Hari ini Azkio libur bekerja. Sebetulnya sebagai pemilik toko baju muslim yang mendesain sendiri, mau libur kapan saja bebas. Namun, Azkio sangat disiplin pada dirinya sendiri. Dia mengikuti jam kerja pegawai. Dari senin sampai sabtu, dari pagi hingga ashar. Meski kadang dia pulang lebih dahulu atau bahkan pulang paling telat.
Selama jam kerja, biasanya Azkio sambil membuat konten religi juga. Dibantu sama dua pegawai yang sekaligus temannya waktu SMA.“Kita joging, yuk," ajak Azkio.“Masa jogging pake rok,” protes Zivanka.“Oh iya, lupa. Saya kemarin beli sesuatu buat kamu."Azkio segera mengambil paperbag dari mobilnya yang kelupaan. Isinya ternyata setelan baju olahraga muslimah. Masih setelan rok juga, tetapi lebih sportif dan modelnya rok celana.“Makasih, suamiku.” Zivanka girang, lalu tak segan hendak membuka pakian yang saat ini sedang dikenakan untuk menggantinya.“Kebiasaan banget. Di kamar gantinya!” tegur AzkMIB-15“Masya Allah, kamu cepat banget larinya.” Azkio terengah-engah dan langsung merebahkan diri di sofa.Zivanka cengar-cengir karena masih malu dengan kejadian tadi. Sudah monyong-monyongkan bibir, ternyata gagal paham. Jadi karena Naruto tidak mau pinjamkan jurus menghilangnya, terpaksa dia kabur. Berlari kocar kacir sambil membayangkan dikejar polisi saat terciduk nakal.Zivanka yang terlebih dahulu sampai rumah lekas mengambilkan segelas air putih untuk suami, “ini diminum dulu.”“Bismillah.” Azkio meneguknya sebanyak tiga kali.Air masih bersisa sedikit di gelas. Lalu Zivanka ambil alih lagi gelasnya dan langsung meneguk sampai habis.“Ziv, kalau minum jangan sambil berdiri, sebaiknya duduk.”“Memang kenapa harus duduk?""Itu sunnah.""Oh. Kirain bakal kenapa-kenapa," komentar Zivanka."Sini duduk, Sayang!” Azkio menepuk sofa di sebelahnya.Zivanka pun duduk, “iya, ada apa?”
Wajah Zivanka memerah mengalahkan warna tomat mateng.Azkio tertawa renyah sekali, “emangnya kenapa, sih? Suami dengar istrinya kentut itu wajar. Apalagi saat sakit perut begitu. Cuma lain kali, kalau dibilangin nurut.”"Kok, jadi harus nurut?""Iya, ini akibat kebanyakan makan sambel tadi. Masih pagi gini juga,” omel Azkio."Iya-iya, nanti nurut kalau nggak lupa.""Habiskan pisangnya! Apa mau disuapin?"Zivanka mengangguk manja. Tanpa sadar semakin ke sini, dia senang sekali bermanja-manja sama Azkio. Padahal itu jauh sekali dari karakter aslinya.Innalillahi wainnailaihi roji’un … innalillahi wainnaillaihi roji’un.Tiba-tiba terdengar pengumuman diawali kalimat istirja dari masjid komplek perumahan."Itu ada apa?""Sstt … kita dengarkan dulu siapa yang meninggal," pinta Azkio.Telah berpulang ke Rahmatullah, wasta, Ardian Rahardi bin Sukmajaya, baru saja tepat pukul 08.00. Semoga dit
Dahi Zivanka mengernyit tak paham.“Sayang, saya ini Bos yang masih OTW.”“Maksudnya?”“Masih berjuang dan merangkak. Omsetnya juga belum seberapa bila dibandingkan dengan harga tanah yang papi ajukan.”“Oh, begitu.”“Iya, makanya doakan semoga rezeki suamimu ini mengalir deras. Doa istri itu mustajab.”“Mungkin bukan istri badung kek aku.” Zivanka menunduk lesu.“Kamu adalah istri shalehahnya saya, ok?”Azkio mengangkat dagu istrinya dan mengecup bibirnya singkat.Kemudian dia kembali ke laptop untuk mulai bekerja. Ada desain baru yang akan segera luncur. Jadi lumayan sibuk dan menguras waktu.Zivanka sudah mulai bosan saja. Izin main keluar juga tidak diperbolehkan. Kesannya Azkio memang sangat posesif. Namun, tujuan utamanya hanya takut Zivanka kembali main dengan teman-teman yang membawa maksiat.Zivanka baru saja hijrah. Pendiriannya belum kokoh dan masih plin plan. Ditakutkan tergoda
MIB-16Foto unyu pasangan suami istri nangkring di screen layar. Azkio yang memakai panci kukus di kepala berpose gokil bersama Zivanka. Jelas saja mengundang tawa mengocok perut. Tidak ada yang menyangka kalau seorang owner baju muslim ini bisa konyol karena cinta. Mereka hanya tahu selama kenal, dia adalah sosok kalem dan tegas.“Cinta bisa buat orang gil4.” Seseorang berkomentar.Di slide berikutnya pose Azkio memeluk Zivanka dari belakang sambil mengecup pipi. Sungguh membuat iri serta kepanasan bagi wanita yang inginkan Azkio.Jadi ternyata benar dia sudah menikah, batin seseorang.Azkio cepat-cepat hendak mematikan layar. Namun, saking tergesa, tangannya justru tidak bisa bekerja dengan baik. Alhasil, foto itu lebih lama jadi pusat perhatian. Asisten lekas membantu dan akhirnya screen layar mati.“Saya mohon maaf sekali atas kejadian ini,” sesal Azkio dengan wajah merah padam, malu bukan kepalang.Acara pengenalan
Zivanka merasa lega karena stok buncis dan tempenya masih banyak.Ketiga kalinya masih saja gagal karena tumis kepedesan dan ternyata pas diangkat belum matang buncisnya. Zivanka hampir menyerah. Dia memutuskan untuk menggoreng daging ayam terlebih dahulu yang dirasa lebih gampang.Setelah minyak hampir memenuhi wajan, ayam segera dia masukkan dan ternyata susah matang. Karena minyak belum panas.“Oh, iya. Tadi kan di video suruh tunggu minyak sampai panas.”Zivanka baru mengingat tutorial masak yang dia tonton. Dia angkat tuh potongan ayam, bermaksud menunggu minyak sampai panas.“Ah, sambil menunggu minyak panas, aku pipis dulu.”Santai saja Zivanka ke kamar mandi, begitu kembali ke dapur, asap sudah mengepul di atas wajan. Dia berlari dan mematikan kompor.“Untung tidak sampai kebakaran.”Setelah wajan dan minyak sudah menurunkan suhunya, Zivanka lekas menyalakan kompor lagi. Kali ini tuh si minyak tidak diti
MIB-17“Yah, habis airnya.”Tanpa merasa kepayahan, Zivanka lekas mengangkat galon isi untuk menggantikan galon yang kosong. “Assalamualaikum.” Tiba-tiba terdengar salam Azkio yang baru pulang kerja.Zivanka langsung menurunkan kembali galon isi dari tangannya.“Waalaikumsalam,” sahutnya riang dan berlari ke depan. Azkio sudah siap dengan kedua tangan yang direntangkan. Karena Zivanka akan melompat ke pangkuan. Tak ubahnya anak kecil yang menyambut sang papa pulang. “Papi selalu sibuk. Mana pernah aku diginiin waktu kecil. Pulangnya larut dan aku pasti sudah tertidur.” Cerita Zivanka pada suatu malam saat melakukan pillow talk bersama suami.“Ya udah, mulai sekarang tulis hal apa saja yang ingin kita lakukan bersama,” usul Azkio.Ternyata salah satunya, ya, seperti ini. Melompat ke pangkuan saat pulang kerja. Awal-awal tubuh Azkio sampai oleng karena tidak kuat menahan bobot tubuhnya. Namun, sekarang
Zivanka semangat menggunting. Memisahkan Lily dengan si anak laki-laki yang diprediksi kuat adalah suaminya."Selesai!" soraknya puas.Saat itulah Azkio datang, “lagi ngapain, Sayang?”Tanpa rasa bersalah, Zivanka menjawab lantang, “habis memisahkan suami dari pelakor.”“Maksudnya?”“Zivanka memperlihatkan foto yang diguntingnya.”“Astaghfirullah. Kenapa kamu gunting?”“Heh! Terus kamu mau dekat-dekat sama si Lily?”"Dekat bagaimana, Sayang?""Iya, ini kamu kan waktu kecil?" tunjuk Zivanka."Hem. Kenapa kamu bilang itu saya? Misal, kenapa kamu tidak bilang kalau saya yang ini?"Azkio menunjuk anak laki-laki gendut di foto."Ya, kamu pasti yang ini. Kamu itu tampan dari kecil ternyata. Lihat tuh, sama!" Zivanka mendekatkan potongan foto anak laki-laki tampan ke wajah Azkio, Nggak mungkinlah anak gendut yang jelek ini. Mirip dari mananya coba?" sambung Zivanka."Sayangn
MIB-18Tak ada lem, remahan nasi pun jadi. Begitulah Zivanka dalam bertanggungjawab menyatukan kembali foto yang telah dia paksa berpisah. Apakah Lily sang pemilik menerima? Tentu tidak.“Ih, kamu nyebelin!” Lily hendak memukul istri kakak angkatnya itu dengan tas selempang, tetapi Zivanka selalu berhasil menghindar.Jadilah keduanya saling kejar-kejaran di dalam rumah. Karena lari Zivanka yang begitu cepat, posisi mengejar jadi terbalik.“Astaghfirullah. Ziv, kenapa Lily dikejar-kejar?" Fatimah yang sedang rehat pun terpaksa keluar kamar.Keduanya pun menoleh dan berhenti sejenak. Barulah sadar kalau seharusnya Zivanka yang dikejar, bukan sebaliknya.“Eh, kebalik Umm.”Mereka melanjutkan kembali aksi kejar-kejarannya dengan Lily mengejar kembali Zivanka. Masih dengan sebuah tas di tangan yang ingin dilayangkan.“Stop!” perintah Fatimah seketika jadi rem dadakan bagi mereka.“Iya, Mi.”“Duduk!”
Coming soon kisah yang tak kalah menarik dari putranya dengan judul MENOLAK WARISAN.PROLOGAngin berembus kencang menerjang jendela kaca kamar hingga bergetar. Beberapa furniture pun ikut bergeser dari tempatnya. Terdengar suara auman yang sukses membuat Zivanka, wanita berusia 30 tahun itu terjaga.“Honey, bangun!” Ia mengguncang bahu suaminya.Azkio, si suami mengerjap. Kemudian mengucek mata yang masih terasa berat untuk terbuka.“Ada apa, Sayang?”“Suara itu lagi.” Berbisik seolah takut ada yang mendengar.Seketika kesadaran Azkio dikumpul paksa. Meski ia sendiri tak pernah mendengar suara yang dimaksudkan istri, tapi tetap hal ini tak boleh diabaikan. Lalu bergegas untuk memeriksa sang buah hati di kamar sebelah. Setibanya, saklar lampu segera ditekan untuk menerangi ruang yang temaram. Akan tetapi, Ziko--anak mereka justru sudah tidak ada.“Ziko!” Zivanka histeris.Kejadian ini memang bukan kali pertama, tapi tetap saja rasa takut menyergapnya. Tanpa bicara pasangan su
Awalnya Azkio tak yakin akan menjalankan dua bisnis sekaligus. Waralaba papi mertua dan lanjutkan bisnis fashion muslim. Namun, berkat dukungan orang-orang terdekat, terutama istri, ia memutuskan untuk mengurus keduanya. Zivanka dan baby Zi tak pernah absen untuk terus berada di balik kerja keras Azkio. Melangitkan doa menjadi salah satu kekutan Zivanka dalam mendukung suami.Sesungguhnya doa yang segera dikabulkan adalah doa seorang istri kepada suaminya yang tidak berada di tempat yang sama atau saling berjauhan. (HR. Tirmidzi). "Sayang, nanti pulang agak telat, ya!""Oh iya, sekarang hari Jumat."Setiap hari Jumat sore, Azkio ada jadwal mengisi pengajian. Mereka menyebutnya 'Liko'. Jadi sebuah pengajian dengan lingkup kecil. Terdiri dari beberapa kelompok. Kebetulan, ia jadi salah satu murobbinya. Murobbi itu adalah guru, tapi lebih spesifik. Mendidik orang sedemikian rupa agar lebih berakhlak dan berilmu. Tentu dalam kajiannya, sebagai besar ilmu agama yang disampaikan."Eh, lupa
Seminggu pasca kepergian Mala, Zivanka janjian dengan Nia. Mau ikut membantu membereskan barang-barang almarhumah di kontrakannya. Baby Zi tak dibawa, sengaja dititipkan kepada Mira."Masya Allah, ini beneran kamu?" Zivanka mengerjapkan bola mata."Iya, ini gue. Gimana cantik nggak?""Masya Allah, Alhamdulillah, Nia!" Zivanka berseru, lalu memeluk teman yang kini jadi sefrekuensi, berhijab."Doakan ya, moga gue Istiqomah.""Amin."Dalam hati Zivanka berdoa panjang sekali buat Nia. Ia berharap Allah menerima taubat juga mempermudah jalan hijrahnya."Ya udah, kita masuk, yuk!"Mereka lekas melangkah ke dalam kontrakan Mala."Ya ampun, ini berantakan banget." Komentar Zivanka."Iya. Padahal si Mala biasanya rapi banget.""Ini kek bekas orang berantem. Bener nggak, sih?""Hu uh, bener. Pasti pacar si Mala marah-marah saat diminta pertanggungjawaban.""Huh, dasar l*knat!"
MIB-42Hari ini dikejutkan dengan pemberitaan viral tentang pasangan Azkio dan Zivanka. Zivanka tentu panik. Sungguh sangat menyesal jika suami kena imbas lagi akibat kehidupan di masa lalunya."Honey, apa netizen menyalahkan kamu? Kasus apa, hah? Kejelekan ku yang mana?" Zivanka mencecar."Tenang, Sayang.""Gimana aku bisa tenang, jika kamu kenapa-kenapa gegara aku." Air mata sudah merebak mendesak ingin keluar.Azkio lekas memerlihatkan pemberitaan yang viral tersebut. Ia mengulas senyum seraya mencubit gemas pipi istri.Zivanka menyeka air mata cepat. Matanya kian melebar tatkala menonton video demi video di sebuah situs.Ternyata teman yang bertabrakan tak sengaja di Mall tempo hari menjadi awal sumber pemberitaan."Gue salut banget sama ratu joget kita yang kini sudah hijrah. Gue lebih salut lagi sama sosok suaminya karena sudah menerima apa adanya. Terlihat suami Ziva sangat menjaga dan sayang. Gue jadi ir
Azkio kemudian berlalu ke kamar mandi untuk mengguyur diri. Berharap suhu panas akibat gejolak tak tuntas bisa mereda. Sebab, sejatinya bukan hanya Zivanka yang sudah sangat terpancing.Zivanka sendiri memberenggut. Ia mencoba mengingat-ingat apa kesalahannya hari ini? Teringatlah saat tadi terciduk sedang mengintip Arfan. "Honey ...," panggil Zivanka begitu Azkio selesai mandi."Apa?" sahutnya ketus."Maafkan aku," sesalnya yang hendak memeluk."Stop! Saya sudah berwudhu." Azkio gegas mengambil pakaian dari lemari.Zivanka pun urung, tetapi masih tetap mengekor."Honey, dimaafkan nggak?""Saya mau sholat dulu. Kamu nggak sholat?""Ya udah, tunggu dulu! Aku mau wudhu."Sepasang suami istri melaksanakan sholat malam bersama. Sekarang, sudah tak pernah lagi ada drama ketiduran saat menunaikannya. Karena Zivanka sudah terbiasa terbangun sendiri di jam-jam sepertiga malam.Usai sholat hat
MIB 41Meski tak melotot, nyatanya tatapan tajam Azkio selalu berhasil membuat Zivanka tak berkutik. Tidak mau terlibat perang dingin rumah tangga, ketiga anak panti lekas pergi.Tanpa bicara, Azkio menyeret Zivanka masuk ke ruang tamu. Wajah kesalnya diseting seramah mungkin."Assalamualaikum " Azkio mengucapkan salam dengan senyum mengembang sebagai tanda menyambut teman lama."Waalaikumsalam. Ya, Allah ... Kio!" Si tamu berseru. Kemudian mereka saling salaman dan pelukan. "Oya, kenalan ini istri saya.""Arfan." Si tamu mengulurkan tangan."Yuki Kato," balas Zivanka hendak menyambut uluran tangan tersebut, tetapi, Azkio lebih dulu menepisnya."Bukan mahram." "Eh, iya." "Istri kamu ternyata senang bercanda, ya?""Iya, Zivanka emang seperti itu.""Oh, namanya Zivanka. Nama yang bagus," puji Arfan basa-basi.Zivanka sendiri malah tersipu dan kecentilan."Iya, ka
Hari ini hari kelahiran Fatimah. Ia tidak pernah mengadakan perayaan karena memang bukan budaya Islam. Namun, sebagai bentuk cinta dan perhatian, anak panti selalu mengadakan syukuran kecil-kecilan. Mereka akan bekerja sama membuat nasi kuning serta siapkan sebuah kado. Kado kali ini khusus disponsori oleh Azkio dan Zivanka.Maka dari itu, Zivanka hari ini diantarkan ke panti asuhan. Sementara Azkio tetap masuk kerja walau katanya hanya akan sampai dzuhur.Fatimah senang sekali dengan kedatangan baby Zi. Bayi gemoy nan menggemaskan tersebut terus digendongnya. Karena anak sangat anteng juga nyaman bersama sang nenek, Zivanka memutuskan untuk bergabung saja dengan anak panti. Kini semua anak panti sudah akrab dengannya. Terlebih setelah mengetahui perbuatan Lily yang sampai kerjasama dengan Putra. Sejak kejadian itu, mereka kecewa berat dan berhenti mengagumi. Kebaikan Lily sekian lama lenypap oleh keburukan yang beberapa saat. Begitulah manusia. Nila seti
MIB-40Otomatis langkah Azkio dan Zivanka terhenti. Mau tidak mau menoleh juga."Nggak salah, lu emang Zivanka!" seru si pria girang.Zivanka cengar-cengir tak tahu harus menanggapi bagaimana. Sementara dalam hati tak berhenti merutuki."Anda kenal dengan istri saya?" "Oh, kenal banget malah."Azkio sampai mengerutkan kedua ujung alis seraya penuh praduga serta selidik. Kira-kira kenal sejauh mana pria di depannya."Honey, udahlah, yuk kita pergi," ajak Zivanka menarik lengan suaminya.Si pria cukup mengerti kenapa wanita yang diidolakannya selama ini sampai berusaha menghindar. Mungkin takut suami mengira yang tidak-tidak. Akan tetapi, karena sudah terlanjur bertemu, ia tetap tak ingin lewatkan kesempatan untuk menyapa. Bertanya kabar juga termasuk yang paling ingin ditanyakan."Wah, keren lu! Nggak nyangka banget gue bisa ketemu. Pangling sumpah! Cakep." Si pria geleng-geleng kepala saking takjub mel
Dari hari ke hari rutinitas masih sama. Selama 24 jam tidak ada kisah baru. Sebagai ibu rumah tangga yang full di rumah, kadang Zivanka berada di titik jenuh. Azkio tidak pernah melarang ia untuk main keluar, jalan-jalan atau berbelanja. Kebetulan keadaan mereka secara finansial sudah jauh lebih baik. Terlebih Baskara membayar gaji lebih dari seharusnya. Zivanka seolah jadi tergantung kepada suami.Kemanapun selalu ingin ditemani. Jika tidak bisa pergi bersama lebih baik ia membatalkan.Semua kebosanan Zivanka pun dibayar lunas oleh kepulangan suami dari kerjanya. Sapaan hangat, belaian mesra, serta perhatian intens tak pernah absen. Meski bukan berarti mereka tidak pernah bertengkar. Sering malahan. Hal-hal sepele yang selalu jadi pencetusnya. Akan tetapi, pertengkaran mereka hanya sebatas Azkio mendiamkan dan Zivanka mengomel.Selang beberapa menit, keadaan akan kembali mencair. Saling memaafkan juga merindu.Seperti pagi ini, aktifitas dimulai oleh Azkio