"Sayang, Ummi minta kita datang ke Panti. Gimana?”
“Ya, ayo!”“Di sana ada Lily. Apa kamu tidak apa-apa jika bertemu dia?""Tenang saja, aku tidak akan haj4r dia.Bukan itu yang saya takutkan.Terus?”“Takut kamu dipermalukan atau dikerjain. Dia kan picik.”“Lah, baru sadar kalau adek kesayangan kamu tuh, picik,” sindir Zivanka.“Dia begitu semenjak saya menikah saja. Sebenarnya dia baik.”“Belain terus!”“Eh, bukan belain. Fakta. Makanya semakin yakin kalau kamu adalah jodoh saya.”“Hubungannya apa?”“Saya tidak mau menikah dengan wanita yang bisa buta karena cinta.”“Lah, aku malah lebih buruk. Tahu sendiri badung.""Maka dari itu misi saya ini menaklukkan istri badung."Zivanka tersenyum lebar, lalu bergelayut manja. Setelah berpakian rapi dengan baju couple suami-istri, mereka pun berangkat ke Panti.Kehidupan sehari-hari di panti masih sama. Masih meMIB-25Azkio lekas membawa Zivanka ke ruang kesehatan panti asuhan. Luka di jari Zivanka akibat daun serai lekas diobati."Lain kali, bawa pisau kalau mau ambil serai.""Mana aku tahu.""Baiklah, karena sekarang saya banyak waktu luang, jadi kita harus sering belajar masak di rumah.""Ok, deh." Zivanka mengacungkan dua jempol, “Oya, Honey, si Liliput kok, gitu? Padahal kan dia cewek berhijab.”“Berhijab itu tidak menjamin bahwa akhlaknya juga akan baik. Tapi, setidaknya dengan berhijab, dia sudah menunaikan kewajiban sebagai wanita muslimah. Seharusnya hijab bisa jadi pengingat atau alrm saat hendak melakukan yang tidak disukai oleh Allah.”“Lalu gimana jika ada cewek muslim nggak berhijab, tapi baik.”“Sebaik apapun, dosanya karena tak berhijab tetap akan diperhitungkan, tetap dicatat sebagai kewajiban yang tidak ditunaikan.”“Ih, ternyata emang wajib banget, ya?”“Iya. Tidak bisa ditawar-tawa
Azkio langsung mencubit gemas pipi Zivanka yang mulai gembil semenjak hidup bersamanya. Sebab, tuh anak orang dia kasih makan nasi, bukan makan hati.“Sayang, bukan kasih salam ‘assalamualikum’, tapi daun salam. Nih, yang ini!” Azkio lekas membuka kulkas dan mengambil beberapa lembar daun salam di dalamnya.“Oh, jadi daun salam. Bilang kek, dari tadi. Kebiasaan cowok tuh, gini, nih! Kalau ngomong nggak jelas.” Zivanka malah mendumel."Ya, yang namanya sayur asem pasti dikasih daun salam, Sayang. Kamu ini aneh.” Azkio geleng-geleng.“Ish, udah salah, ngatain aku aneh lagi.” Zivanka cemberut tak terima.Azkio langsung ingat pasal 1 bahwa istri itu selalu benar. Pasal 2 kalau suami benar, istri pasti lebih benar. Pasal 3, jika istri salah maka suami lebih salah. Entah siapa pencetusnya, ngaco begitu. Yang pasti hidup para istri!**Setelah beberapa hari berkutat cari pekerjaan, melamar ke sana sini, akhirnya ada juga perusa
MIB-26“Hallo, Honey!” seru Zivanka saat telepon diangkat.“Salam dulu,” tegur Azkio.“Oh iya, assalamualaikum.""Waalaikum salam, jemput sekarang?""Yuhu! Ditunggu ya, mmuah." Zivanka begitu riang.Gayanya yang kayak setrikaan diam-diam tengah di awasi seorang pria dari jauh. Tanpa sadar bibirnya menyunggingkan senyuman."Hanya beda cover saja. Tingkahnya masih sama." Dia bergumam.Zivanka yang tak sadar diperhatikan akhirnya bersorak senang karena Azkio sudah tiba. “Ayo!” "Hemm." Zivanka masih saja berdiri enggan naik ke motor.“Kenapa?” Azkio mengernyitkan dahi.Zivanka mengerucutkan bibirnya, “nggak turun dulu?”“Turun dulu? Bukannya kita mau pulang?”"Ish!" Zivanka mendesis.Ribet banget sih, gegara urat malu nyambung, jadi susah mau ngomong juga, batin Zivanka."Ada apa, Sayang?""Itu loh, kek di fim-film. Ceweknya dipakein
Zivanka tampak bete.“Honey, kamu tega!” Zivanka mendumel.“Kenapa, hem?”“Tadi biarin aku cium tembok.”“Kan keburu ada papi-mami. Malu, Sayang.”“Ah, nggak asik!” Zivanka pura-pura merajuk.“Iya, maaf.”“Dimaafkan, asal kita mampir ke super market.”“Mau apa?”“Mau belanjalah.”Azkio mendadak berasa jantungnya tengah ngedance. Bukan tak mau menuruti, tapi keuangannya sedang tak memungkinkan. Terlebih karena tadi dipakai buat bayar makan.“Sayang, gimana kalau lain kali saja.”“Nggak mau. Sekarang!”“Hem, sebenarnya uang kita mungkin tak cukup.” Azkio memilih jujur.“Kan kata kamu masih ada di kartu.”“Kan sudah dipakai bayar makan.”“Allahu akbar! Tadi yang bayar makan kamu, ya?” Zivanka baru ngeuh akan janjinya untuk mentraktir, “maaf, ya!” cicitnya.“Tidak apa. Seharusnya saya yang minta maaf. Maaf belum mencukupi keinginan kamu
MIB-27Artinya ada pria yang diam-diam menyukai Zivanka. Azkio tentu tidak rela dan harus waspada. Kalau caranya seperti ini, mungkin orang itu bukanlah orang sembarangan.Bagaimana dia bisa tahu kalau mereka tadi berbelanja ke supermarket.Azkio menghampiri jendela dan mengedarkan pandangan ke luar rumah. Bisa jadi kan ada mata-mata tengah memerhatikan.“Honey, ada apa, sih?” Zivanka malah kebingungan.“Sayang, mulai hari ini kemana pun harus selalu saya yang antar jemput. Kalau ada orang mencurigakan segera kasih tahu."Zivanka mengangguk ragu. Sejujurnya sikap suami yang terlalu posesif membuat tidak nyaman. Tas pemberian orang misterius hanya bisa sebatas dipandangnya. Sama sekali tidak bisa memiliki karena Azkio tidak mengizinkan. **Azkio mendapat telepon dari Fatimah. Diminta untuk segera ke panti karena donatur baru sudah menunggu. Sedari dulu jika ada tamu penting menyangkut kerja sama atau donatur, Az
Mengingat istrinya di rumah sendirian, Azkio bergegas pamit kepada Fatimah. Sebelum pulang, diserahkannya paperbag yang berisi tas.“Masya Allah, ini buat Ummi?” tanya Fatimah.“Iya, Mi.”“Bagus, sih. Tapi Ummi buat apa? Ini modelnya lebih cocok buat anak muda. Iya nggak, Ly?”“Hmm … iya, sih. Tapi sah-sah saja kalau dipake sama Ummi juga.”“Kio, boleh tidak kalau tasnya buat Lily saja. Ummi rasa lebih cocok di dia.”“Iya, Ummi. Bagaimana baiknya saja. daripada mubazir.”“Jadi ini untuk aku? Masya Allah, rezeki anak soleh.” Lily kegirangan.Azkio pun benar-benar pamit pulang. Sedangkan Lily menerima sebuah pesan jika seseorang ingin bertemu sekarang juga. Setelah bersiap-siap cukup singkat, Lily pamit kepada Fatimah dengan alasan akan bertemu teman. Untung saja, umminya itu tidak mengintrogasi teman yang mana. Jadi Lily aman, tidak mengharuskan berbohong.Lily mengedarkan pandangan ke segala p
MIB-28Azkio geleng-geleng kepala melihat tingkah Zivanka di atas genting.“Ayo, turun!”“Sebentar!” Zivanka masih saja mengacungkan tespeck ke udara. Berharap garis samar itu berubah jelas.“Lagian ngapain?”“Ini garisnya kurang kelihatan, Honey.”“Allahu akbar.” Azkio memijat pelipis.Mungkin hanya istrinya yang berpikiran kalau dengan mengacungkan alat tes kehamilan tinggi-tinggi, itu garis bisa jadi muncul jelas. Pikir dia kayak cari sinyal apa. Sudahlah! Absurd dan bodohnya kadang beda tipis.“Ah, sama saja, tetap samar.” Zivanka menyerah.“Ayo, turun!”“Iya-iya,” sahut Zivanka bete, “lah, Honey. Gimana cara turunnya?""Ya Allah, tadi kamu naik pakai apa?""Naik aja.""Tidak mungkin. Tangganya mana?"Zivanka garuk-garuk kepala yang berbalut jilbab bergo. Bisa-bisanya dia tak sadar saat naik dan sekarang jadi bingung saat turun.Azkio lekas menga
Azkio hanya diam. Tetap saja dia merasa tak rela kalau aurat istrinya terlihat pria lain. Sekalipun oleh dokter dan sebetulnya dia paham bagaimana hukum soal ini. Ada pengecualian jika sudah berhubungan dengan alasan medis. Namun, seharusnya kalau bisa, pilihlah seorang dokter perempuan. Sayangnya di klinik ini tak ada satupun dokter kandungan perempuan.Riak muka Azkio yang bete, mulai berubah saat dokter menerangkan apa yang terlihat di layar USG.“Nah, ini kantung janinnya, ini janinnya. Baru sebesar kacang merah. Panjangnya sekitar 2,7 sentimeter.” Dokter menjelaskan sambil menggerak-gerakan alat transtunder di perut Zivanka.Kata dokter, bentuk wajah sudah mulai terlihat jelas. Dari mulai telinga, bibir, ujung hidung, hingga mata. Meski yang dilihat Azkio dan Zivanka hanya gambaran yang tak dipahami. Namun, satu hal yang mereka tahu dan yakini, di layar itu terpampang nyata buah hatinya.“Masya Allah.” Berulang kali Azkio memuji Allah. Dia sa
Coming soon kisah yang tak kalah menarik dari putranya dengan judul MENOLAK WARISAN.PROLOGAngin berembus kencang menerjang jendela kaca kamar hingga bergetar. Beberapa furniture pun ikut bergeser dari tempatnya. Terdengar suara auman yang sukses membuat Zivanka, wanita berusia 30 tahun itu terjaga.“Honey, bangun!” Ia mengguncang bahu suaminya.Azkio, si suami mengerjap. Kemudian mengucek mata yang masih terasa berat untuk terbuka.“Ada apa, Sayang?”“Suara itu lagi.” Berbisik seolah takut ada yang mendengar.Seketika kesadaran Azkio dikumpul paksa. Meski ia sendiri tak pernah mendengar suara yang dimaksudkan istri, tapi tetap hal ini tak boleh diabaikan. Lalu bergegas untuk memeriksa sang buah hati di kamar sebelah. Setibanya, saklar lampu segera ditekan untuk menerangi ruang yang temaram. Akan tetapi, Ziko--anak mereka justru sudah tidak ada.“Ziko!” Zivanka histeris.Kejadian ini memang bukan kali pertama, tapi tetap saja rasa takut menyergapnya. Tanpa bicara pasangan su
Awalnya Azkio tak yakin akan menjalankan dua bisnis sekaligus. Waralaba papi mertua dan lanjutkan bisnis fashion muslim. Namun, berkat dukungan orang-orang terdekat, terutama istri, ia memutuskan untuk mengurus keduanya. Zivanka dan baby Zi tak pernah absen untuk terus berada di balik kerja keras Azkio. Melangitkan doa menjadi salah satu kekutan Zivanka dalam mendukung suami.Sesungguhnya doa yang segera dikabulkan adalah doa seorang istri kepada suaminya yang tidak berada di tempat yang sama atau saling berjauhan. (HR. Tirmidzi). "Sayang, nanti pulang agak telat, ya!""Oh iya, sekarang hari Jumat."Setiap hari Jumat sore, Azkio ada jadwal mengisi pengajian. Mereka menyebutnya 'Liko'. Jadi sebuah pengajian dengan lingkup kecil. Terdiri dari beberapa kelompok. Kebetulan, ia jadi salah satu murobbinya. Murobbi itu adalah guru, tapi lebih spesifik. Mendidik orang sedemikian rupa agar lebih berakhlak dan berilmu. Tentu dalam kajiannya, sebagai besar ilmu agama yang disampaikan."Eh, lupa
Seminggu pasca kepergian Mala, Zivanka janjian dengan Nia. Mau ikut membantu membereskan barang-barang almarhumah di kontrakannya. Baby Zi tak dibawa, sengaja dititipkan kepada Mira."Masya Allah, ini beneran kamu?" Zivanka mengerjapkan bola mata."Iya, ini gue. Gimana cantik nggak?""Masya Allah, Alhamdulillah, Nia!" Zivanka berseru, lalu memeluk teman yang kini jadi sefrekuensi, berhijab."Doakan ya, moga gue Istiqomah.""Amin."Dalam hati Zivanka berdoa panjang sekali buat Nia. Ia berharap Allah menerima taubat juga mempermudah jalan hijrahnya."Ya udah, kita masuk, yuk!"Mereka lekas melangkah ke dalam kontrakan Mala."Ya ampun, ini berantakan banget." Komentar Zivanka."Iya. Padahal si Mala biasanya rapi banget.""Ini kek bekas orang berantem. Bener nggak, sih?""Hu uh, bener. Pasti pacar si Mala marah-marah saat diminta pertanggungjawaban.""Huh, dasar l*knat!"
MIB-42Hari ini dikejutkan dengan pemberitaan viral tentang pasangan Azkio dan Zivanka. Zivanka tentu panik. Sungguh sangat menyesal jika suami kena imbas lagi akibat kehidupan di masa lalunya."Honey, apa netizen menyalahkan kamu? Kasus apa, hah? Kejelekan ku yang mana?" Zivanka mencecar."Tenang, Sayang.""Gimana aku bisa tenang, jika kamu kenapa-kenapa gegara aku." Air mata sudah merebak mendesak ingin keluar.Azkio lekas memerlihatkan pemberitaan yang viral tersebut. Ia mengulas senyum seraya mencubit gemas pipi istri.Zivanka menyeka air mata cepat. Matanya kian melebar tatkala menonton video demi video di sebuah situs.Ternyata teman yang bertabrakan tak sengaja di Mall tempo hari menjadi awal sumber pemberitaan."Gue salut banget sama ratu joget kita yang kini sudah hijrah. Gue lebih salut lagi sama sosok suaminya karena sudah menerima apa adanya. Terlihat suami Ziva sangat menjaga dan sayang. Gue jadi ir
Azkio kemudian berlalu ke kamar mandi untuk mengguyur diri. Berharap suhu panas akibat gejolak tak tuntas bisa mereda. Sebab, sejatinya bukan hanya Zivanka yang sudah sangat terpancing.Zivanka sendiri memberenggut. Ia mencoba mengingat-ingat apa kesalahannya hari ini? Teringatlah saat tadi terciduk sedang mengintip Arfan. "Honey ...," panggil Zivanka begitu Azkio selesai mandi."Apa?" sahutnya ketus."Maafkan aku," sesalnya yang hendak memeluk."Stop! Saya sudah berwudhu." Azkio gegas mengambil pakaian dari lemari.Zivanka pun urung, tetapi masih tetap mengekor."Honey, dimaafkan nggak?""Saya mau sholat dulu. Kamu nggak sholat?""Ya udah, tunggu dulu! Aku mau wudhu."Sepasang suami istri melaksanakan sholat malam bersama. Sekarang, sudah tak pernah lagi ada drama ketiduran saat menunaikannya. Karena Zivanka sudah terbiasa terbangun sendiri di jam-jam sepertiga malam.Usai sholat hat
MIB 41Meski tak melotot, nyatanya tatapan tajam Azkio selalu berhasil membuat Zivanka tak berkutik. Tidak mau terlibat perang dingin rumah tangga, ketiga anak panti lekas pergi.Tanpa bicara, Azkio menyeret Zivanka masuk ke ruang tamu. Wajah kesalnya diseting seramah mungkin."Assalamualaikum " Azkio mengucapkan salam dengan senyum mengembang sebagai tanda menyambut teman lama."Waalaikumsalam. Ya, Allah ... Kio!" Si tamu berseru. Kemudian mereka saling salaman dan pelukan. "Oya, kenalan ini istri saya.""Arfan." Si tamu mengulurkan tangan."Yuki Kato," balas Zivanka hendak menyambut uluran tangan tersebut, tetapi, Azkio lebih dulu menepisnya."Bukan mahram." "Eh, iya." "Istri kamu ternyata senang bercanda, ya?""Iya, Zivanka emang seperti itu.""Oh, namanya Zivanka. Nama yang bagus," puji Arfan basa-basi.Zivanka sendiri malah tersipu dan kecentilan."Iya, ka
Hari ini hari kelahiran Fatimah. Ia tidak pernah mengadakan perayaan karena memang bukan budaya Islam. Namun, sebagai bentuk cinta dan perhatian, anak panti selalu mengadakan syukuran kecil-kecilan. Mereka akan bekerja sama membuat nasi kuning serta siapkan sebuah kado. Kado kali ini khusus disponsori oleh Azkio dan Zivanka.Maka dari itu, Zivanka hari ini diantarkan ke panti asuhan. Sementara Azkio tetap masuk kerja walau katanya hanya akan sampai dzuhur.Fatimah senang sekali dengan kedatangan baby Zi. Bayi gemoy nan menggemaskan tersebut terus digendongnya. Karena anak sangat anteng juga nyaman bersama sang nenek, Zivanka memutuskan untuk bergabung saja dengan anak panti. Kini semua anak panti sudah akrab dengannya. Terlebih setelah mengetahui perbuatan Lily yang sampai kerjasama dengan Putra. Sejak kejadian itu, mereka kecewa berat dan berhenti mengagumi. Kebaikan Lily sekian lama lenypap oleh keburukan yang beberapa saat. Begitulah manusia. Nila seti
MIB-40Otomatis langkah Azkio dan Zivanka terhenti. Mau tidak mau menoleh juga."Nggak salah, lu emang Zivanka!" seru si pria girang.Zivanka cengar-cengir tak tahu harus menanggapi bagaimana. Sementara dalam hati tak berhenti merutuki."Anda kenal dengan istri saya?" "Oh, kenal banget malah."Azkio sampai mengerutkan kedua ujung alis seraya penuh praduga serta selidik. Kira-kira kenal sejauh mana pria di depannya."Honey, udahlah, yuk kita pergi," ajak Zivanka menarik lengan suaminya.Si pria cukup mengerti kenapa wanita yang diidolakannya selama ini sampai berusaha menghindar. Mungkin takut suami mengira yang tidak-tidak. Akan tetapi, karena sudah terlanjur bertemu, ia tetap tak ingin lewatkan kesempatan untuk menyapa. Bertanya kabar juga termasuk yang paling ingin ditanyakan."Wah, keren lu! Nggak nyangka banget gue bisa ketemu. Pangling sumpah! Cakep." Si pria geleng-geleng kepala saking takjub mel
Dari hari ke hari rutinitas masih sama. Selama 24 jam tidak ada kisah baru. Sebagai ibu rumah tangga yang full di rumah, kadang Zivanka berada di titik jenuh. Azkio tidak pernah melarang ia untuk main keluar, jalan-jalan atau berbelanja. Kebetulan keadaan mereka secara finansial sudah jauh lebih baik. Terlebih Baskara membayar gaji lebih dari seharusnya. Zivanka seolah jadi tergantung kepada suami.Kemanapun selalu ingin ditemani. Jika tidak bisa pergi bersama lebih baik ia membatalkan.Semua kebosanan Zivanka pun dibayar lunas oleh kepulangan suami dari kerjanya. Sapaan hangat, belaian mesra, serta perhatian intens tak pernah absen. Meski bukan berarti mereka tidak pernah bertengkar. Sering malahan. Hal-hal sepele yang selalu jadi pencetusnya. Akan tetapi, pertengkaran mereka hanya sebatas Azkio mendiamkan dan Zivanka mengomel.Selang beberapa menit, keadaan akan kembali mencair. Saling memaafkan juga merindu.Seperti pagi ini, aktifitas dimulai oleh Azkio