Share

Keributan

last update Last Updated: 2023-08-09 18:54:23

Mata Mas Hanan membola sesaat, lalu menghela napas.

"Tidak mungkin lah, Dek. Bapak saja tidak pernah mengatakan apapun," ucapnya kemudian.

"Mungkin karena Bapak terlalu menyayangi Mas Hanan, makanya Bapak tidak mau kehilangan Mas Hanan," ucapku lagi.

Mas Hanan seketika terdiam, seperti memikirkan sesuatu. Tapi sesaat kemudian dia menatap ke arahku sembari tersenyum.

"Sudahlah, lupakan saja, Dek. Yuk, kita masuk. Mas akan menggambar ulang semua desain ini," ucapnya kemudian sambil membereskan kembali lemari yang tadi dia bongkar.

"Mas! Apa Mas Hanan tidak ingin tahu siapa orang tua Mas Hanan yang sesungguhnya?" tanyaku dengan hati yang agak kesal karena Mas Hanan mengalihkan pembicaraan.

Mas Hanan menghentikan pekerjaannya, lalu terdiam lagi untuk beberapa lama, namun bibirnya tampak bergetar.

"Untuk apa mencari tahu tentang orang yang sudah membuang anaknya ke tempat sampah, Dek?"

Aku tersentak mendengar ucapan Mas Hanan. Astaghfirullah, apakah ucapanku tadi tanpa sengaja membuka kemb
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • ISTRI SARJANA SUAMI LULUSAN SD   Pengakuan

    "Mas Hanan tidak apa-apa?" tanyaku seraya memegang pipi Mas Hanan yang membiru.Mas Hanan seketika meringis, lalu menatapku."Adek kenapa nekad tadi? Kalau kena pukul gimana?" tanyanya."Terus Mas Hanan mau aku diam saja dan membiarkan Mas Hanan babak belur?" Aku balik bertanya dengan muka merengut."Bukan begitu, Dek." Mas Hanan memegang pipiku, mungkin menyadari mataku berair karena mencemaskannya. "Mas ini laki-laki, jadi tahan kalau kena pukul. Kalau Adek yang terluka, Mas tidak akan memaafkan diri Mas seumur hidup."Aku seketika menggigit bibir. Lagi-lagi Mas Hanan hanya mencemaskanku, padahal dia sudah babak belur seperti itu."Ayo berdiri, Mas. Biar aku panggil dokter untuk memeriksa Mas Hanan," ucapku kemudian sambil membantu Mas Hanan berdiri."Tidak perlu, Dek. Kompres air dingin sama minum paracetamol juga sudah sembuh, kok," jawab Mas Hanan."Aduh, Mas Hanan ini terlalu meremehkan luka. Udah bonyok gini masih menganggap enteng," ucapku lagi."Belikan Mas Paracetamol saja,

    Last Updated : 2023-08-09
  • ISTRI SARJANA SUAMI LULUSAN SD   Hukuman

    Aku segera mengetik balasan untuk Mama.[ Sebaiknya kita bertemu saja, Ma. Hasna tidak bisa menjelaskan via telepon. ]Terkirim, dah beberapa saat kemudian Mama akhirnya membalas.[ Kalau begitu biar Mama mampir ke sana sepulang dari kantor. ][ Oke, Ma. ]Aku menarik napas panjang, lalu melanjutkan pekerjaanku. Entah bagaimana nanti ekspresi Mama ketika melihat wajah Mas Hanan babak belur seperti itu. Lihat saja nanti.Aku segera membuka google, lalu melihat resep nasi goreng yang simple dari sana. Setelah beberapa lama bergelut dengan panasnya api kompor, akhirnya jadi juga sepiring nasi goreng untuk Mas Hanan. Tak lupa aku mencicipinya lebih dulu untuk memastikan jika tidak keasinan."Mas, ayo makan." Aku membawakan piring nasi itu ke depan Mas Hanan, lalu duduk di sampingnya."Wah, baunya sedap, Dek," ucap Mas Hanan kemudian.Aku menyendokkan nasi dan memasukkannya ke mulut Mas Hanan dengan hati-hati, karena sudut bibirnya terluka. Mas Hanan tampak mengunyahnya pelan, dan kemudian

    Last Updated : 2023-08-09
  • ISTRI SARJANA SUAMI LULUSAN SD   Pulang

    "Dengarkan saya dulu, Nyonya." Pak Baskoro masih berusaha bicara pada Mama. "Saya tahu yang putra saya lakukan ini keterlaluan. Tapi bisakah kita bicarakan lewat jalur kekeluargaan?""Begini, Pak Baskoro. Masalahnya ini bukan pertama kalinya putra Bapak membuat masalah dengan kami," jawab Mama seraya menarik tangan Mas Hanan untuk mendekat."Sebelumnya dia sudah membuat menantu saya babak belur. Jadi kali ini saya tidak bisa memaafkan!" lanjut Mama.Wajah Pak Baskoro berubah gusar, lalu menatap ke arah Irwan dengan pandangan yang kentara jika ia tengah murka."Dengarkan aku dulu, Pa. Aku melakukan itu karena laki-laki ini sudah merayu istriku," ucap Irwan, mencoba membela diri di depan Papanya."Diam kamu, anak kurang ajar! Mana mungkin menantu keluarga Dirgantara berani melakukan perbuatan rendah seperti itu!" jawab Pak Baskoro lagi."Keluarga Dirgantara?" Wajah Irwan seketika memucat, lalu menatap ke arah kami satu-persatu dengan pandangan tak percaya."Jangan sampai suami saya ikut

    Last Updated : 2023-08-09
  • ISTRI SARJANA SUAMI LULUSAN SD   Istana

    "Istana?" Aku lagi-lagi tersenyum mendengar ucapan Mas Hanan."Iya, Dek, masyaa Allah ...." Mas Hanan lagi-lagi berdecak kagum."Ini hanya bangunan, Mas," ucapku kemudian, sambil mengaitkan tanganku di lengannya. "Mau tahu istana yang sesungguhnya?"Mas Hanan menatap ke arahku sambil tersenyum. "Apa, Dek?""Rumah yang di dalamnya ada kebahagiaan kita berdua, Mas," jawabku."Masyaa Allah ...." Mas Hanan seketika merangkulku."Ayo masuk, Mas," ucapku lagi, dijawab oleh anggukan Mas Hanan."Ya Allah Hanan, Mama kira kamu menghilang kemana," ucap Mama kemudian."Maaf, Ma. Saya terpesona dengan rumah Mama, sampai gak sadar sudah melongo lama," jawab Mas Hanan sambil nyengir kuda."Ada-ada saja kamu, Hanan," ucap Mama lagi, seraya tersenyum mendengar alasan Mas Hanan yang lucu. "Baiklah, ayo masuk.""Selamat datang, Nyonya." Salah satu asisten kami membukakan pintu, dan membungkuk hormat pada kami."Nona Hasna dan menantu saya datang untuk menginap mulai hari ini. Tolong siapkan segala sesu

    Last Updated : 2023-08-09
  • ISTRI SARJANA SUAMI LULUSAN SD   Kenyataan

    "Bang Ferry sedang apa di sini?" tanya Mas Hanan seraya mendekat ke arah Kakak lelakinya itu.Bang Ferry tak langsung menjawab. Wajahnya kentara jelas kalau dia sedang gugup, seperti maling yang sedang tertangkap basah."Aku ... sedang kerja," jawabnya kemudian."Kerja?" Mas Hanan menatap sekeliling, menatap ke arahku, lalu kembali menatap ke arah Bang Ferry."Kerja di sini, Bang?" tanya Mas Hanan lagi.Wajah Bang Ferry yang tadinya terlihat gugup, lambat laun mulai kembali seperti semula."Iya, Hanan, kerja! Sedang apa lagi? Aku membantu merapikan motor dan mobil yang datang ke toko milikku," jawabnya kemudian dengan suara angkuh.Mas Hanan menatap ke arah toko besar di depan kami."Wah, toko ini punya Bang Ferry rupanya? Besar sekali, Bang," jawab Mas Hanan kemudian sambil keheranan."Tentu saja, Hanan! Ini usaha yang aku rintis selama ini! Memangnya kamu, yang cuma mengandalkan harta mertua?" cibir Bang Ferry kemudian."Aku juga punya usaha sendiri kok, Bang," jawab Mas Hanan kemud

    Last Updated : 2023-08-09
  • ISTRI SARJANA SUAMI LULUSAN SD   Kejutan

    "Ya Allah, apa ini benar?"Aku menatap ke arah gambar-gambar yang ada di layar laptop Mama, dan seketika membuatku merinding. Pasalnya bukan identitas keluarga yang muncul, melainkan sebuah berita mengerikan.SATU KELUARGA TEWAS DIBUNUH PERAMPOK DI RUMAH MEWAH MEREKA."Itu ... keluarga Mas Hanan, Ma?" tanyaku dengan suara bergetar karena masih shock.Mama tak langsung menjawab. Dia menye-croll layar laptopnya ke bawah dengan wajah yang masih belum hilang keterkejutan. Saat sampai di layar paling bawah, terdapat gambar foto keluarga yang terdiri dari pria, seorang wanita yang sepertinya tengah hamil besar, dan seorang dua orang anak mereka.Keluarga Bramantio, itu nama keluarga mereka. Wajah mereka terlihat familiar. Ya, mereka terlihat mirip dengan Mas Hanan, terutama pria yang berdiri dengan gagah sebagai kepala keluarga itu.Mata Mama membulat sesaat, seperti menyadari sesuatu. Dia lalu meng-zoom foto itu. Dia membandingkan bros yang dipakai setiap anggota keluarga itu dengan bros m

    Last Updated : 2023-08-09
  • ISTRI SARJANA SUAMI LULUSAN SD   Pujian

    "Loh, Pak Hanan sudah datang." Pak Wahid, anak buah Mama yang selama ini ditugaskan sementara untuk mengurus sawah dan pekerja, terlihat menyambut kami. "Sudah hampir selesai Pak.""Iya, terima kasih, Pak Wahid," jawabku.Aku dan Mas Hanan masih berdiri di tempat kami, seraya mendengarkan para pekerja itu berbincang. Tampaknya mereka belum menyadari kehadiran kami."Ini dulu bukannya sawah milik Bu Fatmah? Sekarang kenapa malah Bu Fatmah jadi pekerja?" tanya salah satu ibu itu pada Ibuk."Namanya juga bantu anak usaha, Bu. Kalau nanti semakin sukses, kan saya juga yang enak," jawab Ibu."Memangnya si Ferry usaha apa sih, Bu Fatmah? Kok sampai harus jual sawah sama rumah buat modal?""Dia punya toko besar di kota, Bu. Maklum lah, tiap usaha pasti modalnya besar. Apalagi di kota. Nanti kalau sudah makin sukses, modalnya pasti balik berkali-lipat." Ibu terlihat sangat bangga."Tapi kabarnya Hanan sekarang juga sudah sukses loh, Bu Fatmah. Rumahnya saja sekarang direnovasi, jadi bagus ban

    Last Updated : 2023-08-09
  • ISTRI SARJANA SUAMI LULUSAN SD   Luka

    Mata Mbak Ratri seperti hampir copot saat mendengar ucapanku."Jangan sembarang bicara kamu, Hasna!" teriaknya kemudian, tak terima.Aku tidak mundur hanya karena gertakan Mbak Ratri. Dia memang harus tahu yang sebenarnya, agar mulut besarnya itu bungkam."Memang kenyataannya begitu kok, Mbak," ucapku. "Kami bertemu dengan Bang Ferry di kota, dan ternyata dia memang tukang parkir!""Kamu itu semakin kurang ajar, ya?" Mbak Ratri masih belum bisa percaya ucapanku. "Mentang-mentang sudah di atas, berani sekali bicara fitnah!""Kami mengatakan yang sebenarnya, Mbak!" ucapku lagi. "Kalau tidak percaya, tanya Mas Hanan!"Mbak Ratri seketika melotot ke arah Mas Hanan."Yang dikatakan Hasna benar, Mbak. Kami bertemu Bang Ferry, dan ternyata memang Bang Ferry hanya tukang parkir di depan toko besar," jawab Mas Hanan."Bohong kamu, Hanan! Sekarang kamu sudah pintar menipu sejak menikah dengan Hasna!" teriak Mbak Ratri lagi."Ada apa sih ini ribut-ribut?" Tiba-tiba Ibu keluar dari dalam rumah, m

    Last Updated : 2023-08-09

Latest chapter

  • ISTRI SARJANA SUAMI LULUSAN SD   Akhir

    "Ibuk sakit?" Aku seketika membulatkan mata.Memang aku ingin sekali mengetahui keadaan Ibuk setelah pingsan waktu itu. Tapi Mas Hanan selalu menghindar setiap aku berbicara tentang Ibuk. Orang pendiam seperti Mas Hanan, sekali hatinya tergores dalam, mungkin akan sulit sekali menyembuhkan luka itu."Iya, Hasna. Tolong, minta Hanan untuk menengoknya di saat-saat terakhirnya," ucap Bang Ferry lagi.Aku terdiam sejenak, bingung apa yang harus aku lakukan."Tapi Mas Hanan baru berangkat kerja, Bang," jawabku kemudian. "Biar saya yang pergi untuk menjenguk Ibuk dulu, ya?""Iya, Hasna, iya. Ibuk pasti senang sekali kamu mau menjenguknya, Hasna," jawab Bang Ferry lagi."Sebentar, saya pamit dulu ke Mama," ucapku lagi sambil masuk ke dalam rumah.Terlihat Mama dan Bu Miranti menata makanan di atas meja makan sambil berbincang. Mereka berdua tampak sangat akrab, membuat siapapun yang melihatnya terasa adem di hati. Syukurlah, rupanya Bu Miranti benar-benar sudah sembuh."Ayo Hasna, kita sarap

  • ISTRI SARJANA SUAMI LULUSAN SD   Syukur

    "Bu ... Ibu sudah sembuh?" Air mataku kembali mengalir dengan derasnya."Ya Allah, Mas Hanan pasti bahagia sekali Ibu sudah sembuh." Aku berhambur ke pelukan Ibu mertuaku itu. Menangis sekencang-kencangnya. Aku seperti ingin mencurahkan semua perasaanku di depannya."Hasna ...." Bu Miranti menatapku lagi, begitu aku melepaskan pelukanku. Terlihat tangannya terangkat, lalu mengusap pipiku."Kenapa menangis?" tanyanya, dengan nada suara yang masih terdengar sangat datar. "Hanan menyakitimu?"Aku seketika menggelengkan kepala kencang."Tidak, Bu. Mas Hanan tidak pernah menyakiti Hasna," jawabku kemudian sembari mengukir senyum.Bu Miranti menggerakkan kepalanya, menatap ke sekeliling. "Hanan ... di mana?" tanyanya kemudian."Ada di rumah, Bu. Ayo kita Hasna bawa Ibu ke Mas Hanan," ucapku kemudian, seraya menarik tangannya, membantunya berdiri.Aku menggandeng tangan Bu Miranti dan berjalan kembali ke rumah. Dari jauh, terlihat Mas Hanan masih berbincang dengan Nikmah, dan Nikmah terliha

  • ISTRI SARJANA SUAMI LULUSAN SD   Rumah

    "Syukurlah, hari ini kita bisa membawa Nyonya Miranti pulang." Mama tersenyum seraya menyiapkan beberapa buah pakaian dan memasukkannya dalam koper."Mama sudah menyiapkan perawat khusus untuknya, dan kabarnya, kondisinya sekarang sudah jauh lebih baik," lanjut Mama lagi."Maaf ya, Ma, selama ini kami sudah merepotkan Mama terus," ucapku kemudian."Bicara apa kamu, Hasna? Kamu ini kan anak Mama, Hanan juga. Jangan pernah bilang sudah merepotkan!" sahut Mama sambil menyentil hidungku.Aku tersenyum, dan untuk ke sekian kalinya bersyukur karena memiliki orang tua yang bisa diandalkan. Rumah kami sudah selesai dibangun, bersamaan dengan kabar baik yang disampaikan oleh dokter, bahwa kondisi Nyonya Miranti sudah jauh lebih baik. Ini semua berkat Mas Hanan yang begitu sabar dan telaten berbicara pada Sang Ibu setiap harinya.Aku melirik ke arah ponsel yang sejak tadi menyala, dan menyiarkan berita-berita terkini. Terpampang jelas tulisan-tulisan yang menjadi caption dalam berita-berita ter

  • ISTRI SARJANA SUAMI LULUSAN SD   Syarat

    "Syarat?" Aku menatap ke arah Nikmah, yang juga menatapku dengan pandangan serius. Untuk sesaat pikiranku seketika dipenuhi prasangka buruk. Apapun syarat yang Nikmah inginkan, pasti ada hubungannya dengan Mas Hanan."Jangan dengarkan dia, Hasna." Mama tiba-tiba memegang pundakku. "Kita pasti bisa mencari semua bukti itu sendiri, tanpa harus mengorbankan apapun.""Tapi bukti yang saya punya sudah pasti akan bisa menjebloskan Pak Baskoro ke penjara, Tante," sahut Nikmah lagi."Meskipun begitu, saya yakin syarat yang kamu ajukan pasti di luar nalar," jawab Mama seraya menatap tajam pada Nikmah. "Lagipula, jika bukti yang kamu miliki memang begitu kuat, kenapa kamu tidak melaporkan sendiri pada polisi?""Saya tidak punya keberanian dan kuasa, juga tidak punya kebebasan," jawab Nikmah lagi."Lalu sekarang kamu memanfaatkan kami untuk bisa bebas, dan kembali menggoda menantu saya?" Ucapan Mama semakin tajam."Saya tidak sepicik itu, Tante. Ijinkan saya bicara berdua saja dengan Mbak Hasna.

  • ISTRI SARJANA SUAMI LULUSAN SD   Bukti

    "Ma, tidak bisakah kita membawa Bu Miranti pergi dari sini? Kita bawa pulang, kita rawat dia di rumah," ucapku pada Mama, karena tak kuasa melihat Mas Hanan yang menangis memeluk ibunya.Mama terlihat menarik napas panjang, lalu menatapku."Tidak bisa semudah itu, Sayang," jawabnya kemudian. "Karena itulah pertama kita harus membuktikan dulu jika Hanan adalah pewaris sah keluarga Bramantio, jadi Hanan punya hak untuk membawa ibunya."Aku terdiam, seraya menatap ke arah Mas Hanan lagi. Mas Hanan perlahan melepas pelukannya pada sang ibu, dan Bu Miranti terlihat memegang pipi Mas Hanan dengan kedua tangannya."Mas Satriyo kenapa menangis?" tanyanya sambil menatap wajah Mas Hanan dengan pandangan bingung. "Apa Mas Satriyo terluka? Apakah sakit?"Mas Hanan menggelengkan kepalanya pelan. Bu Miranti cepat-cepat mengusap air mata di pipi Mas Hanan."Jangan menangis, Mas. Jangan menangis. Kita balas orang-orang jahat itu. Kita balas orang-orang yang sudah melukai kita." Bu Miranti memeluk Mas

  • ISTRI SARJANA SUAMI LULUSAN SD   Pewaris

    "Penjahat! Pembunuh!" Bu Miranti terus berteriak sambil menunjuk-nunjuk ke arah Pak Baskoro."Ibuk! Ibuk!" Mas Hanan berusaha memegangi tubuh Bu Miranti yang terus meronta dan berteriak histeris."Pembunuh!" Bu Miranti mencoba untuk menyerang Pak Baskoro, tapi Mas Hanan terus memegangi tubuh ibunya."Tenang, Bu, tenang," ucap Pak Baskoro sambil mengangkat kedua tangannya.Akhirnya beberapa orang petugas masuk, mungkin karena mendengar keributan. Mereka memegangi tubuh Bu Miranti, lalu memaksanya untuk duduk di atas tempat tidur. Seorang petugas menyuntikkan sesuatu pada lengannya. Bu Miranti yang tadinya meronta-ronta perlahan mulai melemas, lalu akhirnya tertidur.Aku memegangi dada, miris melihat nasib yang menimpa Bu Miranti. Begitupun dengan Mas Hanan, yang terlihat menatap ibunya dengan raut wajah antara takut, kasihan, dan juga sedih."Mohon maaf, sebenarnya pasien jarang sekali mengamuk. Tapi memang terkadang dia akan seperti ini saat teringat masa lalunya," ucap salah satu pet

  • ISTRI SARJANA SUAMI LULUSAN SD   Ibu

    "Mas Hanan?"Mas Hanan masih menatapku dan Mama bergantian, dengan pandangan yang sulit diartikan. Dengan badan sedikit gemetar aku mendekat ke arahnya. Sungguh, aku takut dia akan marah padaku."Mas Hanan sejak kapan di sini?" tanyaku berusaha mengalihkan pembicaraan."Sejak tadi, Dek," jawabnya. "Mas dengar semuanya."Aku seketika gugup bukan main."Mas Hanan ... tidak marah pada kami, kan?" tanyaku kemudian, menatap ke arahnya takut-takut.Mas Hanan terlihat terdiam sesaat, lalu menggeleng. Dia kemudian menatapku lekat."Untuk apa Mas marah, Dek?""Kami mencari tahu tentang keluarga Mas Hanan tanpa ijin dari Mas Hanan," jawabku lirih.Mas Hanan terdiam lagi. Dia sepertinya sedang mencoba menata hatinya. Setelah menarik napas panjang, dia menatapku kembali."Mungkin memang sudah saatnya Mas tahu, Dek. Mas juga tidak mungkin menghindar terus, tidak mungkin tidak ingin tahu. Sudah saatnya Mas siap menerima semua kenyataannya," jawab Mas Hanan kemudian. Masih ada getar pada ucapannya.

  • ISTRI SARJANA SUAMI LULUSAN SD   Luka

    Mata Mbak Ratri seperti hampir copot saat mendengar ucapanku."Jangan sembarang bicara kamu, Hasna!" teriaknya kemudian, tak terima.Aku tidak mundur hanya karena gertakan Mbak Ratri. Dia memang harus tahu yang sebenarnya, agar mulut besarnya itu bungkam."Memang kenyataannya begitu kok, Mbak," ucapku. "Kami bertemu dengan Bang Ferry di kota, dan ternyata dia memang tukang parkir!""Kamu itu semakin kurang ajar, ya?" Mbak Ratri masih belum bisa percaya ucapanku. "Mentang-mentang sudah di atas, berani sekali bicara fitnah!""Kami mengatakan yang sebenarnya, Mbak!" ucapku lagi. "Kalau tidak percaya, tanya Mas Hanan!"Mbak Ratri seketika melotot ke arah Mas Hanan."Yang dikatakan Hasna benar, Mbak. Kami bertemu Bang Ferry, dan ternyata memang Bang Ferry hanya tukang parkir di depan toko besar," jawab Mas Hanan."Bohong kamu, Hanan! Sekarang kamu sudah pintar menipu sejak menikah dengan Hasna!" teriak Mbak Ratri lagi."Ada apa sih ini ribut-ribut?" Tiba-tiba Ibu keluar dari dalam rumah, m

  • ISTRI SARJANA SUAMI LULUSAN SD   Pujian

    "Loh, Pak Hanan sudah datang." Pak Wahid, anak buah Mama yang selama ini ditugaskan sementara untuk mengurus sawah dan pekerja, terlihat menyambut kami. "Sudah hampir selesai Pak.""Iya, terima kasih, Pak Wahid," jawabku.Aku dan Mas Hanan masih berdiri di tempat kami, seraya mendengarkan para pekerja itu berbincang. Tampaknya mereka belum menyadari kehadiran kami."Ini dulu bukannya sawah milik Bu Fatmah? Sekarang kenapa malah Bu Fatmah jadi pekerja?" tanya salah satu ibu itu pada Ibuk."Namanya juga bantu anak usaha, Bu. Kalau nanti semakin sukses, kan saya juga yang enak," jawab Ibu."Memangnya si Ferry usaha apa sih, Bu Fatmah? Kok sampai harus jual sawah sama rumah buat modal?""Dia punya toko besar di kota, Bu. Maklum lah, tiap usaha pasti modalnya besar. Apalagi di kota. Nanti kalau sudah makin sukses, modalnya pasti balik berkali-lipat." Ibu terlihat sangat bangga."Tapi kabarnya Hanan sekarang juga sudah sukses loh, Bu Fatmah. Rumahnya saja sekarang direnovasi, jadi bagus ban

DMCA.com Protection Status