Beranda / Romansa / IMAM UNTUK NIRMALA / 26. TAK GUNA MENANGIS UNTUKNYA

Share

26. TAK GUNA MENANGIS UNTUKNYA

Penulis: Faziharin
last update Terakhir Diperbarui: 2022-02-16 12:10:28

Menjelang tengah hari, saat hujan sudah reda diputuskannya untuk kembali ke penginapan Setibanya di penginapan, dihempaskan tubuhnya dengan kasar di sofa yang ada dikamar itu. Mengusap wajah yang mulai dibasahi air yang tidak mampu ditahannya untuk tidak keluar dari matanya. Kehilangan,.... Yach,... itulah yang sekarang dirasanya. Cinta yang mati-matian diperjuangkannya, kini harus berakhir dalam waktu singkat. Wanita yang setengah mati disayanginya, kini harus dilepasnya dengan cara tragis.

"Lif..." Suara Rena menyadarkannya. Buru-buru dihapusnya air mata yang mengalir.

Wanita itu keluar dari kamar mandi dengan sedikit tertatih. Ditelusurinya penampilan wanita didepannya itu dengan seksama. Bibirnya tampak sedikit pucat, matanya juga memerah. Mungkinkah gadis itu baru saja menangis melihat bagaimana keadaannya bangun tidur? Matanya juga menangkap jejak-jejak merah yang memenuhi leher putih yang terpampang di depannya.

Alif membuang pandangannya berusaha menetra

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • IMAM UNTUK NIRMALA   27 MENERIMA KEKALAHAN

    Pagi ini hujan Kembali turun mengguyur bumi dengan sangat derasnya. Rasanya, jika tidak terpaksa sangat malas rasanya untuk bangkit dari tempat tidur sambil memeluk guling berbungkuskan selimut tebal. Namun, hari ini, karena jadwal kuliah dengan dosen yang sangat galak, maka Mala terpaksa bangun dan meninggalkan kenikmatan di tempat tidurnya.Hatinya masih sangat galau. Tangisannya masih belum sepenuhnya hilang. Namun, dia tidak ingin berlarut-larut dalam kesedihan itu. Hari ini, dia akan menjadi Nirmala seperti hari-hari sebelum luka itu terjadi. Mala yang selalu ceria. Mala yang selalu tersenyum dan membawa keceriaan bagi orang-orang sekitarnya. Luka itu, biarlah akan disimpannya di dalam hati. Bohong, jika dikatakan dia tidak terpuruk, namun berlarut-larut dalam masalah itu hanya akan membuat hatinya semakin sedih. Dia berencana akan menyibukkan dirinya dengan kegiatan-kegiatan kampus guna membantunya untuk Kembali menata hati.Ia mulai m

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-18
  • IMAM UNTUK NIRMALA   28. KONSPIRASI RENA

    Dan disinilah mereka bertiga berada, duduk menghadap meja yang sama. Tampak sekali kecanggungan diantara ketiganya. Mala, sebenarnya tidak tahu harus mulai dari mana, rencana yang tadi telah disusunnya dengan matang tiba-tiba sirna saat kedatangan Alif. Lelaki itu masih seperti biasa tampil dengan pesona yang luar biasa. Walaupun dia datang dengan penampilan yang sedikit kusut, mata merah dan rambut yang tak serapi biasanya, namun tak bisa mengurangi ketampanannya. Sejenak Mala kembali terbuai, namun cepat-cepat ia sadar, bahwa tak ada gunanya mengagumi ketampanan itu lagi. “Duduklah ! Aku sudah pesan makanan, seperti biasa, makanan kesukaanmu.” Sapa Mala berbasa-basi. “Makasi Mala.” Jawaban yang singkat. Alif mendudukkan dirinya dikursi tepat dihadapan Mala. Ditatapnya Mala yang sengaja menghindari menatapnya dengan sibuk mengutak atik ponselnya. Ingin menyapa wanita itu, namun tak tahu harus memulai dari ma

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-21
  • IMAM UNTUK NIRMALA   29. RENA HAMIL

    Sudah sebulan berlalu semenjak pertemuan terakhirnya dengan Alif dan juga Rena tempo hari. Seperti tidak terjadi apa-apa, Mala tetap beraktivitas seperti biasanya. Bahkan Lusi, yang merupakan teman sekamarnya pun tidak diberitahunya tentang kisahnya yang telah berakhir dengan Alif maupun Reza. Bicara soal Reza, setelah pertemuan mereka malam itu, sepakat mengakhiri hubungan singkat mereka dengan baik-baik, mereka juga tidak pernah bertemu dan berkomunikasi lagi. Mala bersyukur dengan tidak perlu repot-repot lagi menampilkan wajah sok tegar di depan semua orang yang telah menorehkan luka dihatinya. Namun tidak dengan Rena. Bagaimana juga, mereka masih satu tempat tinggal. Sangat sulit baginya untuk terus-terusan menghindar, apalagi beberapa hari belakangan ini dilihatnya Rena sedikit agresif untuk mendekatinya. Entah apa tujuannya, sepertinya dia ingin sekali bertemu dengan Mala dan bicara dengan sahabatnya itu. Mala memang sengaja tidak memberi celah Rena untuk

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-25
  • IMAM UNTUK NIRMALA   30. PERPISAHAN

    “Mala, apa tidak bisa dipertimbangkan lagi keputusanmu untuk pindah ini?” Malam itu Lusi Kembali berusaha membujuk Mala agar tidak pindah dari tempat yang beberapa tahun ini telah mereka tempati bersama. Rasanya sangat tidak rela melepas sahabat sebaik Mala. “Tidak bisa Lusi. Aku sudah membayar panjar ke pemilik kost yang baru itu. Dan besok, aku akan segera menempatinya.” “Kamu tega banget sih sama aku?” rayu Lusi dengan nada menghiba. “Hehehe…. siapa juga yang tega. Aku sudah ngajak kamu pindah, tapi kamu tidak mau.” Mala menjawil hidung Lusi gemas. “Aku bukannya tak ingin ikut denganmu, Mala. Tapi sayang saja, uang kontrakan sudah kulunasi sampai akhir tahun, jika pindah sekarang, aku rugi banget. Masih tinggal enam bulan lagi.” “Iya juga sih. BUkannya kita sama, sudah membayar kontrakan di awal untuk satu tahun kedepan.” Mala tersenyum. “Aku pindah juga karena terpaksa. Tidak kuat hatiku jika bertahan semakin lama di sini.”

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-08
  • IMAM UNTUK NIRMALA   31. TAWARAN PEKERJAAN

    Enam bulan kemudian…. Mala tersenyum puas sekembalinya dari ruangan dosen guna pamit dan bersalaman. Hal itu karena ijazah dan transkrip nilainya sekarang sudah ada di tangan. Sekarang, saatnya dia menggunakan ijazah itu untuk memulai peruntungannya dengan melamar pekerjaan sebagai akuntan yang selama ini sangat diimpi-impikannya. Dia tahu, ini semua baru awal dari perjalanan masa depannya di fase yang baru. Masa-masa menjadi mahasiswa telah berakhir, sekarang saatnya ia akan terjun ke dunia kerja. Mengabdikan ilmunya untuk masyarakat. “Nirmala…,” sebuah suara menghentikan langkahnya saat Mala hendak menuju parkiran. Dibelakangnya, seorang wanita setengah baya yang notabene adalah salah seorang dosennya tengah berdiri disana dan menatapnya hangat. “Ibuk memanggil Saya?” tunjuk Mala pada dirinya sendiri. Dosen itu tersenyum dan menganggukkan kepala. “Bisa bicara sebentar?” tanya dosen itu ra

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-25
  • IMAM UNTUK NIRMALA   32. RADITYA

    “Mala, bisa kamu tolong antarkan laporan ini ke ruangan Pak Manajer? Aku benar-benar tidak berani menghadapnya. Kemaren saja, aku dibantai habis karena salah mengetik laporan bulan kemaren?” Retno, teman satu ruangannya mendekati Mala yang sedang asyik mengetik laporannya di komputer. Mala tersenyum, satu tahun bergabung dan bekerja di perusahaan ini, dia sudah sangat mengenal karakter temannya satu persatu. Apalagi Retno, dia sangat lembut sehingga jika ada bentakan dari atasan, akan membuatnya langsung down. Seperti halnya yang terjadi beberapa hari lalu, saat ia memberikan laporan yang diminta oleh Manajer Keuangannya. Sebenarnya, kemarahan atasannya itu masih termasuk wajar. Pemicunya dalah karena rekannya itu kurang teliti dalam menginput data, menyebabkan selisih yang sangat besar di bagian akhir penjualan. Tentu saja sang manajer yang sangat teliti itu langsung marah besar. Tidak teliti saat menginput data dalam menyajikan laporan, tentu saja bisa mer

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-11
  • IMAM UNTUK NIRMALA   33. MAKAN SIANG GRATIS

    Siang ini, ruangan Mala tampak tidak ada banyak suara. Wajar saja, hari ini adalah akhir pekan, mereka semua sangat bersemangat untuk menyelesaikan pekerjaan, sehingga bisa menikmati weekend tanpa harus diganggu dengan masalah pekerjaan. Keheningan itu terus berlangsung sampai beberapa saat kemudian seruan dari seseorang mengagetkan mereka.“Nirmala! staf keuangan!” Salah seorang office boy datang memasuki ruangan mereka, sambil membawa beberapa bungkusan makanan. Lalu menyerukan nama yang tertera dalam paket yang dibawanya itu.”Mala menoleh dan menatap bingung pada office boy itu. Perasaan tidak ada memesan makanan. Gadis itu melempar pandangannya satu persatu pada empat orang rekan kerjanya yang ada dalam ruangan itu. Mereka semua mengangkat bahu pertanda tidak tahu apa-apa.“Paket dari siapa, Pak?” tanya Mala kemudian.“Nggak tahu juga, Dek Mala? Tadi ada yang ngantar mak

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-19
  • IMAM UNTUK NIRMALA   34. Pernyataan Cinta dan Penolakan

    Suasana kafe sore ini sangat ramai. Hal ini mungkin karena bertepatan dengan jam pulang kerja, sehingga banyak para karyawan swasta atau pegawai pemerintah yang menyempatkan untuk mampir ke kafe ini. Disamping hidangan yang lezat pelayannya juga sangat ramah. Tak heran begitu banyak orang yang datang kesini.Mala duduk dengan sedikit tidak nyaman ditempatnya. Gadis cantik itu merasa tidak terbiasa saja ditatap dengan pandangan sedemikian rupa dari lawan jenisnya yang sedang duduk didepannya. Yach, sekarang Radit sedang memandanginya dengan tatapan yang sangat sulit diartikan. Tatapan rasa kagum, simpati, memuja sekaligus ingin memiliki dalam bersamaan.Tak ingin membuat gadis didepannya semakin tidak nyaman, Radit menyudahi kegiatannya. Dia tahu, tak ada bosan dan jenuhnya mata memandang ciptaan Allah yang begitu indah didepannya. Jarang-jarang ada kesempatan bisa memandangi wanita itu dari jarak dekat dengan sepuas hati. Biasanya, gadis itu selalu menjaga jarak dan ta

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-21

Bab terbaru

  • IMAM UNTUK NIRMALA   61. HARI MILIK KITA

    "Mala..."Mala menoleh dan mendapati seorang lelaki tampan sedang menatapnya sendu. Bian yang juga berdiri disampingnya mengenggam erat tangan Mala. Dia masih mengenali orang itu. Kalau tidak salah ingat lelaki itu dulu pernah dekat dengan istrinya. Bukankah mereka dulu pernah bertemu saat masih kuliah? Rahang Bian mengeras."A...Alif..." ujar Mala pelan."Ternyata kamu masih mengenaliku." Lelaki yang ternyata adalah Alif itu tersenyum pahit. "Selamat atas pernikahanmu, Mala. Semoga bahagia. Apa kita bisa bicara sebentar, hanya berdua." pinta Alif menatap Mala harap.“Jika ada yang ingin dibicarakan, maka bicara disini saja, Lif.” Jawab Mala halus.Alif menatap Mala memohon, lalu ditatapnya Bian yang masih mengenggam erat tangan Mala."Mala adalah istriku. Jadi apapun masalahnya, juga masalahku. Tidak ada rahasia diantara kami." potong Bian cepat. Genggamannya pun semakin erat. Mala tersenyum dan menatap Bian hangat."Suamiku benar, Lif. Jadi, apa yang ingin kamu bicarakan?” ucap Ma

  • IMAM UNTUK NIRMALA   60. IMAM UNTUK NIRMALA

    Mala bersenandung riang sambil melangkah kesana kemari di dapur. Seperti biasanya, setelah sepuluh hari lebih mereka menikah, ia selalu membuatkan sarapan untuk suaminya. Namun, pagi ini ada yang tak biasa, karena dari tadi tak henti hentinya bibirnya tersenyum lalu senandung cinta tak berhenti mengalun dari mulut itu. Menggambarkan suasana hatinya yang sedang berbunga-bunga.Akhirnya, setelah 10 hari menikah, semalam ia berhasil melaksanakan tugas sepenuhnya sebagai seorang istri. Melawan segala trauma yang selalu menghantuinya.Masakannya hampir selesai, saat deru suara motor terdengar di halaman depan. Itu adalah suaminya pulang dari masjid. Bahkan disaat beratnya godaan untuk kembali memeluk istrinya, lelaki itu tetap bangkit dan beranjak ke kamar mandi. Lalu setelah menunaikan shalat sunat sebelum shubuh dua raka'at ia pamit untuk menunaikan shalat Shubuh berjamaah ke masjid. Mala yang saat itu masih uring-uringan, merasa sangat malu pada suaminya itu. Hingga walau dengan sedikit

  • IMAM UNTUK NIRMALA   59. MENGGENAPKAN RASA

    Bian menghela nafas lega setelah mobilnya sampai di rumah, setelah menempuh perjalanan lebih kurang 3 jam dari kota B. Disamping nya Mala tertidur dengan pulas. Diputarnya tubuh dan menatap sang istri yang tengah tertidur. Tangannya perlahan mengelus pipi halus itu dan merapikan anak rambut yang dengan nakal mengintip dari balik jilbabnya."Sungguh, kehadiranmu adalah anugerah terindah dalam hidupku. Aku janji akan menjaga anugerah itu dengan sebaiknya. Aku tak bisa menjanjikan bahwa kamu akan selalu bahagia denganku, tapi aku usahakan bahwa dalam kondisi apapun aku akan selalu ada untukmu."Tak tahan hanya memandang, Bian akhirnya tergoda untuk mengecup singkat pipi itu. Dan untuk beberapa saat dibiarkan bibirnya menempel pada pipi halus yang terasa dingin, mungkin karena suhu dalam mobil sehingga membuat istrinya kedinginan.Mala mengeliat karena merasa tidur nyenyaknya terusik. Perlahan dibukanya mata, dan hal pertama yang dilihatnya adalah wajah tampan suami yang berada tepat dide

  • IMAM UNTUK NIRMALA   59. MENGGENAPKAN RASA

    Bian menghela nafas lega setelah mobilnya sampai di rumah, setelah menempuh perjalanan lebih kurang 3 jam dari kota B. Disamping nya Mala tertidur dengan pulas. Diputarnya tubuh dan menatap sang istri yang tengah tertidur. Tangannya perlahan mengelus pipi halus itu dan merapikan anak rambut yang dengan nakal mengintip dari balik jilbabnya."Sungguh, kehadiranmu adalah anugerah terindah dalam hidupku. Aku janji akan menjaga anugerah itu dengan sebaiknya. Aku tak bisa menjanjikan bahwa kamu akan selalu bahagia denganku, tapi aku usahakan bahwa dalam kondisi apapun aku akan selalu ada untukmu."Tak tahan hanya memandang, Bian akhirnya tergoda untuk mengecup singkat pipi itu. Dan untuk beberapa saat dibiarkan bibirnya menempel pada pipi halus yang terasa dingin, mungkin karena suhu dalam mobil sehingga membuat istrinya kedinginan.Mala mengeliat karena merasa tidur nyenyaknya terusik. Perlahan dibukanya mata, dan hal pertama yang dilihatnya adalah wajah tampan suami yang berada tepat dide

  • IMAM UNTUK NIRMALA   58. SESUNGGUHNYA MANUSIA DICIPTAKAN BERPASANG-PASANGAN

    Bian melangkah pelan mengikuti rombongan pejabat perusahaan menuju ruang pimpinan. Kepalanya masih celingukan ke belakang menunggu istri tercinta yang masih belum juga tampak. Tadi, mereka terpaksa berpisah karena Mala yang mendadak dihampiri oleh puluhan karyawan yang hendak minta maaf sekaligus mengucapkan salam perpisahan padanya. Sebenarnya ingin sekali menemani, takut jika terjadi hal diluar dugaan lagi, namun tarikan halus di ditangannya mengurungkan niatnya."Sudahlah! Kupastikan dia aman sekarang. Tak akan ada yang berani mengganggunya lagi. Disamping kebenaran yang telah terungkap, semua orang tahu bahwa Mala adalah isteri salah satu pemegang saham di sini, mana ada yang berani usil lagi padanya. Termasuk si Raditya itu" ujar Donny yang membuat Bian tersenyum.Tetap saja dia mencemaskan istrinya."Tetap saja hatiku tak tenang, Bang. Dia masih trauma. Abang tak merasakan bagaimana nelangsanya adikmu ini, walau sudah menjadi istri sah pun, aku sama sekali tak bisa berbuat banya

  • IMAM UNTUK NIRMALA   57. PERGI TANPA DENDAM

    “Saya memiliki semua rekaman cctv kejadian itu, karena kebetulan saat kejadian itu saya berada di hotel yang sama dengan Pak Raditya. Saya bisa saja memutar semua cctv itu di sini, tapi karena permintaan dari istri saya, opss…” Bian pura-pura keceplosan, lalu tersenyum manis pada Mala, “Karena permintaan dari Nirmala, agar rekaman cctv itu tidak diputar karena bisa menyebarkan aib orang lain, makanya saya tidak memperlihatkan cctv itu.”Bian melangkah tanpa canggung dan berjalan didepan semua yang hadir, layaknya seorang dosen yang sedang memberikan kuliah pada semua mahasiswanya. Langkahnya berakhir tetap di depan dua orang wanita yang tadi tidak mempercayai pengakuan Raditya.“Hei, Nona berdua. Mungkin anda adalah penggemar pak Radit, jadi sah-sah saja jika anda tak akan percaya apapun kesalahan yang dilakukan oleh idola anda. Its okey. Tapi coba anda lihat sebagai sisi wanita, saat ini Nirmala, wanita yang sedang anda hujat itu sedang mengalami trauma berat. Trauma atas kejadian na

  • IMAM UNTUK NIRMALA   56. PERSIDANGAN

    Mala duduk dengan gelisah didepan puluhan mata yang memandangnya dengan tatapan yang beragam. Di sebelahnya Radit tak kalah gelisah, semua ini sungguh diluar dugaannya. Dikiranya pertemuan di aula siang ini akan menjadi saksi keberhasilannya mendapatkan hati dan cinta dari wanita yang disukai, namun kenyataan berkata lain. Apalagi saat sesekali ekor matanya menatap lelaki yang duduk dengan tenang disampingnya pimpinan perusahaannya. Entah apa hubungan lelaki itu dengan orang nomor satu diperusahaan itu? Yang jelas kehadirannya membuat keberaniannya nyaris hilang, karena bagaimana pun, lelaki itu mengetahui semua kejahatan yang dilakukannya pada Mala.Belum lagi, mengingat bagaimana reaksi Mala saat lelaki itu muncul. Mala berlari dan menghambur kepelukan lelaki itu dan mendekapnya erat. Membuat hati Radit bagai ditusuk belati karena sakit membayangkannya. Dengannya, jangankan memeluk, dipegang tangan sedikit saja gadis itu sudah tak ubahnya macan betina.Kebingungan itu sebenarnya jug

  • IMAM UNTUK NIRMALA   55. JANGAN SENTUH WANITAKU

    Mala duduk termenung di kursi kerjanya, tak menghiraukan rekan kerja yang sedari tadi saling pandang satu sama lain, tak ada yang berani bicara. Sekembalinya dari HRD Mala menjadi diam seribu bahasa. Hanya termenung tanpa melakukan apa-apa.Setelah merasa hatinya agak tenang, diangkatnya kepala lalu memandang semua yang ada di ruangan itu sendu. Kurang lebih dua tahun bekerja disana, sekarang harus pergi dengan hati yang terluka. Dikiranya ia akan bisa pamit dengan hati tenang, dan melupakan masalah dengan Radit. Tapi kenyataan memang tak seindah bayangan. Apalagi, sebentar lagi akan diadakan pertemuan di aula, dan semua orang akan mengadilinya. Tatapan sinis dari puluhan pasang mata akan menghujaninya. Diusapnya wajah kasar, lalu untuk menghibur diri di coba menghubungi seseorang yang beberapa hari ini mampu memberi ketenangan dan kekuatan saat masalah datang padanya.Hanya menyapa, itu yang bisa dilakukannya, karena takut akan merusak konsentrasi lelaki itu disana. Namun diluar per

  • IMAM UNTUK NIRMALA   54. MEMINTA TOLONG

    Bian menyesap secangkir teh panas yang dihidangkan padanya oleh asisten dari lelaki yang kini sedang duduk di depannya. Lelaki yang berusia 35 tahun itu tampak sangat gagah dan tampan dengan gayanya yang kasual.Setelah melepas Mala masuk ke kantor, hatinya tetap tak tenang, sehingga diputuskan untuk menghubungi salah satu mahasiswa yang kuliah hari ini denganya, minta maaf karena tak bisa masuk dan minta ganti perkuliahan di hari lain. Awalnya, ia ragu juga ingin ikut campur, tapi saat tanpa sengaja mendengar percakapan miring tentang Mala oleh dua orang karyawan yang baru datang, dan sempat numpang berkaca dimobilnya, hati lelaki itu menjadi panas. Bayangan betapa hancur hati istrinya mendengar berita itu sungguh membuatnya tak tenang.Mungkin nasib baik memang sedang memihaknya, atau mungkin begitu cara Allah memudahkan langkahnya. Kantor tempat Mala bekerja ternyata adalah milik salah seorang seniornya saat ikut organisasi dulu. Bahkan atas tawaran dari seniornya itu, dia juga m

DMCA.com Protection Status