"Ayana, siang nanti aku akan datang dan menjemputmu. Maaf.. jika kemarin aku meragukanmu," Bryan membuka suara mengajak Ayana berbicara, saat hendak mengantar Ayana ke Sekolah tempatnya bekerja.Mendengar itu, Ayana menoleh menatap Bryan dengan keheranan."Kenapa kau ingin menjemputku? Bukankah selama ini aku tidak melakukan kesalahan apapun dan pulang ke tempatmu seperti yang kau inginkan, kenapa sekarang kau ingin menjemputku!" Ayana menatap bingung ke arah Bryan, mengeluhkan sikap Bryan yang ingin menjemputnya dari sekolah.Menurut Ayana itu tidak perlu, apalagi jika beberapa guru melihat kedatangan Bryan yang menjemputnya, itu akan membuat Ayana kembali menjadi bahan gunjingan di sekolah, Ayana tidak ingin jika itu terjadi dan memilih untuk Bryan tidak datang menjemputnya."Kenapa kau sangat tidak menyukai jika aku datang menjemputmu, Ayana! Seolah jika kamu menyembunyikan sesuatu dariku!" Bryan, sebenarnya tidak bermaksud seperti itu tetapi melihat Ayana, tidak ibgin dia jemput,
"Bryan, kau ingin membawaku kemana?" Bryan siangnya darang dan membawa Ayana ke dalam mobilnya, bermaksud ingin mengajak Atana ke suatu tempat."Bryan, kenapa kau tidak menjawabku, sebenaenya kau ingin membawaku ke mana?" Ayana kembali mengulang pertanyaangmya, sembari menatap tanya ke arah Bryan yang sedang mengemudikan mobilnya, terlihat membalas dengan mengukir senyum tipis di wajahnya.Apa maksud tatapannya itu? Kenapa dia hanya tersenyum kecil saat mendengar pertanyaanku.Ayana benar-benar bingung melhat Bryan, yang tidak menjawab pertanyaannya dan malah memilih diam sembari mengemudikan mobilnya, membuat Ayana seketika menjadi marah, dan membuang muka menatap ke arah luar jalanan.Melihat itu Bryan kemudian menoleh dan mengulurkan tangannya dan mengusap lembut pipi Ayana, yang sedang tidak ingin melihatnya."Ayana jangan marah. Aku hanya ingin membawamu ke suatu tempat, kamu akan tahu di mana itu setelah kau melihat," Bryan menjelaskan, yang kemudian membuat Ayana menatapnya de
Setelah Bryan memberinya ciuman singkat, Ayana lebih banyak diam selama perjalanan, berusaha menghindari tatapannya agar tidak bertemu dengan mata Bryan, Ayana sungguh merasa bingung dengan perasaanya sendiri saat ini."Ayana, ada apa dengan pandanganmu yang terus menghindariku? Kenapa kau seolah tidak ingin melihatku, Katakanlah.. jangan bilang kau melakukan itu karena apa yang telah aku lakukan kepadamu barusan."Bryan yang bertanya kembali mengingatkan Ayana dengan apa yang sudah dilakukannya, membuat wajah Ayana kembali memerah malu semerah tomat, yang jelas itu terlihat oleh Bryan, dari balik kemudi di sampingnya.Namun Ayana tetap menghindari Bryan dan menatap ke arah luar jendela mobil, tapi itu tidak cukup membuat Bryan berhenti menggodanya."Ayana, karena aku telah menciummu, bagaimana jika kita menikah hari ini, Ayana. Aku sangat ingin bertanggung jawab kepadamu karena telah melakukan hal itu kepadamu hehehe."Bryan yang terkekeh mengatakan ingin bertanggung jawab dengan ap
"Ayana, kita makan siang dulu, setelah itu aku akan mengantarmu pulang!"Ayana tidak mengatakan apapun, dan hanya mengangguk kecil membiarkan Bryan mengajaknya untuk makan siang bersama.Melihat itu, Bryan mengerti jika Ayana setuju untuk makan siang bersama dengannya. Kemudian Bryan melajukan mobilnya mengarah kesebuah restoran.Tiba di sebuah restoran, Bryan kemudian menggandeng tangan Ayana, untuk berjalan masuk bersama dengannya. Kembali, Ayana tidak menolaknya dan membiarkan Bryan menggandengnya masuk ke dalam restoran bersamanya.Ayana sempat merasa sedikit gugup, di mana tangan Bryan menggenggamnya begitu kuat, seolah takut jika Ayana pergi darinya. Namun Ayana coba untuk tidak memikirkannya dan hanya terus berjalan di samping Bryan."Kau ingin memakan apa, Ayana?" tanya Bryan, yang Membuka menu sembari menatap ke arah Ayana, yang duduk teat di depannya.Mendengar itu, Ayana ikut membuka buku menu untuk melihat Makanan apa yang mungkin disukainya, namun saat Ayana melihat bebera
"Bryan, kenapa kau mengatakan itu didepanku. Apa karena kau sudah tidak sabar ingin menikah dengan adikku, Ayana, sehingga kau sangat ingin segera menceraikanku."Nina tidak mempedulikan tatapan mata Ayana, yang membulat terkejut mendengar apa yang baru saja dia ucapkan. Lagi pula semua ini salah Ayana, yang masih saja berhubungan dengan Bryan, bukannya menjauh dari Bryan dan membiarkan Bryan kembali kepadanya, Ayana memilih untuk tetap di samping Bryan, sehingga Nina tidak perlu memikirkan perasaan adiknya, yang mungkin terluka mendengar perkataan.Selama Ayana bisa merasakan penderitaan sekcil apapun itu, sudah cukup membuat Nina merasa bahagia."Nina, tutup mulutmu! Jangan melibatkan Ayana dalam permasalahan kita, kamu tahu jelas alasan mengapa aku ingin bercerai darimu, jadi jangan mekasaku jika kau tidak ingin aku membuat karir modelmu hancur, tanpa mampu kau membangunnya Kembali!"Bryan berkata dengan penuh penekanan memperingati Nina, yang saat ini berdiri di depannya. Menurutn
"Davin, segera paksa dia untuk menandatangain surat cerainya. Jika dia tidak mau, kamu sebarkan bukti yang akan menbaut karirnya hancur, aku ingin melihat apa yang akan dilakuka, Nina kali ini."Bryan yang saat ini berada diruang kerjanya, menatap asisten Davin dengan memberi perintah. Bryan tidak ingin, jika Nina menunda lebih lama perceraian mereka, yang akan membuat Ayana semakin jauh darinya. Jika Bryan diam lebih lama dan membiarkan Nina melakukan apa yang ingin dia lakukan, Bryan tidak yakin jika Ayana akan menerima lamaranya, untuk menikah dengannya.Asisten Davin yang berdiri didepan meja kerja Bryan, mengangguk mengerti dengan apa yang diperintahkan sang atasan kepadanya.Dengan balas mengangguk, asisten Davin mengiyakan perintah Bryan kepadanya, seblum kekuar melakukan apa yang direrintahkan."Baik Tuan Bryan, akan segera saya kerjakan. Tapi bagaimana jika nona Nina mengancam akan ikut menyeret Nona Ayana dalam hal ini Tuan, apa yang harus saya lakukan?"Asisten Davin tau,
Ayana menyipitkan mata, berdiri melihat Bryan yang mentap ke arahnya, kemudian segera melangkah ke lemari pakaian, untuk mengambil pakaian yang akan dia kenakan.Bryan berdehem pelan, menyadari apa yang dia lakukan di depan Ayana. Kemudian menggaruk alisnya yang tidak gatal, mencoba untuk mengalihkan tatapannya dari Ayana yang saat ini hendak memakai pakaiannya."Ayana, a-aku, aku minta maaf, karena sudah lancang masuk dalam kamarmu. Tetapi sebelumnya aku sudah mengetuk pintu kamarmu dan tidak ada jawaban dari dalam kamarmu, sehingga aku berpikir untuk masuk dan memeriksanya.. Aku tidak tau jika kau--" perkata Bryan tergantung, saat dirinya mendapati pelototan mata Ayana yang bulat ke arahnya.Membuat Bryan hanya dapat menelan ludahnya dengan kasar, saat menyadari jika Ayana tidak ingin mendengar penjelasan apapun darinya.Ayana sangat marah, mendengar penjelasan Bryan yang seolah merasa tidak bersalah dan malah terdengar menyalahkannya, karena tidak menjawab panggilan Bryan.Setelah m
"Hah.. Terimakasih untuk malam ini, Nina. Aku sangat menikmati permainanmu," Matheo, yang baru saja selesai dengan kegiatan panas yang bersama dengan Nina, nampak tersenyum saat mendapati kepuasaan yang diberikan oleh Nina kepadanya.Matheo, yang pertama kali melihat Nina yang menjadi model untuk perusahaannya, tertarik pada pandangan pertama demgan Nina, dan menawarkan Nina sebuah kesepakatan dengannya.Nina, yang menatap wajah Matheo yang masih berada di atas tubuhnya, membuang nafas lelah, kemudian mengusap rambutnya yang terlihat berantakan dengan."Kalau begitu turunlah dari atas tubuhku, Matheo. Aku ingin segera bangun membersihkan tubuhku di kamar mandi," Nina kemudian mendorong tubuh Matheo untuk menyingkir dari atas tubuhnya, sebelum beranjak dari tempat tidur, nenuju kamar mandi untuk membersihkan keringat yang menempel, yang membuat merasa tidak nyaman.Matheo menurut dan menyunghingkan senumyiman, saat melihat apa yang dilakukan Nina kepadanya, kemudian mendudukkan dirinya
"Angkat tangan, Jangan bergerak. Jika tidak, kami akan menembakmuj ucap pengawal Bryan, yang berdiri dihadapan mereka dengan memberi todongam senjata, keadaan yang mengejutkan Jesslin maupun Brams, yang berdiri membulatkan matanya menatap ke arah beberapa bawahan Bryan yang berdiri di hadapan mereka."Hehehe, Brain benar-benar licik dia ternyata mempermainkanku," mata Brams memerah, saat mengingat keadaannya saat ini.Brams tidak menyangka, jika pernyataan Bryan yang Sebelumnya dia dengar, jika menyetujui untuk menyerahkan seluruh hartanya hanyalah sebuah tipu muslihat untuk melemahkannya.'Benar-benar sial harus berurusan denganmu, Bryan!'Seolah tidak peduli dengan keberadaan bawahan Bryan, yang berdiri menodongkan senjata di deannya, Brams menoleh ke arah belakang memastikan jika mereka tidak melihat keberadaan Ayana. Namun, sepertinya sudah terlambat, beberapa bawahan Bryan berhasil memasuki gudang dan menemukan keberadaan Ayana.Jeselin melihat situasi mereka yang tidak memungkin
Saat Bryan akhirnya menemukan lokasi Ayana. Bryan meminta semua pengawal yang dia miliki untuk mengampuni memastikan jika brams tidak memiliki tempat untuk dapat melarikan diri."Aku tidak peduli cara apa yang akan kalian lakukan, yang aku inginkan, kalian segera mencegah hingga mereka tidak memiliki tempat untuk melarikan diri," titah Bryan kepada para bawahannya yang berdiri berbaris di hadapannya."Baik Tuan, kami akan melakukan perintah anda." Para bawahan Bryan kemudian membubarkan diri mengikuti perintah sang atasan yang meminta mereka untuk segera mengepung tempat persembunyian Brams, sebelum Brams mengetahuinya dan kembali bertindak.Bryan memandangi bawahannya, kemudian melirik ke arah Stefano yang berjalan menghampirinya."Bryan, apa kamu akan menemui, Ayana sekarang? Jika Iya, biarkan aku ikut denganmu. Aku ingin memastikan jika Ayana baik-baik saja, sampai saat ini keadaan Ayana masih dipikirkan oleh istriku.""Hm, baiklah."Bryan tidak bisa menolak bantuan Stefano, lagi
Saat jarum suntik hendak disuntik ke dalam cairan infus yang menggantung di lengan asisten Davin, dari luar Stefano yang memasuki ruangan asisten Davin, melirik ke arah Dokter yang nampak mencurigakan. "Apa yang kamu lakukan?" tanya Stefano, yang membuat Dokter gadungan menghentikan aksinya dan kembali memasukkan jarum suntik yang semula dia keluarkan sebelum keluar dari ruangan menghindari Stefano.Namun, sayangnya Stefano seolah sudah mengetahui niatnya, segera Sterano menghentikan langkah Dokter gadungan yang hendak melarikan diri, dengan menendang perutnya hingga membuat Dokter gadungan yang mencoba melarikan diri terpental dan terjatuh menabrak dinding kamar.Bugh!! Arghht!! "Katakan, siapa yang menyuruhmu untuk melakukan ini?" tanya Stefano, menuntut jawab dari Dokter gadungan yang merintih kesakitan di depannya.Dari luar beberapa pengawal yang mendengar keributan di dalam kamar segera berjalan membuka pintu kamar asisten Davin, dan melihat pada sosok Dokter yang terduduk lem
Malam hari, Bryan masih belum berhasil menemukan lokasi Ayana, walaupun dia didukung oleh tim polisi dan Stefano yang membantu secara aktif."Bagaimana, apa kalian telah menemukan persembunyian Brams bersama dengan Jesselin, mereka berdua mungkin tidak pergi terlalu jauh melihat mereka tidak memiliki banyak dana dan juga tempat yang bisa mereka tempati persembunyi."Bryan meminta laporan daripada para bawahan yang dia tugaskan untuk mencari keberadaan Ayana. Namun, mereka sama sekali belum mendapatkan hasil yang diharapkan oleh Bryan.Hendrik, bawahan yang ditugaskan oleh Bryan menunduk kepalanya di depan Bryan."Maaf Tuan, sepertinya kedua orang itu telah mempersiapkan dengan matang persembunyian mereka, melihat hingga sekarang mereka berdua belum dapat untuk bawahan saya menemukannya, Tuan." Bryan tdiam mendengarkan, tangannya ter kepala marah sampai sekarang memikirkan keberadaan Ayana yang masih belum dapat ditemukanBrian memejamkan matanya sembari memijat pelan keningnya. "Ayana
Brams tidak menyangka jika Ayana akan menunjukkan kemarahan seperti ini di hapannya. Tetapi Brams mengerti, ini semua adalah kesalahannya sendiri yang memilih menyakiti Ayana, untuk mendapatkan apa yang dia inginkan.Brams tidak perduli dengan penolakan Ayana. "Ayana, biarkan aku melihat wajahmu. Aku hanya ingin memeriksanya," Brams mendekat dengan mengulurkan tangannya. Namun segera ditepis oleh Ayana, yang menghindari uluran tangan Brams dengan membuang muka. Dengan mata yang mau merah marah, Ayana menunjukkan kebenciannya kepada Brams. Ayana tersenyim mencibir "Brams, jangan pernah berpikir untuk menyentuhku, aku jijik dengan orang sepertimu yang bekerja sama dengan wanita busuk untuk mencelakai orang yang selama ini memberinya tumpangan!" Hina Ayana yang membuat Jesslin berdiri dengan melipat kedua tangannya didean dada, merasa kesal mendengar ucapan yang dilontarkan Ayana yang terdengar menghinanya.Brams menoleh melirik ke arah Jesselin, yang terlihat menggertakkan buku-buku j
Bryan menerima pesan dari Stefano yang memberi kabar tentang Ayana, yang kemungkinan diculik dari orang yang Nina curigai. Segera Bryan membalas dengan melakukan panggilan ke ponsel, Stefano."Apa kamu yakin, Stefano? Jika benar kedua orang tersebut yang dicurigai oleh, Nina?" tanya Bryan, memastikan saat melakukan panggilan dengan Stefano, setelab Stefano mengabarkan kepadanya, beberapa orang yang telah dicurigai oleh, Nina. Stefano segera membalas Bryan. "Untuk sekarang itu yang dipikirkan oleh istriku, Bryan. Karena sebelumnya kedua orang itu pernah mengatakan sesuatu kepada Istriku, yang mengatakan jika kedua orang itu ternyata berencana untuk membalasmu dengan menggunakan, Ayana!" jelas Stefano memberitahukan.Bryan mendengar 'kan dengan diam dari balik panggilan, yang tidak Stefano ketahui saat ini Bryan tengah mengepalkan kedua telapak tangannya dengan marah, jika benar kedua orang tersebut ternyata benar membawa pergi istrinya maka Brayan tidak akan diam dan akan membalas de
Bryan merasa khawatir setelh melihat CCTV yang di tunjuk 'kan padanya, sesaat Bryan memutar perhatian kepada mantan istrinya, Nina. Bryan ingin mengelak dan mengatakan jika Nina tidak mungkin terlibat dalam masalah ini, tetapi pemikirannya yang mengingat kembali dimana Nina sangat tidak menyukai Ayana, sehingga membuat Bryan mau tidak mau memiliki pemikirkan, jika mungkin saja Nina terlibat dalam kejadian ini.Bryan masih tetap berada di rumah sakit, memastikan keadaan asisten Davin baik-baik saja sebelum, Bryan kembali meninggalkan ruangannya. Sesaat kemudian beberapa Dokter yang melakukan operasi kepada asisten Davin, mengabarkan kepada Bryan jika kondisi asisten Davin mulai membaik. Bryan mengerti, dan memutuskan meninggalkan Rumah Sakit. Tetapi sebelum itu, Bryan menugaskan kepada beberapa bawahannya untuk tetwp menjaga asisten Davin yang saat ini tengah dirawat. Bryan tidak ingim jika orang yang sebelumnya melakukan penembakan kepada mobil asisten Davin, akan kembali datang da
Setelah tiba di kota A, Bryan turun dari pesawat pribadinya dengan menggandeng tangan Ayana."Ayana, hari ini aku tidak menemanimu untuk pulang bersama, ada sesuatu hal yang harus aku kerjakan, apa tidak masalah jika aku meninggalkan mu?" ujar Bryan saat berjalan sembari menggandeng tangan Ayana, menuju mobil yang terparkir.Ayana diam mendengar ucapan Bryan, pandangan matanya hanya tertuju ke arah mobil di mana Bryan akan meminta asisten Davin untuk mengantarnya pulang.Di depan sana asisten Davin tengah berdiri di dekat mobil, menunggu kedatangan Bryan yang baru saja kembali dari kota B."Bryan, kenapa kamu tidak kembali pulang dulu bersamaku? Lagi pula kita baru saja tiba bukankah seharusnya kamu kembali beristirahat," ayahnya merasa tidak rela untuk melepaskan Bryan dan kembali bekerja. Entah mengapa, perasaan Ayana mengatakan jika sesuatu hal buruk bisa saja terjadi kepada Bryan, yang membuatnya merasa ketakutan jika harus berpisah daru Bryan.Bryan menghentikan langkah kakinya d
Di tempat berbeda, Nina dan Stefano baru saja terbangun dari tidur lelap mereka yang samar Nina dapat melihat wajah Stefano yang begitu dekat denganya. Nina merasa tidak yakin dengan apa yang dilihatnya, mengedipkan matanya beberapa kali memandang wajah Stefano yang begitu tampan di hadapannya.Bulu mata Stefano perlahan bergetar yang tak lama matanya terbuka memandang ke arah Nina. Sontak Nina segera membuang muka merasa malu saat Stefano menangkap basah dirinya niat buruknya."Kamu sudah bangun?" tanya Stefano memandang wajah Nina, yang menghindari tatapannya.Nina tidak mengatakan apapun dan hanya mengangguk mengiyakan. Namun, Stefano kemudian kembali berucap yang menyadarkan Nina dengan apa yang terjadi dengan mereka. "Sepertinya kamu sangat suka tidur dengan memelukku.""Apa?" Nilai tertentu mendengar ucapan Stefano kepadanya. Namun, sesaat kemudian Nina sadar dengan apa yang baru saja dikatakan Stefano.Sesungguhnya, Nina merasa malu melihat ia dan Stefano tidur dengan saling