"Sudah, jangan sebut namanya!! Aku muak!! Dia sudah berkhianat, Syah!! Kau tahu sendiri, aku benci wanita seperti itu!! Tidak ada kesempatan kedua bagi nya!! Dan satu hal lagi, jika kamu bilang aku gak serius, sekarang juga aku ajak kamu ke KUA!!"!!???"Eh eh tunggu!! Ya aku percaya, Mas!! Ke KUA harus menyiapkan segala sesuatunya, Mas. Harus ada perencanaan yang matang!!" protes Aisyah."Aku berkuasa, Syah!! Apa yang aku mau akan aku wujudkan!! Segala yang gak mungkin akan menjadi mungkin," ucap Adam dengan sombongnya. Ia tetap fokus menyetir sembari melirik ke arah Aisyah."Aku ingin pernikahan kita direstui orang tua kamu, Mas. Agar perjalanan kita kedepannya tidak menemui hambatan apapun," kata Aisyah dewasa."Cih!! Namanya pernikahan pasti ada lika dan likunya jalan. Gak mungkin perjalanan rumah tangga pasangan suami istri mulus terus seperti jalan toll!! Pasti ada susah dan senangnya bukan??! Tapi aku hanya berharap yang terbaik saja.A" Lagi-lagi Adam Protes. Apa yang di ucapka
Lagi-lagi Adam menutup mulutnya yang banyak bicara. Rasanya kupingnya meledak jika wanita itu berbicara seperti halnya kereta api berjalan."Bisa diam tidak?! Kamu cantik!! Sudah puas?? Yuk kita berangkat sekarang!!" Seperti biasanya Heri harus dipaksa on the way siap di depan rumah Aisyah. Dasar Adam, berangkat ke ruang Aisyah sendiri, sekarang minta antar, katanya malam ini adalah malam special untuknya. Jadi ia harus benar-benar seperti pangeran yang berada di negeri dongeng.Heri berdiri di depan mobil Adam, semua pintu terbuka untuk mereka. "Silahkan masuk, Tuan besar, Tuan kecil, dan Nyonya——" belum selesai bicara, kepala Heri di toyor Adam."Cih. Tuan kecil gigimu!! Kamu kerja sudah bertahun-tahun denganku, apa kamu tidak bisa lebih serius lagi?? Malam ini adalah malam istimewa keluarga kami, Heri!! Tuan Muda!! Panggil Exel Tuan Muda!!" bentak Adam. Seperti biasanya Heri tidak pernah menanggapi ucapan Adam secara serius. Meski pria itu menggunakan otot lehernya saat bicara,
"Maukah kamu dansa bersama denganku, wahai wanita spesial didalam hidupku ...??" Aisyah tidak menyangka pria itu begitu manis malam ini. Seorang Adam Smith bisa merangkai kata-kata indah untuknya. Dengan segenap perasaan bahagianya Aisyah mengangguk.Setelah kedua tangan mereka bersatu—Adam membimbingnya berjalan ke depan band pengiring, yang kala itu memainkan satu lagu slow.Adam meletakkan kedua tangan Aisyah melingkar di lehernya, sementara dua tangan Adam memegang pinggul Aisyah Deg deg deg.Ada perasaan gugup keduanya. Hingga terkadang saat pandangan mereka bertemu, keduanya lebih memilih menundukkan kepala.Kembali Aisyah dan Adam saling tersenyum, memandangi wajah masing-masing. "Malam ini kamu sangat cantik, Syah." Tanpa sadar, pujian itu terlontar dari mulut Adam.Aisyah membeliak kaget, 'Hah?? Apa yang di katakan barusan?? Adam memujiku??'Aisyah tersipu malu. Adam menetralkan diri dengan menggerakkan tubuh sesuai dengan iringan musik. "Mas, bisakah kamu mengucapkan kat
Hari dimana pernikahan Adam dan Aisyah akan segera di langsungkan. Tepatnya esok hari. Tidak membutuhkan waktu lama untuk menyiapkan segala sesuatunya. Semua di selesaikan dengan cepat oleh 'money'. Semua yang di rasa tidak mungkin akan menjadi mungkin, yang tidak bisa menjadi bisa. Malam itu Adam tidak dapat tidur. Bola matanya mengedarkan pandang ke arah dinding. Jarum jam menunjukkan pukul sebelas.Pandangan berpindah ke arah samping lemari baju yang terbuat dari kaca itu. Di sana terlihat baju pengantin berwarna putih tergantung rapi, besok ia tinggal memakainya saja. Sewa gedung pernikahan, catering dsb, sudah disiapkan. Tidak lepas dari kerja keras dua anak buah kesayangan, Henri dan Heri.Aisyah menginginkan acara itu tidak perlu terlalu mewah, hingga terpaksa Adam meminimalisir perencanaan yang sudah di susunnya.Meraih gawainya yang terletak atas meja, lalu merebahkan kembali tubuhnya di atas ranjang. Karena ia tidak dapat tidur, Iya memiliki inisiatif untuk menggoda Aisya
"Huft!! Siapa sih orang yang buat pakaian model begini?? Gak ada sopan-sopannya !" celetuk Aisyah geram.Karena Aisyah terlalu lama mengulur waktunya, Adam terpaksa eksekusi mati Aisyah, pria itu dengan ganasnya mendorong tubuh Aisyah sampai terjatuh diatas ranjang. Dan membantu perlahan membuka seluruh pakaian istrinya.Sensor ..."Terimakasih ya, Sayang atas pelayanan kamu tadi malam, aku sangat puas. Kamu keren lho bisa bermain selama dua jam full.""Mas, ku mohon jangan dibahas kembali. Aku sudah membersihkan tubuhku dan jangan pancing lagi dengan pembahasan mengenai itu, okey??" pinta Aisyah. "Lebih baik kita mengerjakan sholat subuh dahulu, ya?? Aku akan menunggumu, bersihkan tubuhmu, Mas!" ucap Aisyah melihat penanda waktu telah menunjukkan pukul setengah lima Subuh.Adam masih malas untuk bangun, ia menggeliat seakan tidak menghiraukan perintah Aisyah. Malah menarik bad cover menutupi tubuhnya. "Masih ngantuk!"Aisyah yang mulai tegas, membuka kembali bad cover itu, "Mas, kap
Disebuah tempat terdengar hingar bingar pria-pria berjas kebesaran sedang melakukan sebuah transaksi. Beberapa wanita sengaja dipertontonkan didepan mata mereka lewat kemolekan tubuh masing-masing.Dipersiapkan untuk acara lelang yang dihadiri pebisnis kaya raya untuk dijadikan istri kesekian mereka."Lepas! Mau kalian bawa kemana aku? Hah?" Tidak ada yang berani menjawabnya. Dua pria bertubuh kekar bagai bodyguard menariknya memasuki sebuah tempat dibawah kapal.Gadis itu meronta ingin melepaskan diri dari mereka. Pikirannya sudah sangat kacau. Sebuah keyakinan besar jika akan terjadi sesuatu setelah ini."Kalian mau bawah aku kemana? Aku malu harus mengenakan pakaian minim ini didepan umum! Tolong jangan permalukan aku seperti ini!" pintanya dengan sangat."Jangan banyak bicara! Sesuai dengan surat perjanjian yang di tandatangani oleh ibu mu. Kamu sudah tidak memiliki kepemilikan atas dirimu sendiri. Ibumu sudah menjual-mu!"Tiba-tiba air mata menggenang membasahi bola mata. Salah
"Sebenarnya Anda siapa dan untuk apa Anda membeli saya?" tanya Beyza memberanikan diri.Beyza harus tahu tujuan pria itu memberikan sejumlah uang fantastis pada Bos besar pemilik bisnis ilegal itu atas dirinya. Sepintas dalam pikirannya, bahwa tujuan pria itu hanya untuk memuaskan dirinya. Mengingat pria ini dingin bagai kulkas. Tidak mungkin ia mencicipi wanita sembarangan. Begitu pikirnya. Lama Beyza menunggu mulutnya terbuka, namun tetap saja, ia mempertahankan diri untuk diam. Sama halnya dengan sopir yang tidak ingin ikut campur urusan Tuannya.Pria dengan rahang kokoh itu masih dalam diamnya, menunjukkan keangkuhan. Makin lama Beyza semakin gelisah. Bagaimana pun juga, ia harus pergi dari pria ini—sebelum mahkota berharganya hilang olehnya. 'Tidak!! Itu tidak akan terjadi, sebelum semuanya terlambat, aku harus pergi dari sini!! Tapi, bagaimana caranya?'Ia menoleh ke belakang, mobil hitam yang ia tahu anak buah pria ini pun ikut mengawalnya.Benar-benar Beyza berada pada pos
"Apa kalian tidak bisa berperilaku sopan padaku?? Tidak perlu menarik paksa ku seperti ini!! Aku bisa berjalan sendiri!!" teriak Beyza. "Awal di dalam mobil kamu berniat melarikan diri, jadi kami tidak ingin mengambil resiko. Jika kamu berhasil meloloskan diri, kita tidak akan di ampuni oleh Bos Exel!!" ungkap mereka memberi alasan."Itu derita kalian!! Aku tidak perduli!!" bantah Beyza berusaha berontak. Ia terdiam beberapa saat mengingat mereka menyebut nama Bos Exel. 'Apa Exel adalah nama pria tadi??'"Sudah diam-lah!! Kamu disini tidak akan hidup menderita!! Lihatlah Bos membawa mu ke istananya!! Kamu di jadikan ratu. Mengerti kamu!! Jadi berusahalah untuk patuh!!" jelas mereka tetap memaksa membawa Beyza masuk.'Apa katanya?? Ratu?? Apa pria itu akan menikahi ku??' terka Beyza Sesampainya di pintu utama dari bangunan besar dan tinggi yang dominan berwarna putih itu, sekelas bangunan khas Eropa, ia melihat banyak asisten rumah tangga yang berbaris menyambutnya.Beyza menundukkan
Beberapa menit mereka habiskan di dalam cafe. Exel mulai suntuk harus berpura-pura menemani wanita itu. 'Sial. Kapan sih orang itu menyelesaikan tugasnya? Aku sudah tidak tahan lagi,' batin Exel. Selesai makan, ia meletakkan sendok dan pisau di atas plate. Mencoba melihat gawainya belum ada tanda pria suru itu menghubunginya. Beberapa saat kemudian terlihat empat pria bersergam lengkap datang bersama orang suruhan Exel. Exel menaikkan dua sudut bibirnya. "Akhirnya, mereka sampai juga."Ivanna menoleh kebelakang, terdengar suara sedikit mengusik telinganya. Saat mengetahui siapa yang datang, Ivanna gegas berdiri dengan perasan panik.Tidak memberi penjelasan, pria tersebut memborgol dua tangan Ivanna. Wanita itu berusaha melepaskan. "Tunggu!! Kalian mau bawa aku kemana? Kenapa kalian tidak memberiku penjelasan?" Ivanna berusaha melepaskan diri dari pria-pria tersebut. "Jelaskan nanti di kantor polisi, Nona!!!" Salah satu di antara mereka menjawab. Gadis itu melihat ke arah
'Aku akan buat perhitungan. Aku akan gagalkan rencana mereka,' batin Ivanna sambil berjalan, sesekali menatap mereka dengan tatapan bengis.Sementara malam itu Exel mengantarkan Anne pulang. Aisyah memaksa Exel untuk bertanggung jawab atas perbuatannya, membawa Anne ke rumah ini. Ia harus bisa bertanggung jawab atas anak orang, katanya.Kurang lebih tiga puluh menit mobil Exel akhirnya sampai pada gang rumahnya."Aku mau mampir, boleh gak?" goda Exel."Kau tahu sekarang uda malam banget, kelamaan di rumah kamu sih. Bukannya gak boleh, tapi tahulah aku tidak enakkan sama papa!""I-iya, aku tahu itu. Tapi kamu kan udah izin malam malam di rumahku. Papamu juga ga keberatan. Hih, gak bisa di ajak bercanda!! Ya sudah kamu cepat pulang. Aku tunggu kamu sampai masuk rumah mu!""Terlalu berlebih-lebihan. Lagi pula tinggal nyebrang aja kan? Sana kamu pergi! Terimakasih, ya sudah di antar!" Anne tersipu malu. Ia tidak bisa berlama-lama melihat wajah Exel."Ok!"Beberapa saat kemudian, pria itu
"Exel terserah Mama dan Papa saja.""Alhamdulillah ..."Sementara Anne, "????"'Benarkah yang aku dengar barusan? Terserah mereka? Dalam artian dia setuju dong?! Ah, kacau. Kenapa aku jadi pengen melepaskan senyuman ya. Tahan. Tahan Anne ... Kamu harus bisa menjaga image.'Terlihat pasangan suami isteri tersebut tersenyum bahagia. 'Wah ... Sepertinya aku akan menjadi menantu paling bahagia di keluarga ini.' Anne masih tidak berhenti bicara dalam batinnya.Ia melirik Exel yang duduk dengan tenangnya. Heran, bagaimana bisa ia setenang itu dalam pembahasan masalah masa depannya. Dasar! Pikir Anne. "Mama Aisyah dan Papa Adam akan datang ke rumah Anne besok malam."????Baik Exel maupun Anne terkejut. Mereka saling melihat satu sama lain. Dengan cepat Exel bertanya. "Ma, apa tidak terlalu terburu-buru? Kita bisa bicarakan ini pelan-pelan. Bukan begitu, Anne?!" Exel menatap tajam. Ia harus setuju dengan usulannya."Ya, itu benar. Sepertinya itu terlalu terburu-buru." Anne hanya bisa tersen
Sore itu, Aisyah gegas menyiapkan makan malamnya untuk calon menantu yang di damba sepanjang hari itu. Wajahnya yang berhari-hari terlihat sedih karena tidak dapat bertemu dengan Anne kembali, kini terlihat lebih ceria.Kesehatan Aisyah jauh lebih baik sekarang, semua berkat Anne. Assisten dapurnya membantu kesibukan Aisyah di sana.Dari luar terlihat Anne berjalan masuk, ia mengambil celemek yang tergantung di sebelah pintu dan memakainya. Seperti biasa senyum Aisyah mengembang sempurna."Boleh saya bantu??!" Wajah Anne yang ceria menawarkan diri."Kamu nanti lelah, kamu istirahat saja, Sayang. Kan kamu di rumah ini adalah tamu, jadi lebih baik Anne duduk manis sambil di temani secangkir kopi." Anne tersenyum melihat ucapan ibu Exel ini."Tidak boleh menolak pokoknya, heheh.""Ya sudah silahkan. Bisa masak juga memangnya?""Kalau masak yang mudah sih, bisa Nyonya."Aisyah menatap wajah Anne, lalu mengatakan, "Bisakah kamu panggil saya Mama Aisyah. Ibu rindu dengan Beyza, aku harap k
"Hey!! Kamu kenapa bengong? Aku antar kamu pulang. Biar mobilnya di bawa Supir!" Exel tiba-tiba mengagetkan. "Ah!! Tidak perlu. Kamu datang ke sini saja aku sudah berterima kasih banyak. Jika kamu tidak datang, entahlah nasib kami." Anne berusaha merendahkan diri."Eh, tapi. Kamu harus bayar mahal!!" Lanjutnya.Exel mengerutkan keningnya. "Apa yang kudu aku bayar?!""Itu tadi, kamu meluk aku! Memang aku wanita apaan?" "Sudahlah lupakan. Aku hanya ingin wanita gatal itu segera pergi dari kehidupanku. Maaf ya, gara-gara dia kamu hampir celaka."Kedua masuk dalam mobil Exel. Sementara mobil Anne di kemudian supirnya. Selama di dalam mobil..."Xel, selama aku kenal kamu, ternyata kamu tidak seburuk yang aku kira." Anne memulai percakapan setelah kuda bermesin Exel melaju pelan."Memang kaukira aku dulu sangat buruk menurut pandangan mu?!""Ya, saat kamu menabrak ku dulu, terus kau tidak mau tanggung jawab. Rasanya sesak sekali bisa bertemu dengan orang sepertimu, Xel!""Maaf, memang ak
[Halo, Papa!!] [Papa Gundul mu!!] Terdengar suara tidak asing. Bukan suara Abimanyu. Ia menjauhkan ponselnya dan melihat layar. Pikirnya mengarah ke arah sana, pria dingin itu. "ASTAGA!!" Anne segera menutup mulutnya. 'Aku salah telepon. Tapi udah terlanjur. Tidak ada waktu lagi. Ini emergency banget.' [Halo!! Ada apa? Apa tidak bisa sebentar saja kamu melupakanku, Hem?! Padahal jadwalnya nanti malam kau akan datang ke rumahku. Sekarang sudah menelpon saja. Dasar wanita tukang malu-maluin!] umpat Exel tanpa sensor. [Astaga. Sudah aku tidak ada waktu berdebat. Nanti malam kita lanjutkan debatnya. Xel, aku minta tolong. Sekarang aku dalam perjalanan pulang, saat ini aku sampai di jalan Permata Indah ——] [Terus?] [Dengarkan dulu kenapa, sih!! Di belakang mobilku ada mobil hitam yang mengikuti ku dari tadi. Aku takut itu penjahat, Xel. Aku tidak mau mati muda gara-gara preman.] [Kenapa harus takut? Lawan saja. Mereka juga manusia. Sama seperti mu!] [Kalau mereka membawa s
Pria itu bergegas keluar sampai di ambang pintu, ia menoleh kembali. Ternyata wanita itu masih memperhatikannya. 'Dasar!!'Dalam batinnya mengatakan dengan percaya diri, 'Aku tidak mengira jika kau putri dari Tuan Abimanyu, Ann. Ah ... apakah Tuhan ingin mendekatkan kita berdua dalam satu hubungan?!' Exel menggeleng kepala. Dan cepat pergi dari ruangan itu.Sementara Anne bergeming entah dalam berapa waktu lamanya. Menatap kepergian Exel, sampai pria itu tidak terlihat lagi punggungnya, masih saja melihat ke arah pintu.Tanpa sadar, Anne masuk dalam dunia perhaluan. Ia membayangkan pria itu telah menjadi kekasihnya. Mereka memadu kasih, duduk di sebuah taman menatap langit yang biru. Exel memegang tangannya pelan sembari di usap penuh cinta. Keduanya saling bertatap muka. Melihat sepasang manik mata yang memiliki arti yang dalam.Sudut bibir mulai mengembang sempurna. Ah, betapa bahagianya hari ini. Memang benar pepatah mengatakan, jika dua insan manusia sedang di landa cinta, maka
Anne mendadak salah tingkah. Sampai mengumpat pada dirinya sendiri. 'Ish!! Anne!! Lihatlah, tidak ada yang special dari wajah pria dingin ini. Kenapa aku jadi salting gini sih?!"Tanpa sadar, Anne memperhatikan wajahnya beberapa saat. Sampai Exel memergokinya. "Eh, ternyata diam-diam mencuri pandang wajahku, ya!? Benar dan tidak salah sih, karena wajahku ini kegantengannya seperti ombak di laut. Kuat dan dapat menghanyutkan. Banyak wanita yang mengantri untuk menjadi kekasihku, Ann."Cih!!Anne tertawa sinis. "Aduh, sudah buang jauh-jauh pembahasan Anda ini. Sesungguhnya, aku sedikit mual. Dan siapa juga yang sedang antri?? Perasaan sejauh ini cuma si Ivanna." Tetap menjaga konsentrasinya menggarap pekerjaan yang berada di berkas file laptopnya."Halah ... kenapa sih jadi wanita sombong banget. Tinggal mengakui saja, apa salahnya!!" Exel menjulur meletakkan tangannya di atas telapak tangan Anne. Wajah wanita itu makin pucat saja dibuatnya."Kamu itu sedang apa?! Begini yang benar itu
Pagi itu, sesuai dengan kesepakatan, Exel datang ke perusahaan besar Abimanyu. Manager Abi telah menunggu kedatangannya. Setelah Exel datang, ia dan beberapa pegawai lain, mendampingi menuju ruangan Anne."Silahkan, Pak Exel. Kami sudah menantikan kedatangan tamu kehormatan seperti Anda kemari." Ia menyapa dengan senyumnya yang mengembang."Anda terlalu membesar-besarkan, Pak. Terimakasih sambutannya." Exel menunduk kepala sebagai salam hormat.Banyak mata nakal terutama pegawai Abi yang ganjen, memperhatikan Exel berjalan melewatinya. "St St!! Siapa itu yang baru lewat? Tampan banget." Salah satunya nyeletuk. "Jangan bicara macam-macam ya, itu rekan kerja Pak Abimanyu!!" "Oh, aduh. Semoga tidak ada yang melaporkan mulutku yang celamitan ini.""Semoga saja.""Tampan sekali sih, duh. Kok aku jadi membayangkan Ibu Anne dan orang ini berjodoh, ya?!" Salah satu dari mereka nyeletuk.Beberapa saat mereka membenarkan. "Ya, kamu benar. Cocok banget. Tampan rupawan dan cantik. Ah ... apal