Dave menyesap air putih seraya menatapa Anthony. "Pergi berlibur?" "Ya, kami sekeluarga akan pergi berlibur!" jawab Anthony lagi. Alicia menoleh keheranan kepada Anthony, dia juga berpikir sepertinya tidak ada membahas tentang liburan keluarga. Anthony langsung saja menundukan kepalanya dan berbisik, "Poin perjanjian tentang perjamuan!" "Ah, tentang itu ..." gumam Alicia pelan. Dave pun berkata, "Sepertinya ini akan seru. Ok, aku ikut!" "Bagus, Lusa kita pergi!" ujar Dave. "Tapi, bagaimana dengan sekolah Lionel?" tanya Alicia. "Permohonan ijinnya sedang di urus," imbuh Anthony seraya berkata lagi, "Apa sudah selesai di sini?" Alicia mengangguk, Lalu Anthony berkata "Jika begitu bersiap-siaplah untuk Lusa!" Anthony melirik Dave. "Apa kau tidak berkemas-kemas?" ujarnya mengusir halus sepupunya itu. Tidak ingin berdebat dia pun pergi meninggalkan kediaman Smith, lalu berkata kepada Alicia, "Terima kasih mie panjang umurnya. Ini adalah hadiah terbaik!"Alicia menahan napasnya
Melihat sisi bahu Alicia dan bahu Dave saling beradu, maka Anthony pun langsung berkata, "Sedikit!" ujarnya dengan nada pelan. "Oh ya ampun," ujar Alicia yang langsung berkata lagi, "Lepaskan saja lagi ikan itu ke laut!" "Dave apa kau membawa obat-obatan, suntikan anti racun?" tanya Alicia sambil memberikan tatapan penuh harap, agar Dave membawa suntikan anti racun. "Tidak tapi kita bisa memberikan penanganan secara tradisional" jawab Dave. "Apa itu?" tanya Alicia. "Air putih dan kunyit!" jawab Dave. Alicia langsung saja membawa satu teko air putih, "Ini, ayo cepat minum!" ujarnya sembari mengambil tangan Anthony dan menyerahkan teko itu di tangan suaminya itu. "Ayo diminum!" ujar Dave juga seraya mengambil teko itu dan menuangkannya ke mulut Anthony. Air putih pun mengalir ke tenggorrokan. Anthony mendorong Dave ketika dia tersedak. "Apa kau sengaja ingin membunuhku!" "Hei aku ini dokter, patuhi saja!" ujar Dave sedikit menahan tawa. Lalu dia menatap kepada Alicia. "Apa kau
#Bab 34Alicia langsung bersimpuh, sedikit merintih sambil memegangi keningnya. Seraya menahan sakit dia pun berdiri dan memasang wajah senyum. "Nenek, aku hanya ingin berbicara sebentar saja, boleh?" Melihat Alicia tidak marah karena baru saja dilempar sapu. Maka hati Nenek Ang sedikit melunak. "Duduklah!" Wajah Alicia pun langsung berseri, lalu duduk di kursi kayu yang ada di toko manisan permen itu. Alicia langsung memperkenalkan dirinya, "Ini kartu namaku!" Nenek Ang membaca nama Alicia dan jabatannya di Grup Huang. "Berapa pun harga yang kalian tawarkan aku tidak akam menjual toko ini, meski itu artinya aku akan tinggal sendirian di sini."Alicia terdiam sesaat, lalu berkata dengan lembut, "Toko ini klasik, design bangunannya sangat tradisional.""Ya, ini adalah rumah turun temurun milik keluarga kami," jawab Nenek Ang.Alicia pun mengangguk, dalam hati memahami semua penolakannya selama ini bukan karena uang ganti rugi yang dirasa kurang. Tapi, lebih kepada kenangan manis y
Kucing memiliki mata yang indah dan cerah. Ada kucing dengan mata biru, cokelat, emas, hijau, hingga dua warna yang berbeda pada mata kanan dan kirinya.Mendengar ucapannya sendiri, Alicia pun sama tercengangnya seperti Anthony. Lalu dia pun terbangun duduk. Melihat Lionel malah sudah ada di pinggir ranjang."Kenapa aku bisa ada di tengah!" pikirnya bingung."Lionel," ujar pelannya yang melihat jika putranya itu membalikan badannya, maka pasti akan langsung terjatuh ke lantai.Alicia segera saja menarik putranya itu untuk kembali tidur di tengah. Alicia berdiri, lalu menundukan kepalanya dan mencium kening Lionel.Merasa masih canggung, Alicia pun bergegas pergi dari kamar Lionel. Dibalik pintu kamar Lionel. Dia bersandar di pintu, memegangi hatinya yang sedang berdebar kencang.Pada saat ini hati Alicia sedang merasa bercampur senang dan sendu. Sekali lagi seakaan-akan binar mata kucing yang cerah itu mau menariknya lagi sampai terjatuh lalu menyemai tumbuh cinta kembali di hatinya.
Anthony terdiam sesaat, ingin menjawab tapi hatinya saat ini merasa bingung. Rahangnya mengeras lalu dia pun menjawab. "Tidak, aku tidak jatuh cinta kepadanya?""Lalu mengapa kau selalu ada waktu untuknya, sedangkan untukku?" imbuh Anna terisak. "Kalian bahkan pergi liburan bersama," ujar Anna lagi dengan nada terisak bercampur marah."Lionel, itu semua demi Lionel!" jelas Anthony seraya mengambil tangan Anna. "Jangan bertindak bodoh seperti ini lagi, Ok!" Anthony langsung mengecup tangan Anna. "Aku akan menginap di sini!" hibur Anthony lagi agar Anna tidak merajuk lagi.Mendengar itu Anna pun tersenyum. Sementara itu, Alicia sedang menjaga Nenek Ang, karena tidak ada keluarga yang datang. Teringat Lionel, yang mungkin saja mencarinya. "Nenek, putraku mungkin sedang menungguku. Esok pagi aku akan datang lagi!" janji Alicia. "Kau mempunyai seorang putra?" tanya nenek Ang. "Iya, dia sangat tampan sekali!" jawab Alicia. Nenek Ang pun mengangguk, Alicia pun bergegas pergi. Baru berj
Nenek Ang sudah boleh pulang.Alicia pun mengantarnya. Sesampainya di toko manisan, kadua mata Nenenk Ang menyiratkan binar kesedihan. "Apa tidak apa, jika aku meninggalkan Nenek sendirian?""Ya, tidak apa," jawab Nenek Ang yang memang terbiasa sendirian"Kau kembali bersibuk saja," imbuh Nenek Ang lagi.Alicia pun menjelaskan kapan harus meminum obat-obatan. Dan, meletakannya di atas meja. Pada saat ini Anthony juga menjemput Anna dan mengantarnya pulang. "Jangan terlalu lelah, aku akan menemanimu di sini," hibur Anthony.Alicia baru saja sampai di kediaman Smith. Pada saat ini ponselnya berdering. "Kirimi aku uang!" pinta Tuan Huang.Hati Alicia merasa kesal. Ayahnya ini selalu saja membawa masalah keuangan untuknya. "Tidak ada uang!" jawab ketus Alicia."Jangan bohong! Bukankah kau baru saja mendapatkan proyek besar," ujar Tuan Huang lagi."Aku sedang bekerja kerasa menyelamatkan Grup Huang. Tidak ada waktu meladenimu!" ujar marah Alicia, langsung menutup panggilan di ponselnya itu.
#Bab 38Alicia memgambil ponsel Edna dan membaca tajuk berita di media online itu, "Putri Durhaka Dari Grup Huang!"Berita itu memuat kisah pertengkeran yang baru saja terjadi. "Aku tidak habis pikir, ayahmu mau-maunya terlibat menjebak putrinya sendiri!" ujar marah Edna.Alicia berdiri sambil bersedekap, tersenyum sedikit kecut. Berpikir jika menjual dirinya saja sanggup dilakukan oleh Papanya itu, apalagi hanya sekedar menjebaknya dengan skandal receh seperti ini."Apa yang akan kau lakukan?" tanya Edna."Entahlah ..." jawab Alicia yang sudah kehabisan akal menangani tingkah Papanya itu."Oh sayangku, cantikku, kenapa kau semalang ini!" ujar Edna sembari memeluk kawan baiknya itu."Eum, begini saja hari ini aku yang akan mentraktirmu ya! Meski itu di restoran mahal sekalipun aku akan membayarnya untukmu," ujar Edna lagi.Alicia merasa bersyukur sekali ada Edna yang selalu menghiburnya di saat susah hati. Mereka pun mengabaikan berita yang sedang menjadi trending topik hari ini.Edna
Di Grup Huang, Alicia baru saja menerima surat undangan. Itu adalah pertemuan bisnis para pengusaha dari segala bidang. "Kita mendapatkan ini!" ujar Tuan Han dengan senang. Alicia mengambilhya, merasa sangat senang. Ini adalah kesempatan menjalin relasi bisnis untuk bidang jasa lainnya, Tour & Travel. "Untuk malam ini?" Ujar Alicia. "Begitu mendadak!" pikir Alicia. "Apa kau tidak ingin pergi?" tanya Tuan Han."Tentu saja ingin, tapi tidak ada waktu untuk memilih gaun dan sebagainya!" jawab Alicia. "Kau ini sudah cantik, ketika kau lahir. Jadi tanpa balutan gaun mahal kau tetap cantik bersinar!" puji Tuan Han. Alicia tersipu malu ketika dipuji setinggi itu. "Eum ... baiklah aku akan datang!" ujar Alicia. Tidak sempat mengganti baju, maka Alicia hanya memoles wajahnya dengan make up. Dia mematut-matut dirinya di cermin toilet, meski baju kerja, tapi ini termasuk layak masih rapi. Alicia mengeluarkan sepatu, hadiah dari Edna. Setiap wanita tentu ingin tampil cantik dari ujung kepa
Charles dan Jean Smith sudah dipastikan akan mendekam lama di penjara, Sementara, Anthony dan Alicia sudah bersiap untuk pulang keesokan harinya. Sebelum pulang Alicia mengajak Lionel untuk tidak satu kamar dengannya dan juga Anthony. Alicia merasa rindu masa masa ketika membacakan dongeng untuk putranya itu. "Kali ini mau baca dongeng apa?" tanya Anthony seraya meletakan buku kisah 1001 dongen di atas ranjang. "Biarkan Lionel yang memilihnya?" imbuh Alicia sembari menyodorkan buku itu kepada putranya. "Ini saja, Bocah dan penyihir!" ujar Lionel menunjuk kepada salah satu judul cerita. Anthony pun mulai membacakan ceritu itu. "seorang anak tersesat di dalam hutan dan menemukan rumah 'kue' milik penyihir jahat. tak disangka si bocah itu malah dijadikan budak yang setiap hari diberi makan yang banyak agar tubunya menjadi gemuk berisi, Dengan tujuan untuk disantap oleh penyihir itu. Si bocah yang tadi berbadan kurus pun telah berubah menjadi bocah gendut yang terlihat gempal
"ini pasti salah, ini adalah sebuah kesalahnan. kalian tidak bisa membawanya pergi. Apa kalian tidak tahu kami ini keluarga apa?" imbuh Maya Li panjang lebar, Di sana ada Sean Li, tentu saja para polisi itu mengabaikan kata-kata Maya Li. Dan, terus membawa Patrick Li dengan tangan terborgol, Merasa tidak bisa menahan penangkapan Papanya, Maya Li langsung menghampiri Sean yang sedang bersandar berdiri di meja kerja Papapnya itu. "Kau... apa kau sengaja melakukan ini? Karena marah, karena keluarga kita mendesak agar kita segera menikah?" sangka marah Maya Li. "Siapa yang menabur maka dia harus menuai!" jawab Sean seraya melangkah pergi, "Tunggu dulu apa maksudmu itu, katakan kepadaku membunuh, siapa yang dibunuh!" imbuh Maya Li lagi dengan nada yang semakin kacau. Sean tidak mau menjawab, membiarkan Maya Li dengan kegalauan dan kemarahannya. Dixon yang sedari tadi mengikuti hanya terdiam saja. Barulah ketika masuk ke dalam mobil dia besuara, "Apa kau benar-benar sudah mengambi
"Ini demi kebaikannya!" jawab Sean. Olivia menaikan satu alisnya seraya berpikir, "Pria ini pernuh dengan teka-teki!" "Apa ada hal yang membahayakan?" tanya Olivia penasaran. "Bisa ya bisa juga tidak!" jawab Sean berteka teki lagi. "Ish!" ujar Olivia seraya merengut dan pergi ke dapur untuk membantu Nenek Han memasak. Sean hanya tersenyum saja, entah mengapa semakin Olivia kesal, hatinya semakin terasa manis, seperti permen tanghulu buah apel yang ditambah siram gula. Ponsel Sean berdering lagi, "Foto-foto sudah ada, apakah mau hari ini?" tanya Dixon. Sean mengintip ke dapur lalu berkata, "Ya, hari ini saja!" Sean menutup sambungan ponselnya, sekali lagi dia menatapi Olivia yang sepertinya sedang merajuk. Melihat wajah merajuk Olivia, hati Sean pun merasa semakin gemas. "Sebentar lagi, sebentar lagi kau tidak akan bisa lari dari pelukanku!" imbuh pelan Sean sambil tertawa kecil dan membiarkan 'kejutan indahnya' itu bersibuk bersama dengan Nenek Han di dapur. Pada saat ini Di
"Aku baik-baik saja!" imbuh Alicia. Flavia melihat wajah Nyonya Smith memucat, dia langsung saja mengambil tangan Alicia dan mulai mengecek denyut nadinya. Wajahnya terlihat serius, namuan beberapa detik kemudian berubah menjadi tenang. Flavia menatap wajah Alicia dan berkata, "Sebaikanya Nyonya duduk dulu, sebentar lagi polisi akan datang!" Alicia mengaguk, Lionel pun ikut duduk di sisi Alicia. Sementara si agen menelpon kantor pusatnya, mencari informasi tentang apa yang baru saja terjadi. "Maksudmu, itu Tuan Hamilton?" tanya staff kantor pusat si agen itu. "Mana aku tahu!" jawba si agen itu. "Yang aku dengar dia memang gila, dia selalu mengancam jika area peternakan yang ada di sekitar rumah itu dihidupkan lagi, maka dia akan mengusir si pemiliki baru. Tidak aku sangka dia benar-benar melakukannya!" jelas si staff penjualan yang ada di kantor pusat. "Apa kau ini bodoh, mengapa tidak memberitahuku tentang hal sepenting ini!" Hardik marah si agen itu sambil menutup ponse
"Wanita hamil memang sebaikanya ada yang menemani!" jawab singkat Anthony karena tidak ingin membuat Alicia khawatir. "Ma, aku lapar..." pinta tiba-tiba Anthony kepada Mama mertuanya itu. "Ah iya, harusnya makan malam sudah siap, Mama akan memeriksa ke dapur. Kalian tunggulah di ruang makan!" imbuh Nyonya Yin. Pada saat ini di ruang makan, Leticia sedang memeriksa menu makanan yang akan disediakan. "Ini terbuat dari apa? tanya Leticia. "Campuran coklat dan kacang almond!" jawab si pelayan. "Singkirkan!" imbuhnya, seraya berkata lagi, "Tuan Anthony alergi pada kacang almond!" Alicia yang baru saja masuk mendengar hal ini. Lalu dia menoleh kepada suaminya itu, "Apakah benar kau alergi kacang almond!" Anthony mengangguk seraya menarik kursi untuk istrinya itu. Mendengar jika memang Anthony alergi dengan kacang almond, maka Alicia pun tidak berkeberatan menu itu disingkirkan. "Apa kau memiliki alergi lain, sayang!" tanya Alicia kepada Anthony. "Tidak hanya itu saja!" jawab Leticia
Lionel langsung saja bersedekap tangan, "Apa Papa cemburu?" Anthony tertawa kecil, sedikit tidak percaya, baru saja sebentar berpisah, siapa sangka putranya itu malah sudah semakin fasih berbicara, menyudutkan orang. "Papa lebih tampan darimu, jadi untuk apa cemburu!" balas kata Anthony kepada Lionel. "Papa Cemburu, Karena papa bukan pria satu-satunya untuk Mama!" imbuh Lionel. "Hah! lucu sekali!" imbuh Anthony yang semakin tertawa. Alicia mencubit lengan Anthony, "Jangan halangi aku untuk memeluk cium putraku!" imbuh Alicia seraya berkata lagi, "Sayang! Mama sangat merindukanmu, apa tidak mau memeluk Mama?" Lionel melemparkan senyuman kemenangan kepada Papa-nya, melihat itu, Anthony semakin tidak percaya jika Lionel sudah pandai memprovokasi orang. "Sejak kapan bocah itu menjadi pandai berargumentasi.." Melihat Alicia ingin menggendong Lionel, lagi=lagi Anthony menghalangi. "Sayang ingat kau sedang hamil!" Alicia pun tertawa, "Aku terlalu senang bertemu dengan putraku yang i
Asisten Li langsung memberikan daftar riwayat hidup Nenek Han kepada Sean. pria itu, membuka dan membacanya sekilas, lalu memberikan berkas itu kepada Dixon. "Orangnya ada di dalam!" imbuhnya seraya membawa kedua tamunya ke atas. Dixon membaca berkas-berkas itu dengan cermat tapi cepat. Begitu pintu lift terbuka dia memasukan berkas itu ke dalam amplopnya. "Apa sudah dapat benang merahnya?" tanya Sean. Dixon mengangguk, seraya ikut masuk ke dalam unit apartemen Sean. Pada saat ini Nenek Han dan Olivia sedang duduk di sofa, Olivia langsung berdiri mendekati Sean. "Ada apa ini?" tanyanya sambil berbisik. "Kami perlu bicara dengan Nenek Han!" jawab Sean. Dixon pun mulai duduk di depan Nenek Han dan mulai mengajak wanita tua itu berkenalan. Setelah sedikit berbasa-basi, Dixon pun langsung bertanya, "Apa dulu pernah bekerja di Grup Smith?" "Eum.... Grup Smith. Ya tentu saja pernah!" jawab Nenek Han. "Pada saat itu mengapa berhenti?" tanya Dixon lagi. "Seingatku setelah kematian Tuan
"Dasar jalang!" hardik Meng Qi lagi yang langsung ingin menampar wajah Olivia. Tapi, terhenti karena Sean menahan tangan wanita itu. Sean menghempaskan tangan Meng Qi, lalu menarik Olivia ke sisinya dan merangkulnya. "Tanganmu terlalu kotor untuk menyentuh wanitaku!" "Hah! bukankah kau adalah calon tunangan Maya Li!" imbuh Meng Qi. Sean tersenyum sarkas, "Seingatku... aku tidak pernah bilang 'iya' kepadanya," ujarnya sembari membawa Olivia keluar dari hotel. "Kau mau ke mana? Aku antar!" imbuh Sean dengan nada sedikit tercekat berbalut emosi marah. Olivia menangkap perubahan suasana hati Sean yang tadinya senang, sekarang malah nampak menjadi murung. "Apa kau baik-baik saja?" Sean tidak menjawab, dia langsung membukakan pintu mobilnya untuk Olivia, lalu masuk duduk ke kursi kemudi dan mulai melajukannya, Penghinaan yang Meng Qi lakukan tadi mengingatkan dia pada sosok ibunya yang sering di hardik seperti itu, semua karena ibu adalah selir dari Tuan Li. Olivia melirik kepada
Sean terbatuk mendengar pertanyaan Olivia, "Dicium mendadak siapa yang tidak terkejut!" imbuhnya seraya menarik pinggul ramping Olivia, "Apa ingin meneruskannya di dalam?" goda Sean pada gadis itu. "Sembarangan, apa mau dipecut oleh kakek Li!" Jawab Olivia sembari memukul dada Sean. Olivia melepaskan pelukan Sean seraya menoleh ke kamar yang tadi baru dimasuki oleh Meng Qi dan Direktur Fang, "Apa mereka berselingkuh!" gumam pelan Olivia. "Siapa?" tanya Sean. Olivia menoleh kepada Sean, ingin bercerita namun urung. "Bukan urusanmu!" ujar ketusnya. "Apa mau mencari tahu?" tanya Sean seraya berkata lagi, "Aku bisa membantumu!" "Benarkah?" tanya Olivia sembari memicingkan mata. "Pria sejati tidak pernah ingkar janji!" imbuh Sean lagi. "Hish..." imbuh olivia seraya berkata lagi. "Ada ada cara?" "Apa ada hadiahnya?" imbuh Sean."Hah! Benar-benar pria yang perhitungan," kata Olivia. "Sepakat tidak?" tanya Sean. "Ok!" jawab Olivia pada akhirnya. "Besok kita sarapan bersama di sin