“Dad, kenapa Mom belum juga pulang dari rumah sakit? Ini sudah lama sekali. Aku sangat merindukan Mom, Dad!” Andrew merengek pada Axel yang baru saja pulang ke mansion.“Sabarlah, Andrew. Dokter belum memperbolehkan Mom pulang karena kondisinya belum memungkinkan. Bersabarlah sebentar lagi,” Axel menjawab dusta.“Kalau begitu biarkan aku ke rumah sakit menjenguk Mom, Dad! Bukankah itu tidak sulit?” Andrew berkata memohon.“Tidak, kau tak bisa menemuinya karena rumah sakit melarang anak seusiamu ada di sana,” tolak Axel.“Bukankah Dad adalah orang hebat? Jika Dad mau, semua bisa Dad lakukan!” ucap Andrew berkata keras kepala.“Tapi tidak untuk yang satu ini. Maaf Andrew, Dad tak bisa melakukan apa-apa. Jadilah anak yang patuh, dan jangan memancing kemarahan Dad padamu,” Axel berkata dengan nada tegas kemudian berlalu pergi meninggalkan Andrew yang tampak sedih dan kecewa.“Lana, kau jaga Andrew baik-baik. Aku percayakan dia padamu!” perintah Axel pada Lana, sang pengasuh kepercayaan.“
Setelah Sean membebaskanku dengan membeliku dari Madame Beatrice dengan nominal yang fantastis, kini aku pun akhirnya bisa terlepas dari jeratan para penjahat budak wanita yang telah menjualku. Aku dibawa oleh Sean ke tempat tinggalnya, sebuah tempat tinggal berupa mansion yang mewah. “Sean, inikah tempat tinggalmu yang sekarang?” tanyaku tak percaya, menatap cukup takjub bangunan bernuansa Eropa klasik yang mendominasi. “Ya, ini rumahku. Bagaimana menurut pendapatmu, Angelina?” Sean tersenyum bangga di depanku. “Tentu saja aku ikut senang melihatnya. Kalau boleh tahu bisnis dalam bidang apa sekarang yang sedang kau kembangkan, Sean?” aku bertanya merasa penasaran. “Sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang ekspor impor,” jawabnya lugas. Aku mengulas senyuman padanya, senyuman penuh kebanggaan. “Dad pasti bangga melihat keberhasilanmu, Sean,” ucapku lirih. “Aku harap seperti itu, Angelina,” balas Sean seraya tersenyum simpul. “Baiklah, kau istirahatlah dengan baik. Besok kita
Bab 60 “Aku tak mengharapkan kedatanganmu di sini, Axel Campbell!” ucapku sinis menatapnya dingin. “Aku masih suamimu, Angelina. Kau tidak pantas berkata seperti itu padaku!” Axel menyahut tak terima. “Oya? Lalu ke mana saja kau saat aku menghilang hingga sampai dijual oleh para penjahat yang telah menculikku!” balasku kesal. “Aku sudah berusaha mencarimu, apa kau pikir aku diam saja setelah tahu kau menghilang?” Axel berusaha menjelaskan. “Dan saat kau menemukanku, mungkin aku sudah menjadi mayat dan budak para pria di luar sana!” tegasku dengan nada cukup tinggi. Bersamaan saat itu, aku melihat Sean yang melenggang pergi begitu saja meninggalkanku dan Axel di ruangan itu. “Tunggu! Kau mau pergi ke mana, Sean!?” tegurku kesal. “Tentu saja pergi meninggalkan kalian berdua, aku tak mau ikut campur urusan rumah tangga orang lain, meskipun itu adalah adikku sendiri.” Sean berpaling pada Axel, “Selesaikan urusanmu dengan adikku, selama kau tidak menyakiti Angelina, aku tidak akan i
“Kau, pemimpin mafia??” tanyaku masih merasa tak percaya dengan apa yang baru saja Axel katakan. “Apakah kau percaya?” Axel memancing. “Tidak!” tegasku, “Bukankah kau sendiri yang mengatakan padaku jika kau menjalankan bisnis propertimu?” ucapku memastikan. “Itu hanyalah kedok. Aku adalah pemimpin sebuah organisasi dari sebuah klan yang ditakuti di Itali,” jelas Axel mengaku. Aku menggeleng tak percaya, “Kau bohong hanya ingin menakutiku kan, Axel?” Aku mencoba mengelak masih tak percaya. “Tidak, aku bicara kenyataan. Inilah aku yang sebenarnya,” Axel berkata penuh dengan keyakinan. “Bagaimana bisa, Axel? Sejak kapan kau bergabung dengan mereka?” tanyaku sedikit gagap, berusaha keras menahan rasa keterkejutanku. “Sejak aku berumur sembilan belas tahun, lebih tepatnya sejak aku hidup mandiri menetap di Itali bersama ibuku.” Aku menutup mulutku merasa syok, “Ya. Tuhan. Lalu, apakah mendiang ibumu tahu hal itu?” tanyaku penasaran. “Tentu saja tidak. Tidak ada yang tahu sekalipun
Henry mendapati informasi jika Angelina sudah kembali. Ia pun segera mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi, dengan memerintah seseorang untuk menyelidiki. Dibalik rasa khawatirnya Henry merasa lega setelah tahu jika Angelina dalam keadaan baik-baik saja. Namun, hatinya kembali meradang saat tahu tentang Sean Louis. Sean Louis yang telah menghilang sejak lama, kini justru terlihat hidup damai dengan kehidupan barunya yang mewah, bahkan Henry mengetahui informasi jika Sean Louis menjadi seorang miliuner dan menetap cukup lama di Itali. Lagi-lagi Henry merasa kecolongan. Jika saja tidak ada kejadian seperti ini, mungkin Henry tak pernah tahu keberadaan Sean Louis, dan yang paling membuat amarah Henry memuncak ketika ia tahu jika Axel Campbell mengenal siapa itu Sean Louis! Hal itu sangat kuat membuktikan jika selama ini Axel Campbell dan Sean Louis sudah lama saling mengenal, dan saudara tirinya itu ada di balik hilangnya jejak Sean Louis selama ini. Mengetahui fakta itu Henry segera
Hari itu aku berniat menemui Sean kembali di mansionnya dengan membawa serta Andrew. Tujuanku adalah untuk menanyakan sejauh mana Sean mengenal Axel Campbell, suamiku sendiri. Namun, aku tak menyangka jika sesampainya di sana aku melihat Henry yang tampak sedang berbincang serius dengan Sean. Tak mau Andrew sampai melihatnya dan terlibat, aku pun menyuruh Lana mengajak Andrew keluar untuk menghindar. Pikiranku pun penuh tanda tanya. Apa yang Henry lakukan di sini dan bagaimana ia bisa tahu keberadaan Sean? Aku tak menganggap Henry sebagai musuhku, akan tetapi bagiku Henry adalah sosok dari masa lalu yang paling aku hindari. Namun, saat aku mendengar pembicaraan Henry tentang Andrew, darahku mendidih. Pikiran buruk mulai terlintas di benakku jika Henry memiliki keinginan untuk merebut Andrew dariku karena ia memiliki bukti yang kuat jika Andrew Campbell adalah putra kandungnya, darah dagingnya sendiri. “Tidak akan aku biarkan kau merebut Andrew dariku, Henry Bastian Campbell! Tidak ak
Pikiranku kosong selama beberapa saat, ketika aku mendengar penjelasan dari dokter bahwa aku positif hamil dan diperkirakan janinku berusia sembilan minggu. Apakah aku harus senang atau sedih setelah mendengar kabar ini? Entahlah, aku masih belum bisa mencerna situasi ini. Seharusnya seorang ibu memang merasa bahagia ketika mengetahui jika dirinya hamil, namun kenapa aku justru merasakan delima?Anak yang aku kandung adalah benih dari Axel Campbell, suamiku sendiri. Haruskah aku segera memberitahunya? Namun, aku berpikir kembali jika situasi sekarang memang belum sepenuhnya baik untuk membicarakan kehamilanku. Ya, aku akan menunggu waktu yang tepat untuk mengatakan hal ini pada Axel. Ini sudah menjadi keputusanku.“Rex, tolong menepi di ujung sana!” Aku menunjuk sebuah taman kecil tak jauh di depan kami, “Aku ingin melihat pemandangan malam sendirian,” perintahku pada supir sekaligus pengawal kepercayaanku bernama Rex.“Tapi, Nyonya. Apakah Anda yakin baik-baik saja?” Rex tampak ragu,
Sejak pertemuannya dengan Angelina di mansion Sean, Henry merasa gelisah. Ia semakin frustasi. Tak hanya karena Henry belum mendapatkan maaf dari Angelina, namun Angelina justru salah paham pada dirinya. Henry menyadari jika kesalahannya memang begitu fatal pada mantan istri kontraknya, Angelina. Menyesal, itu pasti. Namun, Henry memiliki keyakinan jika penyesalan tak akan terlambat selama keinginan untuk berubah itu ada. Tak hanya menginginkan putranya, Andrew, Henry pun juga menginginkan Angelina untuk bisa kembali kepadanya. Walaupun Henry tahu itu tidaklah mudah, namun Henry tak akan menyerah. Ia akan terus berusaha agar Angelina mau memaafkan dirinya. Langkah pertama yang harus Henry lakukan adalah menceraikan Carla secepatnya. Diam-diam Henry telah memerintah asisten pribadinya untuk mengurus perceraiannya dengan Carla. Setelah tahu perbuatan busuk Carla dan konspirasi yang telah Carla lakukan, rasa cinta itu benar-benar telah hilang dari hati Henry untuk Carla, bahkan tak ada
Siang itu aku dalam perjalanan menuju ke sekolah Andrew, setelah wali kelasnya, Mrs. Nancy Brown menghubungiku beberapa jam yang lalu dan memberitahuku jika Andrew terlibat masalah dengan sesama teman di sekolahnya. Apa yang terjadi di sekolah, aku belum terlalu jelas mengetahuinya, Hanya saja sebagai ibu, hal itu tetap saja membuatku sedikit merasa panik. Andrew adalah anak yang tak pernah membuat masalah, dia cenderung penurut dan bukanlah anak yang hiperaktif, lalu masalah apa yang ditimbulkan Andrew hingga ia bisa terlibat masalah dengan teman di sekolahnya. Tak ada penjelasan secara rinci, Mrs. Nancy Brown hanya memintaku untuk datang ke sekolah untuk bertemu dengan wali murid dari teman yang bermasalah dengan Andrew. Setelah sampai di sekolah Andrew, aku langsung berjalan menuju ke ruangan guru di sekolah dasar favorit tempat Andrew menempuh pendidikan di sini. Namun, belum sampai di tempat yang dituju di koridor sekolah aku berpapasan dengan seseorang, tepatnya seorang guru lak
Empat hari telah berlalu sejak aku mendapatkan kiriman buket bunga tanpa nama. Selama itu pun aku selalu mendapatkan buket bunga yang sama dengan tanpa nama. Entah siapa yang sengaja mengirimkannya padaku aku belum menemukan petunjuk apa pun. Hingga hari ketiga aku pernah memerintahkan Bob untuk menolak tak menerima dan mengembalikannya pada sang pengirim, akan tetapi sang kurir menolak keras dengan alasan buket bunga itu memang dipesan seseorang lewat on line. Tentu saja mengembalikannya hanyalah usaha yang sia-sia. Oleh sebab itulah mau tak mau aku harus menerima buket bunga tersebut, meskipun sebenarnya aku sudah mulai merasa semakin penasaran dengan siapa sebenarnya sang pengirim tanpa nama itu. Selama itu pun Axel tak terlihat lagi datang berkunjung. Dia seolah menghilang tanpa jejak. Aku sudah merasa tak heran karena sejak dulu itulah keahlian dari seorang Axel Campbell, yang selalu datang dan pergi dengan tiba-tiba. Saat itu aku sempat berpikir apa mungkin sang pengirim misteri
Mansion utama Campbell“Nyonya ada kiriman buket bunga dari seseorang.” Pelayan setia bernama Bob memberitahu ketika aku tengah mengawasi Damian dan Andrew berenang bersama di mansion. Aku mengerutkan alis menatap lekat buket bunga mawar merah cantik yang ada di tangan Bob. “Buket bunga? Dari siapa?” tanyaku penasaran. “Tidak ada nama pengirim, Nyonya tetapi ada pesan di buket bunga ini. Mungkin Anda bisa mengetahui jika sudah membacanya.” Bob menyerahkan buket berukuran cukup besar itu padaku, "Jika tidak ada yang diperlukan lagi, saya permisi, Nyonya.” Bob menunduk kemudian berlalu pergi sedangkan aku masih menatap penuh tanya buket bunga cantik yang kini berada di tanganku. Harus aku akui buket bunga ini begitu cantik. Entah kebetulan atau tidak sepertinya sang pengirim mengetahui jika memang aku sangat menyukai bunga mawar merah seperti ini. Tapi siapa yang mengirimnya? Apakah Axel, mungkinkah dia? Tetapi selama kami menikah dia jarang sekali bersikap romantis apalagi sampai men
“Mom!!!” Suara dari panggilan yang sangat aku kenal itu membuatku membuka mata. Benar saja, aku yang masih terbungkus selimut tebal dan baru saja terbangun sontak dibuat terkejut ketika dua putraku berhamburan masuk ke kamar lalu memelukku erat seolah sudah lama tak berjumpa. “Andrew! Damian!” Aku menyahut membalas pelukan mereka padaku masih dalam satu ranjang. “Kenapa Mom pulang lama sekali semalam? Aku semalam tidur bersama dengan Kak Andrew karena Mom tak ada. Mom tidak takut ‘kan tidur sendirian?” Damian kecil bertanya polos padaku. Deg! Saat itu juga aku baru mengingat jika semalam untuk pertama kalinya setelah ‘kematian’ Axel, kami berdua tidur bersama dalam satu ranjang dan menghabiskan malam bersama. Tubuhku terasa memanas jika mengingatnya. Bagaimana Axel menyentuhku semalam masih aku ingat dengan jelas, setiap sentuhannya padaku seakan adalah pengobat rindu setelah perpisahan kami yang cukup lama. Jujur aku masih belum siap sepenuhnya semalam tetapi aku tak bisa menol
“Bermimpilah terus Jeremy! Yang pasti ucapanmu tak akan mengubah apa pun di antara kita berdua!” tegasku cukup lantang. Pria berpomade itu tetap tersenyum penuh percaya diri. “Oya? Kita lihat saja nanti, sweety heart.” Kedua tangan Jeremy saling bertumpu pada meja, mengukir senyuman samar lalu melanjutkan kembali ucapannya. “Kau boleh menolakku sekarang, Angelina. Tapi aku pastikan kau akan kembali padaku. Karena sejak dulu di antara kita memang tak pernah ada kata perpisahan, itu yang pasti.” Kali ini aku terdiam, tak bereaksi menatap sosok pria di hadapanku yang begitu berbeda dari yang pernah aku kenal dulu, Jeremy Ollands. Aku memang sudah mengenal sosok Jeremy yang tak pantang menyerah, namun sekarang entah bagaimana setelah bertemu dengannya seperti ini sosok Jeremy kini berubah menjadi semakin berbeda. Seolah dia adalah pria yang begitu terobsesi denganku. Selama delapan tahun ini bukannya melupakanku seperti aku yang telah melupakannya, tetapi dia justru mengejarku hingga s
Malam berikutnya sesuai dengan apa yang Jeremy Ollands minta, aku pun akhirnya memutuskan untuk menemuinya di salah satu restoran besar yang ada di New York City, dengan hanya membawa serta supir pribadiku. Sedangkan Andrew dan Damian aman bersama dengan pelayan pribadi yang ada di mansion utama Campbell. Pria itu, Jeremy Ollands aku tak tahu apa yang sebenarnya dia inginkan, untuk itu aku harus tahu dengan terpaksa menemuinya seperti ini. Aku mengedarkan pandanganku ke deretan kursi restoran yang cukup banyak pengunjung, hingga akhirnya aku melihat sosok pria berjas navy duduk seorang diri menatapku dengan senyuman lebarnya. Pria itu tak banyak berubah setelah delapan tahun lamanya. Hanya saja kini aku lihat tubuhnya lebih berisi, tidak jangkung seperti dulu. Memasang ekspresi datar aku melangkah mendekatinya dengan menggunakan setelan celana berwarna putih berpotongan elegan. “Hallo, Angelina Louis. Oh, maaf maksudku Mrs. Campbell. Yeah, sepertinya aku belum terbiasa memanggil kek
Mansion utama CampbellAku tak bisa tidur malam ini, pikiranku melayang membayangkan pertemuanku dengan Axel siang tadi. Setelah menidurkan Andrew dan Damian beberapa jam yang lalu, kini aku masih duduk di balkon kamarku sendiri tanpa beranjak sedikit pun. Pikiranku gelisah, aku tak tahu apa yang harus aku lakukan? Harusnya aku senang Axel kembali ke padaku dalam keadaan baik-baik saja. Tetapi kenapa aku justru merasakan gelisah? Apakah ini hanya karena perasaan kecewa saja atau karena ada hal lain yang membuatku ragu aku bisa menerimanya sebagai suami seperti dulu? Bagaimana perjuangan dan pengorbanan Axel selama dalam kematiannya karena hanya ingin bertujuan melindungiku dan anak-anak, serta untuk mengungkap siapa pembunuh sebenarnya Sean Louis juga ibunya selama ini, yaitu yang tak lain adalah istri pertama dari Arthur Campbell. Namun, semuanya itu masih membuatku belum bisa menerima sepenuh hati Axel kembali seperti dulu.Ya, siang tadi Axel telah memberitahuku segalanya apa yang
“Axel?! Bagaimana bisa kau ada di sini?!” Aku terkejut bukan main saat mendapati pria yang masih menjadi suamiku itu kini sudah ada bersama satu mobil bersamaku. “Tidak penting bagaimana aku bisa ada di sini, karena sekarang yang terpenting kita harus bicara Angelina.” Axel menyahut datar dengan pandangan tetap ke depan kemudian mulai menyalakan mesin mobil. Sedangkan aku hanya bisa terpaku diam di tempat, cukup terkejut dengan situasi yang terjadi saat ini. Seperti orang bodoh aku hanya terdiam di kursi belakang mobil selama dalam perjalanan, dengan pandangan menerawang tanpa fokus yang jelas. Entah berapa lama kami berdua, yaitu aku dan Axel berada dalam satu mobil bersama dalam suasana yang diliputi keheningan. Sungguh situasi yang terlihat kaku. Hingga akhirnya Axel menghentikan mobil di suatu tempat yang jauh dari keramaian kota. Lebih tepatnya Axel menghentikan mobilnya di sebuah jalanan setapak yang seperti menuju ke arah jalanan perbukitan. “Kau membawaku ke mana, Axel? Ini
Netraku berkaca-kaca menatap Henry. Sorot mata biru tajamnya kini terlihat teduh menatapku. Lidahku terasa kelu, aku merasa ucapan Henry seakan seperti kalimat perpisahan yang membuat hatiku bergetar.“Kenapa kau bicara seperti itu, Henry? Aku benar-benar tak tahu apa maksudmu?” tanyaku dengan suara yang mungkin terdengar sedikit gemetar karena perasaan emosional.“Seperti yang kau tahu Axel sudah kembali, dia telah kembali untukmu, Angelina. Sekarang tugasku sudah selesai. Saat ini aku hanya mempersiapkan hatiku untuk itu, hal itulah yang sedang aku lakukan sekarang,” ujar Henry.Aku menatap dalam Henry, berharap menemukan jawaban di dalam sorot matanya tetapi yang aku lihat justru kehampaan. Hingga membuatku berpikir, sedalam itukah perasaan Henry padaku? Tetapi aku harus bagaimana, aku benar-benar merasakan delima. Bagaimanapun Axel masih menjadi suamiku, namun meskipun begitu aku tak bisa mengabaikan perasaan Henry begitu saja. Selama Axel tak ada, Henry lah yang selama ini menjaga