Vito bercerita tentang masa lalunya yang dijodohkan dengan Vivian. Tetapi, dia tidak pernah memberitahu Vivian kalau dirinya adalah keponakan dari Tante Rosa. "Intinya dahulu aku cuma main-main, aku penasaran dengan reaksi Vivian kalau didekati oleh pria miskin, aku ingin tahu kenapa Tante Rosa suka pada wanita itu— tapi ternyata Vivian itu mirip ular, mulutnya berbisa, licik sekali," katanya.Elitta memahami perasaan Vito. Dia mengangguk. "Iya, aku tahu. Dia teman sekolahku. Sejak dahulu, dia memang seperti itu. Aku saja nggak ngerti kenapa dia sepertinya dendam sama aku, tapi kata Rena ...“"Rena teman kamu waktu kabur kemarin itu?”"Iya. Katanya Vivian itu cemburu soalnya dulu aku pacaran sama orang yang dia sukai, sejak saat itu dia merasa tersaingi. Aku nggak paham— kenapa sampai segitunya cuma gara-gara laki-laki?“"Kan udah aku bilang, jangan bahas dia. Dia itu wanita gila.”"Tapi kamu tetap berpacaran sama Vivian 'kan?“"Iya, tapi aku nggak terlalu peduli sama dia. Dia suka b
Keesokan harinya ...Elitta dan Vito pulang setelah menginap di hotel. Setelah apa yang diobrolkan semalam, hubungan mereka jauh lebih dekat.Hari ini adalah hari libur, tapi hanya Elitta yang diminta untuk di rumah. Sementara itu, Vito melakukan pertemuan dengan sang paman. Elitta sudah memaksa ikut, tapi Vito tetap tak memperbolehkannya.Elitta menghabiskan setengah hari dengan beres-beres kamar. Sejak menikahi Vito, dia melarang semua asisten rumah tangga untuk masuk ke ruang pribadi mereka. Dia sendiri yang membereskannya.Saat semua sudah dibereskan, Elitta teringat akan rekaman suara pembicaraan Tante Rosa bersama Vivian. Itu bisa menjadi bukti kalau Vivian memang tidak pernah tulus menikahi ayahnya.Tetapi, kalau dia menyerahkan rekaman itu, apa mungkin sang ayah juga ikut marah terhadap Tante Rosa? Ada beberapa ucapannya yang terdengar kasar.Apa yang harus dilakukan?Tak berselang lama, ada panggilan telepon dari nomer tak dikenal. Ketika dia mengangkatnya, ternyata suara Viv
"Ngapain kamu ke sini?" Elitta terbiasa mendengar ucapan sinis sang ayah. Belum lagi, tatapan mata pria itu juga selalu dingin. Tetapi, entah mengapa— dia tak bisa tidak peduli padanya.Dia mendekati ranjang tempat pria itu terbaring, lalu menaruh nampan berisi botol obat dan segelas air. "Papa udah jangan tanya begituan terus. Kata dokter hipertensi Papa kambuh, jadi tolong ini diminum, terus tidur. Elitta udah minta koki buat masakin papa makanan khusus nanti malam.""Jawab pertanyaan Papa tadi!“"Elitta diminta istri papa buat ke sini, ngerawat papa.""Nggak usah bohong, ngapain juga Vivi minta kamu ngerawat Papa.""Dia nggak mau ngerawat Papa, dia bilang lagi liburan.""Kamu jangan fitnah dia. Berapa kali papa bilang, dia itu istri papa sekarang, mama tiri kamu—hormati dia.”"Pa, Elitta nggak tahu kenapa, tapi sekarang Papa makin dingin. Apa ini suruhan Vivian?“"Bukan, dari dulu papa emang nggak suka sama kamu.”Jawaban menyakitkan hati itu sudah terlalu sering didengar Elitta.
Setelah sadar mendapatkan pesan dari sang istri yang mengatakan pergi ke rumah Pak Derry, Vito memutuskan untuk pulang lebih cepat.Elitta pulang selang lima menit kemudian. Dia langsung disambut oleh suaminya yang berdiri di ambang pintu rumah. Raut wajah pria itu kelihatan cemas sekaligus tak suka."Kamu kok udah pulang?" tanya Elitta memperhatikan penampilan Vito yang masih menggunakan setelan jas. Dia bertanya, "udah selesai urusannya sama Om Tonny?""Aku yang harusnya tanya— kamu kemana saja? Ini hampir sore.""Aku 'kan udah kirim pesan ke kamu, aku ke rumah Papa, Papa lagi sakit.“"Terus pergi sendirian?”"Iya, barusan naik taksi."Vito agak trauma kalau Elitta pergi sendirian. Mengingat, sebelum ini— wanita itu minggat ke rumah temannya tanpa kabar. Dia merasa tak boleh membiarkannya sendirian. Kalau pergi lagi bagaimana?Dia mengomel, "ada sopir di sini, tapi kamu malah pergi sendirian? Ada tiga pembantu buat kamu, ajak salah satunya. Aku bayar mereka buat bantuin sama nemenin
Tak terasa sudah sebulan bekerja sebagai sekretaris Vito. Elitta merasa sangat capek bukan main. Bekerja untuk suaminya jauh lebih berat ketimbang bekerja untuk sang ayah. Iya, tapi itu wajar— jaringan bisnis Vito sangat banyak.Setiap hari, dia juga menyiapkan vitamin untuk dirinya sendiri sekaligus sang suami. Dengan begitu, kesehatan mereka tetap terjaga walaupun hampir setiap hari berada di luar rumah.Jadwal Vito lebih banyak bertemu dengan bagian pemasaran beberapa Minggu belakangan. Itu karena supermarket yang baru dibuka butuh pengenalan ke publik.Apalagi, tempatnya juga pinggiran kota. Warga biasanya merasa harga barang di supermarket mahal, dan memilih berbelanja di pasar atau minimarket.Tetapi, berkat memakan camilan buatan sang istri, Vito mendapatkan banyak sekali ide. Dia menyarankan agar membuka banyak stand makanan juga di luar ataupun dalam supermarket. Jadi, pengendara bermotor bisa singgah sejenak untuk mampir makan dan minum.Di saat Vito membaca berkas tentang ra
Diculik?Vivian diculik?Itu hal yang tidak masuk akal. Elitta yakin kalau wanita itu pasti sedang bersam mantan tunangannya, Leon. Mereka selalu membuat drama, tak peduli walaupun orang lain mengkhawatirkan mereka.Elitta sangat sedih karena sang ayah masih saja mengira kalau Vito yang menyembunyikan Vivian, adahal itu 'kan tidak mungkin. Selama beberapa minggu belakangan, dia selalu bersama sang suami. Mana sempat pria itu berbuat hal bodoh begitu? Lagipula, untuk apa?Pak Derry kembali mencengkram kerah baju Vito. Dia berkata, "Ayo kita ke apartemen kamu. Kamu kira saya nggak tahu kalau kamu berusaha membawa istri saya ke apartemen kamu?""Apartemen?" Elitta penasaran.Dia baru tahu kalau Vito memiliki apartemen. Akan tetapi, dia tidak terlalu kaget— justru aneh kalau pria itu tidak memiliki apartemen.Pak Derry menoleh ke Elitta lagi. "Iya, suami kamu ini punya banyak apartemen, kamu nggak tahu 'kan, Elitta? Dia menyembunyikan banyak hal darimu. Playboy ternyata suami kamu ini— d
Bertemu Leon adalah hal terakhir yang ingin dilakukan oleh Elitta. Dia tidak mau bertemu dengan prianitu sejujurnya. Tetapi, memang ada pilihan lain?Ini satu-satunya pilihan untuk membuktikan kalau suaminya tak bersalah. Vito tidak mungkin menculik Vivian.Yang paling masuk akal adalah wanita gila itu pasti sedang bersama Leon. Mereka sudah berselingkuh sejak dahulu.Mengingat masa lalu hanya akan membuat hati Elitta terluka. Dia tahu itu. Tak terasa air matanya mau jatuh saat sampai di rumah Leon.Dahulu— dia bermimpi untuk pulang ke rumah Leon yang megah. Dia bahagia bisa menjadi menantu keluarga itu.Namun, semuanya hancur. Dia tidak menyesali hal itu, malahan bahagia bisa lepas dari pria gila. Hanya saja, dia sangat marah, kenapa bisa buang-buang waktu bersama pria seperti itu?Andai dia bertemu dengan Vito lebih dulu, maka jalin asmrahnya dengan Leon tak perlu terjadi.Dia menguatkan diri kala mengetuk pintu rumah. Entah apa yang akan terjadi, tapi dia berharap Vivian bersembun
Elitta sayang dengan Nyonya Reffa. Dahulu— saat terjatuh, hanya temannya, Rena dan nenek itu yang setia mendukung.Mau tidak mau, dia harus mempercayai Leon untuk mencari Vivian, sedangkan dia berbicara dengan nenek tersebut.Mereka berada di ruang tengah. Reno menemani mereka dengan berdiri tak jauh dari Nyonya Reffa. Pria itu kelihatan sedikit tidak nyaman, dia tahu kalau hubungan Elitta dengan Leon sudah berakhir. Tetapi, untuk sementara demi kesehatan jantung majikannya, mereka semua harus tetap diam."Lihat— ini wedding organizer yang paling top," kata Nyony Reffa menunjukkan dokumen tentang WO yang paling dia rekomendasikan.Elitta pura-pura semangat. Dia melihat seluruh dokumen, termasuk jenis paket perayaan pernikahan, dari yang termurah hingga termahal. Semua konsep juga ada di situ.Nyonya Reffa kembali bicara, "Misal kamu nggak suka semua konsep dari WO-nya, kita bisa konsultasi langsung sama mereka. Kamu bisa minta sendiri mau konsep yang kaya gimana— dekorasi seperti apa
Keesokan harinya ... Elitta dan Vito berangkat pagi sekali untuk menuju ke rumah Tuan Zero. Di sana mereka direncanakan untuk bertemu dengan Pak Derry. Sudah sangat lama sejak terakhir bertemu dengan ayahnya, Elitta sudah tidak sabar. Di sepanjang perjalanan, dia menyempatkan diri untuk membeli buah melon kesukaan sang ayah. Setelah sampai di rumah megah ayah kandung Elitta itu, mereka disambut oleh oleh Dino. Elitta sesekali melihat ke sekitar, tapi tak menemukan yang dicari. Iya, selain Pak Derry, dia juga penasaran kemana sang ayah kandung? Dino bisa menebak jalan pikirannya, dan menjawab, "santai aja nanti juga ketemu papa." Karena malu, Elitta berdusta, "nggak, aku nggak nyariin dia, kok, aku cuma nyari Papa Derry.'" Dino hanya menahan tawa saat membawa mereka menuju ke lantai dua, dan kemudian memasuki salah satu ruangan. Begitu pintu dibuka, terlihatlah pemandangan meriah dengan spanduk yang bertuliskan "SELAMAT UNTUK KEHAMILANMU, ELITTA!" Banyak sekali pita warna-warni
Elitta dan Vito menenangkan diri dengan mampir ke kafe dekat rumah sakit. Emosi mereka sudah sama-sama reda. Elitta juga tidak mungkin marah terus apalagi Vito sudah mengatakan segalanya untuk minta maaf. Vito sengaja memesankan es krim coklat untuk makin menenangkan hati istrinya. Selama hampir lima menit, dia hanya memperhatikan wanita itu menikmati es krim. Karena es krim dalam mangkuknya sudah hampir habis, dia menawarkan, "mau nambah lagi nggak?" Elitta mengangguk. Vito tersenyum. Dia lega melihat Elitta sudah tidak memandangnya dengan kekecewaan lagi. Dia meminta waiter untuk membuatkan satu es krim coklat lagi. Sambil menunggu, Elitta hanya diam memandangi suaminya. Dia tidak tahu harus berkata apa sekarang. Vito bertanya, "Sayang, tadi kamu bilang kalau ada orang yang tahu lebih dahulu tentang kehamilan kamu daripada aku 'kan? Siapa itu? Jangan-jangan dia yang ngedit suratnya?" Elitta menjawab, "Lana." "Apa ..." Vito terkejut. "Dia?" "Dia yang tahu lebih dahulu, aku s
Elitta meminta sopir untuk mengantarkannya pergi ke rumah sakit. Dengan atau tanpa Vito, dia akan membukikan kalau dirinya tidak berbohong.Perkataan manja Lana sebelumnya masih terngiang di kepalanya. Kenapa wanita itu berani sekali bersikap seperti itu? Apa dia tidak melihat dia ada di sana? Dia adalah istri Vito!Elitta selama ini menyadari kalau perubahan dari Lana seperti mengikuti dirinya. Bahkan, aroma wewangiannya, tapi sebelumnya dia hanya menganggap itu hal biasa.Akan tetapi, dia jadi teringat oleh Vivian, yang teman sendiri menggoda mantan pacarnya dahulu, kemudian tunangannya, sekaligus ayahnya. Semua pria yang ada di dalam hidupnya seolah direnggut. Dia tidak menerima perselingkuhan lagi.Apa vito sungguh berselingkuh darinya? Apa pria itu mulai dekat dengan Lana di belakangnya? Apa itu alasan wanita itu diberikan pekerjaan di kantor? Elitta merasa dadanya sangat sakit. Dia tidak mau membayangkan hal buruk, tapi yang muncul di kepalanya hanya hal-hal yang jelek. Sudah b
Elitta dan Dino masih berdiam diri di halte selama setengah jam. Keduanya membahas beberapa hal, termasuk tentang kesehatan Pak Derry.Elitta lega bisa mendengar dari mulut Dino langsung kalau sang ayah baik-baik saja. Dia benar-benar sudah membuka hati untuk pria itu sekaligus ayah kandungnya.Dia berkata, "maaf ya, selama ini aku agak sinis sama kamu terus sama ..."Wanita itu masih bingung harus memanggil ayah kandungnya dengan sebutan papa atau sekedar Tuan Zero seperti julukannya?Dino paham dengan apa yang dipikirkan Elitta. Dia tersenyum, lalu mengatakan, "nggak usah minta maaf, aku yang harusnya minta maaf. Jujur aja, niatku jelek loh sama kamu sebelumnya.""Jelek?""Iya pokoknya gitu lah, tapi Papa buat aku sadar kalau kita ini sekarang keluarga."Elitta hampir tidak mengira kalau orang seperti Dino akan berkata seperti itu. Tetapi, dia tidak mengatakan apapun, takut menyinggung.Halte tersebut ada di dekat kantor.yang secara otomatis berseberangan jalan dengan restoran. Deng
Elitta sedih sampai ketiduran. Ketika dia bangun keesokan harinya, tidak ada Vito di atas ranjang. Dia semakin khawatir dengan pria itu. Dia segera pergi keluar, mencari-carinya dan ternyata memang tidak ada tanda-tanda Vito pulang sejak kemarin. Khawatir, dia menelpon ponselnya, tapi malah tidak aktif. Perasaannya jadi campur aduk. Apa pria itu sehancur itu hanya karena tulisan di kertas kemarin? Kenapa bisa langsung percaya Dia menghampiri Ibu Mugi yang ada di dapur, lalu bertanya, "Bu, mana Vito? Apa dia enggak pulang semalaman?“ "Nggak, Nyonya. Tapi, tadi telpon di telepon rumah, katanya suruh bilang ke Nyonya, Tuan lagi kerja, mungkin pulang nanti malam.” “Dia nggak pulang terus langsung kerja?“ Elitta kaget. Yang lebih mengejutkan, kenapa malah menghubungi telepon rumah? Kenapa tidak langsung menelpon ke ponselnya? Bukankah dia itu istrinya? "Iya, Nyonya.” Ibu Mugi merasa kalau ada sesuatu semalam. Hanya saja, dia tidak tahu apa yang terjadi karena saat Vito pergi dia sibuk
Lana sempat mampir ke rumah Vito. Tentu saja, dia diam-diam menuju ke dekat pintu garasi, dan membuang amplop putih di sekitar mobil yang biasa dipakai Elitta.Setelah itu, dia masuk ke dalam— lalu menyapa sang ibu, dan akhirnya ikut makan siang bersama. Tidak ada kecuriagaan sama sekali. Baik Elitta dan Vito terlihat mesra seperti biasa. Malahan lebih mesra, mereka juga saling suap, bahkan di hadapan Lana.Ibu Mugi mulai sadar kalau anaknya menyukai Vito. Tetapi, dia lega karena yakin majikannya tidak akan pernah menanggapi perasaan Lana.Situasi ini cukup rumit.Lana berpamitan pulang lebih awal. Dia terlalu mual melihat kebersamaan mereka.Sore harinya, Elitta mengalami mual-mual, jadi beristirahat di dalam kamar. Selama itu pula, Vito dengan setia memijat kakinya— memanjakannya sebisa mungkin."Kamu mau sesuatu, Sayang? Minuman hangat mungkin? Teh kesukaan kamu?“ Vito menawarkan. Dia tahu kebiasaan Elitta yang sering minum teh tiap sore.Elitta menggelengkan kepala. Dia masih mer
Sepulang kerja, Vito sangat antusias untuk mampir sebentar ke supermarket miliknya yang ada di dekat rumah. Lana ikut bersamanya. Jadi, dia ikut untuk berbelanja juga di dalam."Maaf ya kamu ikutan belanja juga jadinya," kata Vito yang masih sibuk melihat-lihat susu untuk ibu hamil."Nggak apa, kok." Lana berjalan di sebelahnya terlihat murung. Dia terlihat sangat iri, tidak bisa kalau tidak iri— Vito terlalu perhatian dengan istrinya. Pria seperti ini jarang sekali ditemui.Kenapa pria seperti ini malah sudah menikah? Sementara pria-pria miskin di luaran sana sok jadi playboy dan suka mempermainkan wanita?Lana semakin kesal. Dia tidak terima. Ada pria yang luar biasa sempurna di depannya, tapi tak bisa dia sentuh. Sudah berhari-hari, dia mencoba mendekati Vito, tapi tak berhasil juga. Padahal, setiap siang, mereka menghabiskan waktu bersama di kafetaria. Akan tetapi, Vito tidak menunjukkan ketertarikan.Pria itu memperlakukannya seperti pegawai yang lain. Tidak ada yang istimewa.I
Berita baik apa yangelibatkan sang ayah? Elitta sangat penasaran dengan hal itu. Dia masih diam, menanti sang suami untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Setelah mendengar ada berita baik tentang ayahnya itu, dia tidak mungkin bisa tidur.Vito menjelaskan, "tadi siang Dino datang ke kantorku. Dia bercerita tentang papa kamu.""Ini papa yang aku cari 'kan?""Iya, Papa Derry. Beberapa hari yang lalu, Papa kamu yang satunya itu ketemu sama Papa Derry di jalan. Karena kasihan, dia membawanya pulang ke rumah. Selama beberapa hari itu, Papa Derry nggak mau ngomong atau apapun— jadi Dino ataupun Papa Zero nggak tahu apa yang udah terjadi.“Elitta tidak tahu harus merespon apa setelah mendengar penjelasan suaminya. Dia tidak mengerti juga apa yang terjadi pada sang ayah. Tetapi, dia bisa merasakan mungkin ada sesuatu yang terjadi. Karena Elitta diam saja, Vito melanjutkan, "sampai sekarang, papa Derry nggak mau cerita apapun. Dia juga nggak mau ketemu siapapun untuk sekarang. Dino
Elitta sudah belanja banyak sekali baju yang dia sukai. Dia pulang sebelum pukul empat sore.Beruntung, Vito pulang sekitar sejam kemudian. Seperti biasa, dia terlihat lesu dan segera masuk ke dalam kamar mandi untuk mandi air hangat dahulu. Tubuhnya terasa lebih ringan setelah merasakan hangatnya air tersebut.Elitta masih menyembunyikan berita tentang kehamilannya. Dia menunggu Vito di ruang makan. Wajahnya tidak dapat berbohong kalau dia sangat bersemangat.Bahkan, Ibu Mugi jadi ikutan tersenyum saat menyajikan makan malam di atas meja. Dia bertanya, "Nyonya hari ini bahagia sekali, ada apa?"Elitta hanya berkata, "nggak apa, Bu, soalnya tadi saya beli banyak baju.""Oh." Ibu Mugi tidak percaya kalau itu alasannya. Dia jadi penasaran, tapi tida mungkin memaksa majikannya sendiri untuk memberitahu ada apa.Usai menyiapkan segalanya di atas meja makan, dia berpamitan, "iya udah, Nyonya, saya pergi ke belakang dahulu kalau nggak ada lagi yang Nyonya inginkan.""Nggak ada kok, Bu, maka