Wanita berhijab itu muncul dari pintu, Heri dapat melihat dengan jelas jika wanita itu Aisyah saat ia menunduk mengambil bolpoinnya yang terjatuh.Dengan tas sedikit besar ia tenteng."Aisyah!!?"Ia memperjelas penglihatannya. Dan benar, ia tidak salah lihat. Wanita itu memang Aisyah. Mantan istri Bosnya.Terlihat wanita itu akan turun dari lantai yang lain di seberang sana. Ia tahu itu tangga khusus.Gegas, karena takut kehilangan jejak buru-buru ia pergi dan turun ke lantai satu. Tidak perduli pada pramusaji yang sedikit meneriakinya diatas sana."Lagi pula, restoran ini gak akan bangkrut, jika aku tidak jadi pesan Air es itu!!" sungutnya, tergopoh-gopoh mengejar Aisyah yang sedikit lebih jauh darinya.Sampai pintu utama ia dihadang wanita pramusaji yang sama. "Tunggu!! Ada yang mencurigakan dari Anda!!" tebaknya."Apa sih, Mbak." Heri tidak bisa lepas dari wanita ini sebelum ia menyingkirkan tubuhnya.Satu ide muncul. "Eh, Mbak. Lipstik mbaknya kelebaran tuh, kelewat batas! Coba b
Adam memicingkan sebelah matanya. "Sudahlah Exel, mulai saat ini kau akan tinggal di sini, jangan bantah perintahku!!" titahnya memaksa."Tidak Om, kasihan Mama tinggal sendiri dirumah, jika ada sesuatu terhadap Mama, Exel akan sangat menyesal!!" tolaknya seakan ia sudah dewasa saja mengatakan itu.Adam merasa yakin, jika Exel benar darah dagingnya. Ia memiliki sifat, sikap dan ketegasan seperti dirinya. Wajah pun terlihat sangat mencolok. Apa lagi yang di ragukan?'Heri benar, Exel memang anakku!! Aku dapat merasakannya!!' batin Adam dalam hati.Ia harus menurunkan emosionalnya agar pria kecil itu bisa rileks saat bersamanya. Ia tidak boleh ketakutan, karena sikapnya yang keras bisa membuatnya lari dari Adam."Mulai saat ini lupakan Aisyah!! Anggap Aisyah tidak pernah ada!!" titahnya ringan seperti sedang memukul nyamuk."Apakah Om perlu di bawa ke psikiater?? Mudah sekali Anda bicara??! Sepertinya Anda tidak dibesarkan oleh seorang ibu, hingga dengan mudahnya Om berkata demikian!!"
"Mas Adam??!" Seketika jantungnya berdetak kencang melihat tatapan Adam yang tidak pernah berubah itu. Tajam, bagai mata elang."Assalamualaikum, Mas ..." Ingin menetralkan deru nafasnya yang mulai tidak teratur dengan ucapan salam.Seperti sebelumnya, pria itu tidak pernah membalas salam yang diucapkan Aisyah padanya. Tidak membuat wanita itu terkejut sedikitpun. Karena kebiasaan itu sudah mendarah daging pada satu keluarganya.Tubuh kekarnya malah menghalangi Aisyah untuk menerobos masuk, satu tangan memegang pintu, tangan yang lain diletakkan di pinggang dengan menunjukkan wajah culasnya."Cih!! Berani benar kamu datang ke sini?? Memang siapa yang mengundangmu? Hem??!" Bibirnya dimiringkan, dengan tatapan tajamnya."Maaf Mas, aku tidak mau beradu mulut dengan mu!! Aku tahu kau menyembunyikan Exel disini?!" Ucapnya to the point."... Cih!! Maaf Aisyah, permintaanmu aku tolak!!" Aisyah yang tidak takut—kali ini berniat menerobos masuk kedalam. Dengan cepat tangan kekar Adam mendoro
"Ya Mas, Exel adalah darah dagingmu!! Puas sekarang?? Tapi jangan harap jika aku akan menyerahkan Exel padamu, Mas!! Tidak akan aku biarkan kalian mencelakai anakku!!" bentaknya mencoba tegas dan berani.Adam menurunkan dua tangan itu, dan berjalan mundur. Ia mengulas senyum lebar. Entah Aisyah kali ini tidak dapat mengartikannya.Aisyah kembali mendobrak pintu itu, dan berteriak nama Exel. "Exel??! Kamu baik-baik saja 'kan di dalam, Nak??" tanya Aisyah panik. Sedari tadi pria mungil itu tidak bersuara."Mas Adam!! Apa yang sebenarnya kalian lakukan pada Exel, Hah!??" "Cih, kamu tidak perlu menuduh macam-macam. Dia putraku, aku tidak mungkin melukainya. Pikir pakai otak Aisyah!! Oh ... Aku lupa, otakmu sudah penuh dengan uang!!" "Ucapanmu dari dulu sampai sekarang tidak pernah berubah, selalu berkata buruk terhadapku. Sudahlah, cepat buka pintunya, aku khawatir terjadi sesuatu pada Exel!" Aisyah menggoyang lengan Adam, meminta keinginannya di kabulkan.Karena penasaran Adam mengamb
Tubuh sang perawat bergetar hebat, tatkala mendapatkan serangan dari mulut Adam."Keluar kau!!" sentak-nya kembali. Wajahnya sudah pucat, mendapati kemarahan pemilik rumah sakit. Aisyah yang berada disampingnya, memukul lengan Adam pelan. "Kamu tidak perlu memecatnya seperti itu! Berikan dia kesempatan kedua untuk memperbaiki kesalahannya.""Tidak! Seharusnya, jika niat bekerja, ia harus bisa bekerja dengan baik."Perawat yang lain, segera menangani Exel segera. Adam dan Aisyah menunggu di luar. Keduanya menunggu di depan ruangan, duduk bersebelahan di kursi tunggu pasien. "Ku lihat kau sama sekali tidak cemas ya, anak sakit tapi wajah mu biasa-biasa saja!" ucap Adam menggugurkan keheningan.Aisyah membeliak panik, "Kau tidak mengerti ya sedari tadi aku berdoa agar tidak terjadi apapun pada Exel!" sungut Aisyah merasa tidak terima."Bohong!! Tidak ada kerutan di wajahmu menunjukkan kebenaran ucapanmu Aisyah!! Aku tidak setuju, jika nanti saat Exel sudah sembuh, tinggal bersamamu.
Heri melihat keadaan temannya tidak tega, ia melihat banyak luka di sekujur tubuhnya. Darah kering dan segar bercampur, belum lagi kondisi pakaian yang rusak. Keduanya menunggu di depan ruangan UGD. Dengan saling bertatapan untuk mengetahui apa sebenarnya yang terjadi padanya setelah beberapa hari tidak menunjukkan batang hidungnya.Pada saat-saat tertentu saja jiwa pahlawan Adam terlihat, namun kebanyakan ia cuek dan tidak perduli.Mengingat Henri dan Heri telah bekerja bersamanya bertahun-tahun."Apa ada seseorang yang mencelakakan Henri, ya Bos??!" Heri memecah keheningan."Kau tanya aku, lalu aku tanya siapa?? Shitt!! Konyol kau ini!!" Adam teringat pada ucapan Henri sebelum ia pingsan. 'Ia mengatakan akan mengungkapkan satu hal. Apa ya??! Aku penasaran menunggu itu,' kata Adam dalam hati.Pikirannya dibuat pening karena kalimat yang diucapkan Henri terbata-bata itu. "Shitt!! Pekerjaan dokter-dokter disini memang sangat lamban!! Menangani satu orang saja membutuhkan waktu berm
Sementara di dalam kamar Henri sudah berdiri pria dengan penutup kepala, mengangkat sebuah bantal yang didapat dari alas kepala yang sengaja ditarik paksa."Ucapkan selamat tinggal pada dunia, Henri!" titahnya sebelum bantal itu akan menutup wajahnya.Brak!!"Hentikan!!"Teriak Heri dari ambang pintu yang baru di dobraknya. Ia berlari cepat dan menendang tubuh orang yang berdiri di sisi ranjang, hingga tubuhnya jatuh. Dan bantalnya terlempar."Kurang ajar!! Siapa kamu sebenarnya?? Apa motif kamu ingin menghabisi nyawa temanku??! Hah!!" Masih tidak terima ia menarik kerah kemejanya dan menghajarnya habis-habisan.Ia pun berhasil menarik penutup kelapa. "Ternyata kau seorang pria!! Kau pasti orang suruhan!! Katakan siapa yang menyuruhmu!!"Pria itu masih diam membisu. Hanya erangan sakit saja yang terdengar di telinga Heri. Membuatnya tidak sabar.Saat lengah—Heri pun terkena juga pukulan perlawanan yang lolos mengenai wajahnya.Baku hantam pun terjadi, namun dominan oleh Heri. Pria it
"KATAKAN! ATAU ——" ancam Adam."Baik, ampun!! Ampun!!" Karena merasa sangat kesakitan, pria itu mengangkat kedua tangannya.Ia tidak ingin mati mengenaskan di tangan Adam. Lekas ia berkata, "Baik!! Saya akan katakan." "Cepatlah!!" gertak Adam."Saya di suruh Mama Anda menghabisi Henri. Karena Henri adalah saksi semua kejahatannya——" ungkapnya membuat Adam terkejut.Seketika ia melepaskan kerah baju itu hingga ia kembali terkulai jatuh. "Mama??!" tanya Adam lagi, dengan menyatukan dua alisnya. Menatap pria yang masih menatapnya dengan ketakutan."Ya Tuan, Nyonya Maliana penyebab kerusakan hubungan rumah tangga Anda——" sedikit ragu-ragu pria itu menjelaskan."Jelaskan semua yang kau tahu!!! Jangan sampai ada sedikit informasi pun yang kau tutupi!!" lagi gertak Adam. Pria itu patuh. Entahlah kehidupan nya setelah ini. Ia sudah pasrah.Adam dan Heri mendengarkan dengan seksama penjelasan pria itu. Sementara Henri bersyukur, pria itu membantu menjelaskan semua. "Ya Tuan, Nyonya Maliana
Beberapa menit mereka habiskan di dalam cafe. Exel mulai suntuk harus berpura-pura menemani wanita itu. 'Sial. Kapan sih orang itu menyelesaikan tugasnya? Aku sudah tidak tahan lagi,' batin Exel. Selesai makan, ia meletakkan sendok dan pisau di atas plate. Mencoba melihat gawainya belum ada tanda pria suru itu menghubunginya. Beberapa saat kemudian terlihat empat pria bersergam lengkap datang bersama orang suruhan Exel. Exel menaikkan dua sudut bibirnya. "Akhirnya, mereka sampai juga."Ivanna menoleh kebelakang, terdengar suara sedikit mengusik telinganya. Saat mengetahui siapa yang datang, Ivanna gegas berdiri dengan perasan panik.Tidak memberi penjelasan, pria tersebut memborgol dua tangan Ivanna. Wanita itu berusaha melepaskan. "Tunggu!! Kalian mau bawa aku kemana? Kenapa kalian tidak memberiku penjelasan?" Ivanna berusaha melepaskan diri dari pria-pria tersebut. "Jelaskan nanti di kantor polisi, Nona!!!" Salah satu di antara mereka menjawab. Gadis itu melihat ke arah
'Aku akan buat perhitungan. Aku akan gagalkan rencana mereka,' batin Ivanna sambil berjalan, sesekali menatap mereka dengan tatapan bengis.Sementara malam itu Exel mengantarkan Anne pulang. Aisyah memaksa Exel untuk bertanggung jawab atas perbuatannya, membawa Anne ke rumah ini. Ia harus bisa bertanggung jawab atas anak orang, katanya.Kurang lebih tiga puluh menit mobil Exel akhirnya sampai pada gang rumahnya."Aku mau mampir, boleh gak?" goda Exel."Kau tahu sekarang uda malam banget, kelamaan di rumah kamu sih. Bukannya gak boleh, tapi tahulah aku tidak enakkan sama papa!""I-iya, aku tahu itu. Tapi kamu kan udah izin malam malam di rumahku. Papamu juga ga keberatan. Hih, gak bisa di ajak bercanda!! Ya sudah kamu cepat pulang. Aku tunggu kamu sampai masuk rumah mu!""Terlalu berlebih-lebihan. Lagi pula tinggal nyebrang aja kan? Sana kamu pergi! Terimakasih, ya sudah di antar!" Anne tersipu malu. Ia tidak bisa berlama-lama melihat wajah Exel."Ok!"Beberapa saat kemudian, pria itu
"Exel terserah Mama dan Papa saja.""Alhamdulillah ..."Sementara Anne, "????"'Benarkah yang aku dengar barusan? Terserah mereka? Dalam artian dia setuju dong?! Ah, kacau. Kenapa aku jadi pengen melepaskan senyuman ya. Tahan. Tahan Anne ... Kamu harus bisa menjaga image.'Terlihat pasangan suami isteri tersebut tersenyum bahagia. 'Wah ... Sepertinya aku akan menjadi menantu paling bahagia di keluarga ini.' Anne masih tidak berhenti bicara dalam batinnya.Ia melirik Exel yang duduk dengan tenangnya. Heran, bagaimana bisa ia setenang itu dalam pembahasan masalah masa depannya. Dasar! Pikir Anne. "Mama Aisyah dan Papa Adam akan datang ke rumah Anne besok malam."????Baik Exel maupun Anne terkejut. Mereka saling melihat satu sama lain. Dengan cepat Exel bertanya. "Ma, apa tidak terlalu terburu-buru? Kita bisa bicarakan ini pelan-pelan. Bukan begitu, Anne?!" Exel menatap tajam. Ia harus setuju dengan usulannya."Ya, itu benar. Sepertinya itu terlalu terburu-buru." Anne hanya bisa tersen
Sore itu, Aisyah gegas menyiapkan makan malamnya untuk calon menantu yang di damba sepanjang hari itu. Wajahnya yang berhari-hari terlihat sedih karena tidak dapat bertemu dengan Anne kembali, kini terlihat lebih ceria.Kesehatan Aisyah jauh lebih baik sekarang, semua berkat Anne. Assisten dapurnya membantu kesibukan Aisyah di sana.Dari luar terlihat Anne berjalan masuk, ia mengambil celemek yang tergantung di sebelah pintu dan memakainya. Seperti biasa senyum Aisyah mengembang sempurna."Boleh saya bantu??!" Wajah Anne yang ceria menawarkan diri."Kamu nanti lelah, kamu istirahat saja, Sayang. Kan kamu di rumah ini adalah tamu, jadi lebih baik Anne duduk manis sambil di temani secangkir kopi." Anne tersenyum melihat ucapan ibu Exel ini."Tidak boleh menolak pokoknya, heheh.""Ya sudah silahkan. Bisa masak juga memangnya?""Kalau masak yang mudah sih, bisa Nyonya."Aisyah menatap wajah Anne, lalu mengatakan, "Bisakah kamu panggil saya Mama Aisyah. Ibu rindu dengan Beyza, aku harap k
"Hey!! Kamu kenapa bengong? Aku antar kamu pulang. Biar mobilnya di bawa Supir!" Exel tiba-tiba mengagetkan. "Ah!! Tidak perlu. Kamu datang ke sini saja aku sudah berterima kasih banyak. Jika kamu tidak datang, entahlah nasib kami." Anne berusaha merendahkan diri."Eh, tapi. Kamu harus bayar mahal!!" Lanjutnya.Exel mengerutkan keningnya. "Apa yang kudu aku bayar?!""Itu tadi, kamu meluk aku! Memang aku wanita apaan?" "Sudahlah lupakan. Aku hanya ingin wanita gatal itu segera pergi dari kehidupanku. Maaf ya, gara-gara dia kamu hampir celaka."Kedua masuk dalam mobil Exel. Sementara mobil Anne di kemudian supirnya. Selama di dalam mobil..."Xel, selama aku kenal kamu, ternyata kamu tidak seburuk yang aku kira." Anne memulai percakapan setelah kuda bermesin Exel melaju pelan."Memang kaukira aku dulu sangat buruk menurut pandangan mu?!""Ya, saat kamu menabrak ku dulu, terus kau tidak mau tanggung jawab. Rasanya sesak sekali bisa bertemu dengan orang sepertimu, Xel!""Maaf, memang ak
[Halo, Papa!!] [Papa Gundul mu!!] Terdengar suara tidak asing. Bukan suara Abimanyu. Ia menjauhkan ponselnya dan melihat layar. Pikirnya mengarah ke arah sana, pria dingin itu. "ASTAGA!!" Anne segera menutup mulutnya. 'Aku salah telepon. Tapi udah terlanjur. Tidak ada waktu lagi. Ini emergency banget.' [Halo!! Ada apa? Apa tidak bisa sebentar saja kamu melupakanku, Hem?! Padahal jadwalnya nanti malam kau akan datang ke rumahku. Sekarang sudah menelpon saja. Dasar wanita tukang malu-maluin!] umpat Exel tanpa sensor. [Astaga. Sudah aku tidak ada waktu berdebat. Nanti malam kita lanjutkan debatnya. Xel, aku minta tolong. Sekarang aku dalam perjalanan pulang, saat ini aku sampai di jalan Permata Indah ——] [Terus?] [Dengarkan dulu kenapa, sih!! Di belakang mobilku ada mobil hitam yang mengikuti ku dari tadi. Aku takut itu penjahat, Xel. Aku tidak mau mati muda gara-gara preman.] [Kenapa harus takut? Lawan saja. Mereka juga manusia. Sama seperti mu!] [Kalau mereka membawa s
Pria itu bergegas keluar sampai di ambang pintu, ia menoleh kembali. Ternyata wanita itu masih memperhatikannya. 'Dasar!!'Dalam batinnya mengatakan dengan percaya diri, 'Aku tidak mengira jika kau putri dari Tuan Abimanyu, Ann. Ah ... apakah Tuhan ingin mendekatkan kita berdua dalam satu hubungan?!' Exel menggeleng kepala. Dan cepat pergi dari ruangan itu.Sementara Anne bergeming entah dalam berapa waktu lamanya. Menatap kepergian Exel, sampai pria itu tidak terlihat lagi punggungnya, masih saja melihat ke arah pintu.Tanpa sadar, Anne masuk dalam dunia perhaluan. Ia membayangkan pria itu telah menjadi kekasihnya. Mereka memadu kasih, duduk di sebuah taman menatap langit yang biru. Exel memegang tangannya pelan sembari di usap penuh cinta. Keduanya saling bertatap muka. Melihat sepasang manik mata yang memiliki arti yang dalam.Sudut bibir mulai mengembang sempurna. Ah, betapa bahagianya hari ini. Memang benar pepatah mengatakan, jika dua insan manusia sedang di landa cinta, maka
Anne mendadak salah tingkah. Sampai mengumpat pada dirinya sendiri. 'Ish!! Anne!! Lihatlah, tidak ada yang special dari wajah pria dingin ini. Kenapa aku jadi salting gini sih?!"Tanpa sadar, Anne memperhatikan wajahnya beberapa saat. Sampai Exel memergokinya. "Eh, ternyata diam-diam mencuri pandang wajahku, ya!? Benar dan tidak salah sih, karena wajahku ini kegantengannya seperti ombak di laut. Kuat dan dapat menghanyutkan. Banyak wanita yang mengantri untuk menjadi kekasihku, Ann."Cih!!Anne tertawa sinis. "Aduh, sudah buang jauh-jauh pembahasan Anda ini. Sesungguhnya, aku sedikit mual. Dan siapa juga yang sedang antri?? Perasaan sejauh ini cuma si Ivanna." Tetap menjaga konsentrasinya menggarap pekerjaan yang berada di berkas file laptopnya."Halah ... kenapa sih jadi wanita sombong banget. Tinggal mengakui saja, apa salahnya!!" Exel menjulur meletakkan tangannya di atas telapak tangan Anne. Wajah wanita itu makin pucat saja dibuatnya."Kamu itu sedang apa?! Begini yang benar itu
Pagi itu, sesuai dengan kesepakatan, Exel datang ke perusahaan besar Abimanyu. Manager Abi telah menunggu kedatangannya. Setelah Exel datang, ia dan beberapa pegawai lain, mendampingi menuju ruangan Anne."Silahkan, Pak Exel. Kami sudah menantikan kedatangan tamu kehormatan seperti Anda kemari." Ia menyapa dengan senyumnya yang mengembang."Anda terlalu membesar-besarkan, Pak. Terimakasih sambutannya." Exel menunduk kepala sebagai salam hormat.Banyak mata nakal terutama pegawai Abi yang ganjen, memperhatikan Exel berjalan melewatinya. "St St!! Siapa itu yang baru lewat? Tampan banget." Salah satunya nyeletuk. "Jangan bicara macam-macam ya, itu rekan kerja Pak Abimanyu!!" "Oh, aduh. Semoga tidak ada yang melaporkan mulutku yang celamitan ini.""Semoga saja.""Tampan sekali sih, duh. Kok aku jadi membayangkan Ibu Anne dan orang ini berjodoh, ya?!" Salah satu dari mereka nyeletuk.Beberapa saat mereka membenarkan. "Ya, kamu benar. Cocok banget. Tampan rupawan dan cantik. Ah ... apal