Home / Romansa / ISTRI SIRI TENTARA ALIM / Bab 291. Ustaz Besar

Share

Bab 291. Ustaz Besar

Author: HaniHadi_LTF
last update Last Updated: 2025-03-09 06:12:57

.

Rere membuka pintu dengan wajah penasaran. Mobil hitam yang berhenti di depan rumah bukan mobil sembarangan. Bukan milik tetangga, bukan juga taksi online.

Rere melirik ke dalam. "Kak Rey! Gurumu datang!"

Rey segera keluar, berdiri di teras dengan ekspresi penuh harapan. Ini pertama kalinya belajar dengan Ustaz Tahmid. Pasti akan lebih nyaman dibanding mendengar bentakan Atmajaya setiap malam.

Tapi begitu pintu mobil terbuka, harapan itu runtuh seketika.

Rey menatap sosok mungil yang melompat turun.

Seorang anak laki-laki, tidak lebih dari sepuluh tahun.

Pakai celana juga kaos santai, wajah berseri-seri seperti seseorang yang baru saja menang lotre.

Bocah itu melangkah ringan ke arahnya, tersenyum lebar, lalu berkata dengan suara jernih, "Saya yang akan mengajari Mas Rey."

Rey terbelalak. "Nggak salah?"

Anak itu justru mengangguk penuh percaya diri. "Kata Abi Tahmid, saya lebih cocok buat ngajari Mas Rey."

Dada Rey naik turun. "Ustaz Tahmid sendiri yang bilang?"

"Iya, Abi bilang beg
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Zidan Kasan
jangan di uji yang berat" Rey nya ya thor kasian, biarkan dia menjadi pribadi yg alim dan taqwa kepada Alloh dan biarkan dia menjadi imam yg baik buat mira
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 292. Tamu istimewa

    Lani memandangi ibunya yang tengah melipat baju. "Bu, nanti aku pulangnya agak telat. Aku dan Mas Alzam mungkin buka bersama di rumah sana," ujar Lani pelan. Namun ternyata cukup membuat Towirah terhentak.Towirah menghentikan tangannya, lalu menatap putrinya dengan mata sayu. "Serius mau pindah?"Lani menelan ludah. Ia tahu pertanyaan itu lebih dari sekadar konfirmasi. Ada ketidakrelaan yang jelas dalam nada suara ibunya."Habis lebaran, Bu. Setelah anak kami lahir," jawabnya akhirnya. "nggak sekarang. Cuma nanti kita mau diam di sana sebentar. Mungkin habis Isya' baru pulang. Jadi, jangan masakbanyak seperti biasanya."Wagimin, yang sejak tadi duduk di sudut ruangan, menghela napas panjang. "Kenapa harus buru-buru? Rumah ini besar, cukup buat kalian bertiga."Lani menunduk, memainkan ujung kain bajunya. "Jauh, Pak. Aku masih kerja. Pasti repot kalau harus bolak-balik sambil momong bayi nanti."Alzam yang sejak tadi diam, akhirnya ikut bicara. "Rumah sana lebih dekat dengan pabrik.

    Last Updated : 2025-03-10
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 293. Ketuban

    :Lani duduk di kursi ruang istirahat pabrik, tubuhnya gemetar. Dita berjongkok di sampingnya, menggenggam tangan yang mulai dingin."Kamu yakin ini bukan air biasa?" suara Dita penuh kecemasan.Lani mengangguk lemah. "Bukan. Rasanya aneh. Kemarin memng pernah keluar, tap hanya sekali, kok ini malah sering."Budi bergegas mencari tisu, tetapi Dita lebih dulu berinisiatif menarik Lani berdiri. "Kita ke rumah sakit sekarang!"Lani meraba perutnya yang mengeras. Bayinya masih bergerak, tetapi ada perasaan tidak enak yang menjalar dari ujung kaki ke kepala.Dita dan Budi nyaris menyeretnya ke parkiran. Lani merogoh ponsel, mencoba menghubungi Alzam.Satu kali... tidak diangkat.Dua kali... masih tidak tersambung.Naparnya makin memburu."Kenapa nggak diangkat?!"Budi menyalakan mobil, Dita membantu Lani naik ke belakang."Aku yang bawa, biar babti Alzam nusul.!" ujar Budi, lalu mobil melaju membelah jalanan yang mulai ramai.Lani masih terus mencoba menelepon Alzam, tapi hasilnya sama."T

    Last Updated : 2025-03-10
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 294. Darah langka

    Lani berbaring di ruang operasi dengan mata setengah terpejam. Cahaya putih di atasnya menyilaukan. Monitor di sampingnya berbunyi cepat, seolah mengikuti irama jantungnya yang melemah."Tekanan darahnya turun!" seru seorang perawat.Dokter bedah yang sedang bekerja menoleh cepat. "Kehilangan darah lebih banyak dari perkiraan.""Segera hubungi bank darah!" perintah dokter anestesi.Perawat yang memegang ponsel terlihat pucat setelah berbicara dengan pihak PMI. "Dok, stok AB negatif kosong!"Dokter bedah terdiam sesaat, lalu menoleh ke timnya. "Panggil keluarganya! Kita butuh donor segera!"Alzam yang sedari radi dengan tak tenang menunggu di depan pintu ruang operasi, segera menatap seorang dokteryang keluar dengan wajah serius."Dokter, bagaimana istri saya, Dok?""Anda suami pasien?"Alzam mengangguk cepat. "Iya! Gimana istri saya, Dok?" Pertanyaan yang sama diulang Alzam."Kondisinya kritis. Dia mengalami perdarahan hebat dan butuh tambahan darah. Tapi... stok AB negatif kosong di

    Last Updated : 2025-03-11
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 295. Berlutut

    Rey baru saja keluar dari markas ketika ponselnya bergetar di saku. "Aduh, Rey, kamu ngapain aja sih, dari pabrik sampai aku di rumah ini, kamu nggak ngangkat telpon aku. Kamu udah nggak mau lagi aku telpon ya?" gerutu Mira panjang lebar."Bukan begitu, Mira. Ada rapat penting, jadinya handphone aku matikan. Ini aja lupa tadi nggak aku ces jadinya baterainya tinggal sedikit.""Memangnya ada apa sih, tumben kamu duluh yang nelpon? Kangen cowok ganteng ini ya?""GR kamu! Itu Rey, Lani masuk rumah sakit."Jantung Rey berdegup cepat. Tadinya yang ngomongnya slow, kini jadi keras. "Apa?""Ketubannya pecah duluan. Sekarang masih menunggu operasi. Mungkin juga sudah berlangsung operasinya."Rey tidak langsung bertanya, suara Mira terdengar panik."Kamu di mana sekarang?""Aku sudah pulang. Orang tuaku ikut, mereka mau ke rumah sakit juga."Rey menarik napas dalam. "Aku masih di markas ini, tapi aku langsung ke sana. Tunggu aku."Mira mengiyakan. Rey segera masuk ke mobil, menyalakan mesin,

    Last Updated : 2025-03-11
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 296. Kebencian

    Mira menggenggam tangannya erat. Hatinya semakin gelisah, perasaan itu tak mau hilang sejak mereka meninggalkan rumah.Marni duduk di sebelahnya, wajahnya murung. Biasanya, perempuan itu tidak pernah kehabisan kata-kata jika sudah membahas Lani, tapi kali ini berbeda. Ada kegelisahan yang terpancar jelas di wajahnya. Keponakan suaminya hanya Lani. Dia yang duluh selalu membenci Lani merasa takut jika terjadi sesuatu pada Lani."Aku takut," gumam Marni tiba-tiba.Mira menoleh, menatap Marni yang mengusap wajah dengan tangan gemetar."Takut kehilangan Lani," lanjutnya dengan suara lirih.Mira merasakan hal yang sama. Perasaan yang menyesakkan dada.Di sebela mereka, Tukiran juga tidak bisa duduk diam. Beberapa kali ia berjalan, menengok sibuknya lalu lintas yang melewati jalan besar di depannya, mondar-mandir gelisah."Tolong lebih cepat, Pak," kata Rey pada tukang tambal ban yang sedang bekerja.Laki-laki itu hanya menoleh sebentar, lalu kembali melanjutkan pekerjaannya dengan kecepatan

    Last Updated : 2025-03-12
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 298. Tapi,..

    Mira menggenggam ponselnya erat. Jemarinya gemetar, menelusuri daftar kontak dengan panik. Otaknya mencoba mengingat siapa yang harus dihubungi.Nomor Lani? Tidak mungkin. Siapa yang pegang ponsel Lani sekarang?Alzam? Tidak enak rasanya.Mira menggigit bibir, frustrasi. Sampai akhirnya ia teringat sesuatu.Dita.Tadi Dita yang ngantar ke rumah sakit bersama Budi. Mereka pasti tahu sesuatu.Tanpa pikir panjang, ia mencari nomor Budi. Nomor itu sering ia hubungi untuk urusan kulit jeruk yang dijadikan sovenir oleh Budi, jadi tak sulit menemukannya. Setelah beberapa detik, telepon tersambung.Budi mengangkat, suaranya serak. "Mira?""Apa yang terjadi? Lani gimana? Bayinya sudah lahir? Budi, cepat bilang!"Hening beberapa saat.Mira semakin gelisah. "Budi, jawab!""Lani masih berjuang." Suara di seberang terdengar lemah.Mira menahan napas. "Kenapa?"Tarikan napas berat terdengar sebelum Budi menjawab. "Pendarahan. Banyak."Jantung Mira serasa berhenti. "Apa... dia baik-baik saja?""Dokte

    Last Updated : 2025-03-12
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 298. Rapuh

    "Ada apa, Arhand?" Sandra yang habis mengerjakan sholat Isya', bangkit menghampiri Arhand yang memegang tangan Agna.Arhand dan Agna menoleh ke Sandra."Arhand melihat Alzam dan keluarganya sedang menunggu Lani operasi melahirkan."Memangnya kenapa kalau melahirkan? Biar komplit kebahagiaan mereka. Biar makin besar kepala itu Alzam." Sandra masih tak dapat terima dengan masih membenci Alzam."Mami, kok ngomongnya gitu?""Aku sebel aja. Sementara kamu keadaannya begini, mereka senang-senang.""Bukan senang, MI. Tapi mereka lagi ada masalah.""Maslah apa juga. Biar tau rasa sekalian. Orang yang bikin orang lain menderita, pasti ada karmanya.""Mami,..""Sini, mana makanan Mami, Hand. Ini nungu Papi juga kelaparan aku. Tapi buka puasa cuma roti aja.""Sudahlah, kamu makan cepat. Biar nanti kuat. Kita ke sana bareng.""Yakin kamu ikut?"Agna mengangguk.****Mira berdiri kaku, jantungnya berpacu cepat. Rey di sebelahnya mengepalkan tangan. Towirah hanya terus berzikir direngkuh Salma. Sem

    Last Updated : 2025-03-12
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 299. Penebus dosa

    Arhand berdiri di depan ruang perawatan. Agna yang masih tampak lemah, menggenggam tangannya erat."Kamu yakin kuat?" bisik Arhand.Agna mengangguk. "Anggap saja ini penebusan dosaku untuk Lani dan Alzam.Arhand menarik napas panjang. "Kalau begitu, jalan pelan, ya. Atau aku minta kursi roda?""Nggak usah. Sekalian biar aku sehat. Beberapa hari di sini dan hanya tiduran, aku bosan.""Agna, kamu baru saja lepas infus. Istirahat dulu," bujuk Sandra.Agna menggeleng. "Aku ingin melihatnya, Mi. Sekalian aku mau minta maaf.Arhand menggandeng Agna pelan. Keduanya berjalan menuju ruang perawatan. Langkah Agna masih tertatih, tapi dia bersikeras.***Lani akhirnya membuka mata perlahan. Cahaya lampu membuat pandangannya masih kabur. Suara alat medis berdenging samar.Seseorang menggenggam tangannya. Hangat. "Sayang,...." Alzam hampir meneteskan air mata saat melihat Lani mengerjab. Betapapun sakit hatinya karena Lani mencari Rey di saat sadar, dia berusaha meredam perasaannya.Lani berus

    Last Updated : 2025-03-13

Latest chapter

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 362. Lamanya,..

    Munding Wangi masih diliputi kabut sisa embun malam. Pabrik milik Lani yang beberapa hari lalu ditutup karena libur lebaran, kini sudah kembali beroperasi penuh. Suara mesin-mesin penggilingan dan para buruh yang lalu-lalang memenuhi lorong pabrik menjadi tanda bahwa tempat ini hidup kembali. Namun suasana hati Lani masih diliputi kekhawatiran. Bukan soal produksi, bukan soal modal, melainkan soal Mira.Lani berdiri di tengah lapangan kecil yang menghubungkan bangunan utama pabrik dan kantor. Ia memanggil delapan orang satpam yang selama ini bertugas menjaga keamanan pabrik dan rumahnya. Beberapa wajah tampak masih ngantuk, tapi semua segera berdiri tegak saat Lani mulai bicara."Saya tahu ini bukan tugas biasa. Tapi beberapa malam terakhir, ada seseorang yang mondar-mandir di sekitar rumah saya. Mira khawatir, dan saya juga. Saya curiga orang itu Damar. Kalian tahu siapa dia karena duluh dia juga custumer pabrik ini untuk urusan lmbah kult jeruk. Jadi saya butuh kalian untuk siaga. K

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 361. Janji Damar

    Damar duduk sendiri di teras rumahnya. Angin malam Surabaya membelai pelan wajahnya, namun keringat dingin justru mengalir di pelipisnya. Pikirannya kacau. Perasaannya tak tenang. Sejak kabar tentang Rey yang hilang dalam tugas diterimanya di warung kopi komplek seminggu lalu, dadanya seperti diikat erat oleh kegelisahan. Budi, rekan lama yang kini sering datang ke perumahan, jadi sumber informasi utamanya."Kulit jeruk dari Lani masih dikirim ke toko ya?" tanya Damar pada Budi waktu itu.Budi mengangguk. "Bukan cuma itu, Dam. Mira juga balik kerja ke tempat Lani. Mbok Sarem bilang dia sering diam, tapi kerjaannya rapi."Hati Damar berdesir. Mira. Nama itu tak pernah benar-benar hilang dari benaknya. Sejak Rey hilang, bayangan Mira muncul lebih sering, lebih nyata, seperti hantu masa lalu yang tak pernah selesai.Tapi malam ini bukan tentang Mira. Malam ini, suara Vero yang meninggi dari dalam rumah menusuk telinganya."Kamu pikir aku nggak tahu kamu sering keluar malam belakangan ini

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 361. Kenangan malam pertama

    Hampir sebulan Mira akhirnya larut dalam kerjaannya di Munding Wangi. Kesibukan jadi pelarian yang ampuh dari gelombang rindu yang menyerangnya nyaris setiap malam. Tapi malam ini, saat seisi rumah mulai sunyi, dan hanya suara jangkrik serta detak jam dinding yang terdengar, Mira kembali duduk di sajadahnya.Pakaian tidurnya masih basah di bagian pundak oleh air wudu. Ia menatap kosong ke arah jendela yang tertutup tirai tipis. Di atas sajadah itulah, Mira menumpahkan segalanya. Dalam tiap doa tahajud, namanya selalu disebut. Bukan hanya sekali. Tapi berkali-kali."Ya Allah... kembalikan Rey padaku... Jika dia memang untukku... Tolong jangan biarkan aku hidup dalam ketidakpastian seperti ini."Air matanya jatuh. Pelan. Tenang. Tapi menyayat. Seperti air yang mengikis batu, doanya terus mengalir setiap malam. Dan selalu saja ingatan tentang Rey tak bisa diusir.Ia menyentuh ponselnya. Layar menyala, dan di sana terpampang foto pernikahan mereka. Rey yang mengenakan beskap warna merah m

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 360. Perjalanan

    POV Damar.Pagi belum sepenuhnya hidup ketika aku duduk di pojok warung kopi komplek perumahan para anggota veteran. Tempat itu bukan tempat favorit, tapi punya satu kelebihan: berita gosip dari segala lapisan bisa melintas di sana seperti aroma kopi robusta yang menyengat. Aku duduk dengan jaket hitam tipis, topi diturunkan sedikit, menyamarkan wajahnya dari siapa pun yang mungkin kenal."Rey belum pulang juga ya? Kabar terakhir sih katanya sempat ilang waktu patroli. Kayaknya kejauhan masuk zona rawan."Aku tak perlu menengok. Suara itu milik Pak Aryo, pensiunan tentara yang sekarang jualan pancingan. Dia sedang bicara pada teman duduknya sambil menyeruput kopi dengan pelan."Katanya yang ikut patroli itu bilang dia disuruh cek sendiri jalur komunikasi. Tapi nggak balik-balik. Udah semingguan, kan?""Hampir ebulan malah. Tapi keluarganya nggak mau buka suara. Padahal istrinya itu, yang cantik itu loh... siapa namanya—""Mira."Jantungku bergetar halus saat nama itu disebut. Mira. Ak

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 359. Menghibur

    Udara pagi menampar lembut wajah Mira yang masih pucat. Jendela kamar terbuka sejak subuh, tapi hawa sejuk pegunungan Sendang Agung tak mampu membekukan panas yang mengendap di dadanya. Ia duduk diam di pinggir ranjang, pandangan tertuju pada layar ponsel yang terus gelap. Tak ada notifikasi. Tak ada pesan masuk. Dan tak ada nama Rey yang muncul.Dari balik pintu yang setengah terbuka, Laras melongok pelan, lalu mengetuk."Mira, aku bawain teh anget, mau?" tawarnya sambil masuk tanpa menunggu jawaban.Mira hanya menoleh sebentar. Sorot matanya kosong, senyum pun tak muncul. Laras meletakkan gelas di meja kecil dekat tempat tidur."Kalau kamu pengen cerita... atau cuma pengen duduk bareng tanpa ngomong apa-apa, aku siap kok," lanjut Laras, duduk di kursi rotan.Mira tetap diam. Ia kembali menatap layar ponselnya. Lalu meletakkannya di pangkuan, seolah pasrah.Laras menghela napas pelan. "Nggak apa-apa. Aku ngerti kok. Tapi kamu jangan terus begini.""Iya, Tan, ayo jalan-jalan sama Lindi

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 358. Kita pulang

    Tangis belum benar-benar reda saat Marni mengusap kepala Mira yang terkulai di pangkuannya. Aroma lepet dan ketupat yang tadi sempat membuat suasana rumah di Sendang Agung jadi hangat, kini tak lebih dari sekadar sisa-sisa tradisi yang menggantung kaku di meja ruang tamu. Rere dan Maya duduk bersisian, tak lagi berkata apa-apa, hanya menatap Mira yang tak henti menatap pintu seperti mengharap sesuatu tiba-tiba muncul dari sana."Ndok, ikut pulang ke Sendang Agung, ya... biar tenang dulu hatimu." Marni membujuk sambil membenarkan letak kerudung Mira yang sedikit miring. Suaranya lirih, tapi sarat keteguhan seorang ibu yang ingin menyelamatkan anaknya dari gelombang yang terlalu besar untuk dihadapi sendirian."Nanti kalau Rey sudah pulang, kamu bisa kembali ke sini. Di rumah, kamu bisa tenang dulu," ujar Marni, suaranya serak seperti baru saja menangis di dalam mobil.Mira menggeleng pelan. "Kalau aku pulang sekarang, terus nanti Rey pulang... dia nggak langsung ketemu aku, Bu. Aku pen

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 357. Kamu udah janji

    Daun-daun pisang dibuka satu-satu, aroma santan dan kelapa parut langsung menyeruak dari anyaman ketupat dan lepet yang tersaji di tengah-tengah pelataran rumah Marni. Tua-mudayang laki-laki, berkumpul memadati halaman masjid yang biasa digunakan untuk pengajian ibu-ibu itu. Pagi yang ramai, ramai oleh tawa dan nyanyian tradisi Kupatan yang telah diwariskan turun-temurun di Sendang Agung.Marni duduk berselonjor di sudut bale bambu, matanya menelusuri keramaian yang terasa hangat seperti peluk cucunya. Di tangannya, lepet sudah tinggal separuh. Dia mengunyah pelan, matanya menerawang jauh—tak benar-benar melihat keramaian itu. Pikirannya tak lepas dari Mira."Nduk itu, sekarang makan lepet-nya masih pelan nggak, ya? Atau udah bisa ngabisin dua sekaligus kayak ibu-ibu kota?" Marni terkekeh pelan pada dirinya sendiri.Sejak Mira pindah ke rumah suaminya, Marni merasa seperti kehilangan bagian tubuhnya. Rumah jadi lebih sepi. Meski cucunya, selalu menemaninya, tapi ada ruang kosong yang

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 356. Ancaman

    Pagi itu cerah. Udara di teras rumah Rey dan Mira terasa segar, angin berhembus pelan membawa aroma tanah basah sisa hujan semalam. Mira yang tengah menyiram tanaman yang terletak di dalam teras, tersenyum kecil melihat mawar-mawar Rey mulai merekah."Sayang, kamu lihat ini? Mawarnya mekar," ujar Mira sambil menoleh ke arah Rere yang sedang duduk santai sambil menyeruput teh.Rere mengangguk. "Mawar Rey memang cemburuan. Makanya baru mekar pas abangku pergi."Mira tertawa kecil. "Rey pasti senang kalau lihat ini nanti."Namun di balik senyuman Mira, ada keresahan yang tak bisa ia sembunyikan. Hampir Subuh tadi dia seolah mendengar ada orang yang melempar sesuatu ke arah pintu. Saat dia menangok dia melihat sebuah kertas yang membuat tidurnya tidak lagi nyenyak. Surat tanpa nama lagi, hanya tulisan dengan spidol merah yang membuat jantungnya berdetak."Kamu milikku, Mira. Dan hanya aku yang akan membawamu pergi!"Mira tak tahu harus menceritakan pada siapa. Ia tidak ingin membuat Rey

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 355.Menunggu

    Rumah itu mendadak sepi. Tak ada langkah kaki berat Rey, tak ada aroma kopi pagi yang biasa diseduhnya dengan gaya sok barista. Hanya suara jam dinding yang pelan berdetak, seperti mengingatkan Mira bahwa waktu terus berjalan—meskipun baginya, rasanya lambat sekali sejak Rey pergi.Di sofa panjang yang terletak di ruang keluarga, Mira duduk sambil memeluk bantal. TV menyala, tapi tak ada yang benar-benar ditonton. Tangannya men-scroll ponsel, berharap ada pesan baru dari Rey. Tapi sinyal dari lapangan seringkali putus-nyambung. Tak bisa protes, dia hanya bisa berharap dan berdoa.Tiba-tiba suara pintu pagar dibuka pelan. Lalu terdengar langkah kaki menuju teras.Maya, dengan daster motif bunga dan sandal jepit, menyembul sambil membawa plastik berisi gorengan. “Mira, udah sarapan belum?”Mira tersenyum lebar. “Sudah, Ma. Masuk aja. Cuma saya tadii bikin telor ceplok doang.”Maya duduk di sofa, membuka plastiknya. “Tadi ada tukang gorengan lewat, Mama langsung inget kamu. Siapa tau belu

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status