Keesokan harinya ..."Za, kamu tidak apa-apa jika aku tinggal?? Ada urusan bisnis yang tidak dapat diwakilkan. Aku sudah lama mengulur waktu untuk pekerjaan ini." Wajah Exel terlihat resah.Wajah Beyza yang manis membuat Exel tidak tega meninggalkannya. Meski semalaman ia telah menemani wanita itu.Lamat-lamat Exel perhatikan wajah Beyza yang ayu. Ia bergeming beberapa saat. Memuji kecantikan Beyza nan alami. 'Aku baru menyadari jika wanita itu sangat cantik. Meski tanpa polesan makeup pun, kecantikannya sudah terpancar.' Tanpa sengaja ia mengatakannya dalam batin.Baru sadar, telah terbuai dalam dunia yang ia ciptakan sendiri untuk Beyza. 'Astaga ... apa yang aku katakan??!' Exel mencoba memutar ulang rekaman dari hasil bicaranya."Tidak perlu memikirkan saya, Tuan. Saya akan senantiasa baik-baik saja. Semoga pekerjaan Anda menuai keberhasilan!" Cih!! "Sok kuat!!"Pria dengan rahang kokoh itu melenggang pergi. Memerintahkan dua penjaga bekerja extra untuk melindungi Beyza."Selamat
Belinda melirik ke belakang pada satu orang untuk masuk kedalam ruangan. Pria bertubuh tinggi memakai masker dan mengenakan seragam dokter.Dengan cepat pria itu masuk ke dalam ruangan Beyza. Berjalan santai seperti seorang dokter profesional."Permisi Nona.""Silahkan dokter. Baru saya ingin menghubungi dokter untuk segera merawat luka ini kembali, ternyata dokter lebih dahulu datang." Beyza mengeluhkan kakinya yang terasa nyeri. Terlihat darah merembes membuat warna perban putih menjadi merah."Dokter!! Tolong jahitan di luka kaki saya sepertinya kembali terbuka.""Baik Nona. Akan segera saya tangani. Maaf, saya akan memberi Anda suntikan pereda rasa nyeri." Terlihat ia sibuk dengan benda tajam dalam tangannya. Ada yang janggal, Beyza belum pernah melihat dokter ini sebelumnya. Datang melewati pintu hanya membawa stetoskop dan sebuah suntikan yang baru diambilnya dari dalam saku kemeja."Apakah Anda dokter baru?! Karena sebelumnya, dokter yang menangani saya bukan, Anda."Pria itu
Salah satu pria anak buah Exel telah memanggil dokter semula yang menangani Beyza."Dokter, cepat tangani kembali luka Nona Beyza. Keadaannya buruk!! Luka di kakinya kembali mengeluarkan darah. Sepertinya jahitannya lepas!!" Dokter memperhatikan perban itu. Dan menggelengkan kepala. " Bagaimana ini bisa terjadi? Padahal kami semua dokter pilihan Tuan Exel telah melakukan jahitan terbaik!!" Sementara Beyza meringis sakit. Tidak mengatakan apapun. "Nona, jelaskan pada kami, apa yang sebenarnya terjadi??!" Salah satu anak buah Exel bertanya dengan khawatir.Beyza tidak ingin membuat pengakuan apapun yang berkenaan dengan Belinda. Ia tidak bisa menghancurkan hati Aslan, seumpama Belinda dalam masalah.Dengan menekan dibawah lututnya untuk meredakan sakit yang tak tertahankan.'Ah ... sakit sekali!! Sepertinya Belinda menusukkan sesuatu terhadap bekas luka tembak ini!'"Ahhh!" Berulang kali Beyza menjerit sakit.Dokter segera memberikan suntikan pada saluran infusnya. "Maaf Nona, saya h
"Sebelumnya, saya minta maaf. Sepertinya saya tidak bisa ikut.""Ah ... jangan buat kami kecewa, karena Tuan Exel tidak hadir."'Kenapa pikiranku buruk mengenai Beyza??! Sementara aku merasa sungkan jika menolak undangannya. Toh undangan ini tidak di adakan setiap waktu.'Untuk menghormatinya, terpaksa Exel menerima tawaran-nya. "Ah ... baiklah. Saya menerima undangan Anda." Memaksa bibirnya untuk tersenyum lalu menunduk pelan."Saya akhiri meeting pagi ini. Semoga proyek yang segera digarap dapat berjalan dengan baik tanpa hambatan. Sekian dari saya, terimakasih."Exel selaku pemegang saham terbesar mewakili seluruh pebisnis yang hadir untuk membuka dan menutup meeting. Setelah acara selesai, seluruh pebisnis mengikuti Mr. Bryan selaku tuan rumah. Beberapa mobil seperti melakukan karakan, beriringan di bawah mobilnya. Selama di dalam mobil, Exel berniat menelpon dua anak buah yang menjaga Beyza. Namun sayang ... Exel di sibukkan dengan banyak panggilan.Sampai tak terasa mobil yang
Salah satu anggota polisi merampas ponselnya. "Maaf Tuan, kami tidak mengizinkan Anda menghubungi siapapun selama proses menuju penyidikan.""Apa tidak bisa, kalian beri aku waktu satu menit saja untuk menghubungi keluargaku?!"Polisi itu mengangkat satu tangannya, dalan isyarat tidak boleh. Kemudian ia menggeleng kepala perlahan."Shitt! Hari ini benar-benar buruk!!" umpatnya kesal.Sampai di kantor polisi, Exel di giring ke ruangannya. Disana salah satu anggota memberikan banyak pertanyaan seputar insiden terjadinya kematian wanita itu.Exel menjawab dengan apa adanya sesuai dengan apa yang dia tahu, entah selebihnya ia akan berusaha membuat polisi mempercayainya.Untuk sementara, Exel dan dua lainnya di tahan. Sampai bukti-bukti terkumpul. Dan hasil uji laboratorium rumah sakit' keluar."Maaf Tuan Exel, kami harus menahan Anda untuk sementara waktu.""Brengsek!!" umpatnya semakin kesal saja.*****Sementara di ruang operasi ...Anak buah Exel menunggu dengan cemas akan berjalannya
"Maaf!! Aku tidak dapat mentolerir!! Permisi!!"Pria itu melenggang pergi dengan meringkus jas yang tergeletak di kursi polisi, berlalu pergi tanpa melihat wajah mereka yang memelas.Saat menginjak pintu utama kantor polisi, ia berpapasan dengan Gerald. "Bagaimana kamu bisa ditahan?? Lihat di media masa seluruhnya meliput nama-mu!! Nama Exel menjadi tranding topik di saluran media bisnis dan pemberi informasi online maupun offline!" Gerald mencecarnya dengan banyak pertanyaan, sembari berjalan putar balik mengiringi langkah kaki Exel yang terlihat tergesa-gesa."Exel berhentilah saat Paman bicara!!" Gerald menahan lengan Exel, gak terpaksa kedua kaki pria berahang keras itu berhenti."Semua hanya kesalahpahaman. Aku sudah melaporkan kepada kepala polisi kota Berlin untuk meringkus mereka, mencopot jabatan mereka." Exel tidak lagi menunggu respon dari Gerald. Tetap melanjutkan langkahnya menuju mobil. "Oh ya, Paman satu lagi. Exel minta bantuan Paman untuk membersihkan nama Exel dari
"Lagi - lagi ... kenapa kopi ini tidak sesuai lidahku!! Apa kamu tidak bisa bekerja dengan baik!!? Menyeduh kopi saja kamu tidak becus!!" oloknya menatap wanita berseragam yang baru diterima bekerja disana, setelah satu Minggu ini memecat lima asisten rumah tangga secara berkala penyeduh kopi.Belum selesai ia memarahinya, anak buah suruhannya datang membawa sebuah laporan."Selamat pagi, Tuan Anderson." Pria itu berdiri menunduk."Katakanlah!! Aku tahu kau pasti datang membawakan informasi penting." Dengan pembawaan yang tenang, Anderson perlahan menyeruput kembali kopi yang di buat asisten rumah tangganya.Ia menggeleng kepala, ia melempar cangkir itu membuat kedua orang di belakang dan dihadapannya terkejut."Satu kesempatan untuk mu!! Buatkan kembali kopi dengan takaran yang pas!!" titahnya pada asisten rumah tangga yang sudah pucat pasi."Baik, Tuan.""Kenapa kau diam saja??! Berikan aku informasi yang kau dapatkan hari ini!! Apakah tentang Beyza?!"Pria Itu mengangguk pelan. "Ben
Terdengar suara pintu terbuka. Anak buah Exel datang untuk menghadap."Dokter menunggu Anda di ruangannya, Tuan.""Ya, aku akan kesana setelah ini." Exel belum beranjak dari tempatnya berdiri. Bola mata birunya menatap wajah Beyza.Beyza tidak tahu apa yang dipikirkan pria itu. "Kenapa Anda sangat perhatian terhadap saya, Tuan?!" tanya Beyza menatap wajahnya."Sudah aku bilang kamu jangan terlalu percaya diri!!" Exel menatap wajahnya dengan malas. Ia bukan tipe pria romantis. Mana bisa ia menunjukkan perhatian lebih terhadap wanita itu.Sekedar hanya melindungi dia saja. Itu pun amanat dari Paman Gerald. 'Ayolah Exel ... kamu hanya menutup diri. Yakinlah pada hatimu, jika kamu memiliki perasaan lebih terhadapnya.' ucapnya pada dirinya sendiri."Shitt!!" "Kenapa, Tuan??!"'Sudah gak waras aku!! Bisa-bisanya mengumpat terdengar Beyza.'"Beyza ... kenapa kamu tidak bisa katakan dengan jujur, siapa yang mencelakai mu?! Kau tidak perlu takut. Aku ada disamping mu—"Beyza bergeming bebera
Beberapa menit mereka habiskan di dalam cafe. Exel mulai suntuk harus berpura-pura menemani wanita itu. 'Sial. Kapan sih orang itu menyelesaikan tugasnya? Aku sudah tidak tahan lagi,' batin Exel. Selesai makan, ia meletakkan sendok dan pisau di atas plate. Mencoba melihat gawainya belum ada tanda pria suru itu menghubunginya. Beberapa saat kemudian terlihat empat pria bersergam lengkap datang bersama orang suruhan Exel. Exel menaikkan dua sudut bibirnya. "Akhirnya, mereka sampai juga."Ivanna menoleh kebelakang, terdengar suara sedikit mengusik telinganya. Saat mengetahui siapa yang datang, Ivanna gegas berdiri dengan perasan panik.Tidak memberi penjelasan, pria tersebut memborgol dua tangan Ivanna. Wanita itu berusaha melepaskan. "Tunggu!! Kalian mau bawa aku kemana? Kenapa kalian tidak memberiku penjelasan?" Ivanna berusaha melepaskan diri dari pria-pria tersebut. "Jelaskan nanti di kantor polisi, Nona!!!" Salah satu di antara mereka menjawab. Gadis itu melihat ke arah
'Aku akan buat perhitungan. Aku akan gagalkan rencana mereka,' batin Ivanna sambil berjalan, sesekali menatap mereka dengan tatapan bengis.Sementara malam itu Exel mengantarkan Anne pulang. Aisyah memaksa Exel untuk bertanggung jawab atas perbuatannya, membawa Anne ke rumah ini. Ia harus bisa bertanggung jawab atas anak orang, katanya.Kurang lebih tiga puluh menit mobil Exel akhirnya sampai pada gang rumahnya."Aku mau mampir, boleh gak?" goda Exel."Kau tahu sekarang uda malam banget, kelamaan di rumah kamu sih. Bukannya gak boleh, tapi tahulah aku tidak enakkan sama papa!""I-iya, aku tahu itu. Tapi kamu kan udah izin malam malam di rumahku. Papamu juga ga keberatan. Hih, gak bisa di ajak bercanda!! Ya sudah kamu cepat pulang. Aku tunggu kamu sampai masuk rumah mu!""Terlalu berlebih-lebihan. Lagi pula tinggal nyebrang aja kan? Sana kamu pergi! Terimakasih, ya sudah di antar!" Anne tersipu malu. Ia tidak bisa berlama-lama melihat wajah Exel."Ok!"Beberapa saat kemudian, pria itu
"Exel terserah Mama dan Papa saja.""Alhamdulillah ..."Sementara Anne, "????"'Benarkah yang aku dengar barusan? Terserah mereka? Dalam artian dia setuju dong?! Ah, kacau. Kenapa aku jadi pengen melepaskan senyuman ya. Tahan. Tahan Anne ... Kamu harus bisa menjaga image.'Terlihat pasangan suami isteri tersebut tersenyum bahagia. 'Wah ... Sepertinya aku akan menjadi menantu paling bahagia di keluarga ini.' Anne masih tidak berhenti bicara dalam batinnya.Ia melirik Exel yang duduk dengan tenangnya. Heran, bagaimana bisa ia setenang itu dalam pembahasan masalah masa depannya. Dasar! Pikir Anne. "Mama Aisyah dan Papa Adam akan datang ke rumah Anne besok malam."????Baik Exel maupun Anne terkejut. Mereka saling melihat satu sama lain. Dengan cepat Exel bertanya. "Ma, apa tidak terlalu terburu-buru? Kita bisa bicarakan ini pelan-pelan. Bukan begitu, Anne?!" Exel menatap tajam. Ia harus setuju dengan usulannya."Ya, itu benar. Sepertinya itu terlalu terburu-buru." Anne hanya bisa tersen
Sore itu, Aisyah gegas menyiapkan makan malamnya untuk calon menantu yang di damba sepanjang hari itu. Wajahnya yang berhari-hari terlihat sedih karena tidak dapat bertemu dengan Anne kembali, kini terlihat lebih ceria.Kesehatan Aisyah jauh lebih baik sekarang, semua berkat Anne. Assisten dapurnya membantu kesibukan Aisyah di sana.Dari luar terlihat Anne berjalan masuk, ia mengambil celemek yang tergantung di sebelah pintu dan memakainya. Seperti biasa senyum Aisyah mengembang sempurna."Boleh saya bantu??!" Wajah Anne yang ceria menawarkan diri."Kamu nanti lelah, kamu istirahat saja, Sayang. Kan kamu di rumah ini adalah tamu, jadi lebih baik Anne duduk manis sambil di temani secangkir kopi." Anne tersenyum melihat ucapan ibu Exel ini."Tidak boleh menolak pokoknya, heheh.""Ya sudah silahkan. Bisa masak juga memangnya?""Kalau masak yang mudah sih, bisa Nyonya."Aisyah menatap wajah Anne, lalu mengatakan, "Bisakah kamu panggil saya Mama Aisyah. Ibu rindu dengan Beyza, aku harap k
"Hey!! Kamu kenapa bengong? Aku antar kamu pulang. Biar mobilnya di bawa Supir!" Exel tiba-tiba mengagetkan. "Ah!! Tidak perlu. Kamu datang ke sini saja aku sudah berterima kasih banyak. Jika kamu tidak datang, entahlah nasib kami." Anne berusaha merendahkan diri."Eh, tapi. Kamu harus bayar mahal!!" Lanjutnya.Exel mengerutkan keningnya. "Apa yang kudu aku bayar?!""Itu tadi, kamu meluk aku! Memang aku wanita apaan?" "Sudahlah lupakan. Aku hanya ingin wanita gatal itu segera pergi dari kehidupanku. Maaf ya, gara-gara dia kamu hampir celaka."Kedua masuk dalam mobil Exel. Sementara mobil Anne di kemudian supirnya. Selama di dalam mobil..."Xel, selama aku kenal kamu, ternyata kamu tidak seburuk yang aku kira." Anne memulai percakapan setelah kuda bermesin Exel melaju pelan."Memang kaukira aku dulu sangat buruk menurut pandangan mu?!""Ya, saat kamu menabrak ku dulu, terus kau tidak mau tanggung jawab. Rasanya sesak sekali bisa bertemu dengan orang sepertimu, Xel!""Maaf, memang ak
[Halo, Papa!!] [Papa Gundul mu!!] Terdengar suara tidak asing. Bukan suara Abimanyu. Ia menjauhkan ponselnya dan melihat layar. Pikirnya mengarah ke arah sana, pria dingin itu. "ASTAGA!!" Anne segera menutup mulutnya. 'Aku salah telepon. Tapi udah terlanjur. Tidak ada waktu lagi. Ini emergency banget.' [Halo!! Ada apa? Apa tidak bisa sebentar saja kamu melupakanku, Hem?! Padahal jadwalnya nanti malam kau akan datang ke rumahku. Sekarang sudah menelpon saja. Dasar wanita tukang malu-maluin!] umpat Exel tanpa sensor. [Astaga. Sudah aku tidak ada waktu berdebat. Nanti malam kita lanjutkan debatnya. Xel, aku minta tolong. Sekarang aku dalam perjalanan pulang, saat ini aku sampai di jalan Permata Indah ——] [Terus?] [Dengarkan dulu kenapa, sih!! Di belakang mobilku ada mobil hitam yang mengikuti ku dari tadi. Aku takut itu penjahat, Xel. Aku tidak mau mati muda gara-gara preman.] [Kenapa harus takut? Lawan saja. Mereka juga manusia. Sama seperti mu!] [Kalau mereka membawa s
Pria itu bergegas keluar sampai di ambang pintu, ia menoleh kembali. Ternyata wanita itu masih memperhatikannya. 'Dasar!!'Dalam batinnya mengatakan dengan percaya diri, 'Aku tidak mengira jika kau putri dari Tuan Abimanyu, Ann. Ah ... apakah Tuhan ingin mendekatkan kita berdua dalam satu hubungan?!' Exel menggeleng kepala. Dan cepat pergi dari ruangan itu.Sementara Anne bergeming entah dalam berapa waktu lamanya. Menatap kepergian Exel, sampai pria itu tidak terlihat lagi punggungnya, masih saja melihat ke arah pintu.Tanpa sadar, Anne masuk dalam dunia perhaluan. Ia membayangkan pria itu telah menjadi kekasihnya. Mereka memadu kasih, duduk di sebuah taman menatap langit yang biru. Exel memegang tangannya pelan sembari di usap penuh cinta. Keduanya saling bertatap muka. Melihat sepasang manik mata yang memiliki arti yang dalam.Sudut bibir mulai mengembang sempurna. Ah, betapa bahagianya hari ini. Memang benar pepatah mengatakan, jika dua insan manusia sedang di landa cinta, maka
Anne mendadak salah tingkah. Sampai mengumpat pada dirinya sendiri. 'Ish!! Anne!! Lihatlah, tidak ada yang special dari wajah pria dingin ini. Kenapa aku jadi salting gini sih?!"Tanpa sadar, Anne memperhatikan wajahnya beberapa saat. Sampai Exel memergokinya. "Eh, ternyata diam-diam mencuri pandang wajahku, ya!? Benar dan tidak salah sih, karena wajahku ini kegantengannya seperti ombak di laut. Kuat dan dapat menghanyutkan. Banyak wanita yang mengantri untuk menjadi kekasihku, Ann."Cih!!Anne tertawa sinis. "Aduh, sudah buang jauh-jauh pembahasan Anda ini. Sesungguhnya, aku sedikit mual. Dan siapa juga yang sedang antri?? Perasaan sejauh ini cuma si Ivanna." Tetap menjaga konsentrasinya menggarap pekerjaan yang berada di berkas file laptopnya."Halah ... kenapa sih jadi wanita sombong banget. Tinggal mengakui saja, apa salahnya!!" Exel menjulur meletakkan tangannya di atas telapak tangan Anne. Wajah wanita itu makin pucat saja dibuatnya."Kamu itu sedang apa?! Begini yang benar itu
Pagi itu, sesuai dengan kesepakatan, Exel datang ke perusahaan besar Abimanyu. Manager Abi telah menunggu kedatangannya. Setelah Exel datang, ia dan beberapa pegawai lain, mendampingi menuju ruangan Anne."Silahkan, Pak Exel. Kami sudah menantikan kedatangan tamu kehormatan seperti Anda kemari." Ia menyapa dengan senyumnya yang mengembang."Anda terlalu membesar-besarkan, Pak. Terimakasih sambutannya." Exel menunduk kepala sebagai salam hormat.Banyak mata nakal terutama pegawai Abi yang ganjen, memperhatikan Exel berjalan melewatinya. "St St!! Siapa itu yang baru lewat? Tampan banget." Salah satunya nyeletuk. "Jangan bicara macam-macam ya, itu rekan kerja Pak Abimanyu!!" "Oh, aduh. Semoga tidak ada yang melaporkan mulutku yang celamitan ini.""Semoga saja.""Tampan sekali sih, duh. Kok aku jadi membayangkan Ibu Anne dan orang ini berjodoh, ya?!" Salah satu dari mereka nyeletuk.Beberapa saat mereka membenarkan. "Ya, kamu benar. Cocok banget. Tampan rupawan dan cantik. Ah ... apal