Home / Romansa / ISTRI SIRI TENTARA ALIM / Bab 71. Aku tak terima!

Share

Bab 71. Aku tak terima!

Author: HaniHadi_LTF
last update Last Updated: 2024-11-18 17:28:06

"Siapa wanita itu, apa aku mengenalnya" tanya Agna dengan geram.

"Kamu sudah mengenalnya. Dia Lani. Kami telah menikah siri beberapa bulan yang lalu."

"Jadi kalian menikah? Aku dari duluh sudah merasa heran dengan sikapnya. Dan dugaanku kini terbukti, dia bukan sekedar kerja di sana."

"Maaf, aku emmang jatuh cinta padanya sejak pertama menolongnya. Dan pernikahan itu bukan Lani yang mengawali. Dia hanya terpaksa karena sakit parah. Dia juga tidak mengerti kalau aku sudah bertunangan. Jadi tolong jangan menyalahkan dia."

"Hm, kamu ternyata yang menyebabkan semuanya jadi rumit, Mas."

"Maaf, kamu ytau sendiri pertunangan kita bukanlah kehendak kita."

"Kamu sudah terang-terangan mengatakan cinta padanya, Mas." Airmata Agna sudah tak terbendung lagi."

Alzam hanya menundukkan kepalanya merasa bersalah."

"Kalian telah menikah dan kamu tiba tiba saja mengajakku menikah. Kalian ada masalah dan aku kamu jadikan pelarian?" analisanya lagi dengan menggertakkan giginya.

"Maafkan aku, Agna," ucap A
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 72. Perjanjian.

    Agna berdiri di depan rumah Alzam, udara dingin terasa menusuk, tapi kemarahan dalam dirinya cukup membakar segalanya. Tanpa ragu, ia mengetuk pintu beberapa kali dengan kekuatan penuh, membuat suara ketukan terdengar tegas dan tak terbantahkan. Tak lama, Mbok Sarem membuka pintu. Wajahnya menunjukkan keterkejutan dan ketegangan."Mbak Agna?""Mana Lani? Di mana wanita merebut tunangan orang itu?" tanya Agna dengan nada dingin, melangkah masuk tanpa diundang. "Aku ingin bertemu dengannya."Mbok Sarem hanya menghela napas berat. Sebelum ia bisa menjawab, Lani muncul dari ruang tengah. Dia mengenakan pakaian sederhana, tapi wajahnya menunjukkan kepanikan yang tak bisa disembunyikan. Melihat Agna, Lani berhenti di tempat, seolah beku oleh rasa bersalah dan ketakutan."Jadi, kau wanita itu," suara Agna mengalun, penuh ironi.Lani menunduk, tak bisa membalas tatapan penuh amarah itu. "Aku tidak bermaksud menyakitimu...""Jangan berbicara seolah-olah kau korban di sini," potong Agna tajam.

    Last Updated : 2024-11-18
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 73. Ini bukan asam lambung kan?

    Lani duduk di kamarnya sendiri. Tangannya gemetar saat meraih cermin kecil di meja rias. Bayangan dirinya tampak lelah, wajah yang dipenuhi bekas air mata. "Apa yang sudah aku lakukan?" batinnya bergetar. "Kenapa semuanya terasa seperti jebakan yang tak pernah berakhir?"Dia menoleh ke jendela, berharap ada jawaban di luar sana, tetapi hanya ada kesunyian yang dingin. Setetes air mata jatuh. "Aku harus berhenti bergantung pada ilusi. Dielusnya perutnya. Demi kamu,bunda akan kuat jalani semua ini. Seolah bayi yang baru berupa benih itu mendengar apa yang diungkapkan Lani dengan bergolak. Mual pun tak lagi bisa dihindari Lani. dengan berlari Lani ke wastafel."Huek, huek!" Lani memegangi perutnya. Kepalanya pun mendadak pening.Tepat saat itu Alzam masuk. Dengan penuh cemas, dipijitnya tengkuk Lani walau berkali kali Lani mengibaskan tangannya."Jangan keras kepala Lani, aku akan memijit tengkukmu agar lebih baik." Alzam lalu berlari ke kamarnya untuk mengambil minyak kayu putih.Lani b

    Last Updated : 2024-11-19
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 74. Jangan katakan padanya.

    Lani lalu mengatur napasnya yang terengah, berbaring di tempat tidur setelah pemeriksaan sederhana yang dilakukan Dandi. Cahaya dari jendela menyorot wajahnya yang tampak semakin lesu. Dandi duduk di kursi sebelahnya, menunduk seolah mencari kata-kata yang tepat."Kamu tau ini dan kamu menyembunyikannya?" ucap Dandi pelan, matanya menatap Lani dengan cemas. "Kamu hamil, Lani. dan ini bukan hal yang remeh.""Aku tau, tapi apa yang bisa aku perbuat?""Kamu harus jujur pada Alzam."Kata-kata itu menggema di kepala Lani. Sebuah gelombang emosi menerpanya, antara ketakutan, kepasrahan, dan kemarahan. Ia menggigit bibir bawahnya untuk menahan tangis. "Mas... jangan beri tahu Mas Alzam. Aku mohon!" Suara Lani sampai bergetar.Dandi terkejut. "Apa maksudmu, Lani? Dia berhak tahu.""Tidak, Mas, agar kekacauan tidak makin parah." Lani berusaha duduk, meskipun tubuhnya lemah. "Aku tidak mau menghancurkan pernikahannya yang sebentar lagi. Dia sudah memilih wanita itu.""Tapi dia hanya mencintaim

    Last Updated : 2024-11-20
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 75. Aku siap menjadi sandaranmu.

    Lani tiba di gudang dengan langkah tergesa. Suara ketukan palu dan denting logam beradu terdengar jelas, mengisi udara pagi yang penuh kesibukan. Gudang itu hampir selesai direnovasi untuk pembukaan pabrik di sebelahnya minggu nanti. Lani berhenti sejenak, memandang para pekerja yang sibuk, memastikan semuanya berjalan sesuai rencana."Mabak Lani, sini sebentar," panggil Tia, salah satu pegawainya yang bertanggung jawab menangani perekrutan karyawan baru yang beberapa hari lalu telah dilatih dari orang profesional yang telah didatangkan Alzam.Lani berjalan mendekat, senyum tipis menghiasi wajahnya meski pikirannya masih kacau."Semua pegawai baru sudah terdaftar. Besok mereka sumua ikut dalam pembukaan." Tiyas bertanya sambil menunjukkan daftar nama di tangannya."Baiklah Tia, Atur saja sesuai keinginanmu, yang penting terlihat bagus," ujar Lani sambil melirik daftar itu."Siap, Mbak Lani," jawab Tia singkat."Bagaimana dengan stok bahan baku?" Lani beralih pada Sajad, yang berdiri d

    Last Updated : 2024-11-20
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 76. Merindukan senyummu untukku.

    "Asik sekali kalian ngobrol, lalu sekarang mau janjian di mana lagi?"Plak! Alzam memegangi pipinya yang terasa panas oleh tamparan Lani. Rasa malu ditahannya saat kebetulan ada orang lewat di dekat kampus itu. Terlebih masih pagi dan banyak mahasiswa, termasuk orang pergi kerja yang lalu lalang."Kamu sudah mulai kembali meragukan karakterku, Mas!"Alzam menunduk. Lagi-lagi karena cemburu dia tak sadar berbuat kekeliruan yang makin memperparah kebencian Lani padanya."Berarti kamu melihat aku sejak datang? Kamu membuntuti aku? Kamu memata-matai aku?""Aku memang membuntutimu. Tapi bukan untuk memata-mataimu. Aku hanya khawatir kamu sakit lagi. Sedangkan kamu tidak mungkin aku ajak bareng.""Iya, aku tau itu. Bahkan sampai kapan pun, kita tak mungkin bareng ke sini, karena di sebelah sana itu kantor istrimu. Dan di sana markasmu. Kamu takut ketauhan ada hubungan denganku.""Berhenti dengan tuduhanmu itu, kamu tau kenapa alasan ini sejak awal."Lani membuang matanya sebal lalu kembali

    Last Updated : 2024-11-21
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 77. Pembukaan pabrik. Daulani?

    Hari itu terasa berbeda bagi Lani. Matahari pagi menyinari bangunan pabrik sederhana di samping ladang ladang jeruk. Papan nama sederhana bertuliskan "Daulani Food Processing" berdiri kokoh di depan dengan masih diselimuti kain putih tebal. Tak ada kemewahan, hanya tenda kecil di halaman depan dan beberapa kursi plastik yang sudah diatur rapi, menyatu dengan gudang jeruk yang dijadikan tempat para undangan.Pekerja-pekerja baru mulai berdatangan, satu per satu. Sebagian besar mereka adalah warga sekitar yang rata-rata mereka baru lulus sekolah atau sudah lama tidak sekolah dan tidak ada pekerjaan. Hari itu, wajah mereka dipenuhi harapan baru.Lani mengenakan blouse biru tua dengan jilbab senada. Ia berdiri di depan pintu masuk pabrik bersama Laras, Tia, dan Pak Sajad—rekan-rekannya yang selama ini bekerja keras mempersiapkan segalanya."Semua sudah siap, Mbak Lani?" tanya Pak Sajad sambil mengecek daftar kehadiran pekerja."Alhamdulillah, kayaknya sudah," jawab Lani sambil tersenyum.

    Last Updated : 2024-11-21
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 78. Tamu tak diundang.

    Alzam mematung saat melihat siapa yang kini ada di sampingnya."Acara sebesar ini, dan kamu tidak mengundangku?""Ini memang tidak ada hubungannya denganmu, Agna. Kenapa kamu menyalahkan Alzam yang tidak mengundangmu?" Salma ikut bicara."Aku akan menjadi istrinya, Tante. Itu artinya, pabrik ini juga akan menjadi bagian dari hidup kami nantinya. Apa aku salah jika aku menyalahkan dia tidak mengundangku?""Maaf, Agna, tolong jangan membuat keributan di sini," bisik Alzam dengan berusaha tersenyum menatap hadirin yang datang."Mbak, Agna? Dari tadi saya juga bertanya, kok tidak melihat Anda," sela Pak Wakil bupati dengan menyalami Agna. demikian juga dengan istrinya yang malah cipika cipiku, cium pipi kanan dan kiri."Pabrik ini memang tidak ada hubungan apa-apa dengan hubungan kami, Pak," ucap Alzam dengan tidak mengurangi rasa hormatnya. Alzam memang tau, pengaruh Agna untuk kalangan orang di pemerintahan."Maksud Anda Pak Alzam?" tanya ibu Wakil Bupati heran."Saya hanya mengarahka

    Last Updated : 2024-11-22
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 79. Tamu yang tidak diundang juga.

    "Salamat ya, Lani, akhirnya kamu bisa mewujudkan impian banyak orang," Thoriq mendekat dan menyalami Lani. Salma bahkan merangkulnya. Lani yang merasa asing dengan perlakuan orangtua Alzam, hanya tersenyum tipis. Bagaiama mungkin, kapan lalu dua orang itu telah mengintrogasinya dengan membawa ponsel Madan, lalu terdengar dari Towirah kalau mereka sudah ke rumah sakit menjenguk Jingga. Hanya Lani masih binngung bagaimana jika nanti mereka benar ingin mengejak Jingga main ke rumahnya agar mereka bisa membuktikan perkataannya untuk memberi Jingga kasih sayang, terlebih dia satu-satunya cucunya kini.Lani masih terdiam di sebelah plakat pabrik itu dengan memandang namanya. Daulani Food Prossesing. Didampingi Mbok Sarem, Budi dan Dita. Maksud apa lagi yang mau dikatakan Mas Alzam dengan semua ini? bathinnya dengan melihat Alzam yang juga sering menatapnya di samping Agna yang menikmati makanan dengan berbincang dengan Pak Wakil Bupati juga Pak Camat dan kelompoknya yang memang sangat mengh

    Last Updated : 2024-11-22

Latest chapter

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 221. Mayor Reynaldi...

    Tawa menggema di dalam restoran. Suasana elegan dengan lampu gantung mewah, pelayan yang sibuk mondar-mandir, dan alunan musik jazz lembut di sudut ruangan, seharusnya membuat siapa pun merasa nyaman.Tapi Agna gelisah. Bukan karena makanan yang tersaji di depannya, atau percakapan teman-temannya yang membahas rapat partai tadi siang.Melainkan karena tatapan itu. Tatapan yang membuatnya tak bisa berhenti dengan menelisik pria yang jauh dari mereka duduk, tepatnya, pria yang berada di meja seberang.Mayor Reynaldi duduk di sana, bersama seorang pria lain berseragam dinas. Mereka tampak serius berbincang, tapi sesekali, Rey mengarahkan pandangannya ke arah Agna.Entah sudah yang keberapa kali.Agna mencoba tidak peduli. Dia meraih gelas, menyesap lemon tea perlahan. Tapi, saat meletakkan kembali gelasnya, mata mereka bertemu lagi. Mayor Reynaldi, diucapkannya kembali nama dengan pangkat di belakangnya itu. Sedikit senyumnya mengembang. Walau tidak tampan, badannya yang tinggi besar d

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 220. Barang berharga

    Lani menyandarkan kepalanya ke bahu Alzam, menyusupkan tangannya ke dalam genggaman suaminya. "Jangan bilang mau kasih nama Jawa seperti kebanyakan nama orang sini, ya," guman Alzam saat melihat Lani mengerutkan jidatnya."Jangan bilang juga kamu mau kasih nama ke-Arab-Araban, seperti namamu," kekeh Lani pula.Alzam menatap Lani dengan seringai kecil. "Memangnya kenapa? Nama Arab bagus-bagus, lho. Penuh makna."Lani mencibir, bibirnya mengerucut jenaka. "Terus, kalau anaknya lahir cewek, gimana? Aku kan pengin anak perempuan biar ada temennya Senja.""Ya cari lagi, dong."Alzam mengerutkan kening pura-pura serius. "Daulani… Namamu aneh banget. Apa artinya, sih?"Lani mencubit lengan suaminya, tapi tanpa tenaga. "Dasar! Nama itu ilham dari Ibu sama Bapak. Hargai usaha mereka, dong!"Alzam terkekeh, lalu mengecup puncak kepala istrinya. "Ya sudah, kita pikirkan nanti. Sekarang…" Dia menatap istrinya dengan tatapan yang mengharap.Lani mendengus. "Ogah. Ngantuk.""Tapi aku kangen banget,

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 219. Rindu

    Alzam berjalan cepat keluar dari pabrik, matanya menyapu sekeliling. Lani tidak ada.Biasanya, dia masih duduk di dekat ruang pribadinya, menyelesaikan laporan akhir atau keluar sekadar berbincang dengan orang yang kerja sebelum pulang. Tapi kali ini, tempat itu kosong.Dia menghela napas pelan.Sial, aku terlambat.Ini sudah hari kedua dia tak bertemu istrinya.Tugas tambahan tiba-tiba datang bertubi-tubi. Semuanya seolah menumpuk. Tidak ada yang bisa dia abaikan. Setiap kali dia berpikir pekerjaan akan selesai lebih cepat, selalu ada hal baru yang menahannya.Langkahnya melambat saat sampai di mobil setelah dari markas dia langsung ke pabrik itu, bermaksud bisa bertemu dengan Lani. Kalau pagi Lani pasti belum datang padahal Alzam sudah berangkat ke markas.Diam di rumah terasa lebih panjang dari biasanya. Mungkin karena Lani tidak ada di sampingnya, seperti malam-malam sebelumnya. Tidak ada cerita ringan tentang pekerjaannya, atau tawa kecilnya saat membahas bayi mereka yang semakin

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 218. Kembali

    Setelah kepergian Agna, Damar berjalan mendekati Vero, rahangnya mengeras. Tangannya mengepal di samping tubuh. Matanya menatap tajam perempuan itu yang masih berdiri tenang di depan toko suvenirnya."Kenapa bilang ke Agna kalau kamu istriku?" suaranya rendah, nyaris berbisik, tapi dingin menusuk.Vero menoleh santai. "Kamu keberatan?""Jangan main-main, Vero."Vero menghela napas panjang, lalu menunduk sedikit melihat Diandra yang sedang asyik memainkan gelang kecil yang baru dibelinya. Dia membelai lembut rambut putrinya sebelum menatap Damar lagi."Aku nggak bermaksud apa-apa."Damar mendecak. "Kamu tahu Agna kenal Mira. Gimana kalau dia cerita?"Vero mengangkat bahu. "Ya terus?"Damar menggeram pelan. "Aku serius sama Mira."Ada sekilas perubahan di wajah Vero, tapi hanya sekejap sebelum dia tersenyum miring. "Oh ya? Tapi, sampai sekarang kamu belum menikah, kan?""Baru juga kemarin aku diterima ibunya, Vero."Vero tertawa kecil. "Berarti belum ada kepastian kan?"Damar mengerjap,

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 217. Pertemuan tak terduga

    Langkah Agna melambat ketika suara berat menyapanya dari samping."Mau cari apa di sini?"Seketika, detak jantungnya melonjak. Dia menoleh cepat, mendapati sosok pria tinggi besar berseragam berdiri santai dengan senyum tipis di wajahnya. Reynaldi.Mata Agna menyipit, rasa kaget masih tertinggal di ekspresinya. "Apa urusanmu? Mau jalan, kek, mau makan, itu urusanku," ucapnya sengol. Hatinya memang tak lagi baik-baik saja. Sejak kejadian semalam, pikirannya menjadi kacau. Badannya terasa remuk. Dan hari ini, untuk menghilangkan penat, seperti kebiasaannya, dia pergi shopping di mall.Rey tertawa kecil, tak terganggu dengan sikap dinginnya. "Cuma tanya. Siapa tahu aku bisa bantu."Agna menarik napas dalam. Keberadaannya di sini sudah cukup untuk menenangkan pikirannya, dan sekarang pria ini muncul seolah tak ada pekerjaan lain selain membuat Agna makin pusing."Aku butuh tas dan sepatu," jawabnya akhirnya, malas meladeni lebih jauh.Rey mengangguk pelan. "Mau acara apa?""Apa beli sesua

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 216. Pagi

    "Selamat pagi, Sayang!" Sapaan ceria Alzam terdengar penuh semangat, padahal dengusan Lani terdengar melalui eartphone. "Kenapa sambutanmu begini?"Lani tersenyum kecil sambil menepuk perutnya yang sudah membuncit. "Mas, kamu semalam kan sudah telpon, kok pagi-pagi sudah nelpon lagi? Kasihan dedek di perutku, kan, kalau bundanya kurang tidur."Alzam tertawa kecil, tapi ada nada rindu yang tak bisa disembunyikan. "Gimana aku bisa tidur nyenyak tanpa dengar suaramu, Lani? Kamu sama dedek itu bikin aku susah jauh, tahu nggak."Lani terkekeh." Baru juga semalam kita pisah tempat tidur, aku sudah sulit memejamkan mata."" Terus ini kamu lagi lari-lari gitu ta?" tanya Lani. Dia tahu Alzam sedang mencoba kembali ke rutinitasnya setelah beberapa minggu merasa putus asa."Aku baru mulai lagi minggu ini. Rasanya, seminggu nggak joging tuh bikin badan aku beda," ujar Alzam sambil mengatur napas. Dia masih setengah berlari di sepanjang jalan kecil dekat rumahnya."Emang beda, Mas, kamu melar,

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 215. Tangan

    Ruangan terasa dingin karena AC yang menyala, tapi bukan karena itu rasa dingin yang menusuk hingga ke sumsum. Ketegangan yang membara di antara Alzam dan Agna membuat suasana lebih mencekam. Alzam berdiri di ambang kesabarannya, sementara Agna menyilangkan tangan di dada, mencoba menguasai situasi meski emosinya sudah di ujung tanduk."Kamu nggak tahu apa-apa soal aku, Alzam!" suara Agna meninggi. Wajahnya merah padam, tapi Alzam hanya tersenyum dingin."Benar, aku nggak tahu semuanya," balas Alzam, melangkah mendekati Agna hingga jarak mereka hanya beberapa inci. "Tapi aku tahu cukup banyak untuk membuat kamu merasa terpojok."Agna mundur selangkah, matanya menyipit penuh kemarahan. "Memangnya apa yang kamu tau, Alzam. Apa yang aku lakukan atau tidak lakukan, itu bukan urusanmu!""Aku tau banyak hal," Alzam mendengus. "banyak hal tentang kebohongan yang terus kamu pelihara. Mau aku buktikan? Ayo, kita ke dokter, tes virgin! Karena kau tidak pernah menyentuhmu, seharusnya kamu masih

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 214. Menantang

    Rumah lumayan besar untuk ukuran di desa Lani itu menyambut Lani dengan tenang, namun ada sesuatu yang membuatnya tak nyaman. Benar kata Mas Alzam, aku harus membuat sesuatu seperti yang dia berikan padaku, pikir Lani tentang kamar mandi. Walau untuk mengatakannya dari kemarin, dia tak berani, takut menyinggung perasaan orangtuanya.Langkahnya pelan melewati ruang depan, lalu menyapa orangtuanya yang tengah duduk di ruang keluarga."Kamu baru datang, Lani? ""Iya, Bu. Ini tuh sudah cepat. Biasanya lebih sore lagi," ucap Lani sambil mencium punggung tangan Towirah dan Wagimin."Kamu hamil, Nak. Ya, ghak usah lama-lama kerja. Toh di tempat sendiri saja kok.""Ya, ghak gitu juga kali, Pak.""Yaudah, sana ke kamar, lalu cepat mandi," ujar Towirah."Belum juga hilang keringatnya, Bu." Lani malah ikut ibunya duduk di sofa, mengupas jeruk."Nggak baik orang hamil kemalaman mandinya."Akhirnya Lani menalah dengan mengangguk kecil, lalu berangkat ke kamarnya. Sejenak, di cermin dia mengelus

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 213. Kamu mempermainkan aku

    "Mas, maaf baru bisa lapor." Terdengar suara berat dari kejauhan di telinga Arhand.Telepon orang itu membuat Arhand terdiam sesaat, jari-jarinya mengetuk meja dengan ritme tidak beraturan. Orang di seberang bicara penuh percaya diri, suaranya sarat dengan keseriusan, sepadan dengan bayaran yang dia terima."Siang tadi saya lihat sesuatu yang menarik, Bos," ujar pria itu. "Agna menjemput Alzam di markasnya. Awalnya Alzam nggak mau masuk mobil, tapi setelah ada seseorang turun dari mobil lain dan menyapa mereka, dia akhirnya ikut. Orang itu sepertinya komandannya."Arhand mendengus, rahangnya mengeras. "Komandan Alzam?""Ya, Bos. Dari cara dia berbicara dan posturnya, juga mobil dinas yang dia kenakan, jelas bukan orang sembarangan." Orang itu terdiam sesaat."Lalu, apa yang ingin kamu sampaikan?" Arhand seolah tak sabar." Itu, Bos. Yang aneh, sikapnya. Sepertinya Alzam tidak suka jika bersama Agna. Beda sekali dengan yang pagi tadi. Waktu sama Lani, Alzam kelihatan beda banget. Tata

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status