Beranda / Romansa / ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN / 249. Mendesak Mas Bara

Share

249. Mendesak Mas Bara

Penulis: Mastuti Rheny
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Ayo Mas, cepetan bilang!”

Aku mulai mendesak dengan tak sabar dan aku malah merutuki karena kalimatku seperti terdengar manja nan mendayu.

Selalu saja aku tak mampu mempertahankan ketegasanku di hadapan pria yang seharusnya aku hukum dengan sangat keras dengan segala pengabaian yang terlalu layak untuk dia dapatkan setelah apa yang sudah dia lakukan dengan menyembunyikan fakta tentang apa yang sudah dilakukannya pada bapakku.

Mendengarku berbicara dengan nada yang terkesan manja itu, Mas Bara malah mendekatiku.

Tapi aku kembali menjauh enggan untuk menerima sentuhannya lagi. Aku harus mempertahankan ketegasanku agar dia tak lagi bisa mempermainkan aku seperti sebelumnya di mana aku selalu berada di dalam kuasanya.

“Desa ini hanya desa kecil berita sekecil apapun akan selalu mudah didengar, hanya orang-orang yang menutup telinga dan tak mau tahu saja yang tidak

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   250. Alasan Mas Bara

    Mas Bara kini malah mengulas senyumnya saat mendengarku mencecarnya.“Bukankah tadi aku sempat mengatakannya padamu?”Aku memilih termangu sembari menarik nafas panjang.Tapi Mas Bara kemudian malah menatapku dengan sorot matanya yang lebih lembut.“Rin, Yuni adalah salah alasan terbesarku untuk mencegahmu datang ke desa ini.”Ketika mendengar kata-kata Mas Bara yang menjadi sangat serius, aku segera memberikan perhatian padanya.“Dia terlalu licik untuk kamu hadapi dengan segala kepolosan kamu ini.”Aku mengernyit jengah meski hatiku juga dihinggapi rasa ingin tahu tentang kakak iparku yang selama ini sudah mengubah Mas Rahmat menjadi pribadi yang sangat egois dan tak pernah lagi peduli dengan keluarganya.“Asal kamu tahu, dia dulu bahkan pernah berusaha merayuku dengan sanga

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   251. Menjelajah Kenangan

    “Katakan padaku Rin, apa yang harus aku lakukan untuk membuatmu bisa memaafkan aku?”Tatapan Mas Bara menjadi kian luruh ketika aku mulai menentangnya.Untuk sesaat aku bahkan tak bisa berkata apapun. Selama ini aku tak pernah melihat Mas Bara memohon seperti ini. Hatiku nyaris luruh tapi sebagian diri ini masih tak bisa menerima semua ini dengan mudah.Pada akhirnya aku memilih menghempaskan tangannya tanpa berkata apapun sembari mulai melanjutkan langkahku yang tertunda.Aku benar-benar tak ingin melibatkan diri dengan percakapan apapun, terutama saat Mas Bara berusaha untuk meluluhkan hatiku demi bisa membawaku kembali ke Jakarta.Ketika kami sampai di ruang tunggu dan aku melihat keberadaan Mbak Rina bersama anak-anakku, aku berusaha untuk menetralkan hati dengan tidak menampakkan segala keresahanku saat ini.Aku menyunggingkan senyuman pada w

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   252. Menjelajah Kenangan 2

    Saat berada di dalam swalayan, Mas Bara meminta kepada Rina untuk mendorong troli yang akan menjadi tempat menampung belanjaan kami.Bahkan Mas Bara meminta sopir yang disewanya untuk ikut membantu acara belanja kami ini.Seperti biasa dia akan selalu memanjakan anak-anak dengan membiarkan mereka mengambil barang apapun yang mereka mau.Dengan cepat satu troli sudah terisi penuh dengan aneka snack dan kebutuhan anakku.Aku hanya memilih secukupnya karena aku merasa sebagian besar keperluanku sudah tersedia di toko milik Mbak Murni meski toko yang dikelola Mbak Murni yang bekerja sama dengan Mas Hilman adalah sebuah toko yang berafiliasi dengan sebuah aplikasi online yang lebih fokus menyediakan sayuran sebagai pemasok utama.“Kamu nggak mengambil apapun sayang?” tanya Mas Bara kemudian ketika aku hanya melihat anak-anak memasukkan beberapa batang coklat ke dalam troli.Aku hanya melirik tipis ke arah suamiku yang memang selalu memperhatikan apapun kebutuhanku.“Apa kamu nggak membutuh

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   253. Kegaduhan Di Sore Hari

    Rumah ini masih sama seperti bertahun-tahun silam. Bahkan terlihat bersih dan terawat dengan tanaman yang juga tidak banyak berubah di halaman depan. Hanya saja Pohon Mahoni di ujung halaman kini terlihat semakin menjulang dan tampak tua.Waktu berjalan dengan sangat cepat. Ketika pertama kali aku memasuki rumah ini aku masih seorang gadis belasan tahun dengan segala kepolosan yang mengikuti.Tapi kini saat aku kembali lagi aku telah menjadi seorang ibu dari sepasang anak kembar berusia tujuh tahun, dan aku juga tak sebahagia dulu setelah apa yang aku lewati dan ketahui.Aku masih termangu ketika telah memasuki kamar yang dulu pernah menjadi saksi kemesraanku bersama dengan Mas Bara. Banyak kenangan manis yang kami lewati bersama di ruangan yang dulu kuanggap begitu luas, sebelum Mas Bara memberikan rumah-rumah lain dengan kamar-kamarnya yang jauh lebih luas daripada ini.Perlahan aku m

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   254. Mengungkap Keburukan Yuni

    Rasa cemas segera menjalariku saat mendengar suara Mas Rahmat yang terasa sangat penuh amarah itu.Tapi Mas Bara tetap terlihat tenang, bahkan dengan sangat percaya diri suamiku yang selalu terlihat berwibawa itu kemudian melangkah keluar dari kamar untuk menuju ke arah ruang depan.Meski Mas Bara sempat melarangku untuk keluar bersama anak-anak tapi aku tetap merasa harus melihat apa yang sedang terjadi sekarang agar aku bisa tahu dengan jelas apa penyebab kemarahan Mas Rahmat sampai datang melabrak ke rumah ini. Lagipula darimana dia tahu kalau saat ini kami berada di rumah ini.“Lepaskan aku, sialan!” sergah Mas Rahmat karena saat ini kami melihat kakak pertamaku sedang ditahan oleh anak buah Mas Bara yang ternyata juga menyertai suamiku untuk datang ke desa ini.Sekarang bahkan Rina datang mendekat untuk ikut melindungi kedua anakku yang nyatanya memang tak bisa untuk tahan untuk tida

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   255. Permintaan Maaf Yuni

    Aku mendekati Mas Bara ketika akhirnya Mas Rahmat meninggalkan rumah ini. Sepertinya kakak pertamaku itu benar-benar akan membuktikan ucapan kata-kata Mas Bara tentang istrinya. Walau aku masih belum tahu apalagi yang sedang dibuat oleh Yuni yang sepertinya memang selalu melakukan hal yang gila.“Mas, katakan padaku sebenarnya apa yang sudah kamu ketahui?” desakku menjadi sangat ingin tahu.Selalu saja Mas Bara mengetahui banyak hal, dan aku menjadi terlalu penasaran sekarang.“Sebentar lagi kamu pasti akan mengetahuinya,” jawab Mas Bara yang tampak enggan untuk berterus terang.“Kalau begitu aku akan mencaritahu sendiri, karena aku juga mengkhawatirkan Mas Rahmat, aku tak mau dia bertindak bodoh,” tegasku sembari membalikkan badan berniat untuk melangkah pergi.Tapi dengan cepat Mas Bara langsung mencekal lenganku menahanku untuk

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   256. Sprei Kenangan

    “Aku mohon Mas, berilah aku kesempatan.”Yuni kembali memohon dengan merendahkan dirinya di depan Mas Rahmat yang kini mulai melirik ke arahnya.Sekilas aku melihat ada sorot kecewa di matanya, yang segera membuatku bisa meraba apa yang akan dikatakan oleh Mas Rahmat setelah ini.Yuni membalas tatapan Mas Rahmat yang menjadi kian tegas dan lugas dengan sorot penuh harap.“Yun, mulai hari ini kamu bukan istriku lagi, aku menceraikan kamu Yuni Lukita,” tegas Mas Rahmat terdengar sangat yakin.Kalimat yang terlontar dari bibirnya segera mengagetkan semua orang terutama Yuni yang sekarang bahkan mulai menyembah di kaki Mas Rahmat dengan menghadirkan tangisnya.“Mas, kamu jangan main-main, kamu sedang emosi, cabut kembali kata-kata kamu.”Yuni terlihat masih menampik, enggan untuk menerima apa yang sudah dip

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   257. Cemburu Yang Terpantik

    Pagi-pagi sekali aku berniat untuk pergi ke rumah ibu, karena aku ingin mencari sayuran segar di toko milik Mbak Murni.Melihatku sudah rapi, Mas Bara langsung mendekati meski dia baru saja keluar dari kamar mandi.“Kamu mau ke mana Rin?” tanya Mas Bara penuh selidik.Aku hanya memandang lurus ke arah lelaki yang kini bercambang yang sekarang seingatku sedikit lebih kurus daripada sebelumnya tapi otot-otot di lengannya menjadi semakin terlihat liat dan kekar. Akhir-akhir ini aku memang sering melihatnya berolahraga. Bahkan tadi selepas subuh aku mendapati Mas Bara melakukan push up di dekat jendela kamar yang sudah dibiarkan terbuka.Aku mulai bisa menduga jika Mas Bara melakukan latihan yang sangat keras untuk melampiaskan gairahnya yang tak tersalurkan beberapa waktu ini.Nyaris dia tak pernah memaksaku untuk melayaninya. Dia selalu menunjukkan pengertiannya ketika

Bab terbaru

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   277. Bahagia Selamanya

    “Diam, atau aku akan menembakmu seperti yang sudah aku lakukan pada Richard!” Aku terperangah saat mendengar pengakuan lelaki berwajah oriental itu. Pengakuannya jelas sangat mengagetkan aku. “Jadi kamu yang sudah menembak suamiku?!” sergahku tandas. Raymond malah tersenyum sarkas menanggapi. “Dia sendiri yang sudah memaksaku melakukan semua ini karena dia terlalu serakah,” tukas Raymond sengit. “Kamu gila!” Aku kembali memakinya dengan suara yang semakin kuat. “Tolong, tolong ....” Aku mulai berteriak ketika Raymond semakin kewalahan dan tak mampu lagi menutup mulutku. Pergerakan di pintu itu semakin intens bersamaan aku mendengar suara gebrakan yang sangat kuat beberapa kali. Raymond yang sedang menggila ini sudah menutup pintu dari dalam hingga sulit untuk dibuka. Pastinya orang-orang di luar ruangan sedang berusaha untuk mendobrak pintu itu. Sementara aku sendiri masih berjuang untuk membebaskan diri dari sergapan Raymond. Tapi beberapa detik kemudian kami malah dikejut

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   276. Di Bawah Ancaman Raymond

    Aku menjadi terlalu kaget mendapati kedatangan Raymond yang sangat tak terduga.Tapi aku malah tak kuasa untuk menghalaunya yang membuat sosok itu terus mendekat dengan penuh rasa percaya diri.“Aku tak menyangka kalau dia mampu bertahan sampai sejauh ini setelah apa yang sudah dia alami,” ungkap lelaki itu sembari mengarahkan pandangannya pada Mas Bara yang sekarang hanya bisa terbaring tanpa kesadaran di atas brankar.Gelisah mulai menerjangku ketika aku mulai melihat tatapan adik dari suamiku yang kini malah memindaiku dengan sangat intens.Aku segera bangkit dan memasang sikap waspada.Setelah kemarin aku melihat sikap Raymond yang tampak berbeda begitu rapuh dan sedih tapi sekarang dia kembali menjadi sosoknya yang dulu, yang terasa licik menakutkan.“Bagaimana kamu bisa masuk ke dalam ruangan ini?”Selama ini mami melarang orang lain masuk menemui Mas Bara. Tak sembarangan orang boleh menemani Mas Bara. Hanya aku, oma dan mami yang memiliki akses untuk bisa memasuki ruangan. Kar

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   275. Sikap Dingin Mami Sally

    “Sekarang katakan saja apa kamu yang sudah membuat Richard seperti ini?” Abe malah melontarkan tuduhannya dengan terlalu lugas.Aku tak pernah menyangka jika sahabat terdekat suamiku itu akan mengungkapkan tuduhannya dengan sangat lugas pada Lina yang sebelumnya sempat kami bicarakan dan kami curigai.Lina membeliakkan mata, mengunggah kekagetannya yang terlalu ketara.Sejenak aku tak bisa mengartikan tentang ekspresi kekagetannya yang seperti itu.“Apa kamu yang sudah menembak Richard?”Abe kian menegaskan tuduhannya.Lina malah menanggapi dengan tenang hingga kemudian malah mencebik sarkas.“Jadi kalian sekarang mencurigaiku?”Aku dan Abe tak menjawab meski masih saja memberikan tatapan yang sangat lugas pada wanita yang sering mengunggah ekspresi sinisnya itu.“Aku merasa tak perlu untuk memberikan penjelasan apapun pada kalian,” pungkas wanita itu sembari langsung bangkit dari duduknya.Tapi sebelum melangkah wanita itu melemparkan pandangannya pada Abe yang sedang mengikuti perg

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   274. Dikepung Rasa Curiga

    “Apa yang sedang kalian bicarakan?” Segera aku menoleh ke ambang pintu dan menjadi sangat kaget ketika melihat sosok yang sedang kami bicarakan telah berdiri di sana dengan memberikan tatapan yang terlalu tajam.Sempat aku merasa kalau dia sempat mendengar pembicaraanku bersama Abe tadi, yang kemudian menelusupkan rasa gelisah di dalam dada.“Kalian berdua terlihat terlalu dekat, dan aku yakin jika Richard melihat kedekatan kalian, dia tidak akan bisa menerima ini,” sindir wanita berbaju merah itu sangat sarkas.Dengan tatapan yang sama tajamnya aku mulai menentang sorot matanya. Enggan menampakkan ketundukan atas sikapnya yang selalu saja mengintimidasi.Sejak dulu Lina selalu mengunggah keangkuhannya terutama di hadapanku yang pastinya dia anggap sebagai saingan terbesarnya karena nyatanya memang hanya aku yang bisa mendapatkan hati Mas Bara sepenuhnya, sesuatu yang kini membawa kesadaranku kembali atas apa yang sudah aku dapatkan selama ini. Nyatanya memang tak ada yang paling ber

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   273. Mulai Mencurigai Lina

    “Katakan padaku apa yang kamu ketahui tentang suamiku?”Aku segera mencecarnya dengan tak sabar, karena saat ini sekecil apapun informasi yang beredar sangat aku butuhkan karena aku benar-benar ingin menguak tabir misteri tentang penembakan suamiku yang sampai saat ini belum juga terungkap.Abe tampak memindaiku lebih lekat dan aku dengan tegas menentangnya tanpa keraguan.Lelaki bermata tajam itu kemudian menarik nafasnya sejenak sembari menautkan kedua tangannya di depan wajahnya yang lumayan good looking itu.“Sebenarnya sehari sebelum hari naas itu, aku dan Richard sempat bertemu di ruangan ini. Kami membicarakan banyak hal, terutama tentang dirimu dan segala penyesalannya.”Abe sengaja menghentikan kalimatnya kian intens memindaiku seakan ingin menebak apa yang ada di dalam pikiranku saat ini.Tapi aku memutuskan untuk membisu menunggunya melan

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   272. Jatuh Koma

    Sudah nyaris sebulan Mas Bara terbaring koma. Selama itu aku bertahan untuk tetap mendampingi walau keadaanku masih sering diserang mual dan rasa tak nyaman di perut.Tak ada alasan bagiku untuk menyerah karena saat ini prioritas utamaku tetap Mas Bara yang selalu aku yakini tetap bisa mendengar setiap kata yang aku ucapkan di telinganya.Bahkan setiap kali aku datang aku selalu membacakan ayat-ayat Ilahi, sebelum aku mulai mengajaknya mengobrol.“Mas, hari ini aku bawakan lavender, aromanya harum sekali. Kamu bisa menciumnya kan Mas?” tanyaku sembari mendekatkan bunga yang aku bawa di hidungnya.Aku selalu yakin jika Mas Bara selalu bisa merasakan apapun yang aku lakukan walau dia tak memberikan respon apapun. Bahkan tidak dengan kedipan mata, karena mata itu selalu terkatup rapat.Saat melihatnya tetap diam dan beku, hati ini mulai dirasuki kesedihan yang kian pekat

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   271. Kehamilan Kedua

    Rasa tidak nyaman kian menyerangku membuat sekujur tubuhku seakan melemah. Tapi saat ini aku memaksa untuk tetap tegar demi aku bisa memastikan bagaimana keadaan Mas Bara. Gelisah yang menyergapku memaksaku untuk bertahan dan tetap kuat meski sejak tadi rasa mual semakin menekan di dalam perutku.Bahkan ketika aku sampai di Jakarta, beberapa kali aku sudah memuntahkan isi perutku saat berada di dalam pesawat.Oma dan mami sempat menganggap apa yang aku rasakan hanya sekedar mabuk kendaraan.Tapi sesuatu di dalam diriku semakin tak bisa menampik praduga ini. Dengan pengalaman yang sempat aku dapatkan ketika mengandung Raka dan Raya, aku mulai bisa menegaskan pada diriku sendiri jika sekarang aku memang sedang berbadan dua.K

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   270. Kembali Lagi Ke Kota

    “Sesuatu telah terjadi pada Richard!”Ketika oma memekikkan nama suamiku segera aku mendekat dengan hati yang sudah diselimuti kabut kecemasan.“Ada apa dengan Mas Bara, Oma?” tanyaku menjadi kian khawatir.Sementara mami malah menatapku dengan gamang dan mulai menghampiriku untuk bisa memelukku dengan lembut.“Kita harus kembali ke Jakarta hari ini juga Rin.”Mami berucap dengan sangat sungguh-sungguh.Hatiku menjadi kian kuat memendam praduga yang buruk. Aku merasa sangat yakin jika sesuatu telah terjadi pada suamiku saat ini.“Katakan padaku, apa yang sudah terjadi Mi?” desakku semakin gelisah.“Richard membutuhkan kamu,” balas mami masih dengan mengunggah gurat kecemasan di wajahnya.Aku mengernyit penuh kecemasan.

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   269. Sesuatu Terjadi Pada Mas Bara

    Setiap orang bisa menganyam harapan tapi Tuhan yang akan menentukan segalanya. Walau berbagai macam cara telah diusahakan nyatanya, kehendak Tuhan yang tetap berlaku. Takdir telah menggariskan bahwa saat ini adalah perpisahan kami.Hatiku terus memendam rasa kehilangan yang bahkan membuatku terus menangis kala melepas jenazah ibu di pemakaman. Kini jasad yang sosok yang sangat aku sayangi itu telah berbaring di sisi makam bapak. Mereka akhirnya bersama lagi yang membuatku menghadirkan kembali segala kenangan kebersamaan keluarga kami dulu di permukaan ingatan.Tangisku semakin kuat nyaris menyedot segala ketegaran meski oma dan mami mendampingi untuk menguatkan. Sampai akhirnya semua saudaraku ikut mendekat dan kami mulai saling berangkulan berusaha untuk saling menularkan ketegaran.Bahkan Laras telah kembali dari Australia mengejar penerbangan pertama demi bisa ikut mengantarkan ibu menuju peristira

DMCA.com Protection Status