Mayang merasa hatinya berdebar-debar saat Arjun mengajaknya pergi ke meja Sita. Dia seperti ingin menjaga jarak dengan mereka, terutama ketika dia menatap sosok pria yang kini berdiri di tengah-tengah Sita dan Anand. Mayang merasa gugup dan ragu-ragu. Matanya terus memandangi sosok pria asing yang sedang asyik berbincang-bincang dengan Sita di meja tersebut. Hatinya dipenuhi oleh rasa kekhawatiran akan kemungkinan kedekatan mereka."Mas kau pergi saja sendiri, aku di sini saja," tolak Mayang dengan suara gemetar. Dia mencoba menyembunyikan rasa takutnya dari Arjun, tetapi matanya yang pucat dan wajahnya yang tegang mengungkapkan segalanya.Arjun melihat ekspresi wajah Mayang yang pucat dan khawatir tentang keadaannya. "Kau ini kenapa? Wajahmu pucat?" tanyanya dengan nada khawatir.Mayang menelan ludahnya sejenak sebelum menjawab pertanyaan Arjun. "Aku...aku hanya sedikit lelah," ucapnya pelan sambil mencoba tersenyum palsu agar bisa menenangkan dirinya sendiri.Tetapi Arjun tidak beg
Mayang terlihat tidak bisa tidur. Dia merasa gelisah dan tidak nyaman setelah menghadiri pesta malam itu. Pikirannya dipenuhi dengan sikap Sita yang seolah-olah sengaja membuatnya khawatir."Mayang kau kenapa? Sepertinya kau terlihat aneh sejak berada di pesta tadi," ucap Arjun dengan nada khawatir.Mayang menoleh ke arahnya, wajahnya tampak murung. "Mas, aku kesal dengan sikap Kak Sita. Kau sadar tidak, jika Kak Sita secara langsung telah merendahkanmu sebagai suaminya," gumam Mayang pelan.Arjun memandangi Mayang dengan tatapan bingung. Ia mencoba memahami apa yang sedang dirasakan oleh istrinya itu. "Apa maksudmu?" tanya Arjun perlahan."Lihat saja tadi, dia bahkan tertawa dengan dua orang pria tampan dan tidak peduli denganmu sedikitpun," lanjut Mayang sambil mencoba untuk meracuni pikiran Arjun agar membenci istri pertamanya.Arjun mengerutkan keningnya dalam keraguan. Ia tidak bisa mempercayai kata-kata Mayang begitu saja tanpa bukti yang jelas. "Benarkah? Tapi aku tidak merasak
Mayang melepas kepergian Arjun dan Sita dengan perasaan yang sangat dongkol. Hatinya terasa berat karena dia tidak rela jika Arjun menghabiskan waktu bersama istri pertamanya, Sita. Yuni, ibu Sita sangat bahagia dengan keadaan Mayang saat ini. Dia mendekati Mayang dan mengejeknya, "Kasihan sekali ya, pingin ikut tapi tidak di ajak."Mayang merasa hatinya semakin teriris ketika Yuni mengejeknya seperti itu. Ia merasakan cemburu yang begitu dalam melihat Arjun pergi bersama istri pertamanya tanpa membawa dirinya juga. Rasa sakit dan kesedihan memenuhi pikirannya saat ia menyaksikan mereka berdua pergi menjauh darinya."Pasti nanti, mereka akan menikmati waktu bersama tanpa ada pengganggu sepertimu," lanjut Yuni seolah tidak puas mengolok-olok Mayang yang merasakan cemburu karena Arjun pergi bersama istri pertamanya.Mendengar kata-kata sinis dari Yuni membuat Mayang semakin marah dan frustasi. Ia ingin sekali memberikan balasan tajam kepada Yuni namun ia mencoba untuk tetap tenang agar
"Bu, aku pulang," ucap Sita ketika dia sudah kembali memasuki rumahnya. Wajahnya terlihat lelah setelah perjalanan panjang yang dilakukannya bersama Arjun selama tiga hari ini. Dia merasa senang bisa kembali ke rumah dan melihat ibunya, Yuni."Sita, kok cepet banget pulangnya?" sambut Yuni dengan senyuman hangat di wajahnya. Dia segera mendekati Sita dan memeluk putrinya itu dengan penuh kasih sayang. Melihat putrinya yang terlihat murung, Yuni mencoba mencari tahu apa yang sedang terjadi.Diikuti Arjun dibelakangnya sedang menggeret dua koper berukuran besar. Kedua koper itu tampak berat dan membuat Arjun agak kesulitan untuk membawanya masuk ke dalam rumah."Bu, Mayang dimana?" tanya Arjun khawatir saat melihat bahwa istrinya tidak ada di dekat mereka. Ia mencari sosok istri kedua nya tersebut namun tak kunjung menemukan jejak-jejak keberadaannya.Yuni menghela nafas panjang sebelum menjawab pertanyaan Arjun dengan nada kesal dalam suaranya."Entahlah, itu anak selama kau pergi ke lu
"Kau jangan samakan aku dengan dirimu!!!" gertak Sita menatap tajam ke arah Mayang yang kini memegangi pipinya yang terasa panas karena tamparan Sita. Wajahnya merona merah, mencerminkan kemarahan yang meluap-luap di dalam hatinya. Matanya menyala seperti bara api yang siap membakar segala sesuatu di depannya."Apa? Kau jangan sok suci, Kak! Aku tau, kau dan Anand sering bertemu, dan kau selalu saja berada di sampingnya. Lebih parahnya lagi, dia!!!" Mayang menunjuk Yuni. Tatapan sinis dan penuh kebencian terpancar dari matanya saat ia mengarahkan jarinya ke arah Yuni. Raut wajahnya dipenuhi dengan ketidakpercayaan dan amarah yang tak tertandingi.Sita merasakan darahnya mendidih dalam tubuhnya saat kata-kata pedas itu dilontarkan oleh Mayang. Hatinya hancur berkeping-keping ketika dia menyadari bahwa Mayang menuduhnya dengan hal yang sangat menjijikkan."Dia bahkan mendukung kebersamaanmu dengan Anand," lanjut Mayang tan
"Bu, Sita tidak ingin menunggu lagi. Kita harus segera melaksanakan semua rencana yang sudah kita susun," pinta Sita dengan suara lirih, sambil duduk di kamarnya yang sunyi. Dia merasa gelisah dan takut akan apa yang mungkin terjadi jika mereka terlambat.Yuni hanya bisa pasrah melihat ketidakberdayaan Sita saat ini. Hatinya hancur melihat keadaan sahabatnya yang sedang berjuang menghadapi masalah besar ini. Namun dia tahu bahwa dia harus tetap kuat untuk memberikan dukungan kepada Sita."Baiklah, tapi pelan-pelan ya Sayang?" ujar Yuni dengan lembut, mencoba menenangkan hati Sita yang sedang dilanda kecemasan. Dia membelai lembut rambut panjang Sita sebagai bentuk kasih sayang dan dukungan."Sekarang kau tidak perlu memikirkan apa yang Arjun tuduhkan kepadamu," kata Yuni dengan tegas namun penuh empati. "Air matamu sangat berharga, jangan biarkan mereka menguasai pikiranmu dan membuatmu merasa rendah diri."
"Mayang, apa maksudmu?" tanya Sita terlihat heran dan mengajak Mayang ke kamarnya karena dia akan berganti baju.Saat dia benar-benar sudah berganti baju, matanya memandang Mayang dengan kebingungan yang jelas terpancar dari wajahnya. Dia tidak mengerti mengapa Mayang begitu marah dan menuduhnya seperti itu. Di sisi lain, Yuni hanya tersenyum tipis, seolah-olah dia sudah mengetahui sesuatu yang tidak diketahui oleh Sita."Kak Sita! Kau jangan pernah sok bodoh seperti itu," desak Mayang dengan nada tinggi. Suaranya penuh kemarahan dan ketidakpercayaan. "Pasti foto-foto itu kau kan yang mengirim ke nomor Mas Arjun? Jangan berpura-pura tidak tahu!"Sita merasa hatinya hancur mendengar tuduhan tersebut. Dia sama sekali tidak melakukan hal semacam itu kepada temannya sendiri. Kenapa Mayang bisa begitu yakin bahwa dia adalah pelaku di balik semua ini? Pikirannya melayang-layang mencari jawaban atas pertanyaan terse
Mayang merasa panik yang tak terkendali. Perutnya terasa seperti diperas dengan kuat, membuatnya merasakan rasa mulas yang sangat tidak nyaman. Tanda-tanda kelahiran sudah mulai dirasakannya, membuat hatinya berdegup kencang dan pikirannya penuh kekhawatiran.Dalam kondisi yang semakin memburuk, Mayang tidak bisa menahan rasa sakit lagi. "Mas, sakit..." teriaknya dengan suara parau sambil jatuh lemas di lantai. Arjun yang mendengar jeritan Mayang dan tanpa ragu-ragu mendekatinya dengan sigap.Arjun melihat Mayang dalam keadaan yang sangat lemah dan kesakitan. Tanpa berpikir panjang, ia menggendong tubuh rapuh Mayang dengan penuh perhatian dan membawanya menuju mobil mereka yang parkir di depan rumah. Dengan cepat, Arjun membuka pintu mobil dan meletakkan Mayang dengan lembut di kursi penumpang.Tubuh Mayang tampak begitu rapuh saat digendong oleh Arjun. Wajahnya pucat pasi dan matanya mencerminkan ketidaknyamanan akibat rasa sakit yang dialaminya. Namun demikian, Arjun tetap tenang da
Pagi itu Dika dan Arsy tampak sangat bahagia karena Amel.tak pernah mengganggu hubungan mereka. Hingga pagi itu semua siswa berkumpul pada Mading sekolah bukan hanya itu, tatapan semua siswa yang ada disekolah itu memandang Arsy DNA Dika dengan tatapan penuh ejekan dan cemoohan.Arsy sadar jika ada sesuatu yang tidak beres."Dika, sepertinya ada yang aneh deh dengan siswa sekolah ini," ucap Arsy merasa risih dengan pandangan yang dilontarkan kepadanya saat dirinya dan Dika melewati lorong sekolah.Dika tersenyum manis, dia merangkulkan lengannya pada leher Arsy, "Kau ini selalu saja curiga. Bisa jadi mereka merasa heran karena si jomblo sejati kini sudah memiliki pacar, ditambah lagi pacarnya sangat tampan sepertiku."Arsy menatap Dika gemas, dan berkilah, "Narsis amat sih jadi orang. Seandainya saja bukan karena dijodohkan, mungkin aku tidak akan menerima kamu.""Halah, sudah jadian masih saja gengsi," sindir Dika melirik gemas kearah Arsy."Ah sudahlah. Ayo coba kita lihat ada apa d
Sejak jadian di Villa, Arsy dan Dika tak segan memperlihatkan keromantisan mereka. Bahkan di sekolahpun, Arsy dan Dika bak Romeo dan Juliet yang tak bisa dipisahkan. Setiap hari mereka terlihat mesra, saling berpegangan tangan saat berjalan menuju kelas, dan sering kali duduk bersama di bawah pohon rindang di halaman sekolah.Suatu hari, ketika sedang asyik mengobrol dengan teman-temannya di depan kantin sekolah, tiba-tiba Amel datang dengan wajah cemberut. Ia langsung mendekati Dika yang sedang duduk sendirian sambil menatap ke arah langit biru."Dika, kamu ini kenapa sih? Aku telepon tidak pernah diangkat?" tanya Amel dengan nada kesal. Ia duduk di sebelah Dika dan melingkarkan tangannya pada lengan Dika.Dalam hati, Dika merasa gugup karena ia tidak ingin Arsy melihat adegan ini. Mereka berdua memang sudah menjadi pasangan yang sangat harmonis sejak jadian di Villa tersebut. Namun begitu masalah muncul ketika ada orang lain yang mencoba mendekati salah satu dari mereka."Maaf Amel,
Dengan senyum hangatnya, Dika menjelaskan lebih lanjut kepada Arsy tentang rencananya untuk masa depan mereka berdua. Dia bercerita tentang bagaimana ia telah mempersiapkan segalanya secara matang agar dapat memberikan kehidupan yang nyaman bagi mereka berdua kelak."Sebenarnya ada satu hal yang tampaknya belum kau ketahui, Arsy," ungkap Dika perlahan-lahan. "Mereka mendukung sepenuh hati hubungan kita dan ingin melihat kita bahagia bersama. Dengan kata lain, kita telah dijodohkan sejak kita baru saja dilahirkan."Arsy kaget mendengar pengakuan tersebut. Ia tidak pernah membayangkan bahwa orang tuanya dan orang tua Dika telah menjodohkan dirinya dan Dika. Namun, di balik kejutan itu, ada rasa lega yang mulai menyelimuti hatinya.Arsy merasakan detak jantungnya berdegup kencang saat mendengar kata-kata Dika. Pikirannya melayang-layang mencoba memahami semua ini. Bagaimana bisa? Bagaimana bisa orang tuanya mengatur semuany
Dika dengan penuh kelembutan menggendong Arsy menuju tepi pantai. Pasir putih nan bersih terlihat begitu menawan ditambah dengan sinar matahari yang hampir tenggelam. Dika berjalan pelan-pelan, sambil merasakan angin sepoi-sepoi menyentuh wajah mereka.Kedua orang tua mereka, sedang duduk santai di tepi pantai tersebut. Mereka tampak begitu bahagia melihat kedatangan Dika dan Arsy. Namun tiba-tiba saja, wajah Sita berubah menjadi khawatir saat melihat Arsy digendong oleh Dika."Arsy, kamu kenapa?" tanya Sita dengan suara cemas sambil bangkit dari duduknya. Ia segera mendekati Arsy yang kini diturunkan oleh Dika dan duduk dengan kaki diluruskan ke depan.Arjun juga merasa cemas melihat kondisi anak mereka yang terlihat lemas itu. Ia segera bergabung dengan Sita untuk mendekati Arsy.Anand, sahabat baik mereka yang juga ikut dalam perjalanan ini bersama istrinya, turut merasa khawatir melihat keadaan Arsy. Mereka pun ikut mendekati keluarga ters
"Sayang, apakah semuanya sudah siap?" tanya Arjun kepada Sita yang baru selesai memasukkan semua barang bawaannya ke dalam bagasi mobil expander miliknya. Setelah persiapan dan packing, mereka akhirnya siap untuk pergi liburan bersama keluarga."Sudah, Pa," jawab Sita dengan senyum kelegaan duduk disamping pengemudi. Dia merasa lega bahwa semua barang telah tertata rapi di dalam bagasi mobil.Sita menoleh kebelakang untuk mengecek ibu serta putrinya. Namun wajahnya berubah cemas saat melihat wajah sang putri yang terlihat murung. Ada sesuatu yang mengganggu pikiran Arsy dan itu membuat hati ibunya menjadi khawatir."Arsy, kenapa wajah kamu terlihat murung gitu, Nak?" tanya Sita seraya tangannya sibuk memasang sabuk pengaman. Ia mencoba mencari tahu apa yang sedang dipikirkan oleh anak perempuan satu-satunya itu."Tidak apa-apa, Ma. Arsy hanya kepikiran pertandingan basket besok Ma
Dika menatap Arsy dengan ekspresi kecewa yang jelas terlihat di wajahnya. Ia tahu bahwa Minggu ini tidak ada pertandingan apapun di sekolahnya. Dalam hatinya, Dika memahami jika Arsy ingin menghindarinya, tapi ia tidak tahu pasti masalah apa yang sedang dialami oleh Arsy. Sejak kemarahan Arsy terhadap dirinya beberapa waktu lalu, Dika semakin yakin bahwa kemarahan itu bukan hanya karena janji yang tak bisa dia tepati, melainkan ada masalah lain yang sedang mengganggu pikiran dan perasaan Arsy."Sungguh sayang sekali," ucap istri Anand dengan suara sedih. "Kita sudah merencanakan ini sejak lama."Semua yang duduk di meja makan saling menatap satu sama lain dengan perasaan campur aduk. Suasana hening pun tercipta di antara mereka sejenak.Dika mencoba untuk membuka pembicaraan lagi agar suasana menjadi lebih nyaman dan hangat. "Arsy," panggilnya lembut sambil memandang tajam gadis itu. Ia merasa kesal dengan kebohongan yang telah dilakukan oleh Arsy. Ia tidak bisa menahan diri untuk men
"Arsy, Andi. Kalian sudah saling kenal?" tanya Sita dengan ekspresi heran yang terlihat jelas di wajahnya. Dia tidak bisa menyembunyikan keheranan saat melihat putrinya, Arsy, dan putra Anand saling menunjuk satu sama lain dengan raut muka yang penuh kejutan.Sita sebenarnya tidak pernah menduga bahwa Dika adalah putra Anand. Namun kenyataannya memang begitu. Nama lengkapnya adalah Andika Pradana, tetapi keluarganya biasa memanggilnya dengan sebutan Andi. Meskipun begitu, Dika lebih suka dipanggil dengan nama Dika oleh teman-temannya di sekolah maupun lingkungan sekitar."Iya Tante. Arsy adalah teman sekelas Andi," jawab Andi dengan senyum canggungnya.Tidak ingin membuat suasana semakin canggung, Sita mencoba untuk tersenyum ramah kepada Anand dan berkata, "Anda memiliki anak laki-laki yang tampan dan cerdas seperti Dika." Anand pun tersenyum malu-malu sambil menjawab, "Terima kasih atas pujian Anda."Sementara itu, Dika juga merasa terkejut karena tidak pernah menyangka bahwa Arsy
"Arsy tunggu!" seru Dika dengan suara lantang, mencoba menarik perhatian Arsy yang sepertinya sengaja mengabaikannya sejak kemarin hingga pulang sekolah. Namun, Arsy terus melangkah tanpa memperdulikan Dika yang terus mengejarnya dan berusaha keras untuk berbicara kepadanya.Dengan raut wajah penuh penyesalan, Dika akhirnya berhasil mendekati Arsy. "Arsy, maafkan aku. Aku benar-benar lupa bahwa kita akan pergi mencari bahan untuk proyek sekolah, kemarin," ujar Dika dengan nada rendah.Namun, jawaban dari Arsy tidak seperti yang diharapkan oleh Dika. "Sudahlah lupakan saja. Aku sudah membeli semua bahan yang dibutuhkan untuk proyek kita," kata Arsy tegas sambil menghentikan langkahnya dan menatap Dika dengan tatapan ketus.Dalam hati, Dika merasa sedih dan kesal atas sikap dingin yang ditunjukkan oleh sahabatnya itu. Ia tidak ingin hubungan mereka menjadi renggang hanya karena sebuah kesalahan kecil ini. Maka dengan suara memelasnya, ia mencoba membujuk Arsy agar mau memaafkannya."Ars
"Arsy, ke kantin yuk!" ajak Dika sambil melingkarkan tangannya ke leher Arsy. Dia mengajaknya dengan penuh semangat, berharap bisa menghabiskan waktu istirahat bersama sahabatnya.Namun, Arsy menolak dengan wajah yang di tekuk. "Kau pergi saja, ajak saja Amel!" ucapnya singkat dan tegas. Ada sesuatu yang terlihat dalam ekspresi wajahnya, seolah-olah dia sedang menyembunyikan sesuatu.Dika tidak bisa menahan tawa saat mendengar penolakan itu. "Jangan bilang kau cemburu!" tebaknya dengan nada bercanda. Dia merasa ada rasa cemburu yang terselip di balik kata-kata penolakan Arsy.Arsy memalingkan wajahnya dan mencoba untuk menyembunyikan senyum kecil yang muncul di bibirnya. Dia tidak ingin Dika tahu bahwa dia benar-benar merasa cemburu melihat Dika bersama dengan Amel saat pagi tadi.Sebenarnya, Arsy sudah lama memiliki perasaan khusus terhadap Dika. Walaupun mereka baru saja berteman tapi mereka sering melakukan segala hal bersama-sama. Namun belakangan ini, hati Arsy mulai berbunga-bun