Beranda / Romansa / ISTRI SIRI TENTARA ALIM / Bab 158. Kado tahun baru

Share

Bab 158. Kado tahun baru

Penulis: HaniHadi_LTF
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-01 18:04:06
Langkah Alzam berat menapaki halaman rumah. Dadanya berdebar karena amarah pada Damar yang entah mengapa berada di sini, terlebih saat melihat senyumnya yang mengarah ke dalam rumah. Dia yang tak pernah masuk rumah Lani dari depan, bahkan tak ingat lagi. Bayangan Lani yang diajak Damar tersenyum, membuatnya segera beranjak ke sana

Namun, sebelum sempat mendekat, suara riang terdengar dari teras.

Mira terlihat, mengenakan celana jeans dan baju sederhana. Rambutnya yang menggapai punggung digerainya. Wajahnya tampak malu-malu, tetapi senyumnya merekah saat melihat Damar di luar.

"Oh, Alzam," sapanya lembut. "Maaf ya, kami dari kemarin sudah janjian di sini. Soalnya, Mas Damar bawaannya pingin banget ketemu. Kalau di mess saya kan nggak mungkin bawa cowok. masuk. Jadi, saya minta izin ke Lani buat di sini. Aku harap kamu nggak keberatan."

Alzam menelan ludah. Raut wajahnya kaku, tetapi ia berusaha menampilkan senyum. "Oh, gitu. Ya nggak apa-apa. Masuk saja kalau mau ngobrol. Ini rumah
HaniHadi_LTF

Selamat tahun, Baru 2025! Ghak telat kan?

| 1
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   159. Bagaimana caranya?

    Di sebuah hotel, suara tawa terdengar dari kamar di lantai lima. Agna duduk di tepi tempat tidur, kakinya terayun pelan. Di hadapannya, Arhand berdiri sambil membawa segelas kopi yang masih mengepul."Arhand, kamu lucu banget kalau lagi cerita gitu." Agna tertawa kecil, menutupi mulutnya dengan tangan. "Aku nggak pernah nyangka orang kayak kamu bisa selucu ini." Arhand memang menceritakan satu pengalamannya saat tahun baru bersama keluarga besar mereka saat mereka masih berkumpul bersama.Arhand tersenyum tipis, tetapi matanya berbinar. Tatapannya penuh kekaguman setiap kali memandang Agna. Ada sesuatu dalam sorot matanya—seperti seseorang yang benar-benar jatuh cinta, tetapi terlalu takut untuk mengatakannya. Ia menatap wajah Agna, memperhatikan setiap detail, seolah tak ingin melewatkan satu pun momen bersamanya."Agna," katanya pelan, suaranya rendah tetapi penuh perasaan. "Aku nggak tahu apa yang aku rasakan ini. Tapi setiap kali aku di dekat kamu, aku merasa seperti... semuanya

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-02
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   160. Bisa memilih

    Rumah itu masih lengang. Jam dinding di ruang tamu menunjukkan pukul tiga dini hari. Salma terbangun dari tidur nyenyaknya dan berniat melaksanakan tahajud. Langkahnya pelan keluar dari kamar dan menyalakan lampu di musholla. Namun begitu mendengar langkah kaki di ruang tengah, ia beranjak ke sana dan mendapati seseorang yang baru datang."Agna?" suara Salma setengah berbisik, jelas tak menyangka melihat menantunya di sana baru datang dari luar, malam-malam seperti ini. Agna, dengan wajah lelah dan mata yang sedikit sembab, hanya menoleh pelan tanpa bicara."Kamu baru datang?" Salma mendekat, memastikan itu bukan bayangan semata. "Dai mana saja kamu, Agna, kenapa malam sekali baru pulang?"Agna mengusap wajahnya, mencoba menahan kantuk yang sudah menyerangnya. "Dari luar, Mi. Ini kan malam tahun baru. Biasanya kita kumpul-kumpul sampai pergantian malam."Salma memandangnya penuh tanda tanya. "Kenapa ghak ngajak Alzam?"Agna tertawa kecil, getir. "Ummi tau sendiri kan bagaimana Mas Al

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-02
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 161. Konsekwensi

    Langkah Alzam mantap menapaki jalan menuju kantor Pak Bara. Matahari siang terasa terik, namun ia tak peduli. Pikiran tentang panggilan mendadak dari komandannya, Letkol Bara, membuat dadanya terasa sesak. Panggilan ini terasa tak biasa—seolah ada sesuatu yang penting dan mendesak menantinya.Setibanya di lokasi yang ditempati komandannya, seorang prajurit yang berjaga memberi hormat. Alzam membalasnya dengan anggukan singkat, lalu masuk ke area markas. Suasana di sana penuh kesibukan khas militer: suara langkah kaki berbaris terdengar tegas, beberapa kendaraan taktis terparkir rapi, dan beberapa prajurit berdiskusi serius di sudut halaman.Di gedung utama markas, Alzam menyesuaikan topinya, melangkah masuk ke ruang utama.Di ruang briefing, beberapa prajurit duduk menghadap papan tulis besar, mendiskusikan peta operasi yang terpampang di sana. Suara seruan komandan peleton menggema, memerintahkan evaluasi strategi. Di sisi lain, beberapa staf administrasi sibuk dengan dokumen dan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-03
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 162. Aku besamamu!

    Saat tiba di rumah, langkah Alzam terasa berat. Di depan pintu, ia berhenti sejenak, menarik napas dalam. Pikiran tentang percakapan dengan Letkol Bara masih bergelayut di benaknya. Dia baru teringat kalau dia tak menghampiri Agna. Segera saja Alzam mengirim WA, meminta maaf dan menyuruh Agna untuk naik ojek online yang banyak dia jumpai di depan kantornya. Namun handhpone Agna tidak aktif."Alzam, kamu kenapa?" tanya Ummi Salma begitu pintu terbuka.Alzam berusaha tersenyum. "Tidak apa-apa, Ummi."Salma hanya diam dengan membiarkan putranya itu masuk."Lalu Agna tidak bersamamu?""Maaf, Ummi. Tadi Alzam lupa." Alzam tak ingin mendengar umminya curiga lagi. Dia segera pergi lewat belakang, untuk ke rumah Lani.Rumah nampak lenggang. Hanya ada Mbok Sarem yang bersih-bersih. Thoriq bersama Elma dan suaminya pergi ke gudang sekalian melihat pabrik Lani. Demikian juga dengan Towirah dan Wagimin, juga Senja. Sementara Lani sudah pulang seperti kebiasaanya pulang lebih awal jika Alzam waktu

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-03
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 163. Kamu bisa tanpanya

    Langkah Wagimin terasa mantap memasuki rumah besar itu, diiringi Towirah dan Senja yang berada di belakangnya. Mereka nampak bercanda, tertawa kecil mencandai Senja. Rumah tampak lengang, hanya suara tangis lirih dari ruang keluarga yang menarik perhatian mereka. Wagimin mempercepat langkahnya, masuk tanpa permisi.Lani tampak duduk di sofa dengan wajah merah dan mata sembap. Ia memeluk Alzam erat, seakan mencoba menenangkan kegundahan lelaki itu. Alzam sendiri hanya diam, wajahnya tertunduk, tampak berat menahan beban."Ada apa ini?" suara Wagimin memecah keheningan. Lani menoleh, napasnya terisak."Mas diberi waktu seminggu..." suara Lani gemetar, "...untuk merenungkan pernikahan kami. Dan meluruskan pernikahan resminya dengan Agna."Towirah memandang Lani dengan tatapan tajam, sementara Senja yang masih bocah hanya berdiri kikuk di belakang Towirah, lalu pergi ke belakang rumah. Wagimin mendekat, wajahnya memerah menahan amarah."Alzam, apa maksudnya ini?" tanyanya lantang. "Dulu,

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 164. Keputusan yang berat

    Langkah Agna perlahan memasuki rumah besar itu. Wajahnya sedikit muram. Di ruang tamu, Salma sedang duduk bersama suaminya, Thoriq. Suasana terlihat tegang, dengan percakapan yang setengah terhenti saat Agna muncul."Agna," sapa Salma, tersenyum kecil meski matanya menyimpan kelelahan. "Kamu naik apa tadi?""Taxi," jawab Agna singkat sambil melepas sepatunya. Ia merasa suasana rumah ini tidak seperti biasanya. Walau dia juga merasa kegerahan dengan keluarga Alzam yang tinggal di sana. Entah sampai kapan mereka betah di sini, bathinnya. Llau menatap Salma. "Di mana Mas Alzam, Ummi? Apa dia sudah pulang?"Salma sekejab merasa bersalah dengan kelakuan anaknya. "Iya, tadi pulang dengan tergesa, sampai lupa kalau kamu masih di kantor."Thoriq yang sejak tadi hanya duduk dengan raut serius akhirnya menyahut. "Biar untuk pembelajaran bagi Agna, Mi. Bukannya setelah ini dia harus belajar sendiri?"Agna mengerutkan kening, bingung. "Maksud Abi apa?"Sebelum Thoriq menjawab, Elmi, adik ipar Ag

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 165. Menjemput

    "Nyonya! Kejutan kok mampir ke sini," ucap pembantu Agna saat melihat dua orang di depan pintu. Kedua orang itu pun tersenyum sambil melangkah masuk.Salma dan Thoriq yang sedang minum teh sambil nonton TV di ruang tengah,segera bangkit dan menyalami mereka berdua. Lalu mempersilahkan duduk.Baskara, ayah Agna, menyisipkan percakapan dengan nada lebih ringan. "Bagaimana kabar semua di sini? Lama tidak mampir.""Baik, Pak Baskara," jawab Thoriq datar, meski ada sedikit ketegangan di nadanya. "Tapi saya heran, tumben sore begini datang? Ada keperluan khusus?"Sandra terkekeh kecil. "Bukan keperluan, Pak. Cuma mau ajak Agna sebentar. Kakaknya sudah lama ingin ketemu. Dia baru datang kemarin bersama istrinya, makanya kami ke sini sekalian mampir jemput Agna. Mereka ingin berkumpul lagi seperti duluh saat masih di rumah bersama.""Hanya itu?" Salma akhirnya membuka suara, memandang Sandra dengan sorot mata yang penuh tanya.Sandra mengangguk sambil tersenyum. "Hanya itu. Oh, dan sekalian i

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 166. Membuang impian

    Alzam muncul dari belakang Lani. Ia melirik ke arah ibunya, lalu mengangguk. "Ayo, Mi.""Kamu ghak ngomong sama Lani duluh?""Ngomong apa, Mi?""Mereka sebenarnya menjemput Agna bersamamu. Kakak Agna datang dan ingin berkumpul dengan kalian.""Maksudnya ke rumah orangtua Agna?""Iya, begitulah.""Bagaimana ya, Mi, ini kan masih waktunya Alzam bersama dengan Lani. Kalau ke sana,..""Mas, ghak apa-apa. Pergilah," ucap Lani dengan menahan sesak di hatinya.Salma memandangi putranya dan Lani bergantian dengan perasaan campur aduk. Dalam hatinya, ia mengulang-ulang doa yang sama: "Tuhan, lindungi mereka dari segala kesulitan."Saat Alzam melangkah keluar rumah, Salma menoleh sekali lagi ke arah Lani dan Senja yang berdiri di ambang pintu. Bayangan mereka tersenyum, membuat Salma tak mampu menahan air mata yang menggenang. Ia berjalan menjauh tanpa berkata apa-apa, namun hatinya terus berdoa. Do'a yang tidak sama dengan yang diucapkan Lani yang segera beranjak ke kamarnya dengan menyuruh Se

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-05

Bab terbaru

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 167. Karena Cinta

    Lani duduk di ruang tengah, matanya menatap kosong ke arah jendela. Tangannya memegang cangkir teh yang sudah dingin, namun ia bahkan tak menyadarinya. Di sebelahnya, Towirah mencoba memulai percakapan."Lani, jangan begini terus. Kamu harus kuat, Nak," ucap Towirah dengan suara lembut.Wagimin mendekat, membawa sebuah baki berisi pisang goreng hangat. "Ayo makan dulu. Pikiran berat nggak akan hilang kalau perut kosong," katanya sambil tersenyum tipis.Namun, Lani tetap diam. Hanya sekelumit air mata yang tergantung di sudut matanya. Mbok Sarem, yang duduk di sebelahnya, memandang Lani dengan prihatin."Apa Mas Alzam nggak pamit baik-baik sama kamu, Lani?" tanya Mbok Sarem pelan, mencoba menguatkan Lani.Lani menoleh, suaranya serak ketika menjawab. "Dia pamit, Mbok. Tapi rasanya seperti dia pergi untuk selamanya.""Dia pamit, Lani. Dan aku rasa dia juga berat saat pergi sampai dia kembali lagi kan? Jadi jangan berfikir negatif duluh. Dia orang yang bertanggungjawab. Tidak akan mungki

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 166. Membuang impian

    Alzam muncul dari belakang Lani. Ia melirik ke arah ibunya, lalu mengangguk. "Ayo, Mi.""Kamu ghak ngomong sama Lani duluh?""Ngomong apa, Mi?""Mereka sebenarnya menjemput Agna bersamamu. Kakak Agna datang dan ingin berkumpul dengan kalian.""Maksudnya ke rumah orangtua Agna?""Iya, begitulah.""Bagaimana ya, Mi, ini kan masih waktunya Alzam bersama dengan Lani. Kalau ke sana,..""Mas, ghak apa-apa. Pergilah," ucap Lani dengan menahan sesak di hatinya.Salma memandangi putranya dan Lani bergantian dengan perasaan campur aduk. Dalam hatinya, ia mengulang-ulang doa yang sama: "Tuhan, lindungi mereka dari segala kesulitan."Saat Alzam melangkah keluar rumah, Salma menoleh sekali lagi ke arah Lani dan Senja yang berdiri di ambang pintu. Bayangan mereka tersenyum, membuat Salma tak mampu menahan air mata yang menggenang. Ia berjalan menjauh tanpa berkata apa-apa, namun hatinya terus berdoa. Do'a yang tidak sama dengan yang diucapkan Lani yang segera beranjak ke kamarnya dengan menyuruh Se

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 165. Menjemput

    "Nyonya! Kejutan kok mampir ke sini," ucap pembantu Agna saat melihat dua orang di depan pintu. Kedua orang itu pun tersenyum sambil melangkah masuk.Salma dan Thoriq yang sedang minum teh sambil nonton TV di ruang tengah,segera bangkit dan menyalami mereka berdua. Lalu mempersilahkan duduk.Baskara, ayah Agna, menyisipkan percakapan dengan nada lebih ringan. "Bagaimana kabar semua di sini? Lama tidak mampir.""Baik, Pak Baskara," jawab Thoriq datar, meski ada sedikit ketegangan di nadanya. "Tapi saya heran, tumben sore begini datang? Ada keperluan khusus?"Sandra terkekeh kecil. "Bukan keperluan, Pak. Cuma mau ajak Agna sebentar. Kakaknya sudah lama ingin ketemu. Dia baru datang kemarin bersama istrinya, makanya kami ke sini sekalian mampir jemput Agna. Mereka ingin berkumpul lagi seperti duluh saat masih di rumah bersama.""Hanya itu?" Salma akhirnya membuka suara, memandang Sandra dengan sorot mata yang penuh tanya.Sandra mengangguk sambil tersenyum. "Hanya itu. Oh, dan sekalian i

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 164. Keputusan yang berat

    Langkah Agna perlahan memasuki rumah besar itu. Wajahnya sedikit muram. Di ruang tamu, Salma sedang duduk bersama suaminya, Thoriq. Suasana terlihat tegang, dengan percakapan yang setengah terhenti saat Agna muncul."Agna," sapa Salma, tersenyum kecil meski matanya menyimpan kelelahan. "Kamu naik apa tadi?""Taxi," jawab Agna singkat sambil melepas sepatunya. Ia merasa suasana rumah ini tidak seperti biasanya. Walau dia juga merasa kegerahan dengan keluarga Alzam yang tinggal di sana. Entah sampai kapan mereka betah di sini, bathinnya. Llau menatap Salma. "Di mana Mas Alzam, Ummi? Apa dia sudah pulang?"Salma sekejab merasa bersalah dengan kelakuan anaknya. "Iya, tadi pulang dengan tergesa, sampai lupa kalau kamu masih di kantor."Thoriq yang sejak tadi hanya duduk dengan raut serius akhirnya menyahut. "Biar untuk pembelajaran bagi Agna, Mi. Bukannya setelah ini dia harus belajar sendiri?"Agna mengerutkan kening, bingung. "Maksud Abi apa?"Sebelum Thoriq menjawab, Elmi, adik ipar Ag

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 163. Kamu bisa tanpanya

    Langkah Wagimin terasa mantap memasuki rumah besar itu, diiringi Towirah dan Senja yang berada di belakangnya. Mereka nampak bercanda, tertawa kecil mencandai Senja. Rumah tampak lengang, hanya suara tangis lirih dari ruang keluarga yang menarik perhatian mereka. Wagimin mempercepat langkahnya, masuk tanpa permisi.Lani tampak duduk di sofa dengan wajah merah dan mata sembap. Ia memeluk Alzam erat, seakan mencoba menenangkan kegundahan lelaki itu. Alzam sendiri hanya diam, wajahnya tertunduk, tampak berat menahan beban."Ada apa ini?" suara Wagimin memecah keheningan. Lani menoleh, napasnya terisak."Mas diberi waktu seminggu..." suara Lani gemetar, "...untuk merenungkan pernikahan kami. Dan meluruskan pernikahan resminya dengan Agna."Towirah memandang Lani dengan tatapan tajam, sementara Senja yang masih bocah hanya berdiri kikuk di belakang Towirah, lalu pergi ke belakang rumah. Wagimin mendekat, wajahnya memerah menahan amarah."Alzam, apa maksudnya ini?" tanyanya lantang. "Dulu,

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 162. Aku besamamu!

    Saat tiba di rumah, langkah Alzam terasa berat. Di depan pintu, ia berhenti sejenak, menarik napas dalam. Pikiran tentang percakapan dengan Letkol Bara masih bergelayut di benaknya. Dia baru teringat kalau dia tak menghampiri Agna. Segera saja Alzam mengirim WA, meminta maaf dan menyuruh Agna untuk naik ojek online yang banyak dia jumpai di depan kantornya. Namun handhpone Agna tidak aktif."Alzam, kamu kenapa?" tanya Ummi Salma begitu pintu terbuka.Alzam berusaha tersenyum. "Tidak apa-apa, Ummi."Salma hanya diam dengan membiarkan putranya itu masuk."Lalu Agna tidak bersamamu?""Maaf, Ummi. Tadi Alzam lupa." Alzam tak ingin mendengar umminya curiga lagi. Dia segera pergi lewat belakang, untuk ke rumah Lani.Rumah nampak lenggang. Hanya ada Mbok Sarem yang bersih-bersih. Thoriq bersama Elma dan suaminya pergi ke gudang sekalian melihat pabrik Lani. Demikian juga dengan Towirah dan Wagimin, juga Senja. Sementara Lani sudah pulang seperti kebiasaanya pulang lebih awal jika Alzam waktu

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 161. Konsekwensi

    Langkah Alzam mantap menapaki jalan menuju kantor Pak Bara. Matahari siang terasa terik, namun ia tak peduli. Pikiran tentang panggilan mendadak dari komandannya, Letkol Bara, membuat dadanya terasa sesak. Panggilan ini terasa tak biasa—seolah ada sesuatu yang penting dan mendesak menantinya.Setibanya di lokasi yang ditempati komandannya, seorang prajurit yang berjaga memberi hormat. Alzam membalasnya dengan anggukan singkat, lalu masuk ke area markas. Suasana di sana penuh kesibukan khas militer: suara langkah kaki berbaris terdengar tegas, beberapa kendaraan taktis terparkir rapi, dan beberapa prajurit berdiskusi serius di sudut halaman.Di gedung utama markas, Alzam menyesuaikan topinya, melangkah masuk ke ruang utama.Di ruang briefing, beberapa prajurit duduk menghadap papan tulis besar, mendiskusikan peta operasi yang terpampang di sana. Suara seruan komandan peleton menggema, memerintahkan evaluasi strategi. Di sisi lain, beberapa staf administrasi sibuk dengan dokumen dan

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   160. Bisa memilih

    Rumah itu masih lengang. Jam dinding di ruang tamu menunjukkan pukul tiga dini hari. Salma terbangun dari tidur nyenyaknya dan berniat melaksanakan tahajud. Langkahnya pelan keluar dari kamar dan menyalakan lampu di musholla. Namun begitu mendengar langkah kaki di ruang tengah, ia beranjak ke sana dan mendapati seseorang yang baru datang."Agna?" suara Salma setengah berbisik, jelas tak menyangka melihat menantunya di sana baru datang dari luar, malam-malam seperti ini. Agna, dengan wajah lelah dan mata yang sedikit sembab, hanya menoleh pelan tanpa bicara."Kamu baru datang?" Salma mendekat, memastikan itu bukan bayangan semata. "Dai mana saja kamu, Agna, kenapa malam sekali baru pulang?"Agna mengusap wajahnya, mencoba menahan kantuk yang sudah menyerangnya. "Dari luar, Mi. Ini kan malam tahun baru. Biasanya kita kumpul-kumpul sampai pergantian malam."Salma memandangnya penuh tanda tanya. "Kenapa ghak ngajak Alzam?"Agna tertawa kecil, getir. "Ummi tau sendiri kan bagaimana Mas Al

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   159. Bagaimana caranya?

    Di sebuah hotel, suara tawa terdengar dari kamar di lantai lima. Agna duduk di tepi tempat tidur, kakinya terayun pelan. Di hadapannya, Arhand berdiri sambil membawa segelas kopi yang masih mengepul."Arhand, kamu lucu banget kalau lagi cerita gitu." Agna tertawa kecil, menutupi mulutnya dengan tangan. "Aku nggak pernah nyangka orang kayak kamu bisa selucu ini." Arhand memang menceritakan satu pengalamannya saat tahun baru bersama keluarga besar mereka saat mereka masih berkumpul bersama.Arhand tersenyum tipis, tetapi matanya berbinar. Tatapannya penuh kekaguman setiap kali memandang Agna. Ada sesuatu dalam sorot matanya—seperti seseorang yang benar-benar jatuh cinta, tetapi terlalu takut untuk mengatakannya. Ia menatap wajah Agna, memperhatikan setiap detail, seolah tak ingin melewatkan satu pun momen bersamanya."Agna," katanya pelan, suaranya rendah tetapi penuh perasaan. "Aku nggak tahu apa yang aku rasakan ini. Tapi setiap kali aku di dekat kamu, aku merasa seperti... semuanya

DMCA.com Protection Status