda, "menikmati tubuhku, Sayang?""Enggak," sahut Elitta cepat sambil berpaling sejenak."Kamu kaya baru kemarin aja ngeliat aku telanjang." Vito menahan tawa. Dia menyentuh dagu Elitta, lalu dnaikkan sedikit sehingga wanita itu kini menatap wajahnya. "Lihat aku, dong. Kenapa sih malu-malu terus?""Siapa yang malu?" Elitta menunjukkan wajah tangguhnya. Dia balas dengan menatapnya dengan sensual. Dia ingin membuat pria itu terangsang lebih dahulu daripada dia.Vito tersenyum. "Naik sedikit, Sayang."Elitta merangkak naik di atas tubuh Vito. Karena itulah, dia kini bisa lebih dekat dengan wajah pria i
Alvaro merapikan bajunya di depan cermin di lemari baju kamarnya. Dia menggunakan kemeja hitam lengan panjang dipadu dengan jeans hitam pula. Dandanannya sangat rapi dan stylish.Sebagai mantan laki-laki paling populer di sekolah dahulu, dia harus tampil maksimal. Iya, itu tentu saja, lagi pula ini spesial. Hampir semua temannya dipastikan datang ke reuni, termasuk sang mantan pacar."Masih nggak percaya, nggak mungkin 'kan ..." ucapnya lirih dengan pandangan sedikit sendu. Dia masih tidak percaya dengan fakta yang sudah didapat jauh-jauh hari tentang kebenaran pernikahan Elitta.Elitta, mantan pacarnya selama di sekolah, sekarang sudah menikah dengan seorang pengusaha bernama Vito. Dan, sejauh yang dia amati, kehidupan mereka berjalan cukup harmonis, tidak kelihatan seperti dipaksa.Padahal, dia mendapatkan informasi dari Vivian kalau pernikahan Elitta itu karena terpaksa. Tetapi, kenapa malah seperti ini? Bohong sekali kalau mereka tidak bahagia, buktinya mereka sangat bahagia!"Sia
"Sayang, udah belum? Lama banget sih kamu ..." kata Vito sembari menengok ke dalam kamar tidurnya untuk yang ke sekian kali. Dia melihat istrinya masih berada di tempat yang sama, depan meja rias.Erissa masih menyisir rambut serta memastikan riasannya tidak terlalu menor, tapi juga tidak terlalu biasa. Seperti kata sang suami, acara reuni semacam ini bisa menjadi pembuktian kalau dirinya sudah move on dari kejadian memalukan yang dilakukan Vivian kepadanya.Dahulu, dia sangat malu sekaligus merasa tak berguna, merasa tak cantik, merasa kurang dalam hal apapun karena pacarnya bisa direbut dengan mudah oleh gadis lain. Kalau saja pacarnya dulu cuma murid biasa, maka mungkin tidak akan heboh satu sekolahan. Hanya saja, dulu manta pacarnya adalah kapten basket yang terkenal.Dahulu, pihak orang yang diselingkuhi sepertinya mendapat penghinaan. Iya, itu wajar saja ... semua gadis menginginkan mantan pacarnya saat itu, jadi mereka memilih tutup mata dan membenarkan apa yang dilakukan laki-
Keesokan harinya ... Elitta dan Vito berangkat pagi sekali untuk menuju ke rumah Tuan Zero. Di sana mereka direncanakan untuk bertemu dengan Pak Derry. Sudah sangat lama sejak terakhir bertemu dengan ayahnya, Elitta sudah tidak sabar. Di sepanjang perjalanan, dia menyempatkan diri untuk membeli buah melon kesukaan sang ayah. Setelah sampai di rumah megah ayah kandung Elitta itu, mereka disambut oleh oleh Dino. Elitta sesekali melihat ke sekitar, tapi tak menemukan yang dicari. Iya, selain Pak Derry, dia juga penasaran kemana sang ayah kandung? Dino bisa menebak jalan pikirannya, dan menjawab, "santai aja nanti juga ketemu papa." Karena malu, Elitta berdusta, "nggak, aku nggak nyariin dia, kok, aku cuma nyari Papa Derry.'" Dino hanya menahan tawa saat membawa mereka menuju ke lantai dua, dan kemudian memasuki salah satu ruangan. Begitu pintu dibuka, terlihatlah pemandangan meriah dengan spanduk yang bertuliskan "SELAMAT UNTUK KEHAMILANMU, ELITTA!" Banyak sekali pita warna-warni
Elitta dan Vito menenangkan diri dengan mampir ke kafe dekat rumah sakit. Emosi mereka sudah sama-sama reda. Elitta juga tidak mungkin marah terus apalagi Vito sudah mengatakan segalanya untuk minta maaf. Vito sengaja memesankan es krim coklat untuk makin menenangkan hati istrinya. Selama hampir lima menit, dia hanya memperhatikan wanita itu menikmati es krim. Karena es krim dalam mangkuknya sudah hampir habis, dia menawarkan, "mau nambah lagi nggak?" Elitta mengangguk. Vito tersenyum. Dia lega melihat Elitta sudah tidak memandangnya dengan kekecewaan lagi. Dia meminta waiter untuk membuatkan satu es krim coklat lagi. Sambil menunggu, Elitta hanya diam memandangi suaminya. Dia tidak tahu harus berkata apa sekarang. Vito bertanya, "Sayang, tadi kamu bilang kalau ada orang yang tahu lebih dahulu tentang kehamilan kamu daripada aku 'kan? Siapa itu? Jangan-jangan dia yang ngedit suratnya?" Elitta menjawab, "Lana." "Apa ..." Vito terkejut. "Dia?" "Dia yang tahu lebih dahulu, aku s
Elitta meminta sopir untuk mengantarkannya pergi ke rumah sakit. Dengan atau tanpa Vito, dia akan membukikan kalau dirinya tidak berbohong.Perkataan manja Lana sebelumnya masih terngiang di kepalanya. Kenapa wanita itu berani sekali bersikap seperti itu? Apa dia tidak melihat dia ada di sana? Dia adalah istri Vito!Elitta selama ini menyadari kalau perubahan dari Lana seperti mengikuti dirinya. Bahkan, aroma wewangiannya, tapi sebelumnya dia hanya menganggap itu hal biasa.Akan tetapi, dia jadi teringat oleh Vivian, yang teman sendiri menggoda mantan pacarnya dahulu, kemudian tunangannya, sekaligus ayahnya. Semua pria yang ada di dalam hidupnya seolah direnggut. Dia tidak menerima perselingkuhan lagi.Apa vito sungguh berselingkuh darinya? Apa pria itu mulai dekat dengan Lana di belakangnya? Apa itu alasan wanita itu diberikan pekerjaan di kantor? Elitta merasa dadanya sangat sakit. Dia tidak mau membayangkan hal buruk, tapi yang muncul di kepalanya hanya hal-hal yang jelek. Sudah b
Elitta dan Dino masih berdiam diri di halte selama setengah jam. Keduanya membahas beberapa hal, termasuk tentang kesehatan Pak Derry.Elitta lega bisa mendengar dari mulut Dino langsung kalau sang ayah baik-baik saja. Dia benar-benar sudah membuka hati untuk pria itu sekaligus ayah kandungnya.Dia berkata, "maaf ya, selama ini aku agak sinis sama kamu terus sama ..."Wanita itu masih bingung harus memanggil ayah kandungnya dengan sebutan papa atau sekedar Tuan Zero seperti julukannya?Dino paham dengan apa yang dipikirkan Elitta. Dia tersenyum, lalu mengatakan, "nggak usah minta maaf, aku yang harusnya minta maaf. Jujur aja, niatku jelek loh sama kamu sebelumnya.""Jelek?""Iya pokoknya gitu lah, tapi Papa buat aku sadar kalau kita ini sekarang keluarga."Elitta hampir tidak mengira kalau orang seperti Dino akan berkata seperti itu. Tetapi, dia tidak mengatakan apapun, takut menyinggung.Halte tersebut ada di dekat kantor.yang secara otomatis berseberangan jalan dengan restoran. Deng
Elitta sedih sampai ketiduran. Ketika dia bangun keesokan harinya, tidak ada Vito di atas ranjang. Dia semakin khawatir dengan pria itu. Dia segera pergi keluar, mencari-carinya dan ternyata memang tidak ada tanda-tanda Vito pulang sejak kemarin. Khawatir, dia menelpon ponselnya, tapi malah tidak aktif. Perasaannya jadi campur aduk. Apa pria itu sehancur itu hanya karena tulisan di kertas kemarin? Kenapa bisa langsung percaya Dia menghampiri Ibu Mugi yang ada di dapur, lalu bertanya, "Bu, mana Vito? Apa dia enggak pulang semalaman?“ "Nggak, Nyonya. Tapi, tadi telpon di telepon rumah, katanya suruh bilang ke Nyonya, Tuan lagi kerja, mungkin pulang nanti malam.” “Dia nggak pulang terus langsung kerja?“ Elitta kaget. Yang lebih mengejutkan, kenapa malah menghubungi telepon rumah? Kenapa tidak langsung menelpon ke ponselnya? Bukankah dia itu istrinya? "Iya, Nyonya.” Ibu Mugi merasa kalau ada sesuatu semalam. Hanya saja, dia tidak tahu apa yang terjadi karena saat Vito pergi dia sibuk
Lana sempat mampir ke rumah Vito. Tentu saja, dia diam-diam menuju ke dekat pintu garasi, dan membuang amplop putih di sekitar mobil yang biasa dipakai Elitta.Setelah itu, dia masuk ke dalam— lalu menyapa sang ibu, dan akhirnya ikut makan siang bersama. Tidak ada kecuriagaan sama sekali. Baik Elitta dan Vito terlihat mesra seperti biasa. Malahan lebih mesra, mereka juga saling suap, bahkan di hadapan Lana.Ibu Mugi mulai sadar kalau anaknya menyukai Vito. Tetapi, dia lega karena yakin majikannya tidak akan pernah menanggapi perasaan Lana.Situasi ini cukup rumit.Lana berpamitan pulang lebih awal. Dia terlalu mual melihat kebersamaan mereka.Sore harinya, Elitta mengalami mual-mual, jadi beristirahat di dalam kamar. Selama itu pula, Vito dengan setia memijat kakinya— memanjakannya sebisa mungkin."Kamu mau sesuatu, Sayang? Minuman hangat mungkin? Teh kesukaan kamu?“ Vito menawarkan. Dia tahu kebiasaan Elitta yang sering minum teh tiap sore.Elitta menggelengkan kepala. Dia masih mer
Sepulang kerja, Vito sangat antusias untuk mampir sebentar ke supermarket miliknya yang ada di dekat rumah. Lana ikut bersamanya. Jadi, dia ikut untuk berbelanja juga di dalam."Maaf ya kamu ikutan belanja juga jadinya," kata Vito yang masih sibuk melihat-lihat susu untuk ibu hamil."Nggak apa, kok." Lana berjalan di sebelahnya terlihat murung. Dia terlihat sangat iri, tidak bisa kalau tidak iri— Vito terlalu perhatian dengan istrinya. Pria seperti ini jarang sekali ditemui.Kenapa pria seperti ini malah sudah menikah? Sementara pria-pria miskin di luaran sana sok jadi playboy dan suka mempermainkan wanita?Lana semakin kesal. Dia tidak terima. Ada pria yang luar biasa sempurna di depannya, tapi tak bisa dia sentuh. Sudah berhari-hari, dia mencoba mendekati Vito, tapi tak berhasil juga. Padahal, setiap siang, mereka menghabiskan waktu bersama di kafetaria. Akan tetapi, Vito tidak menunjukkan ketertarikan.Pria itu memperlakukannya seperti pegawai yang lain. Tidak ada yang istimewa.I
Berita baik apa yangelibatkan sang ayah? Elitta sangat penasaran dengan hal itu. Dia masih diam, menanti sang suami untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Setelah mendengar ada berita baik tentang ayahnya itu, dia tidak mungkin bisa tidur.Vito menjelaskan, "tadi siang Dino datang ke kantorku. Dia bercerita tentang papa kamu.""Ini papa yang aku cari 'kan?""Iya, Papa Derry. Beberapa hari yang lalu, Papa kamu yang satunya itu ketemu sama Papa Derry di jalan. Karena kasihan, dia membawanya pulang ke rumah. Selama beberapa hari itu, Papa Derry nggak mau ngomong atau apapun— jadi Dino ataupun Papa Zero nggak tahu apa yang udah terjadi.“Elitta tidak tahu harus merespon apa setelah mendengar penjelasan suaminya. Dia tidak mengerti juga apa yang terjadi pada sang ayah. Tetapi, dia bisa merasakan mungkin ada sesuatu yang terjadi. Karena Elitta diam saja, Vito melanjutkan, "sampai sekarang, papa Derry nggak mau cerita apapun. Dia juga nggak mau ketemu siapapun untuk sekarang. Dino
Elitta sudah belanja banyak sekali baju yang dia sukai. Dia pulang sebelum pukul empat sore.Beruntung, Vito pulang sekitar sejam kemudian. Seperti biasa, dia terlihat lesu dan segera masuk ke dalam kamar mandi untuk mandi air hangat dahulu. Tubuhnya terasa lebih ringan setelah merasakan hangatnya air tersebut.Elitta masih menyembunyikan berita tentang kehamilannya. Dia menunggu Vito di ruang makan. Wajahnya tidak dapat berbohong kalau dia sangat bersemangat.Bahkan, Ibu Mugi jadi ikutan tersenyum saat menyajikan makan malam di atas meja. Dia bertanya, "Nyonya hari ini bahagia sekali, ada apa?"Elitta hanya berkata, "nggak apa, Bu, soalnya tadi saya beli banyak baju.""Oh." Ibu Mugi tidak percaya kalau itu alasannya. Dia jadi penasaran, tapi tida mungkin memaksa majikannya sendiri untuk memberitahu ada apa.Usai menyiapkan segalanya di atas meja makan, dia berpamitan, "iya udah, Nyonya, saya pergi ke belakang dahulu kalau nggak ada lagi yang Nyonya inginkan.""Nggak ada kok, Bu, maka