Li Cheng meninggalkan pulau Hong menuju Pulau Seribu Ular. Bukan hanya karena permintaan Liong Yun, namun karena ia juga yakin ayahnya juga berada di tempat itu bersama orang-orang Sekte Iblis Pulau Neraka. Jejak sang ayah yang tidak ditemukan di Pulau Hong membuat ia berkeyakinan bahwa orang tuanya itu masih berada di dalam cengkeraman Ketua Sekte Iblis Pulau Neraka.Perjalanan menggunakan perahu ia percepat. Pemuda itu menggunakan Ilmu tenaga dalamnya untuk mendorong perahu. Dalam waktu yang sangat singkat ia sudah berada di Pulau Seribu Ular. Kedatangannya langsung disambut hormat para penjaga pesisir pulau. Mereka memang sudah mengenali Li Cheng sebagai sahabat Liong Yun."Kakak Li!" sapa Liong Yun ketika melihat kedatangan Li Cheng di kediaman rahasianya.Li Cheng memberikan penghormatan kepada Liong Yun. Meski pemuda itu lebih muda darinya, tapi dalam hal nama besar dan kemampuan dalam dunia persilatan ia sadar berada di bawahnya. “Adik Liong, apakah segawat itu keadaannya sehi
“Hmmm… Ilmu Tujuh Gerbang Dewa ya! Memang ilmu itu tidak ada duanya. Tapi mustahil pemuda itu menguasai ilmu itu dengan sempurna. Ilmu yang muncul di dunia persilatan beberapa kali itu adalah ilmu yang tidak sempurna. Jadi tidak perlu kau takutkan!” ucap Dewa Api dengan congkak.Sepengetahuan Dewa Api yang sudah memiliki banyak pengetahuan dalam dunia persilatan, Ilmu Tujuh Gerbang Dewa yang saat ini dimiliki oleh Liong Yun bukan lah ilmu yang murni. Ilmu itu sudah bercampur dengan pemikiran orang yang mendapatkan salinan tidak lengkap dari ilmu itu. Sehingga menurutnya apa yang dimiliki Liong Yun saat ini merupakan Ilmu Tujuh Gerbang Dewa yang tercampur dengan ilmu yang lain.Apa yang dibicarakan oleh Dewa Api itu didengar dengan jelas oleh Liong Yun. Ia yang memiliki kemampuan panca indra di atas rata-rata orang dunia persilatan tentu dengan mudah mendengarnya. Apa yang didengarnya itu cukup membuatnya terkejut. Namun disisi lain ia pun tidak menampik apa yang diceritakan oleh Dewa
Yo Kiang si Raja Iblis Penantang Langit pun berlalu meninggalkan kediaman Malaikat Silat Berwajah Giok dengan perasaan hancur. Ia sama sekali tidak menyangka kekuatan yang ia miliki dapat dipatahkan hanya dalam satu kali gempuran. Hari-hari pun berlalu. Ternyata Yo Kiang tidak benar-benar pergi dari tempat itu. Ia menetap tak jauh dari kediaman Malaikat Silat Berwajah Giok. Ia sepertinya sudah berdamai dengan keadaan dan tidak lagi memikirkan ambisinya untuk mengalahkan sang Malaikat Silat. Giok Lin yang mengetahui Yo Kiang berada tak jauh dari kediamannya, sering mengunjungi lelaki itu. Perlahan-lahan perasaan cinta pun semakin tumbuh diantara keduanya. Hingga hitungan tahun berlalu keduanya memadu kasih tanpa pernah lagi mengungkit kejadian yang terdahulu. Hubungan keduanya pun diketahui Malaikat Silat Berwajah Giok. Ia sendiri tidak mempermasalahkan hal itu. Apalagi dilihatnya Yo Kiang sangat bersungguh-sungguh dan terlihat sudah memperbaiki diri. Dua tahun berlalu, tiba-tiba sa
Sepuluh tahun berlalu, Yo Kang mempelajari Ilmu Tujuh Gerbang Dewa. Namun bukan kemajuan yang didapatkan melainkan sebuah bencana untuk dirinya sendiri. Intisari dan rahasia dari pelajaran dalam kitab tidak bisa ia pecahkan, yang ada secara perlahan tubuhnya digerogoti racun ganas akibat salah dalam mempelajari ilmu Dewa itu. Meskipun tidak berhasil mendapatkan ilmu tertinggi dari Kitab Ilmu Tujuh Gerbang Dewa, bukan berarti Raja Iblis Penantang Langit tetap mengalami kemajuan dalam kesaktian. Walaupun dengan itu ia harus membayar mahal dikarenakan adanya racun ganas yang kini bersemayang di tubuh orang itu. Ilmu Tujuh Gerbang Dewa yang dipelajarinya memang tidak sempurna, namun tetap memberikan kesaktian yang luar biasa. Disisi lain ia pun merasa dibodohi oleh Malaikat Silat Berwajah Giok. Kitab yang diberikan ia anggap tidak lengkap. Ia berpikir hal itu memang sengaja dilakukan oleh Malaikat Silat Berwajah Giok, sehingga berencana membuat perhitungan terhadap tokoh legendaris itu.
“Anak muda, tidak kusangka kemampuanmu sedemikian tinggi. Tidak percuma kau menjadi muridnya Dewa Api. Tapi sayang mungkin hari ini adalah hari terakhir kau menjadi muridnya!” ucap Majikan Pulau Seribu Ular mengejek.Ketua Sekte Iblis Pulau Neraka nampak begitu gusar mendengar ucapan Majikan Pulau Seribu Ular. Ia kembali menyerang dengan hebat. Sedikitpun tidak diberikannya kesempatan lawan untuk bernafas.Namun lagi-lagi keadaan tidak berubah. Keadaan mereka masih seimbang. Bahkan kini mulai nampak Majikan Pulau Seribu Ular lah yang lebih unggul. Tiba-tiba ia menggunakan ilmu simpanannya yang membuat Ketua Sekte Iblis Pulau Neraka terpojok hebat.“Bedebah!” Ketua Sekte Iblis Pulau Neraka merutuk.Ia kemudian melesat ke tempat yang agak jauh lalu membentangkan kedua tangannya ke samping. Tiba-tiba saja langit berubah menjadi gelap. Keadaan Ketua Sekte Iblis Pulau Neraka pun tak ada bedanya. Bola matanya menjadi hitam penuh sementara tubuhnya memancarkan asap kehitaman.“Ilmu Gerban
Serangan mendadak Ye Ling cukup mengagetkan Liong Yun. Ia tidak menyangka sama sekali gadis itu menyerangnya. Memang tak ada sedikitpun pengaruh serangan itu pada keadaannya. Pemuda itu tetap kokoh melayang di udara layaknya seorang Dewa."Sungguh mengerikan kemampuan pemuda ini! Serangan yang dilakukan Ye Ling tadi bukanlah serangan sembarangan. Mungkin kalau aku yang menerima, tak mungkin bisa tetap kokoh tanpa menangkis. Walau tak sampai melukaiku, serangan anak itu tadi mampu membuatku terlempar. Tapi pemuda ini masih kokoh di tempatnya,” gumam Dewa Api penuh rasa kagum dan ngeri. “Mungkin hanya kakak seperguruan yang mampu menandingi kesaktian pemuda ini. Aku harap dengan siasatku ini dapat melenyapkannya. Mengharapkan kakak seperguruan, sepertinya mustahil.”Dewa Api terus melihat jalannya pertarungan antara Liong Yun dan Nan Ye Ling. Ia pun dapat menyimpulkan bahwa pemuda itu memang memiliki perasaan dalam terhadap muridnya. Sehingga di setiap serangan yang dilancarkan oleh Na
“Formasi Delapan Suci Pengurung Iblis!”“Baikk!”Salah seorang dari Delapan Biksu Suci Pembasmi Iblis berseru. Tujuh orang lainnya serentak menjawab dan langsung membentuk formasi. Mereka mengeluarkan lonceng kecil yang dibawa. Tubuh kedelapan Biksu itu memancarkan sinar berwarna kuning. Khas kekuatan orang suci, penangkal Iblis.Liong Yun yang dikepung oleh para biksu itu hanya tersenyum sinis. Ia memang tidak mengetahui siapa mereka, namun ia tahu orang-orang itu adalah orang suci yang seharusnya lepas dari urusan duniawi.“Tidak kusangka orang-orang suci seperti kalian malah tunduk terhadap biang kejahatan dan keserakahan.” sindirnya bernada geram.Kedelapan orang itu mengerutkan kening. Mereka pun langsung saling pandang. Lalu salah seorang dari mereka pun berkata, “Kau yang memiliki hawa iblis jangan mencoba mempengaruhi kami. Kami berada di jalan kebenaran untuk menghapus jalan iblis yang mencoba membuat kebenaran di muka bumi ini. Ilmu sesat Tujuh Gerbang Dewa yang kau miliki i
Semua orang penghuni pulau ular berlarian berusaha meninggalkan pulau. Namun orang-orangnya dewa api mengejar tanpa memberikan mereka ampun. Apalagi mereka dikejar oleh orang-orang yang memiliki kekuatan rata-rata di atas mereka. Hanya majikan pulau seribu ular dan Li Cheng saja yang terlihat masih bisa mengimbangi kekuatan musuh.“Hahaha mau lari kemana kau anak muda? Urusan kita belum selesai!” Pelarian Li Cheng tiba-tiba terhenti. Dihadapannya kini berdiri Wakil ketua sekte Iblis Pulau Neraka bersuara merendahkan. Tak lama kemudian muncul orang-orang utama lain sekte itu. Tapi Sedikitpun Li Cheng tidak gentar. Karena kemampuannya masih berada di atas rata-rata orang yang menghadangnya."Apa kalian kira cecunguk-cecunguk seperti kalian ini bisa mengalahkanku? kalianlah yang seharusnya khawatir karena sudah bertemu dengan maut kalian!” ucap Li Cheng lantang.Tanpa banyak bicara pemuda itu langsung melesat dan menyerang. Ia menggunakan tenaga maksimalnya agar pertarungan cepat sele
Mereka adalah Dewa Tangan Sakti, Dewa Pedang Kilat, Dan Raja Harimau Putih. Tanpa ragu ketiganya langsung bergabung di samping Lin Lian Xue, menghadapi keempat Naga Pelindung. Dengan kehadiran mereka, serangan yang awalnya mengancam nyawa kini berhasil dilawan dengan serangan balasan yang sama ganasnya.Pertarungan pun mulai berbalik. Dalam sekejap, Lin Lian Xue berhasil melancarkan pukulan telak pada Naga Selatan, membuatnya terjatuh dengan nafas terputus-putus sebelum akhirnya terkapar tak bernyawa. Ketiga Naga Pelindung lainnya mulai kewalahan menghadapi serangan dari empat pendekar yang begitu kuat.Di tengah kekacauan pertempuran, Kaisar Naga Hitam yang menyaksikan kehancuran pasukannya tak dapat lagi menahan amarah. Dengan wajah merah padam, ia melesat ke arah Lin Lian Xue, bertekad untuk menghabisinya. “Beraninya kau!” teriaknya dengan penuh kebencian.Namun, tepat sebelum Kaisar Naga Hitam berhasil menyentuh Lin Lian Xue, kilatan cahaya putih menyilaukan memotong jalannya, dii
Pagi yang dinanti pun tiba, hari kesembilan di bulan kelima. Langit di atas perbatasan Kekaisaran Utara tampak kelabu, seolah alam turut merasakan ketegangan dari kedua belah pihak yang akan segera terlibat dalam peperangan hidup dan mati. Pasukan gabungan dari Kekaisaran Selatan dan Timur, dipimpin oleh Majikan Pulau Naga, bergerak dalam formasi yang rapi. Di kejauhan, mereka melihat pasukan Kekaisaran Naga Hitam yang telah bersiap di seberang lembah, dipimpin langsung oleh Kaisar Naga Hitam bersama empat Naga Pelindungnya, formasi jabatan baru yang dibentuk setelah kematian banyak petinggi sekte di tangan Liong Yun.Pasukan Kekaisaran Naga Hitam berbaris dengan disiplin. Para prajurit mengenakan jubah hitam dan topeng menyeramkan, diiringi oleh para ahli aliran hitam yang terkenal kejam dan tidak segan-segan mengorbankan nyawa. Sorakan keras terdengar dari barisan mereka, seolah ingin mengguncang keberanian lawan.Majikan Pulau Naga berdiri di atas sebuah bukit kecil, memandang ked
Dua hari kemudian, pasukan dari Kekaisaran Timur dan Kekaisaran Selatan tiba di perbatasan Kota Kekaisaran Utara. Deru langkah ribuan prajurit terdengar bergemuruh, membelah kesunyian pagi di perbatasan yang dingin. Di tengah barisan, sosok-sosok yang menjadi simbol harapan itu bergerak dengan tenang. Kaisar Selatan, didampingi oleh Panglima Guo dan Majikan Pulau Naga, memimpin langsung pasukannya, sementara di sisi lain, Kaisar Timur yang kharismatik tampak maju bersama para jenderal terkuatnya.Kaisar Selatan dengan karisma dan pengalamannya sebagai kaisar nampak berwibawa, sementara kaisar Timur yang dulunya merupakan seorang pendekar sakti menunjukkan kegagahannya. Dua sosok pemimpin pasukan besar yang akan menyerang Kekaisaran Naga Hitam.Menyadari dua pasukan besar ini sangat beresiko terjadi bentrokan dan akan merugikan kedua belah pihak, Kaisar selatan dan Kaisar timur sepakat untuk mengadakan pertemuan.Di tengah-tengah perkemahan pasukan, tenda pertemuan megah didirikan. Pan
Dengan kekuatan yang kini telah ia kerahkan hingga setengah dari kekuatannya, Lo Hao menghantam tanah dengan satu tinju kuat, dan guncangan hebat seketika merambat, membuat retakan-retakan besar merayap ke arah Lin Lian Xue. Pepohonan di sekitar mereka bergetar, beberapa akar tua mencuat dari tanah, membuat medan pertempuran semakin kacau. Lin Lian Xue menghindari retakan itu dengan lompatan gesit, tetapi Lo Hao sudah berada di hadapannya, siap menebasnya dengan tangan yang kini berubah menyerupai cakar hitam tajam.Benturan antara cakar Lo Hao dan pedang Lin Lian Xue memicu kilatan energi yang menyilaukan. Udara di sekitar mereka berdesis seperti terbakar, memancarkan percikan-percikan api dari hantaman yang saling bertarung tanpa henti. Setiap jurus Lin Lian Xue yang berbalut cahaya bak bayangan naga terus mengarah pada titik vital Lo Hao, namun Lo Hao kini bukan hanya bertahan, ia mulai melancarkan serangan-serangan balik yang lebih ganas. "Inilah akhir dari darah Pendekar Naga L
Kegelapan hutan di sekeliling Lin Lian Xue semakin pekat, seperti menggulungnya kabut misterius yang menyelimuti pepohonan dan membuat setiap langkah terasa berat. Pohon-pohon tua dengan akar menjalar seperti makhluk hidup mengintai, dan suara malam yang biasanya tenang kini bergema dengan getar aneh, seakan hutan itu bernafas dengan irama yang seram. Lin Lian Xue tetap bergerak lincah, mengikuti bayangan hitam yang sebelumnya ia kejar di perkemahan, tapi perlahan ia menyadari bahwa ia telah terpisah jauh dari pasukan kekaisaran.Tiba-tiba, sosok itu berhenti di tengah hutan, tepat di sebuah tanah lapang yang disinari temaram cahaya bulan. Di sana, ia berdiri tegak dengan pakaian yang kasar, terbuat dari bulu-bulu hitam yang bercampur darah. Wajahnya keras dan garang, bibirnya melengkung dalam senyuman yang memperlihatkan gigi bertaring.“Selamat datang di kediamanku, Nona Manis,” ucapnya dengan suara berat yang bergaung dalam kegelapan. “Serahkan diri, dan kau akan hidup senang seba
Pasukan besar dari Kekaisaran Selatan terus bergerak menuju utara. Ribuan tentara gagah berderap bersama di bawah kibaran bendera dengan lambang harimau emas, simbol kekuatan dan keberanian Kekaisaran Selatan. Di antara pasukan itu, terlihat sosok Panglima Besar Guo, berdiri kokoh di atas kudanya. Matanya tajam memandang ke depan, seolah membaca setiap rintangan yang akan mereka hadapi. Tubuhnya yang besar dan berotot memancarkan wibawa seorang pemimpin tangguh, dengan wajah yang tampak siap menghadapi apapun demi keselamatan dunia.Di sampingnya, Majikan Pulau Naga, seorang pria tua berambut putih yang tetap tangguh dan penuh kewibawaan. Wajahnya tegas, dengan mata yang memancarkan ketenangan seorang pendekar yang telah melewati banyak pertempuran. Putrinya, seorang pendekar wanita berparas cantik namun memiliki keteguhan yang tak kalah dari ayahnya, mengiringi di sisinya, memegang gagang pedang pusaka keluarga yang dipercayakan padanya sejak kecil. Wajahnya tegas namun tersirat ke
Bayangan keemasan bergerak cepat, melesat di antara pepohonan seperti kilat yang membelah malam. Dewa Tangan Sakti, tokoh tua dunia persilatan yang memiliki kecepatan luar biasa, bergerak dengan satu tujuan. Lembah Angker yang tak bernama, tempat di mana sang pemuda sakti, Liong Yun, tinggal bersama para pengikut setianya. Lembah itu diselimuti oleh kabut beracun yang mematikan, penuh jebakan alam dan binatang buas. Namun bagi Dewa Tangan Sakti, semua itu bukan hambatan. Kecepatannya tak terbendung, meninggalkan jejak bayangan emas di tengah kehampaan.Sesampainya di Lembah Angker, Dewa Tangan Sakti segera masuk ke dalam kediaman sang majikan. Liong Yun, pemuda dengan wajah tampan, rahang tegas, dan alis tebal yang menyerupai sayap elang, duduk diatas batu giok dengan penuh wibawa. Ia seperti seorang pemuda terpelajar yang jauh dari kesan kasarnya dunia persilatan.Senyum lembut menghiasi bibirnya, namun tatapannya dingin dan tajam, memperlihatkan ketenangan yang tak tergoyahkan. Di
Malam itu, suasana di wilayah Utara dan Barat daerah kekuasaan Kekaisaran Naga Hitam berubah mencekam. Angin malam yang biasanya tenang kini terasa dingin menusuk, disertai bayangan-bayangan gelap yang berkelebat di setiap sudut desa. Banyak penduduk ketakutan. Teriakan-teriakan panik terdengar di mana-mana, sementara api unggun di tengah desa-desa berkerlap-kerlip di bawah cahaya rembulan yang dingin."Anakku! Tolong! Dimana anakku?" Seorang wanita tua berlari-lari sambil menangis di depan rumahnya yang sepi."Dia baru saja keluar tadi pagi! Bagaimana bisa dia hilang?" seorang pria tua berbisik kepada tetangganya, gemetar. "Yang lain juga menghilang. Beberapa pemuda lain juga hilang.""Ini pasti perbuatan Iblis!" jawab tetangganya dengan wajah pucat. "Kudengar dari desa sebelah, tiga pemuda juga menghilang dengan cara yang sama! Tak ada jejak, hanya kabut hitam yang tersisa. Mereka yang hilang sama, sama-sama lahir di hari ke satu bulan ke tujuh.""Oh Dewa..." bisik pria tua itu lag
Liong Chen mengangguk, suaranya tetap dingin. "Bukan sembarang darah. Kaisar Naga Hitam memerlukan darah dari seratus perjaka, yang harus diambil dalam dua hari."Pelindung Kanan terdiam sejenak, wajahnya tegang. "Seratus perjaka dalam dua hari? Dalam keadaan seperti ini? Kekuasaan kita sudah terpecah setelah peperangan terakhir!""Jika tidak," lanjut Liong Chen tanpa mengindahkan keluhan itu, "kekuatannya tidak akan pernah pulih sepenuhnya. Dan saat itu terjadi, Kekaisaran Naga Hitam akan kehilangan pemimpinnya selamanya."Pelindung Kanan mengerutkan kening lebih dalam. "Tanpa Kaisar, kita akan hancur... semua pengikutnya akan binasa.""Kau tahu apa yang harus dilakukan," ujar Liong Chen tajam, tatapannya penuh tekanan."Aku akan mengatur semuanya," jawab Pelindung Kanan dengan tegas, meski pikirannya berkecamuk.Setelah Pelindung Kanan meninggalkan ruangan, Liong Chen tetap berdiri di sisi Kaisar Naga Hitam, matanya memperhatikan tubuh lemah penguasa itu. "Seratus nyawa… hanya itu y