Share

CAIR

Author: Hanin Humayro
last update Last Updated: 2022-08-27 08:07:48

SAFNA

Kupandangi wajah tampan lelaki yang telah menghalalkanku, tertidur pulas setelah bergulat dengan tubuh ini. Lelah, tentu saja. Namun, ada sesuatu yang lain, kebahagiaan bisa menyeimbangkan gairah yang meletup di jiwanya.

Rasa takut akan sikapnya yang dingin dan datar, menguap terganti rindu yang seakan tiada habisnya. Tak kutemukan lagi sorot dingin di mata itu, berganti tatap mesra penuh cinta.

*

"Kita makan di luar saja, gantilah pakaianmu!"

"I, iya, Tuan."

Aku hampir melonjak bahagia dengan ajakannya. Ini pertama kali pria itu mengajakku keluar.

Saking bahagia, aku merasa perlu berpenampilan menarik supaya tak memalukanya di depan umum. Gamis modern dari bahan sutra warna violet, membalut tubuh ini, serta jilbab warna senada. Sempurna.

Tuan menatap intens tubuh ini, menimbulkan kikuk. Rasa hangat menjalar diseluruh tubuh, kala tangan besar itu menautkan jemarinya di antara jariku.

Jantung berdegup sangat kencang. Tak kusangka perubahan tuan begitu kentara. Memperlaku
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • ISTRI RAHASIA KONGLOMERAT    MENGAPA

    SAFNA "Kenapa kau mengkhianatiku? Di mana janjimu untuk setia menungguku, Safna?" potong Reyhan, luapan amarah mulai mengerupsi. "Maafkan aku, Rey." Buliran bening mulai deras membasahi seluruh permukaan wajah. Saling mematung, memaknai apa yang sedang berkecamuk di hati masing-masing. Kutatap wajah yang sedang diselimuti amarah itu dengan nanar. Cinta di dalam sini tak lagi membara untuknya, tergantikan iba dan rasa bersalah yang begitu mendalam. "Aku datang untuk memenuhi janji melamarmu, Safna?" Suara Reyhan bergetar memecah keheningan. Aku bergeming. Hanya air mata yang terus merespon setiap kata yang terlontar. Kulihat tangannya mengepal kuat, hingga buku-buku jarinya memutih. Aku makin menunduk, tak kuasa menatap matanya lebih lama, bulir bening kubiarkan berjatuhan membasahi lantai keramik. "Aku mencintaimu. Selama ini menahan rindu. Janji untuk setia kutepati, tapi ... tapi kudapati kau telah menikah dengan orang lain." Suara Rey melunak. Mengusap kasar wajah yang diba

    Last Updated : 2022-08-27
  • ISTRI RAHASIA KONGLOMERAT     CEMBURU

    SAFNA"Assalamu’alaikum, Safna ...." Ucapan salam dari suara familiar di telinga terdengar dari luar. Seketika, jantung berdegup kencang. Reyhan. Suara panggilan itu kembali terdengar, seiring ayunan langkah dipercepat menuju pintu. "R-rey," ucapku gugup, begitu pintu dibuka. Wajah tampan yang sempat lama menghilang karena tuntutan kuliah kini berdiri di hadapan. Namun, ada yang berbeda di rautnya. Merah padam, tatapan tajam dan rahang mengeras. Perasaan tidak nyaman melingkup ruang hati, kupastikan keadaan Rey demikian karena mengetahui pernikahanku dengan tuan Roger. "Kenapa, Safna?" ucapnya serak, seolah sedang menahan ribuan rasa. "Rey, aku ...." Lima hari berlalu sejak kedatangan Reyhan ke villa, tak lagi menampakan diri, walau sekadar bayangannya. Mungkin, dia memilih melupakan kisah cinta yang melukai jiwa. Kata maaf berkali-kali terucap di hati untuknya. Merapal doa semoga dia mendapat kebahagiaan yang tak dimilikinya bersamaku. "Safna." Aku terlonjak, selang dengan

    Last Updated : 2022-08-27
  • ISTRI RAHASIA KONGLOMERAT    PENJELASAN

    ROGER Hai, aku bukan pergi selamanya. Minggu depan pasti kembali. Sudahlah mengapa cairan bening itu terus merinai. Kau tahu itu membuat sekeping merah ini luluh lantak, Sayang. Ah, kemejaku benar-benar basah. Kau tak henti menangis di dada ini. Dasar cengeng! Tegarlah menghadapi perpisahan, karena ini pastinya akan terulang dan terus berulang. Sial, memang! Kudekap erat Safna, tak hanya dia yang tak rela melalui malam berhiaskan kesendirian. Aku pasti akan rindu wangimu, hangatmu, senyummu juga tangismu. Bahkan, gelora ini akan merintih, terus merintih kala sang malam bertandang. Sayang, aku pergi setelah sebelumnya menitip cinta di dalam sana, di palung hatimu. *** Baru saja pulang dari tempat Safna, satu pelayan tergopoh menghampiri. Dengan terbata, ia berkata, "Tu, Tuan ... Nyonya kecelakaan!" Dia sedang tak bercanda tentu, wanita yang berdiri dengan raut ketakutan itu melihat sekilas ke arah mataku, lalu menunduk dalam. Jari-jarinya bertaut satu sama lain. Rupanya Arse

    Last Updated : 2022-08-27
  • ISTRI RAHASIA KONGLOMERAT    JEBAKAN

    ROGER"Rey hendak pamitan pada saya. Dia takkan lagi kembali. Tuan, tolong percayalah, tak terjadi apapun di antara kami. Kisah kami sudah selesai." Rinai bening itu terus meluruh. Entah, apakah karena takut akan kehilangan diriku atau meratapi kisah cintanya yang kandas di perjalanan. Aku memalingkan pandangan dari wanita yang tengah bergetar. Lalu, ia menjatuhkan diri, memeluk kaki ini. Dan …. Aku bergeming. Lalu, menepis dan beranjak pergi. Meninggalkan sekeping hati yang terkoyak pasti. Aku butuh mendinginkan hati. *** "Abah, Emak. Neng pergi." Sudah kuputuskan hari ini juga membawa Safna ke Jakarta. Kejadian itu sinyal bahaya akan keutuhan rumah tangga. Keluarga itu berpelukan, menangis seolah akan berpisah selamanya. Lelaki tua yang kupikir tak punya hati itu ternyata meneteskan air mata. Hal yang tak pernah kulihat ada pada diri Papi. Sesekarat apapun putranya, raut wajah itu tetaplah datar. Entah, hatinya tersusun dari apa? Lepas pamitan, kami pun pergi setelah se

    Last Updated : 2022-08-27
  • ISTRI RAHASIA KONGLOMERAT    APA INI

    ARSELA"Arsela ... apa ini?" Teriakan Roger membuat mataku yang masih menyabit jadi membulat. Bangkit duduk seraya menarik selimut menutupi tubuhku yang polos tanpa secarik kain. "Apa yang kau lakukan, Arsela?" teriaknya lagi seraya turun dari ranjang. Cih, bukanya dia semalam mereguk kepuasan, kenapa mesti semarah itu. Dasar munafik. Ok, tenang Arsela, sandiwara belum usai. Tebalkan muka, demi bayi dalam perut. "Mas …." Roger memandangku dengan tatapan membara. Sebenci itukah dia padaku. Apa dia lupa aku masih istrinya, berhak melakukan apapun termasuk bermain di atas ranjang. Ingat, Roger. Aku bukan wanita bodoh. Semalam kau puas menjamah tubuhku, tetapi satu nama yang kau sebutkan menjadi pemicu pelepasanmu. Safna. Telinga ini tidak tuli kau mendesahkan nama wanita lain, di saat bermain di atas tubuhku. Kau memang brengsek. Tubuh berbalut selimut, menjatuhkan diri di hadapannya, memeluk kaki yang hendak mengayun. Roger berdiri angkuh, bergeming. "Maafkan aku, Mas. Aku be

    Last Updated : 2022-08-28
  • ISTRI RAHASIA KONGLOMERAT    KEWALAHAN

    ARSELA Berjalan mondar-mandir, memikirkan cara supaya Beruang kutub itu bisa tidur denganku. Haruskah meminta bantuan Mama dan Papa? Ah, tidak mungkin. Bisa makin runyam masalah ini, jika mereka tahu selama delapan bulan putri semata wayangnya pisah ranjang, tak saling menjamah layaknya suami istri. ‘Ayo, Arsela ... pikirkan caranya .... ‘ Menekan-nekan telunjuk ini yang berpindah-pindah dari kepala ke hidung. Tak sengaja netra tertuju pada bingkai raksasa berisikan foto pernikahanku dengan Roger. Beralih menatap kalender yang teronggok di atas nakas samping ranjang. Senyum kemenangan terukir di bibir ini. September. Yes, beruntungnya aku,. Melompat girang. Saat yang tepat. *** Hampir dua minggu Roger tak kembali ke mansion ini. Selama itu pula aku tak keluyuran. Lemahnya tubuh, juga mual yang kerap mengganggu membuatku enggan keluar rumah. Bram berkali-kali minta bertemu sama sekali tak kugubris. Aku harus menyempurnakan rencana menaklukan Beruang kutub. Menelponnya adalah

    Last Updated : 2022-08-28
  • ISTRI RAHASIA KONGLOMERAT    ANDAI

    ARSELA Pintu kamarku di buka Roger, melanjutkan akting memasang wajah sedih. Membelakanginya yang duduk di tepi ranjang."Tempat apa yang kau inginkan?" Tersenyum miring sebelum membalikkan tubuh. Menghapus air mata buaya ini. Tersenyum seraya berkata lembut. "Aku ikut ke mana kau membawaku, Mas.""Baiklah, aku akan mengurus segala keperluannya."Saat dia hendak pergi aku memanggilnya. "Mas ....""Kenapa?""Terima kasih," ucapku. Dia hanya membalas dengan senyuman tipis. Lalu keluar dari kamar. Tertawalah Arsela! Kemenangan itu nyata. ***Setelah mengurus semua keperluan berlibur, Roger membawaku ke sebuah Negara yang terletak di bagian utara samudera Atlantik. Islandia."Kau senang, Arsela?" tanya Roger saat sampai di sebuah hotel kelas dunia yang dipesannya.Aku mengangguk. "Terima kasih, Mas." Kupeluk tubuh lelaki berbadan atletis itu."Mas, aku ingin berburu aurora," pintaku."Besok saja.” Keesokan harinya kami bersiap menuju lokasi tersebut dengan menggunakan travel yang me

    Last Updated : 2022-08-28
  • ISTRI RAHASIA KONGLOMERAT    TAK LEBIH BAIK

    SAFNA***Tak lebih baik keberadaanku di manapun, kemewahan ini tak menjamin kebahagiaan.Satu minggu lebih tak terasa dalam kesepian. Merintihkan rindu akan sentuhan dan kehadiran lelakiku.Lelah menangis, hingga keringnya air mata tak mendatangkan tuan pulang ke peraduan yang tak ubahnya sangkar emas.Aku merindukanmu, Tuan."Bi," panggilku pada asisten rumah tangga yang baru saja beres menyiram tanaman. "Iya, Nyonya."Ah, risih sekali dipanggil nyonya untuk ukuran gadis kampung sepertiku. Kutepuk kursi agar ia duduk di sini. "Bibi, sudah lama kerja sama Tuan Roger?" Kuajukan pertanyaan sebagai awal penghilang kejenuhan dengan mengajaknya berbincang."Sejak Tuan Roger Alvendo menikah sama Nyonya Arsela Van Hoevell. Dulu saya bekerja di rumah mereka, tapi Tuan memindahkan saya ke sini."Aku manggut-manggut menyimak penuturan Bi Asih. Wanita itu sangat antusias diajak berbincang, mungkin sama halnya seperti diriku, butuh teman ngobrol di rumah megah. Selanjutnya kutanyakan tentang

    Last Updated : 2022-08-28

Latest chapter

  • ISTRI RAHASIA KONGLOMERAT    NYONYA RESMI

    ROGER"Bawalah Safna pulang. Kau sudah waktunya mengurusi urusan pribadimu. Setelah dia melahirkan, adakan pesta pernikahan. Undang semua kolega dalam dan luar negeri. Tunjukkan bahwa perusahaan kita masih kokoh dan berjaya!" titah papi. Kondisi papi pulih seiring kembali stabilnya perusahaan. Inilah yang kutunggu, kata-kata darinya. Artinya restu itu sudah keluar secara sempurna. Tak perlu lagi ada keraguan membawa Safna kembali ke sisiku. Enam bulan sudah aku menitipkan Safna pada orang tuanya. Segala rindu kupenjara agar tak memberontak. Hari ini akan kubebaskan ia dari kekangan.Tidak terlukis rasa ingin berjumpa. Mendekap tubuhnya erat, menghapus jejak air mata. Aku juga ingin bicara pada bayi yang ada di perutnya. Akan kukatakan maaf padanya sebab tak mendampingi selama proses pertumbuhan di alam rahim. Juga telah menorehkan kepedihan di hati sang bunda. Janjiku, ini adalah perpisahan terakhir kami. Setelah itu kami akan senantiasa bersama menjalani hari-hari bahagia. Membesa

  • ISTRI RAHASIA KONGLOMERAT    SERANGAN VAN HOEVEL

    ROGERBergetar tangan ini membuka surat yang dikirim pengadilan agama. Gugatan cerai dari Arsela.Sekukuh itukah kau ingin pergi dariku Arsela?Apa kesungguhan permohonanku tak menggeser sedikit pun keputusanmu?Mengapa di saat aku ingin bersemayam di hatimu, kau menguncinya rapat-rapat.Mengapa Arsela?Kuhempaskan berkas itu hingga berserak di lantai. Mengacak rambut ini berulang, lalu mengusap wajah yang entah sekusam apa sekarang."Aaargh!"Lautan emosi di hati ini hanya bisa terluapkan dengan teriakan demi teriakan. Tak lebih.***Menapaki keramik keperakan di ruangan megah bergaya artistik Eropa. Langkah ini sebagai upaya akhir membuka hati Arsela.Pelayan keluarga Van Hoevel mengangguk hormat, memanduku menuju ruang Arsela berada. Papa tanpa seizinku membawa putrinya ke sini selepas keluar rumah sakit. Aku tak mampu menolak apalagi menentang. Pria itu sama kerasnya dengan papi, lebih ganas malah.Kuhampiri wanita yang tengah memandangi ikan-ikan di kolam yang terletak tiga meter

  • ISTRI RAHASIA KONGLOMERAT    TAKKAN KUULANG

    ARSELALima bulan pasca perceraian dengan Roger. Aku dapat berjalan dengan normal kembali. Senang dan haru bercampur aduk di hati. Tak lupa ucapan syukur kupajatkan pada pemilik nyawa ini. Sebab, selama ini, aku telah lalai dengan kewajibanku. Terlalu jauh melampaui batas. Mendapatkan ketenangan hati setelah kembali menjalankan perintah-perintah-Nya ampunan atas perbuatanku selama ini. "Ah, thank's ... God." Tak lupa juga kuucap terima kasih pada Bram yang dengan tulus selalu menjagaku. Perhatian dan sikapnya membuat hati ini luluh kembali. Dia lelaki yang tak pernah berhenti mencintaiku. Roger, mungkin dia telah berbahagia, hidup dengan wanita yang bertahta penuh di hatinya. Safna. Wanita itu pantas mendampingi Roger. Kuusap bulir bening yang mengalir di sudut netra kala mengingatnya. Bram mengajakku jalan-jalan malam ini. Hanya bisa menutup mulut kala sadat ke mana ia membawaku. 'Tokyo Bay Night Cruise, Tokyo' salah satu tempat teromantis yang biasa dikunjungi pasangan kekasih

  • ISTRI RAHASIA KONGLOMERAT    TAK HENTI

    ARSELA"Dengar, Arsela! Aku tak akan berhenti sampai mendapatkan hatimu lagi. Aku akan terus berjuang untuk itu." Bram mengusap sudut matanya yang mengembun. "Aku mencintaimu, sampai kapan pun itu. Bahkan sampai aku mati." "Pergi!" usirku. Keesokan hari, Bram datang kembali ke rumah ini. Aku sudah berpesan kepada penjaga rumah agar tak mengijinkannya masuk. Walau bagaimanapun, Bram pantas meraih kebahagiaannya dengan wanita lain, bukan denganku. Kuintip dari balik kaca setelah satu jam berlalu. Pria itu masih ada. Ah! Lelaki itu tetap pada pendiriannya. Tak akan pergi sebelum menemuiku. Bodoh memang. Malam hari hujan turun dengan derasnya. Kilatan-kilatan di langit menimbulkan suara menggeleggar. Menjalankan kursi roda melalui tombol otomatis menuju jendela. Ingin melihat hujan. Netraku menangkap seseorang yang berdiri menatap jendela kamarku. Ya Tuhan, Bram. Mengapa dia masih di situ.Jika terjadi apa-apa, bagaimana? Kalau Bram mati kedinginan bagaimana? Bram! Mengertilah. Ku

  • ISTRI RAHASIA KONGLOMERAT    ARSELA KINI

    ARSELALumpuh? Aku lumpuh? Inikah hukuman atas kesalahanku? Mengapa tak mati saja? Mengapa Tuhan? Emosiku tak terkendali saat pertama mendengar vonis ini. Aku benar-benar merasa jadi manusia tak berguna. Hingga.... Menangis pun sudah tak berguna. Marah tak menyelesaikan masalah. Lalu.... Aku diam. Menerima realita dan segala konsekuensinya. Ditinggalkan Roger, hal pertama yang menjajah perasaan. Apalagi ia kini sudah memiliki wanita sempurna. Apalah aku dibanding dia? ***Aku melayangkan gugatan cerai pada Roger. Di luar dugaan ia menolak. Malah terus berupaya mendatangiku menawarkan hal sama. Menjalani bahtera rumah tangga bersamanya juga Safna. Ia berjanji akan berlaku adil. Akan berupaya membahagiakan kami berdua. Pernah hatiku terketuk. Nekat, ingin kuterima saja tawarannya. Namun, kala teringat kembali besarnya cinta Roger pada Safna membuatku meneguhkan kembali hati yang mulai goyah. Untuk apa bertahan jika aku tahu di hatinya hanya menyisakan sedikit tempat untukku.

  • ISTRI RAHASIA KONGLOMERAT    KENAPA BUKAN DIA

    SAFNASetelah mengenakan jilbab, langkah kuayunkan menuju ruang tamu di mana kata emak, Reyhan menunggu.Pemuda itu sedang berbincang dengan abah. Wajahnya cerah, terlihat bahagia.Tatapan kami bertemu, Rey mengangguk seraya mengatupkan tangan di depan dadanya. Kubalas dengan gerakan serupa.Pandangan Rey tertuju pada perutku yang membesar. Ada senyum di bibir itu.Kuraih kertas berwarna merah maron berpita gold berbungkus plastik transparan dari tangan Reyhan. Undangan."Ini undangan siapa, Rey?" tanyaku, membolak-balikan undangan tersebut. Lalu menatap lekat pria yang sedang tersenyum lebar itu."Punyaku. Aku sangat senang jika kalian mau datang di hari pernikahanku.""Masyaa Allah. Alhamdulillah, aku ikut bahagia, Rey."Mataku berkaca, menatapnya haru. Akhirnya kau mendapatkan apa yang tak kau dapatkan dariku, Rey.Reyhan mengangguk, dapat kulihat ada binar yang berbeda di mata itu. Kuyakinkan sisa cinta itu masih ada, hanya saja, takdir kita tak searah.Akhirnya nama pria yang ter

  • ISTRI RAHASIA KONGLOMERAT    WAKTU YANG TERUS BERGULIR

    SAFNAAku mendorong kursi roda yang diduduki tuan menuju ruangan Nyonya Arsela dirawat. Suamiku meminta ingin bertemu istri pertamanya. Kukabulkan karena itu haknya.Tiba di hadapan tubuh Nyonya Arsela yang berbaring tak sadar, kutinggalkan tuan berdua dengannya. Tak ingin kehadiranku menghambat kata yang mungkin ingin dia sampaikan.Aku duduk di kursi tunggu, menajamkan pendengaran, siapa tahu tuan memanggil. Sekali-kali mata melirik pintu dengan hati resah.Setengah jam berlalu, tak jua kudengar suara tuan. Aku bangkit menghampiri pintu di mana daunnya dipasang kaca kecil memanjang ke bawah, dan tembus pandang ke dalam.Dapat kulihat dengan jelas aktivitas di dalam sana. Ada denyutan halus di hati ini. Tuan Roger menempelkan bibirnya di kening Nyonya Arsela, lalu menangis seraya meremas jemari lentik tanpa daya. Apa yang kusaksikan membawa kesadaran bahwa kehadiranku di antara mereka adalah kesalahan. Meski berseteru, sesungguhnya mereka saling cinta. ***Saat ini, aku berada di t

  • ISTRI RAHASIA KONGLOMERAT    AKU TAK BISA

    ROGER"Jangan pernah berkata begitu lagi. Aku tak suka. Kau tak perlu berkorban untuk hal yang bukan kewajibanmu menanggungnya."Emosiku sedikit tersulut dengan perkataan Safna. Solusi darinya tak memberi jalan keluar tepat. Yang ada menambah masalah di atas masalah. Apa dia pikir aku lelaki sejahat itu. Akan mudah melepasnya setelah kami melalui kisah berat bersama. Apalagi di rahimnya telah tumbuh Roger junior. Wanita ini mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Baginya satu kalimatku sudah cukup. Tak boleh ada bantahan. Ia takkan berani bicara lebih jauh. Cukup sekali, sudah mengerti harus bagaimana bersikap. Safna bukan Arsela yang akan menyerang jika dibantah. Ia cenderung patuh dan menerima apa saja perintahku. "Apa boleh sementara aku tinggal di rumah Abah sampai Mbak Arsela tenang."Kudekap tubuh itu tanpa peduli dengan tatapan orang-orang di sekitar taman. Aku tahu Safna tertekan meski ia berusaha tegar. Posisinya dilema kini. Rasa bersalah pasti menyergapnya melihat Arsela hampir

  • ISTRI RAHASIA KONGLOMERAT    LEBIH BUTUH

    ROGERSilau cahaya putih menerpa kornea. Kelopak kututup kembali kala ada denyut cukup nyeri di kening.Ingin kupijit pangkal hidung untuk mengurangi nyeri yang menghebat, tetapi tak ada kekuatan tangan untuk sekedar terangkat beberapa inchi saja."Alhamdulillah, kamu sadar, Mas!"Sayup terdengar suara yang sangat kukenal. Selanjutnya samar ada wajah yang mendekat.Ada yang basah di pipiku. Terjatuh dari mata bulat itu. Meski berat, kucoba mengangkat dua sudut bibir.Lalu, tangisannya makin jelas di telingaku. Ia pun menempelkan wajah di dada ini.Perlahan, aku bisa beradaptasi dengan kondisi tubuh setelah koma dua minggu. Safna amat telaten merawatku. Ia akan cerewet pada suster yang menurutnya lambat memeriksa.Sambil menyuapi ia akan menceritakan tentang yang terjadi selama aku dan Arsela koma. Gerahamku saling menekan kala mendengar cerita bahwa si penyihir itu mau membunuh Arsela, ingin menghilangkan saksi atas keterlibatannya mungkin.Di tengah obrolan, Papi datang mengunjungi.

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status