Lepas pukul dua dini hari—Adam belum merasakan kantuknya datang. Masih setia duduk dikursi sisi ranjang Aisyah terbaring.Menunggunya dengan sedikit bersabar. Sesekali mengecek dan membenarkan peralatan medis yang sekiranya tidak bekerja dengan baik. Sedikit banyak Adam paham tentang itu.Pada jam-jam ini, h anya ada perawat jaga yang dirasa tidak bisa melakukan tindakan lebih. Dokter spesialis pun akan datang besok pagi. Sementara Aisyah hanya dalam penanganan sementara waktu."Sudah beberapa waktu lamanya aku menunggu, harusnya wanita ini sudah sadar. Kenapa sampai detik ini dia masih menutup matanya? Kamu terlalu merepotkan diriku ..."Henri maupun Heri telah menawarkan Adam kesekian kali—untuk beristirahat pulang, namun Adam menolaknya. Terpaksa mereka menuruti, dan membantu berjaga saja didepan ruangan.Pria itu menatap wajah Aisyah lekat, ada perasaan bersalah padanya. Entah apa yang terjadi terhadapnya saat melihat wajah ayu itu terluka, maka jauh dalam lubuk hatinya juga iku
Sebenarnya ada tempat khusus Adam beristirahat dengan nyaman, diujung ruangan VVIP. Namun ia masih ingin menjaga wanita itu pada jarak yang jauh darinya.Sinar matahari mampu menerobos melalui ventilasi dan jendela. Menyorot langsung kearah wajahnya, hingga silaunya membuat terkesiap. Ruangan yang terpasang AC, seakan tidak terasa dingin lagi seperti saat—sebelum pagi menjelang.Ia mengerjap-kan beberapa kali dua netranya, hingga keduanya melek lebar. Ditambah suara seorang perawat datang mengejutkan."Permisi, selamat pagi, Tuan ... Maaf, apakah pasien yang bernama Aisyah sedang berada di toilet?" tanya perawat wanita yang mengenakan seragam dinas bercorak batik hijau, dengan hijab cantik seperti Aisyah, karena saat akan memeriksa, terlihat ranjang pasien kosong.'Wanita itu mirip sekali dengan Aisyah. Tapi ... Masih cantik Aisyah menurutku.'Tidak ia lihat, jika Aisyah itu tidak ada didalam kamarnya. Meninggalkan selang infus dan peralatan medis lainnya diatas selimut. Dengan posis
"Sabar ... Tuan ..." perawat itu tahu bagaimana kesalnya Adam karena kejadian ini.Pria yang membawa Aisyah tidak terlihat lagi setelah masuk ke dalam lift eksekutif. Petugas tidak lagi mendapatkan rekaman lain setelah itu. "Kerja kalian apa?? Aku bayar mahal untuk runahn VIP ini, untuk menjaga keselamatan Aisyah. Tapi apa? Rumah sakit ini tidak becus!! Aku bisa saja menghentikan praktek kerja rumah sakit ini sekarang, jika Aisyah tidak segera ditemukan!!" ucapnya kesal. Tidak sehari pun Adam menunjukkan sisi baiknya pada orang lain.Wajah Adam tercetak keras dan arogan, dingin dan kaku. Tidak banyak wanita yang mengincarnya, memilih mundur.....Kejadian setelah Adam tertidur di kursi tunggu pasien.Tepat pada pukul 03. 15 ..."Hen ... Aku ngantuk sekali," ucap Heri sembari menutup mulut karna beberapa kali menguap. "Boleh gak aku tidur beberapa saat?! Pak Bos juga sedang tidur, sekitar pukul 05.00 kamu bangunkan aku, ya." imbuhnya."Ya sudah, tidurlah!!""Tapi berjanjilah untuk t
"Nyonya ... Tolong baca dan lihat ..." Henri mendekatkan ponsel dihadapannya. Setelah beberapa saat, Aisyah terdiam. Menelan saliva dengan susah, sembari mengucapkan Istighfar berulang kali."Siapa yang mengirim?? Apa Mas Adam??" Dua alisnya meninggi."Bukan, Nyonya. Tuan Adam saat ini tengah tertidur dikursi depan menunggu Anda." Henri menjawabnya dengan gelisah.' Mas Adam menungguku? Aku kira dia sudah pergi. Aku tidak tahu, sebenarnya bagaimana perasaannya padaku? Satu sisi, dia kejam bagai iblis dan di sisi lain masih memperdulikan ku. Sungguh aku tiada bisa menerka isi hatinya.' Aisyah menghembuskan nafas halus memikirkan itu.Aisyah mengerutkan kening, otaknya sedang berpikir, siapa sebenarnya yang mengirim pesan chat itu pada Henri. 'Orang yang tidak suka Adam berdekatan denganku hanya Nyonya Maliana dan Jenny. Apa mereka salah satunya?? Atau mereka berdua membuat persekongkolan itu?? Astaghfirullah Aisyah ... Tolong jangan berburuk sangka dulu, bisa saja bukan mereka pelaku
"Sekarang saya sudah bersama Anda, jadi tolong jangan sampai Anda menyakiti istri Mas Henri," pinta Aisyah, sorot matanya melihat kearah wanita yang duduk dikursi depan samping kemudi."Haha ... Kamu tidak perlu khawatir, aku bukan wanita pembual dan tidak pernah ingkar janji," jawabnya tegas, belum terlihat wajahnya oleh Aisyah. Dari suaranya terdengar familiar, dan Aisyah sudah tahu siapa wanita itu sebenarnya.Saat wanita itu menoleh ke belakang, terlihat jelas lah wajah dibalik semua ini, tidak lain adalah : Nyonya Maliana.Ia memicingkan sebelah mata, dengan senyum menyeringai. Sungguh tatapannya memberikan sebuah arti tentang kebencian pada Aisyah.Jika hubungan mereka jelas, seharusnya Aisyah memanggilnya dengan sebutan Mama mertua. Namun jalan kisah hidupnya berbeda. Sebagai wanita buangan, ia ditakdirkan untuk menjalani hidup yang rumit. Dari semasa kecil, ia sudah dibuang ke panti asuhan, bekerja keras dan menjalin hubungan dengan Dewa, beragam hinaan dan cacian yang dida
"Lihatlah!! Hasil pemeriksaan-mu telah keluar!! Aku sudah mencurinya tanpa sepengetahuan Adam dan anak buahnya," Ucapnya dengan deru nafas sengal.Malam itu ...Sebuah pesan chat dikirimkan ke nomer Henri.[APAKAH AISYAH SUDAH KAU SINGKIRKAN DARI KEHIDUPAN ADAM??][Maaf Nyonya ... Belum.] Henri bergetar saat wanita itu memberi sebuah pesan. berkali-kali wanita itu mengirim pesan untuk Henri, agar segera membawanya pergi jauh dari Adam. Jika memungkinkan, ia ingin Henri membunuhnya.Tapi sayang, Henri tidak dapat melakukan hal itu karena akan bekerja jujur untuk bosnya.[OKE, FINE. JIKA KAU TIDAK BISA MELAKUKANNYA, AKU INGIN KAU BERI INFORMASI SAJA TENTANG WANITA ITU! JADILAH MATA-MATA KU!!][Tapi...][ANAK BUAHKU BERADA DI RUMAHMU, AKU BISA MEMBUNUH ISTRI MU SEKARANG, JIKA KAU MEMBANTAHKU!!][Baiklah ..."] Karena keterpaksaan yang membuat Henri melakukan ini.Segala informasi mengenai Adam dan Aisyah di informasikan padanya. Dari Aisyah tinggal di hotel, sampai Aisyah dibawa kerumah
Ampuni hamba Ya Rabb-ku ...'"Sudah lelah berbicara?? Hah ??" Maliana melihat wanita itu dari kaca spion terlihat pucat, dan beberapa saat kemudian wanita itu tak sadarkan diri.*****Di RS. Anwar Medika...Adam masih dalam luapan amarahnya hingga beberapa layar LED di ruangan cctv tersebut rusak di banting karena kesalnya. Hanya meninggalkan beberapa saja."Shitt!! Kalian harus aku beri hukuman yang setimpal!!Sekarang bagaimana nasib Aisyah? Tidak ada yang bisa menjamin keselamatannya?! Bagaimana jika wanita itu saat ini dalam keadaan bahaya??!" rombongan pertanyaan berputar diatas kepalanya.Karena pening, terpaksa ia terduduk di atas kursi putar. Ia mengacak rambutnya hingga berantakan."Tuan, apa tidak sebaiknya Tuan segera melaporkannya pada polisi??! Agar mereka bisa membantu dengan para anggotanya. Maka akan lebih cepat wanita itu ditemukan." Salah satu dokter yang baru saja datang memberi masukan.Adam terdiam dan berpikir sejenak, jika dia melaporkannya pada polisi, kasus ten
Bug!! Bug!! Bug!!Adam bertubi-tubi memukul wajah dan perut Heri hingga pria itu mengatakan kemana dia membawa Aisyah.Heri yang tidak tahu apapun, hanya dapat menjawab tidak tahu. Karena memang dia tidak mengetahui apapun tentang pria dalam video yang ditunjukkan Adam padanya.Bahkan Henri membantu memberi alasan, jika tidak hanya ada satu gelang saja, mungkin ini hanya ada faktor kebetulan."Tidak ada kebetulan!! Ini sudah di rencanakan!! Bahkan masker dan topi kau buang di tempat sampah, di ruang Aisyah. Kau melupakan sesuatu, yaitu gelang itu!!" sentak Adam tak kunjung hentinya memukuli Heri. Hingga tubuhnya tak mampu menopang, dan akhirnya terkapar ke tanah.Henri yang berdiri di depan mobil melihatnya dengan tidak tega. 'Maafkan aku Heri. Seharusnya aku tidak melakukan ini. Aku menghancurkan pertemanan kita demi melindungi diriku sendiri,' batin Henri.Di sisi lain ia sedang memikirkan keadaan istrinya. Apa benar Maliana bisa menepati janjinya? Dua hari ini Henri tidak pulang,
Beberapa menit mereka habiskan di dalam cafe. Exel mulai suntuk harus berpura-pura menemani wanita itu. 'Sial. Kapan sih orang itu menyelesaikan tugasnya? Aku sudah tidak tahan lagi,' batin Exel. Selesai makan, ia meletakkan sendok dan pisau di atas plate. Mencoba melihat gawainya belum ada tanda pria suru itu menghubunginya. Beberapa saat kemudian terlihat empat pria bersergam lengkap datang bersama orang suruhan Exel. Exel menaikkan dua sudut bibirnya. "Akhirnya, mereka sampai juga."Ivanna menoleh kebelakang, terdengar suara sedikit mengusik telinganya. Saat mengetahui siapa yang datang, Ivanna gegas berdiri dengan perasan panik.Tidak memberi penjelasan, pria tersebut memborgol dua tangan Ivanna. Wanita itu berusaha melepaskan. "Tunggu!! Kalian mau bawa aku kemana? Kenapa kalian tidak memberiku penjelasan?" Ivanna berusaha melepaskan diri dari pria-pria tersebut. "Jelaskan nanti di kantor polisi, Nona!!!" Salah satu di antara mereka menjawab. Gadis itu melihat ke arah
'Aku akan buat perhitungan. Aku akan gagalkan rencana mereka,' batin Ivanna sambil berjalan, sesekali menatap mereka dengan tatapan bengis.Sementara malam itu Exel mengantarkan Anne pulang. Aisyah memaksa Exel untuk bertanggung jawab atas perbuatannya, membawa Anne ke rumah ini. Ia harus bisa bertanggung jawab atas anak orang, katanya.Kurang lebih tiga puluh menit mobil Exel akhirnya sampai pada gang rumahnya."Aku mau mampir, boleh gak?" goda Exel."Kau tahu sekarang uda malam banget, kelamaan di rumah kamu sih. Bukannya gak boleh, tapi tahulah aku tidak enakkan sama papa!""I-iya, aku tahu itu. Tapi kamu kan udah izin malam malam di rumahku. Papamu juga ga keberatan. Hih, gak bisa di ajak bercanda!! Ya sudah kamu cepat pulang. Aku tunggu kamu sampai masuk rumah mu!""Terlalu berlebih-lebihan. Lagi pula tinggal nyebrang aja kan? Sana kamu pergi! Terimakasih, ya sudah di antar!" Anne tersipu malu. Ia tidak bisa berlama-lama melihat wajah Exel."Ok!"Beberapa saat kemudian, pria itu
"Exel terserah Mama dan Papa saja.""Alhamdulillah ..."Sementara Anne, "????"'Benarkah yang aku dengar barusan? Terserah mereka? Dalam artian dia setuju dong?! Ah, kacau. Kenapa aku jadi pengen melepaskan senyuman ya. Tahan. Tahan Anne ... Kamu harus bisa menjaga image.'Terlihat pasangan suami isteri tersebut tersenyum bahagia. 'Wah ... Sepertinya aku akan menjadi menantu paling bahagia di keluarga ini.' Anne masih tidak berhenti bicara dalam batinnya.Ia melirik Exel yang duduk dengan tenangnya. Heran, bagaimana bisa ia setenang itu dalam pembahasan masalah masa depannya. Dasar! Pikir Anne. "Mama Aisyah dan Papa Adam akan datang ke rumah Anne besok malam."????Baik Exel maupun Anne terkejut. Mereka saling melihat satu sama lain. Dengan cepat Exel bertanya. "Ma, apa tidak terlalu terburu-buru? Kita bisa bicarakan ini pelan-pelan. Bukan begitu, Anne?!" Exel menatap tajam. Ia harus setuju dengan usulannya."Ya, itu benar. Sepertinya itu terlalu terburu-buru." Anne hanya bisa tersen
Sore itu, Aisyah gegas menyiapkan makan malamnya untuk calon menantu yang di damba sepanjang hari itu. Wajahnya yang berhari-hari terlihat sedih karena tidak dapat bertemu dengan Anne kembali, kini terlihat lebih ceria.Kesehatan Aisyah jauh lebih baik sekarang, semua berkat Anne. Assisten dapurnya membantu kesibukan Aisyah di sana.Dari luar terlihat Anne berjalan masuk, ia mengambil celemek yang tergantung di sebelah pintu dan memakainya. Seperti biasa senyum Aisyah mengembang sempurna."Boleh saya bantu??!" Wajah Anne yang ceria menawarkan diri."Kamu nanti lelah, kamu istirahat saja, Sayang. Kan kamu di rumah ini adalah tamu, jadi lebih baik Anne duduk manis sambil di temani secangkir kopi." Anne tersenyum melihat ucapan ibu Exel ini."Tidak boleh menolak pokoknya, heheh.""Ya sudah silahkan. Bisa masak juga memangnya?""Kalau masak yang mudah sih, bisa Nyonya."Aisyah menatap wajah Anne, lalu mengatakan, "Bisakah kamu panggil saya Mama Aisyah. Ibu rindu dengan Beyza, aku harap k
"Hey!! Kamu kenapa bengong? Aku antar kamu pulang. Biar mobilnya di bawa Supir!" Exel tiba-tiba mengagetkan. "Ah!! Tidak perlu. Kamu datang ke sini saja aku sudah berterima kasih banyak. Jika kamu tidak datang, entahlah nasib kami." Anne berusaha merendahkan diri."Eh, tapi. Kamu harus bayar mahal!!" Lanjutnya.Exel mengerutkan keningnya. "Apa yang kudu aku bayar?!""Itu tadi, kamu meluk aku! Memang aku wanita apaan?" "Sudahlah lupakan. Aku hanya ingin wanita gatal itu segera pergi dari kehidupanku. Maaf ya, gara-gara dia kamu hampir celaka."Kedua masuk dalam mobil Exel. Sementara mobil Anne di kemudian supirnya. Selama di dalam mobil..."Xel, selama aku kenal kamu, ternyata kamu tidak seburuk yang aku kira." Anne memulai percakapan setelah kuda bermesin Exel melaju pelan."Memang kaukira aku dulu sangat buruk menurut pandangan mu?!""Ya, saat kamu menabrak ku dulu, terus kau tidak mau tanggung jawab. Rasanya sesak sekali bisa bertemu dengan orang sepertimu, Xel!""Maaf, memang ak
[Halo, Papa!!] [Papa Gundul mu!!] Terdengar suara tidak asing. Bukan suara Abimanyu. Ia menjauhkan ponselnya dan melihat layar. Pikirnya mengarah ke arah sana, pria dingin itu. "ASTAGA!!" Anne segera menutup mulutnya. 'Aku salah telepon. Tapi udah terlanjur. Tidak ada waktu lagi. Ini emergency banget.' [Halo!! Ada apa? Apa tidak bisa sebentar saja kamu melupakanku, Hem?! Padahal jadwalnya nanti malam kau akan datang ke rumahku. Sekarang sudah menelpon saja. Dasar wanita tukang malu-maluin!] umpat Exel tanpa sensor. [Astaga. Sudah aku tidak ada waktu berdebat. Nanti malam kita lanjutkan debatnya. Xel, aku minta tolong. Sekarang aku dalam perjalanan pulang, saat ini aku sampai di jalan Permata Indah ——] [Terus?] [Dengarkan dulu kenapa, sih!! Di belakang mobilku ada mobil hitam yang mengikuti ku dari tadi. Aku takut itu penjahat, Xel. Aku tidak mau mati muda gara-gara preman.] [Kenapa harus takut? Lawan saja. Mereka juga manusia. Sama seperti mu!] [Kalau mereka membawa s
Pria itu bergegas keluar sampai di ambang pintu, ia menoleh kembali. Ternyata wanita itu masih memperhatikannya. 'Dasar!!'Dalam batinnya mengatakan dengan percaya diri, 'Aku tidak mengira jika kau putri dari Tuan Abimanyu, Ann. Ah ... apakah Tuhan ingin mendekatkan kita berdua dalam satu hubungan?!' Exel menggeleng kepala. Dan cepat pergi dari ruangan itu.Sementara Anne bergeming entah dalam berapa waktu lamanya. Menatap kepergian Exel, sampai pria itu tidak terlihat lagi punggungnya, masih saja melihat ke arah pintu.Tanpa sadar, Anne masuk dalam dunia perhaluan. Ia membayangkan pria itu telah menjadi kekasihnya. Mereka memadu kasih, duduk di sebuah taman menatap langit yang biru. Exel memegang tangannya pelan sembari di usap penuh cinta. Keduanya saling bertatap muka. Melihat sepasang manik mata yang memiliki arti yang dalam.Sudut bibir mulai mengembang sempurna. Ah, betapa bahagianya hari ini. Memang benar pepatah mengatakan, jika dua insan manusia sedang di landa cinta, maka
Anne mendadak salah tingkah. Sampai mengumpat pada dirinya sendiri. 'Ish!! Anne!! Lihatlah, tidak ada yang special dari wajah pria dingin ini. Kenapa aku jadi salting gini sih?!"Tanpa sadar, Anne memperhatikan wajahnya beberapa saat. Sampai Exel memergokinya. "Eh, ternyata diam-diam mencuri pandang wajahku, ya!? Benar dan tidak salah sih, karena wajahku ini kegantengannya seperti ombak di laut. Kuat dan dapat menghanyutkan. Banyak wanita yang mengantri untuk menjadi kekasihku, Ann."Cih!!Anne tertawa sinis. "Aduh, sudah buang jauh-jauh pembahasan Anda ini. Sesungguhnya, aku sedikit mual. Dan siapa juga yang sedang antri?? Perasaan sejauh ini cuma si Ivanna." Tetap menjaga konsentrasinya menggarap pekerjaan yang berada di berkas file laptopnya."Halah ... kenapa sih jadi wanita sombong banget. Tinggal mengakui saja, apa salahnya!!" Exel menjulur meletakkan tangannya di atas telapak tangan Anne. Wajah wanita itu makin pucat saja dibuatnya."Kamu itu sedang apa?! Begini yang benar itu
Pagi itu, sesuai dengan kesepakatan, Exel datang ke perusahaan besar Abimanyu. Manager Abi telah menunggu kedatangannya. Setelah Exel datang, ia dan beberapa pegawai lain, mendampingi menuju ruangan Anne."Silahkan, Pak Exel. Kami sudah menantikan kedatangan tamu kehormatan seperti Anda kemari." Ia menyapa dengan senyumnya yang mengembang."Anda terlalu membesar-besarkan, Pak. Terimakasih sambutannya." Exel menunduk kepala sebagai salam hormat.Banyak mata nakal terutama pegawai Abi yang ganjen, memperhatikan Exel berjalan melewatinya. "St St!! Siapa itu yang baru lewat? Tampan banget." Salah satunya nyeletuk. "Jangan bicara macam-macam ya, itu rekan kerja Pak Abimanyu!!" "Oh, aduh. Semoga tidak ada yang melaporkan mulutku yang celamitan ini.""Semoga saja.""Tampan sekali sih, duh. Kok aku jadi membayangkan Ibu Anne dan orang ini berjodoh, ya?!" Salah satu dari mereka nyeletuk.Beberapa saat mereka membenarkan. "Ya, kamu benar. Cocok banget. Tampan rupawan dan cantik. Ah ... apal