Kedatangan Lina bersama Raymond kembali menerbitkan gurat jengah di wajah suamiku. Wajah tampannya itu sekarang menampakkan amarah yang begitu lugas."Sampai hari ini aku masih bagian dari keluarga Huang, jadi aku tetap berhak untuk hadir dalam setiap acara yang diadakan di rumah ini," tegas Raymond sembari melirik ke arah Lina yang sedang bergayut di lengannya.Setelah itu sorot mata Lina yang tajam mulai memindai seluruh diriku."Aku tak menyangka kalau kamu jauh lebih besar dari yang aku ingat dulu."Senyuman Lina kemudian terunggah sinis."Kamu sudah naik berapa kilo?"Sindiran Lina terdengar sangat ingin mengkerdilkan aku.Aku memilih diam tak menjawab apapun.Tapi Mas Bara kemudian malah kian mengeratkan gandengan tangannya sembari ia semakin mendekatkan tubuhnya padaku."Di mataku Rindu jauh lebih cantik dari pada kamu. Perutnya sebesar ini karena dia sedang mengandung sepasang bayi kembar. Sebentar lagi kami akan menjadi sebuah keluar
Aku tak dapat menahan rasa haruku saat ibu yang telah datang sehari sebelumnya bersama Mbak Murni dan adikku Laras, mulai mendekat untuk ikut melakukan siraman pada tubuhku.Setelah oma, mami dan Mas Bara kemudian giliran keluargaku sendiri."Ibu selalu mendoakan yang terbaik untukmu Nak," ucap ibu sembari mengusap lembut kedua pipiku. Tatapannya terlihat sangat dalam padaku diiringi segaris senyum penuh keharuan."Sungguh pengorbanan bapak kamu tidak akan pernah sia-sia, karena nyatanya hidup kamu sekarang sudah sangat bahagia."Aku termangu ketika mendengar ucapan ibu. Seperti ada sesuatu yang tersirat dalam kalimat ibu itu, yang maknanya masih tersembunyi.Aku masih termangu memandang lurus pada wanita yang sudah menghadirkan aku ke dunia itu.Namun sebelum aku mengungkapkan pertanyaan apapun Mas Bara kemudian mendekat untuk menuntunku berdiri."Kamu harus mengganti baju kamu, sayang."Entah mengapa aku merasa Mas Bara seperti ingin menjauhkan aku
Bara POVAku bisa melihat gestur gelisah pada diri Rindu saat ini. Aku langsung menebak pasti istriku yang sedang insecure dengan tubuhnya sendiri ini sedikit cemburu saat melihat interaksiku dengan Sophia.Nyatanya walau secantik apapun wanita di depanku, bagiku tetap wanita yang sedang mengandung anakku inilah yang tetap membesut seluruh perhatianku. Bahkan aku menjadi tak bisa berlama-lama jauh dari wanita yang sejak awal menyerahkan kesuciannya padaku."Sayang Sophia ini hanya temanku, dia tak pernah bisa menarik perhatianku," tegasku berusaha meluruhkan keresahan Rindu, yang sekarang menjadi kian sensitif saat hamil.Sophia juga ikut mengulas senyuman dengan anggun. Temanku semasa kuliah di Perancis ini memang berbeda dengan Lina, yang begitu culas dan selalu ingin menunjukkan dominasinya.Wanita keturunan Belanda dan Jawa ini jauh lebih penuh pengertian meski kecerdasannya akan membuatnya sangat keras kepala yang sering membuat kami sering tak sepaham untuk
Setelah mengantarkan Rindu untuk beristirahat di kamar kami, dan setelah memastikan Rina juga dua orang bodyguard untuk memberi penjagaan pada istriku, aku segera memutuskan untuk kembali ke area pesta yang nyatanya masih belum sepenuhnya usai meski yang masih bertahan di sana kebanyakan adalah keluarga dan teman dekatku.Bahkan Sophia terlihat masih belum beranjak, saat aku mengamati dari atas balkon di lantai kedua ketika aku menghampiri mami yang tampak sedang mengamati sudut yang lain dengan begitu serius.“Apa yang Mami lihat?” tanyaku pada sosok yang sekarang tampil tertutup bahkan dengan jilbab lebar yang menutupi kepala hingga dada.Mami melirikku sejenak sembari menarik nafas panjang sebelum dia kembali memandang lurus ke arah barat ketika aku mulai memperhatikan tampak papi, Raymond, bahkan Lina sedang mengepung oma dan mereka seperti sedang membicarakan sesuatu yang sangat serius.
“Kemarin aku sempat melihat Oma berbicara sangat serius dengan papi, juga Raymond bahkan Lina. Kalau boleh aku tahu apa yang kalian bicarakan?”Aku mulai bertanya dengan lebih lugas.Sejenak Oma terlihat gamang dengan tatapannya yang terlihat resah.“Semua yang terjadi di dalam keluarga ini sangat pelik, terlalu banyak kesalahan yang sudah dilakukan, Rommy, Lina, Raymond bahkan juga Sally ....”“Termasuk juga aku Oma,” sahutku cepat.Oma kembali menatapku penuh arti.“Sebenarnya semua ini sangat membingungkan untukku, aku bahkan tak tahu harus mempercayai yang mana. Tapi Sally sejak dulu selalu keras kepala jika dulu aku tak memaksanya untuk menariknya kembali ke rumah ini bisa jadi aku akan kehilangan dia selamanya, tapi ketika dia ada di dekatku aku tetap merasa dia tak pernah benar-benar ada bersamaku. Bahkan sekar
“Aku baru akan kembali bersama keluarga ini jika Rommy telah mengesahkan perceraian kami,” tegas mami tanpa ragu.“Kalau begitu aku janji aku akan berusaha keras untuk membuat Rommy tersingkir dari keluarga ini,” ucapku penuh keyakinan.Mami memandangku lekat lalu tersenyum sembari menyentuh lembut tanganku.“Sungguh aku sangat beruntung sekarang, karena aku memiliki seorang putra seperti kamu.”Mami kembali memandangku penuh makna.“Tapi ada permintaan lainnya yang aku harap kamu bisa melakukannya untukku.”Aku membalas tatapan mami dengan sama lekatnya.“Tolong kamu bantu Raymond untuk membenarkan langkahnya yang salah selama ini. Aku tahu aku memiliki andil untuk keadaannya yang seperti sekarang, dulu aku terlalu memanjakannya, dan sebaliknya aku malah mengabaikan kamu
“Katakan padaku Raymond, apa kamu benar-benar tetap ingin menikahi Lina?”Oma bertanya dengan sangat tegas seakan ingin memastikan tentang keyakinan Raymond untuk menikahi wanita yang penuh kontroversial itu.Raymond membalas tatapan oma sejenak dan kemudian mulai mengangguk pasti.“Aku sudah sangat yakin dengan keputusanku.”Aku memilih diam tak memberikan tanggapan pada keputusan Raymond yang sebenarnya sangat diragukan kesungguhannya. Justru sekarang aku melihat jika Raymond saat ini sedang merencanakan sesuatu. Bahkan aku yakin jika papi ikut terlihat meski aku tidak tahu apa yang sedang mereka rencanakan. Tapi yang jelas mereka pastinya mengi
Rindu POV“Sekarang katakan padaku, kamu ingin persalinan normal atau caesar?”Aku termangu sesaat setelah mendengar pertanyaan Mas Bara yang begitu lugas menampakkan perhatiannya yang besar.Bahkan tadi dengan sangat terang Mas Bara berusaha untuk membangkitkan rasa percaya diriku di saat aku insecure dengan tubuhku sendiri dengan perut membesar seperti balon.“Sayang, bilang saja kalau kamu mau persalinan caesar, kamu nggak usah meragukan apapun, asal kamu bisa nyaman menjalaninya. Dan aku tidak akan pernah menganggap pilihan kamu sebagai sesuatu yang salah.”Mas Bara kembali menyambung kata-katanya jelas sedang berusaha menumbuhkan keyakinanku, di saat psikologiku menjadi sedikit rapuh menjelang masa persalinan yang sebenarnya sedikit membuatku khawatir.Sementara saat ini aku masih ragu, meski sebenarnya aku berkeinginan untuk mela
“Diam, atau aku akan menembakmu seperti yang sudah aku lakukan pada Richard!” Aku terperangah saat mendengar pengakuan lelaki berwajah oriental itu. Pengakuannya jelas sangat mengagetkan aku. “Jadi kamu yang sudah menembak suamiku?!” sergahku tandas. Raymond malah tersenyum sarkas menanggapi. “Dia sendiri yang sudah memaksaku melakukan semua ini karena dia terlalu serakah,” tukas Raymond sengit. “Kamu gila!” Aku kembali memakinya dengan suara yang semakin kuat. “Tolong, tolong ....” Aku mulai berteriak ketika Raymond semakin kewalahan dan tak mampu lagi menutup mulutku. Pergerakan di pintu itu semakin intens bersamaan aku mendengar suara gebrakan yang sangat kuat beberapa kali. Raymond yang sedang menggila ini sudah menutup pintu dari dalam hingga sulit untuk dibuka. Pastinya orang-orang di luar ruangan sedang berusaha untuk mendobrak pintu itu. Sementara aku sendiri masih berjuang untuk membebaskan diri dari sergapan Raymond. Tapi beberapa detik kemudian kami malah dikejut
Aku menjadi terlalu kaget mendapati kedatangan Raymond yang sangat tak terduga.Tapi aku malah tak kuasa untuk menghalaunya yang membuat sosok itu terus mendekat dengan penuh rasa percaya diri.“Aku tak menyangka kalau dia mampu bertahan sampai sejauh ini setelah apa yang sudah dia alami,” ungkap lelaki itu sembari mengarahkan pandangannya pada Mas Bara yang sekarang hanya bisa terbaring tanpa kesadaran di atas brankar.Gelisah mulai menerjangku ketika aku mulai melihat tatapan adik dari suamiku yang kini malah memindaiku dengan sangat intens.Aku segera bangkit dan memasang sikap waspada.Setelah kemarin aku melihat sikap Raymond yang tampak berbeda begitu rapuh dan sedih tapi sekarang dia kembali menjadi sosoknya yang dulu, yang terasa licik menakutkan.“Bagaimana kamu bisa masuk ke dalam ruangan ini?”Selama ini mami melarang orang lain masuk menemui Mas Bara. Tak sembarangan orang boleh menemani Mas Bara. Hanya aku, oma dan mami yang memiliki akses untuk bisa memasuki ruangan. Kar
“Sekarang katakan saja apa kamu yang sudah membuat Richard seperti ini?” Abe malah melontarkan tuduhannya dengan terlalu lugas.Aku tak pernah menyangka jika sahabat terdekat suamiku itu akan mengungkapkan tuduhannya dengan sangat lugas pada Lina yang sebelumnya sempat kami bicarakan dan kami curigai.Lina membeliakkan mata, mengunggah kekagetannya yang terlalu ketara.Sejenak aku tak bisa mengartikan tentang ekspresi kekagetannya yang seperti itu.“Apa kamu yang sudah menembak Richard?”Abe kian menegaskan tuduhannya.Lina malah menanggapi dengan tenang hingga kemudian malah mencebik sarkas.“Jadi kalian sekarang mencurigaiku?”Aku dan Abe tak menjawab meski masih saja memberikan tatapan yang sangat lugas pada wanita yang sering mengunggah ekspresi sinisnya itu.“Aku merasa tak perlu untuk memberikan penjelasan apapun pada kalian,” pungkas wanita itu sembari langsung bangkit dari duduknya.Tapi sebelum melangkah wanita itu melemparkan pandangannya pada Abe yang sedang mengikuti perg
“Apa yang sedang kalian bicarakan?” Segera aku menoleh ke ambang pintu dan menjadi sangat kaget ketika melihat sosok yang sedang kami bicarakan telah berdiri di sana dengan memberikan tatapan yang terlalu tajam.Sempat aku merasa kalau dia sempat mendengar pembicaraanku bersama Abe tadi, yang kemudian menelusupkan rasa gelisah di dalam dada.“Kalian berdua terlihat terlalu dekat, dan aku yakin jika Richard melihat kedekatan kalian, dia tidak akan bisa menerima ini,” sindir wanita berbaju merah itu sangat sarkas.Dengan tatapan yang sama tajamnya aku mulai menentang sorot matanya. Enggan menampakkan ketundukan atas sikapnya yang selalu saja mengintimidasi.Sejak dulu Lina selalu mengunggah keangkuhannya terutama di hadapanku yang pastinya dia anggap sebagai saingan terbesarnya karena nyatanya memang hanya aku yang bisa mendapatkan hati Mas Bara sepenuhnya, sesuatu yang kini membawa kesadaranku kembali atas apa yang sudah aku dapatkan selama ini. Nyatanya memang tak ada yang paling ber
“Katakan padaku apa yang kamu ketahui tentang suamiku?”Aku segera mencecarnya dengan tak sabar, karena saat ini sekecil apapun informasi yang beredar sangat aku butuhkan karena aku benar-benar ingin menguak tabir misteri tentang penembakan suamiku yang sampai saat ini belum juga terungkap.Abe tampak memindaiku lebih lekat dan aku dengan tegas menentangnya tanpa keraguan.Lelaki bermata tajam itu kemudian menarik nafasnya sejenak sembari menautkan kedua tangannya di depan wajahnya yang lumayan good looking itu.“Sebenarnya sehari sebelum hari naas itu, aku dan Richard sempat bertemu di ruangan ini. Kami membicarakan banyak hal, terutama tentang dirimu dan segala penyesalannya.”Abe sengaja menghentikan kalimatnya kian intens memindaiku seakan ingin menebak apa yang ada di dalam pikiranku saat ini.Tapi aku memutuskan untuk membisu menunggunya melan
Sudah nyaris sebulan Mas Bara terbaring koma. Selama itu aku bertahan untuk tetap mendampingi walau keadaanku masih sering diserang mual dan rasa tak nyaman di perut.Tak ada alasan bagiku untuk menyerah karena saat ini prioritas utamaku tetap Mas Bara yang selalu aku yakini tetap bisa mendengar setiap kata yang aku ucapkan di telinganya.Bahkan setiap kali aku datang aku selalu membacakan ayat-ayat Ilahi, sebelum aku mulai mengajaknya mengobrol.“Mas, hari ini aku bawakan lavender, aromanya harum sekali. Kamu bisa menciumnya kan Mas?” tanyaku sembari mendekatkan bunga yang aku bawa di hidungnya.Aku selalu yakin jika Mas Bara selalu bisa merasakan apapun yang aku lakukan walau dia tak memberikan respon apapun. Bahkan tidak dengan kedipan mata, karena mata itu selalu terkatup rapat.Saat melihatnya tetap diam dan beku, hati ini mulai dirasuki kesedihan yang kian pekat
Rasa tidak nyaman kian menyerangku membuat sekujur tubuhku seakan melemah. Tapi saat ini aku memaksa untuk tetap tegar demi aku bisa memastikan bagaimana keadaan Mas Bara. Gelisah yang menyergapku memaksaku untuk bertahan dan tetap kuat meski sejak tadi rasa mual semakin menekan di dalam perutku.Bahkan ketika aku sampai di Jakarta, beberapa kali aku sudah memuntahkan isi perutku saat berada di dalam pesawat.Oma dan mami sempat menganggap apa yang aku rasakan hanya sekedar mabuk kendaraan.Tapi sesuatu di dalam diriku semakin tak bisa menampik praduga ini. Dengan pengalaman yang sempat aku dapatkan ketika mengandung Raka dan Raya, aku mulai bisa menegaskan pada diriku sendiri jika sekarang aku memang sedang berbadan dua.K
“Sesuatu telah terjadi pada Richard!”Ketika oma memekikkan nama suamiku segera aku mendekat dengan hati yang sudah diselimuti kabut kecemasan.“Ada apa dengan Mas Bara, Oma?” tanyaku menjadi kian khawatir.Sementara mami malah menatapku dengan gamang dan mulai menghampiriku untuk bisa memelukku dengan lembut.“Kita harus kembali ke Jakarta hari ini juga Rin.”Mami berucap dengan sangat sungguh-sungguh.Hatiku menjadi kian kuat memendam praduga yang buruk. Aku merasa sangat yakin jika sesuatu telah terjadi pada suamiku saat ini.“Katakan padaku, apa yang sudah terjadi Mi?” desakku semakin gelisah.“Richard membutuhkan kamu,” balas mami masih dengan mengunggah gurat kecemasan di wajahnya.Aku mengernyit penuh kecemasan.
Setiap orang bisa menganyam harapan tapi Tuhan yang akan menentukan segalanya. Walau berbagai macam cara telah diusahakan nyatanya, kehendak Tuhan yang tetap berlaku. Takdir telah menggariskan bahwa saat ini adalah perpisahan kami.Hatiku terus memendam rasa kehilangan yang bahkan membuatku terus menangis kala melepas jenazah ibu di pemakaman. Kini jasad yang sosok yang sangat aku sayangi itu telah berbaring di sisi makam bapak. Mereka akhirnya bersama lagi yang membuatku menghadirkan kembali segala kenangan kebersamaan keluarga kami dulu di permukaan ingatan.Tangisku semakin kuat nyaris menyedot segala ketegaran meski oma dan mami mendampingi untuk menguatkan. Sampai akhirnya semua saudaraku ikut mendekat dan kami mulai saling berangkulan berusaha untuk saling menularkan ketegaran.Bahkan Laras telah kembali dari Australia mengejar penerbangan pertama demi bisa ikut mengantarkan ibu menuju peristira