keesokan harinya.Pagi-pagi sekali Clarice sudah bangun untuk mengerjakan semua tugasnya, mulai dari menyapu, mengepel, hingga mencuci baju miliknya sendiri dan juga milik Reynand. Namun, tidak untuk memasak, karena Clarice tidak bisa memasak, jadi ia cukup pesan makanan di restoran yang berada di depan gedung apartemen ini."Akhirnya selesai," gumam Clarice seraya merenggangkan otot-ototnya.Tidak ingin terlambat datang ke tempat kerja, Clarice buru-buru pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Tidak butuh waktu yang lama bagi Clarice untuk mandi dan merias wajah dengan ala kadarnya, hanya menggunakan bedak tipis dan lip tint saja, setelah itu Clarice langsung keluar kamar dan siap untuk berangkat bekerja."Mau ke mana kamu?" tanya Reynand yang juga baru saja keluar dari kamarnya. Dengan hanya memakai piyama dan rambut yang masih berantakan, Reynand tetap terlihat tampan di penampilannya yang paling buruk."Kerja," sahut Clarice singkat."Hei, ini masih terlalu pagi dan apakah ka
Kebahagiaan Clarice rasanya hancur seketika, ketika mendengar perkataan Barbara. Clarice memaksakan senyumnya ketika melihat wajah Barbara yang juga terlihat sedih dengan keputusannya sendiri."Clarice, maaf ...." Barbara mengulangi permintaan maafnya, entah hingga sudah ke berapa kalinya. Ia benar-benar merasa sedih karena harus kehilangan karyawan terbaiknya ini."Sebenarnya aku ingin mempertahankan kamu, namun aku tidak enak jika harus memecat Bella, karena dia lebih lama darimu. Aku, aku, benar-benar...." Barbara terisak hingga ia kesulitan melanjutkan kata-katanya."Sudahlah, Bi ... tenanglah, aku tidak apa-apa. Aku mengerti perasaanmu, Bibi jangan khawatir, aku masih bisa mencari pekerjaan lain. Tapi, jika suatu saat nanti, Bibi sudah bisa membeli toko ini, bolehkah aku bekerja di sini lagi?" ujar Clarice lembut.Barbara mengangguk dengan antusias, lalu ia memeluk Clarice lagi. "Tentu, kamu bisa bekerja di sini lagi. Sekali lagi, Bibi minta maaf ...."Setelah puas menumpahkan se
Jika saja Marcel hari ini tidak datang ke hotel, mungkin ia tidak akan pernah tahu jika Clarice tengah melamar pekerjaan di hotel miliknya. Marcel yang memiliki daya ingat yang kuat, ia bisa mengenal sosok Clarice yang sedang duduk di lobby hotel, padahal ia hanya bertemu sekali dengan Clarice, yaitu di saat pernikahannya dengan Reynand.Sedangkan Clarice, ia tidak mengenal adik dari Loretta ini. Maka ketika Marcel menanyakan maksud kedatangan Clarice lewat resepsionisnya, Clarice hanya melihatnya sekilas dengan tatapan datar.Sedangkan di sambungan telepon yang masih terhubung. Mendengar perkataan Marcel yang mengandung kalimat ejekan, membuat Reynand membelalakkan matanya seketika."Hei, jaga bicaramu! Wijaya Group tidak bangkrut, dan aku bukan suami yang pelit. Sekarang, secepatnya kamu tolak dia dan suruh dia agar cepat pulang, bilang saja aku menunggunya di rumah!" Setelah mengatakan itu, Reynand langsung mengakhiri telepon tersebut.Marcel memicingkan sebelah matanya seraya menj
Reynand sontak berdiri dari duduknya, ketika Clarice baru saja masuk ke dalam apartemen mereka. Ia hampir memuntahkan kemarahannya, namun buru-buru Reynand menelan kembali semua kata-katanya, sebab melihat raut wajah Clarice yang dipenuhi amarah."Apa maksud kamu dengan semua ini?" Clarice meraung seraya melemparkan surat lamaran kerja terakhirnya ke atas meja.Hampir saja Reynand terperanjat, namun ia harus segera memasang wajah yang lebih galak daripada Clarice."Apa maksudmu? Aku tidak mengerti," sahut Reynand acuh tak acuh."Jangan berpura-pura! Jika bukan Marcel yang memberitahuku, aku tidak akan pernah tahu akal busukmu itu!"Reynand yang mendengar Clarice menyebutkan nama Marcel, ia lantas mengumpat di dalam hati. "Sial! Anak brengsek itu, selalu saja mencari masalah denganku. Awas, saja kamu!""Memang apa salahku? Aku hanya tidak ingin orang-orang berpikir buruk tentangku. Aku tidak mau dianggap menjadi suami yang pelit sebab tetap membiarkanmu pergi bekerja," sahut Reynand as
Reynand tertidur hingga senja tiba, begitu juga dengan Clarice, ia juga memilih tidur sebab kelelahan setelah berkeliling mencari kerja, dan juga ia sangat kehabisan energi sebab menghadapi Reynand yang sangat menyebalkan.Merasa lapar, Clarice segera beranjak dari tempat tidurnya, lalu kemudian ia mandi dan akan bersiap pergi mencari makan.Namun, saat Clarice keluar dari kamarnya, Reynand juga keluar dari kamarnya, yang juga dalam keadaan yang terlihat sama segarnya seperti Clarice. "Mau ke mana kamu? Aku lapar," ujar Reynand seraya mengusap perutnya sendiri."Cari makan. Kalau kamu lapar, ya makan!" sahut Clarice ketus.Reynand mendesah. "Kamu apa tidak bosan, makan di luar terus? Lebih baik kamu belajar masak sekarang. Ayo, cepat!" Tiba-tiba saja Reynand menarik tangan Clarice dan mereka berjalan menuju dapur."Hei, Reynand! Lepaskan tanganku, aku tidak bisa masak!" teriak Clarice seraya memukul tangan Reynand yang sedang menyeretnya."Kita mulai dari yang mudah saja, hanya sandw
Suasana dapur itu berubah menjadi mencekam, ketika Reynand melihat kemarahan di wajah ibunya. Namun, Reynand hanya bisa meringis dan menggaruk bagian belakang lehernya yang tidak gatal."I-- Ibu, sejak kapan Anda datang?" tanya Reynand dengan nyali yang menciut."Sejak kamu menghina menantu kesayanganku tidak berguna, dan membandingkannya dengan wanita lain!" Azkia meraung, ia begitu kesal dengan anaknya itu. Lalu, dengan cepat Azkia menghampiri Reynand dan kemudian menjewer telinga Reynand."Aduh, Bu ... Sakit, Bu. Tolong lepaskan, Reynand minta maaf.""Minta maaf, kamu malah minta maaf kepada Ibu. Memangnya hati Ibu yang kamu sakiti?" Azkia semakin menarik telinga Reynand, karena ia gemas dengan pemikiran putranya itu."Iya, iya, Bu. Ampun ... Reynand akan meminta maaf kepada Clarice, tolong lepaskan telinga Reynand ya? Ini sakit sekali," ujar Reynand memohon.Melihat anaknya tidak berbohong, Azkia terpaksa melepaskan telinga Reynand. "Huh, awas saja jika kamu begini lagi!" Ujar Azki
Reynand berdehem kecil sebelum ia mengetuk pintu yang sedikit terbuka itu dan mengatakan permisi. "Clarice ...." Lalu Reynand memanggil dengan suara pelan dan sedikit canggung. "Bolehkah aku masuk?" Lanjutnya.Clarice hanya melihatnya sekilas, lalu ia menganggukkan kepalanya acuh tak acuh, matanya lebih memilih fokus ke layar ponsel yang ia pegang.Merasa tidak ada sambutan ramah, Reynand memilih berdiri dengan kaku, lalu dengan sedikit ragu ia mengatakan, "Aku minta maaf, jika kata-kataku tadi sangat keterlaluan. Aku tidak bermaksud --" "Tidak masalah, hari ini aku memang agak sensitif. Aku juga minta maaf karena sudah menyebutmu manja juga." Potong Clarice dengan menatap Reynand sekilas dan memberikannya senyuman tipis, sebagai tanda bahwa ia benar-benar sudah memaafkan Reynand."Baiklah, kalau begitu kita sekarang sudah baikan kan?" Reynand menyodorkan tangannya, yang juga langsung disambut oleh Clarice seraya anggukan kepala, tidak lupa dengan senyuman tulusnya."Clarice, sebena
Satu bulan sudah berlalu, di sepanjang waktu ini, Clarice dan Reynand benar-benar hidup bersama dengan penuh kedamaian. Mereka kompak menjalani kegiatan masing-masing, Clarice yang sibuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan belajar memasak bersama Alvin di setiap harinya. Sedangkan Reynand, sibuk dengan urusan kantornya. Namun, hari ini sedikit berbeda, karena ada sedikit rasa penyesalan di hati Reynand sebab ia teringat harus membayar gaji Clarice pada bulan ini, yang jatuh tepat pada hari ini. Padahal niat awalnya, Reynand hanya murni ingin menjadikan Clarice sebagai pelayan gratisannya saja.Meski nasi sudah menjadi bubur, karena Reynand sudah terlanjur mengatakan akan membayar Clarice. Namun, ia tidak kehabisan akal untuk melampiaskan rasa penyesalannya, yaitu dengan cara ia hari ini akan kembali menjadi Reynand yang menyebalkan, dengan tujuan hanya ingin membuat Clarice kesal, sebab menurut Reynand hanya itulah balasan yang impas.Karena hari ini adalah akhir pekan, Reynand t
Setelah menyelesaikan semua pekerjaannya, kini Reynand dan Clarice langsung pergi menuju ke salah satu pusat perbelanjaan di kota tersebut.Karena ini adalah kali pertama mereka keluar bersama sebagai pasangan suami istri yang sebenarnya, maka mereka akan memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin.Clarice dan Reynand tidak hanya akan berbelanja saja, mereka berdua juga akan menonton sekaligus makan malam di dalam mall tersebut."Sayang, tolong ambilkan yang itu," ujar Clarice seraya menunjuk botol shampo yang jauh dari jangkauan tangannya."Yang mana? Yang itu, baiklah." Meski setuju untuk membantu Clarice, namun Reynand bukannya mengambil botol shampo tersebut, ia malah dengan santainya mengangkat tubuh Clarice, hingga membuat tinggi Clarice sejajar dengan rak tempat shampo itu berada."Reynand! Apa yang kamu lakukan?" pekik Clarice yang terkejut ketika tubuhnya tiba-tiba terasa melayang. Pipinya pun lantas memerah karena malu sebab orang-orang banyak yang menoleh ke arahnya.Reynand
Beberapa hari kemudian...Setelah luka Reynand benar-benar sembuh, Reynand dan Clarice hari ini akan bekerja kembali. Namun, posisi Clarice bukan lagi sebagai asisten Reynand, akan tetapi ia berstatus sebagai seorang istri yang mengikuti ke mana pun langkah suaminya pergi."Sayang, kenapa kamu tidak pakai ini saja?" Reynand menenteng sebuah rambut palsu dan kacamata yang biasanya Clarice pakai. Melihat istrinya terlihat sangat cantik tanpa memakai kedua benda tersebut, membuat Reynand jadi khawatir jika nanti istrinya akan dilirik laki-laki lain."Tidak mau, lagi pula semua berita tentang diriku sudah mencuat ke publik, jadi untuk apa lagi memakai kedua benda tersebut," sahut Clarice seraya merapikan lagi rambutnya. Setelah dirasa cukup rapi, Clarice langsung berbalik. "Sudah selesai. Ayo, kita berangkat sekarang." Clarice tertawa ketika melihat Reynand memajukan bibirnya, lalu kemudian ia segera menggandeng tangan Reynand dan mengajaknya keluar dari penthouse mereka.Clarice bukanny
Sedangkan di tempat lain, Reynand dan Clarice baru saja tiba di apartemen mereka. Mereka berdua langsung berpisah dari rombongan Deffin setelah sampai di California."Sayang, tolong antar aku ke kamar mandi," pinta Reynand manja, padahal lukanya sudah jauh lebih baik dari sebelumnya. Clarice mengangguk, lalu kemudian ia membantu Reynand berjalan hingga menuju ke kamar mandi.Reynand sudah mengganti nama panggilan untuk Clarice menjadi 'sayang' sejak di rumah sakit waktu itu. Sedangkan Clarice sendiri masih malu jika harus memanggil dengan sebutan yang sama."Kamu bisa sendiri kan? Kalau begitu aku keluar ya?" Clarice tampak kikuk ketika melihat Reynand menurunkan resleting celananya, ia buru-buru berbalik, namun Reynand mencegahnya."Sayang, jangan pergi dulu, setelah ini tolong bantu aku mengelap tubuhku," ujar Reynand yang sudah merasa tidak nyaman dengan tubuhnya yang terasa lengket, sebab sudah dua hari ia tidak mandi."Hah? Tapi--" Wajah Clarice memerah ketika membayangkan Reyna
Masame terbangun ketika merasakan ada benda jatuh di atas kepalanya, lalu kemudian ia mengucek matanya dan terkejut ketika melihat benda yang menimpa kepalanya itu adalah sebungkus roti.Masame buru-buru mengambil roti tersebut seraya tersenyum senang. Namun, di detik kemudian, wajahnya kembali muram saat melihat roti itu ternyata sudah berjamur."Tuan, apakah Anda tidak salah memberikan saya roti ini? Roti ini sudah berjamur," ujar Masame pelan."Tidak, memang itu. Tapi, kalau kamu tidak mau ya sudah, buang saja. Padahal Bos memberikan roti itu agar bisa menambah sedikit tenagamu di saat masa hukumanmu nanti," sahut penjaga itu dengan santai."Apa? Tapi, bukan dengan roti kedaluwarsa juga kali. Dan, masa hukuman? Memangnya akan ada hukuman apa lagi? Dan bukankah saat ini aku juga sudah dihukum?" batin Masame yang merasa kesal, namun ia tidak berani mengutarakannya.Masame mengira ia hanya akan dipenjara seperti ini saja, dan ia tidak mengindahkan obrolan para anggota Black World di
Sesampainya di Markas Black World, Masame langsung dibawa ke penjara khusus pendosa kelas berat. Meskipun, sebenarnya Masame termasuk melakukan kesalahan kecil, karena sebenarnya ia tidak sengaja melukai Reynand. Namun, tetap saja orang yang akan dicelakainnya adalah menantu Wirata Group.Penjara kelas berat ada di ruangan terbuka, di dalam sebuah lingkaran jeruji besi yang luas dan berukuran tinggi. Lalu kemudian di dalamnya ada bilik penjara yang hanya cukup dimasuki oleh satu orang saja.Sekarang cuaca sangat terik, jadi Masame bisa merasakan panas sinar matahari yang langsung membakar kulitnya. Begitu juga ketika malam nanti, Masame pasti akan merasa sangat kedinginan di dalam bilik penjara itu sendirian. Karena rombongan Deffin belum pulang dari Jepang, maka untuk sementara Masame hanya menerima siksaan yang ringan tersebut."Tu-tuan, apakah saya tidak diberi makan siang?" tanya Masame ketika ada seseorang yang berjalan lewat di sampingnya, seraya membawa seember besar potongan d
"Reynand!!!" Clarice terkejut ketika Reynand memeluknya dan memutar tubuhnya, hingga Reynand malah mengorbankan pinggangnya sendiri untuk menerima tusukan pisau tersebut.Door ....Lalu tidak lama kemudian sebuah tembakan melesat cepat ke arah kaki Masame, hingga kemudian membuat Masame terjatuh di lantai.Deffin sengaja tidak menembak Masame tepat di kepalanya, karena ia ingin menghukum Masame atas perbuatannya yang telah melukai putra semata wayangnya."Brengsek! Bawa dia ke markas Black World!" perintah Deffin dingin. Semua orang sontak bergidik ketika mendengar suara Deffin, sebab sudah sejak lama mereka tidak melihat aura Deffin yang mengerikan seperti ini.Lalu kemudian beberapa orang anggota Black World langsung membawa Masame pergi. Sedangkan Deffin langsung menghampiri anaknya yang masih berada di dalam pelukannya Clarice."Ayah." Suara Reynand terdengar lemah, namun ia masih bisa tersenyum."Kerja bagus," puji Deffin bangga, lalu kemudian ia mengambil alih tubuh Reynand dan
Akihiko terbangun oleh dering ponselnya yang berada di atas meja.Ia terkejut ketika yang menghubunginya adalah salah satu bos yakuza dari tempat lain."Ada apa?" tanya Akihiko setelah sambungan telepon itu sudah terhubung."Brengsek! Gara-gara markasmu hancur, kami juga ikut terkena imbasnya?""Hah, apa?!""Sial! Apakah kamu tidak tahu, jika Arata sudah ditangkap polisi? Dan, kali ini ia tidak akan bisa lolos dari hukuman."Belum sempat Akihiko mencerna semua informasi tersebut, tiba-tiba saja ada orang yang mengetuk pintu kamarnya."Tuan Muda, maaf menganggu. Ada tamu di luar." Suara kepala pelayan sedikit cemas ketika mengatakannya."Brengsek!!!" Tanpa mengulur waktu lagi, Akihiko segera mengakhiri telepon tersebut, lalu kemudian ia berjalan ke arah pintu.Pintu baru saja terbuka. Namun, tiba-tiba saja ada dua orang polisi yang langsung menerobos masuk dan menangkap Akihiko."Hei, sial! Lepaskan aku brengsek!!!" teriak Akihiko seraya meronta. Tapi, itu tidak berarti apa-apa bagi kedu
Sesuai dengan rencana masing-masing, malam ini Akihiko sengaja membuat Clarice menginap di paviliun kakeknya, ia menggunakan alasan bahwa besok akan mengadakan pesta kecil-kecilan untuk memperingati hari kelahiran kakeknya, dan juga syukuran atas membaiknya kondisi kakeknya saat ini.Jika saja bukan karena rencana yang sudah mereka susun, Clarice tentu tidak mau datang. Sebab Clarice merasa jijik ketika mengingat Akihiko besok akan membuatnya terpaksa mau menikah dengannya.Sedangkan saat ini sebelum tidur, Clarice dan Reynand sedang mengobrol dan duduk di atas ranjang."Pokoknya besok kamu tidak boleh keluar dari paviliun ini, apalagi sampai menemui Akihiko!" tegas Reynand.Clarice tersenyum. "Memangnya kenapa? Aku kan ingin lihat bagaimana kedua orang itu ditangkap," sahut Clarice yang hanya berniat menggoda Reynand saja."Tidak! Pokoknya tidak boleh! Clarice, kamu itu istriku, jadi mana mungkin aku membiarkan ada pria lain menikahimu di depan mataku sendiri!" sungut Reynand.Sedang
Dua hari kemudian...Di sebuah bangunan besar khas Jepang, seorang laki-laki sedang mencambuk tubuh seorang wanita cantik yang kedua tangannya diikat ke atas dengan menggunakan rantai besi."Akhh ... ampuni saya, Tuan. Kumohon, tolong ampuni saya ...." jerit wanita itu seraya menangis.Dia adalah Harumi, seorang wanita yang begitu tergila-gila dengan Akihiko. Namun sayangnya, cintanya yang terlalu berlebihan kepada Akihiko, malah membuat nasibnya berakhir seperti ini.Harumi yang sangat mencintai Akihiko, ia tidak rela ketika mendengar Akihiko tidak akan mau menikah dengan wanita manapun, kecuali dengan Ayumi.Harumi yang terbakar cemburu, lalu ia menggunakan kekuasaan kedua orang tuanya untuk mencari tahu tentang keberadaan Ayumi. Hingga suatu hari, ia akhirnya mendengar kabar tentang Ayumi yang menyamar sebagai Clarice, dan dia sudah menikah dengan pewaris tunggal Wirata Group.Meskipun awalnya Harumi sudah merasa lega karena mendengar Ayumi ternyata sudah menikah. Namun, kenyataann