“Terima kasih atas kemurahan ketua menyelamatkan kami!”Wakil Ketua Sekte Iblis Pulau Neraka bersama Pendekar Kipas Emas dan Yuan Chao yang menyamar sebagai Ketua Sekte Trisula Hitam nampak berlutut dihadapan lelaki muda berpakaian kemerahan. Ketiganya mengucapkan terima kasih karena diselamatkan orang yang mereka panggil sebagai ketua itu.“Ternyata pemuda itu memang lihai. Meski Ilmu Tujuh Gerbang Dewa tidak sempurna ia kuasai, tapi kemampuannya masih berada jauh di atas kalian. Seandainya keadaanku sudah sembuh betul dari luka dalam mungkin aku bisa menghabisi pemuda itu. Untuk sementara kita hindari berhadapan langsung dengan pemuda itu, sampai keadaan tubuhku pulih seperti semula.”“Baik ketua,” jawab ketiganya serempak.Sesaat mereka dilanda keheningan. Lalu sang wakil ketua memberanikan diri untuk berbicara, “Ketua, apakah Majikan Pulau Hong mau menceritakan dimana keberadaan pusaka pedang Naga Langit dan kitab asli Ilmu Tujuh Gerbang Dewa itu?”Ketua Sekte Iblis Pulau Neraka m
“Kakak Li, agaknya orang-orang Sekte Iblis Pulau Neraka memang sengaja menyebarkan berita bohong seperti itu. Mereka sengaja melakukan hal itu untuk menakut-nakuti orang-orang dunia persilatan sehingga tidak ada yang berani mencoba untuk mengganggu mereka. Nama besar Pendekar Bayangan Maut tentu akan menjadi sesuatu yang sangat bernilai untuk mengangkat pamor mereka,” ucap Liong Yun.Pemuda itu kemudian secara singkat menceritakan apa yang dilakukannya di hutan saat itu untuk menginterogasi beberapa anggota sekte Iblis Pulau Neraka. Semua kejadian ia ceritakan hingga pertarungannya melawan tokoh-tokoh utama sekte Iblis Pulau Neraka. Semua terdengar tidak masuk akal di telinga Li Cheng. Tapi ia juga tidak melihat ketidakjujuran dari raut wajah Liong Yun dalam bercerita.“Terus terang aku tidak bisa mempercayai apa yang kau ceritakan itu, Liong Yun. Tapi aku juga tau kau tidak berbohong. Seandainya benar yang kau ucapkan itu dapat dipastikan bahwa mereka memang ingin memberikan pengar
“Apakah tuan sedang mencari Dua Algojo Alam Kematian?”Disaat Wakil Ketua Sekte Iblis Pulau Neraka sedang dalam keadaan kebingungan mencari jejak keberadaan dua orang yang santer namanya disebut sebagai Dua Algojo Alam Kematian tiba-tiba ada seorang lelaki tua menyapanya.“Hmmm.. apa kau mengetahuinya orang tua? Aku yang memiliki kemampuan seperti ini saja tidak dapat mengetahui jejaknya,” sahut Wakil Ketua Sekte Iblis Pulau Neraka dengan nada meremehkan. Wakil Ketua Sekte Iblis Pulau Neraka terlihat tidak senang dengan kemunculan orang tua separuh baya yang menanyainya. Ia merasa orang itu hanya orang kampung yang sok tahu. Memang sering kali kita akan menemui orang-orang yang akan memanfaatkan keadaan atas kebingungan kita. Mereka mengambil kesempatan mencari keuntungan dengan menawarkan jasa bantuan. Dan kebanyakan mereka melakukannya untuk mendapatkan sejumlah uang. Itulah yang membuat Wakil Ketua Sekte Iblis Pulau Neraka sedikit kesal.“Kau boleh tidak mempercayaiku, tuan. Tapi
Semua orang anggota utama Sekte Iblis Pulau Neraka yang berkumpul bersama ketua mereka itu hanya diam tidak berani menanggapi kegusaran sang ketua. Jarang sekali mereka melihat sang ketua menunjukkan amarah seperti itu.“Kalian siapkan orang-orang terbaik kita! Kita akan menyerang ke Pulau Seribu Ular. Utus orang untuk menyampaikan kepada guruku keadaan ini,” perintah Ketua Sekte Iblis Pulau Neraka akhirnya setelah cukup lama terdiam.Wakil Ketua Sekte Iblis Pulau Neraka dan dua Panglima Sayap yang tidak lain adalah Yuan Chao yang menyamar dan Pendekar Kipas Emas langsung menjalankan perintah. Mereka mempersiapkan apa yang diperintahkan oleh sang pemimpin.Beberapa saat kemudian ketiganya kembali menghadap ketua mereka. Mereka melaporkan kesiapan yang sudah dilakukan.“Ketua, bagaimana dengan si tua bangka majikan pulau ini? Apa kita biarkan tetap berada di sini atau kita bawa bersama menuju Pulau Seribu Ular.” “Kita bawa saja. Sangat beresiko kalau tetap ditinggalkan di tempat ini.
“Menghadap tuan muda!” seru beberapa orang di bangunan utama Pulau Ular.Beberapa orang yang terlihat seperti orang-orang penting di tempat itu nampak langsung berdiri dan berlutut melihat kemunculan Liong Yun. Semua orang nampak begitu hormat kepada pemuda itu.“Kalian tidak perlu berbuat seperti itu padaku. Aku bukan pemilik pulau ini!” ucap Liong Yun merasa tidak enak.“Anak Liong, Ayahmu berjasa besar terhadap pulau ini, dan telah membuat kami penghuni pulau terbebas dari kutukan ular racun raksasa magis yang dulu menguasai tempat ini. Kalau bukan ia dengan pedang naga langit yang menghancurkan ular itu tentu kami akan terus terjebak menjadi manusia racun yang tidak akan bisa berinteraksi dengan manusia lain.”Seorang lelaki tua yang merupakan Majikan Pulau Ular itu menyampaikan perasaan mereka orang-orang pulau kepada Liong Yun. Mereka sudah menganggap ayah Liong Yun yang dulunya berjasa besar di pulau itu sebagai bintang penolong yang juga Raja di pulau itu. Itu sebabnya semua
Ketua Sekte Iblis Pulau Neraka tidak kalah terkejutnya dengan apa yang terjadi di depan matanya. Orang-orang Sekte Iblis Pulau Neraka yang menyerang Liong Yun tadi bukanlah orang sembarangan. Mereka merupakan orang-orang pilihan yang memiliki kemampuan di atas rata-rata orang-orang dunia persilatan. Namun hanya dalam sekali hentakan pancaran tenaga yang berasal dari tubuh Liong Yun orang-orang itu langsung tewas dalam keadaan gosong.Tapak Dewa Petir sendiri bukanlah sebuah kemampuan sembarangan. Ia merupakan sebuah kemampuan yang lama lenyap dalam dunia persilatan. Hal ini dikarenakan tidak ada yang mampu mempelajarinya di dunia persilatan ini. Padahal pelajaran ilmu tersebut terpampang nyata dan mudah dilihat di bukit Dewa.“Belum saatnya kita bertarung. Kalian boleh beristirahat dulu selama satu hari di tempat ini. Ingat pertarungan kita tidak ada sama sekali hubungannya dengan penghuni Pulau Seribu Ular ini. Jadi kalian tidak usah mengganggu mereka karena aku sama sekali tidak
Ketiga orang penghuni Pulau Ular hanya tersenyum, tidak menanggapi ucapan Ketua Sekte Iblis Pulau Neraka. Para utusan itu kemudian meninggalkan bangunan cukup mewah itu. Kepergian ketiganya tidak luput dari perhatian orang-orang Sekte Iblis Pulau Neraka.“Ikuti mereka secara diam-diam jangan sampai ketahuan. Cari tau dimana keberadaan Algojo Alam Kematian itu!” ucap Ketua Sekte Iblis Pulau Neraka memberi perintah.Tanpa menunggu perintah dua kali, dua orang yang memiliki kepandaian tinggi langsung melesat. Meski tidak sehebat Wakil Ketua dan Dua Panglima Sayap yang dimiliki oleh sekte itu, namun ilmu meringankan tubuh anggota yang bergerak tidak kalah dari ketiganya.“Sungguh tidak disangka salah satu dari Dua Algojo Alam Kematian itu adalah pewaris Ilmu Dewa Petir yang legendaris itu. Ternyata musuh kita memang bukan orang sembarangan. Sebaiknya kita mengulur waktu sampai guru dan adik seperguruanku datang,” ucap Ketua Sekte Iblis Pulau Neraka.Wakil Ketua Sekte Iblis Pulau Neraka me
Li Cheng meninggalkan pulau Hong menuju Pulau Seribu Ular. Bukan hanya karena permintaan Liong Yun, namun karena ia juga yakin ayahnya juga berada di tempat itu bersama orang-orang Sekte Iblis Pulau Neraka. Jejak sang ayah yang tidak ditemukan di Pulau Hong membuat ia berkeyakinan bahwa orang tuanya itu masih berada di dalam cengkeraman Ketua Sekte Iblis Pulau Neraka.Perjalanan menggunakan perahu ia percepat. Pemuda itu menggunakan Ilmu tenaga dalamnya untuk mendorong perahu. Dalam waktu yang sangat singkat ia sudah berada di Pulau Seribu Ular. Kedatangannya langsung disambut hormat para penjaga pesisir pulau. Mereka memang sudah mengenali Li Cheng sebagai sahabat Liong Yun."Kakak Li!" sapa Liong Yun ketika melihat kedatangan Li Cheng di kediaman rahasianya.Li Cheng memberikan penghormatan kepada Liong Yun. Meski pemuda itu lebih muda darinya, tapi dalam hal nama besar dan kemampuan dalam dunia persilatan ia sadar berada di bawahnya. “Adik Liong, apakah segawat itu keadaannya sehi
Mereka adalah Dewa Tangan Sakti, Dewa Pedang Kilat, Dan Raja Harimau Putih. Tanpa ragu ketiganya langsung bergabung di samping Lin Lian Xue, menghadapi keempat Naga Pelindung. Dengan kehadiran mereka, serangan yang awalnya mengancam nyawa kini berhasil dilawan dengan serangan balasan yang sama ganasnya.Pertarungan pun mulai berbalik. Dalam sekejap, Lin Lian Xue berhasil melancarkan pukulan telak pada Naga Selatan, membuatnya terjatuh dengan nafas terputus-putus sebelum akhirnya terkapar tak bernyawa. Ketiga Naga Pelindung lainnya mulai kewalahan menghadapi serangan dari empat pendekar yang begitu kuat.Di tengah kekacauan pertempuran, Kaisar Naga Hitam yang menyaksikan kehancuran pasukannya tak dapat lagi menahan amarah. Dengan wajah merah padam, ia melesat ke arah Lin Lian Xue, bertekad untuk menghabisinya. “Beraninya kau!” teriaknya dengan penuh kebencian.Namun, tepat sebelum Kaisar Naga Hitam berhasil menyentuh Lin Lian Xue, kilatan cahaya putih menyilaukan memotong jalannya, dii
Pagi yang dinanti pun tiba, hari kesembilan di bulan kelima. Langit di atas perbatasan Kekaisaran Utara tampak kelabu, seolah alam turut merasakan ketegangan dari kedua belah pihak yang akan segera terlibat dalam peperangan hidup dan mati. Pasukan gabungan dari Kekaisaran Selatan dan Timur, dipimpin oleh Majikan Pulau Naga, bergerak dalam formasi yang rapi. Di kejauhan, mereka melihat pasukan Kekaisaran Naga Hitam yang telah bersiap di seberang lembah, dipimpin langsung oleh Kaisar Naga Hitam bersama empat Naga Pelindungnya, formasi jabatan baru yang dibentuk setelah kematian banyak petinggi sekte di tangan Liong Yun.Pasukan Kekaisaran Naga Hitam berbaris dengan disiplin. Para prajurit mengenakan jubah hitam dan topeng menyeramkan, diiringi oleh para ahli aliran hitam yang terkenal kejam dan tidak segan-segan mengorbankan nyawa. Sorakan keras terdengar dari barisan mereka, seolah ingin mengguncang keberanian lawan.Majikan Pulau Naga berdiri di atas sebuah bukit kecil, memandang ked
Dua hari kemudian, pasukan dari Kekaisaran Timur dan Kekaisaran Selatan tiba di perbatasan Kota Kekaisaran Utara. Deru langkah ribuan prajurit terdengar bergemuruh, membelah kesunyian pagi di perbatasan yang dingin. Di tengah barisan, sosok-sosok yang menjadi simbol harapan itu bergerak dengan tenang. Kaisar Selatan, didampingi oleh Panglima Guo dan Majikan Pulau Naga, memimpin langsung pasukannya, sementara di sisi lain, Kaisar Timur yang kharismatik tampak maju bersama para jenderal terkuatnya.Kaisar Selatan dengan karisma dan pengalamannya sebagai kaisar nampak berwibawa, sementara kaisar Timur yang dulunya merupakan seorang pendekar sakti menunjukkan kegagahannya. Dua sosok pemimpin pasukan besar yang akan menyerang Kekaisaran Naga Hitam.Menyadari dua pasukan besar ini sangat beresiko terjadi bentrokan dan akan merugikan kedua belah pihak, Kaisar selatan dan Kaisar timur sepakat untuk mengadakan pertemuan.Di tengah-tengah perkemahan pasukan, tenda pertemuan megah didirikan. Pan
Dengan kekuatan yang kini telah ia kerahkan hingga setengah dari kekuatannya, Lo Hao menghantam tanah dengan satu tinju kuat, dan guncangan hebat seketika merambat, membuat retakan-retakan besar merayap ke arah Lin Lian Xue. Pepohonan di sekitar mereka bergetar, beberapa akar tua mencuat dari tanah, membuat medan pertempuran semakin kacau. Lin Lian Xue menghindari retakan itu dengan lompatan gesit, tetapi Lo Hao sudah berada di hadapannya, siap menebasnya dengan tangan yang kini berubah menyerupai cakar hitam tajam.Benturan antara cakar Lo Hao dan pedang Lin Lian Xue memicu kilatan energi yang menyilaukan. Udara di sekitar mereka berdesis seperti terbakar, memancarkan percikan-percikan api dari hantaman yang saling bertarung tanpa henti. Setiap jurus Lin Lian Xue yang berbalut cahaya bak bayangan naga terus mengarah pada titik vital Lo Hao, namun Lo Hao kini bukan hanya bertahan, ia mulai melancarkan serangan-serangan balik yang lebih ganas. "Inilah akhir dari darah Pendekar Naga L
Kegelapan hutan di sekeliling Lin Lian Xue semakin pekat, seperti menggulungnya kabut misterius yang menyelimuti pepohonan dan membuat setiap langkah terasa berat. Pohon-pohon tua dengan akar menjalar seperti makhluk hidup mengintai, dan suara malam yang biasanya tenang kini bergema dengan getar aneh, seakan hutan itu bernafas dengan irama yang seram. Lin Lian Xue tetap bergerak lincah, mengikuti bayangan hitam yang sebelumnya ia kejar di perkemahan, tapi perlahan ia menyadari bahwa ia telah terpisah jauh dari pasukan kekaisaran.Tiba-tiba, sosok itu berhenti di tengah hutan, tepat di sebuah tanah lapang yang disinari temaram cahaya bulan. Di sana, ia berdiri tegak dengan pakaian yang kasar, terbuat dari bulu-bulu hitam yang bercampur darah. Wajahnya keras dan garang, bibirnya melengkung dalam senyuman yang memperlihatkan gigi bertaring.“Selamat datang di kediamanku, Nona Manis,” ucapnya dengan suara berat yang bergaung dalam kegelapan. “Serahkan diri, dan kau akan hidup senang seba
Pasukan besar dari Kekaisaran Selatan terus bergerak menuju utara. Ribuan tentara gagah berderap bersama di bawah kibaran bendera dengan lambang harimau emas, simbol kekuatan dan keberanian Kekaisaran Selatan. Di antara pasukan itu, terlihat sosok Panglima Besar Guo, berdiri kokoh di atas kudanya. Matanya tajam memandang ke depan, seolah membaca setiap rintangan yang akan mereka hadapi. Tubuhnya yang besar dan berotot memancarkan wibawa seorang pemimpin tangguh, dengan wajah yang tampak siap menghadapi apapun demi keselamatan dunia.Di sampingnya, Majikan Pulau Naga, seorang pria tua berambut putih yang tetap tangguh dan penuh kewibawaan. Wajahnya tegas, dengan mata yang memancarkan ketenangan seorang pendekar yang telah melewati banyak pertempuran. Putrinya, seorang pendekar wanita berparas cantik namun memiliki keteguhan yang tak kalah dari ayahnya, mengiringi di sisinya, memegang gagang pedang pusaka keluarga yang dipercayakan padanya sejak kecil. Wajahnya tegas namun tersirat ke
Bayangan keemasan bergerak cepat, melesat di antara pepohonan seperti kilat yang membelah malam. Dewa Tangan Sakti, tokoh tua dunia persilatan yang memiliki kecepatan luar biasa, bergerak dengan satu tujuan. Lembah Angker yang tak bernama, tempat di mana sang pemuda sakti, Liong Yun, tinggal bersama para pengikut setianya. Lembah itu diselimuti oleh kabut beracun yang mematikan, penuh jebakan alam dan binatang buas. Namun bagi Dewa Tangan Sakti, semua itu bukan hambatan. Kecepatannya tak terbendung, meninggalkan jejak bayangan emas di tengah kehampaan.Sesampainya di Lembah Angker, Dewa Tangan Sakti segera masuk ke dalam kediaman sang majikan. Liong Yun, pemuda dengan wajah tampan, rahang tegas, dan alis tebal yang menyerupai sayap elang, duduk diatas batu giok dengan penuh wibawa. Ia seperti seorang pemuda terpelajar yang jauh dari kesan kasarnya dunia persilatan.Senyum lembut menghiasi bibirnya, namun tatapannya dingin dan tajam, memperlihatkan ketenangan yang tak tergoyahkan. Di
Malam itu, suasana di wilayah Utara dan Barat daerah kekuasaan Kekaisaran Naga Hitam berubah mencekam. Angin malam yang biasanya tenang kini terasa dingin menusuk, disertai bayangan-bayangan gelap yang berkelebat di setiap sudut desa. Banyak penduduk ketakutan. Teriakan-teriakan panik terdengar di mana-mana, sementara api unggun di tengah desa-desa berkerlap-kerlip di bawah cahaya rembulan yang dingin."Anakku! Tolong! Dimana anakku?" Seorang wanita tua berlari-lari sambil menangis di depan rumahnya yang sepi."Dia baru saja keluar tadi pagi! Bagaimana bisa dia hilang?" seorang pria tua berbisik kepada tetangganya, gemetar. "Yang lain juga menghilang. Beberapa pemuda lain juga hilang.""Ini pasti perbuatan Iblis!" jawab tetangganya dengan wajah pucat. "Kudengar dari desa sebelah, tiga pemuda juga menghilang dengan cara yang sama! Tak ada jejak, hanya kabut hitam yang tersisa. Mereka yang hilang sama, sama-sama lahir di hari ke satu bulan ke tujuh.""Oh Dewa..." bisik pria tua itu lag
Liong Chen mengangguk, suaranya tetap dingin. "Bukan sembarang darah. Kaisar Naga Hitam memerlukan darah dari seratus perjaka, yang harus diambil dalam dua hari."Pelindung Kanan terdiam sejenak, wajahnya tegang. "Seratus perjaka dalam dua hari? Dalam keadaan seperti ini? Kekuasaan kita sudah terpecah setelah peperangan terakhir!""Jika tidak," lanjut Liong Chen tanpa mengindahkan keluhan itu, "kekuatannya tidak akan pernah pulih sepenuhnya. Dan saat itu terjadi, Kekaisaran Naga Hitam akan kehilangan pemimpinnya selamanya."Pelindung Kanan mengerutkan kening lebih dalam. "Tanpa Kaisar, kita akan hancur... semua pengikutnya akan binasa.""Kau tahu apa yang harus dilakukan," ujar Liong Chen tajam, tatapannya penuh tekanan."Aku akan mengatur semuanya," jawab Pelindung Kanan dengan tegas, meski pikirannya berkecamuk.Setelah Pelindung Kanan meninggalkan ruangan, Liong Chen tetap berdiri di sisi Kaisar Naga Hitam, matanya memperhatikan tubuh lemah penguasa itu. "Seratus nyawa… hanya itu y