Bab 80. Lelaki berpakaian hitam keabu-abuan terkejut saat menyadari bahwa Liong Yun tidak terpengaruh dengan kekuatan Gerbang Iblis pengendali geraknya. Matanya yang curiga terus memperhatikan pemuda itu yang seolah-olah memiliki kekebalan terhadap kekuatan mengerikan itu. Tidak ada yang istimewa dari pemuda itu dalam pandangannya.“Aku tidak melihat adanya reaksi kekuatan apapun dari tubuh pemuda itu. Tapi apa yang menyebabkan ia kebal terhadap ilmu ini? Menurut kitab Ilmu Tujuh Gerbang Iblis hanya Ilmu tujuh Gerbang Dewa yang mampu menangkal kekuatan ini,” gumam lelaki berpakaian hitam keabu-abuan itu.Namun, yang tidak ia ketahui adalah bahwa Liong Yun sendiri sebenarnya sempat terkena imbas dari kekuatan itu. Setiap serangan sinar Mata Iblis Pembeku Nadi yang mengenai dirinya, Liong Yun merasakan ketidakberdayaan yang luar biasa. Namun, setiap kali serangan itu hampir menjatuhkannya, Ilmu Tujuh Gerbang Dewa yang selama ini menjadi kekuatan andalannya dengan cepat merespon dari da
Liong Yun dan Pendekar Kipas Emas kembali ke kediaman Patriark Thio si Pendekar Pedang Guntur. Entah mengapa ada rasa kekhawatiran dari keduanya akan keadaan Patriark Thio. Walau sebelumnya Liong Yun sudah berhasil mengobati sang pendekar sakti, pemuda itu tetap merasa tidak tenang dan merasakan adanya sesuatu yang tidak beres.Hal itu kemudian juga mulai dirasakan Pendekar Kipas Emas. Perasaan tidak enak mulai merayap di dalam hati keduanya. Dari kejauhan, mereka mencium bau anyir darah yang menguar dari jarak seratus tombak menuju kediaman Patriark Thio.Keduanya segera menggunakan ilmu lari cepat, meluncur seperti angin yang menimbulkan bergoyangnya pohon yang mereka lintasi. Keduanya bergegas menuju tempat itu. Mereka merasakan sesuatu yang mengerikan telah terjadi. Ketika mereka tiba di sana, pemandangan yang mereka temukan begitu mengerikan. Pintu gerbang yang megah telah hancur berkeping-keping, dan mayat penjaga berserakan di seluruh halaman.Keduanya kemudian masuk ke dalam
Liong Yun dan Pendekar Kipas Emas saling pandang, penuh kekhawatiran. Mereka tahu bahwa Patriark Thio, sang Pendekar Pedang Guntur yang legendaris, seharusnya tidak mampu menggunakan kekuatannya saat ini. Namun, petunjuk yang ada menunjukkan bahwa teknik Pedang Guntur telah digunakan dalam serangan ini. Pertanyaan mereka pun semakin rumit. Siapa yang bisa mengendalikan teknik ini jika bukan Patriark Thio?Keduanya kemudian memiliki kesepakatan untuk berpencar mencari informasi apa yang sebenarnya terjadi. Mereka akan bertemu lagi satu purnama kedepan. ***"Paman, apa bisa mengantarkan aku ke pulau seberang?"Sebuah perahu kecil melintas di hadapan Liong Yun. Pemuda itu pun langsung meminta pemilik pemilik perahu itu mengantarkannya ke pulau seberang yang terlihat kecil di tengah laut dari pesisir tempat Liong Yun berdiri itu.Beberapa waktu yang lalu Liong Yun sempat mendapatkan sebuah petunjuk keberadaan Pendekar Pedang Guntur. Saat itu ia memutuskan untuk mengikuti petunjuk itu tan
Elang Api tidak menyangka Liong Yun memiliki kesaktian yang begitu luar biasa. Meskipun ia mendengar tentang kehebatan sang Pendekar Bayangan Maut dengan Ilmu Tujuh Gerbang Dewanya, namun ia tidak menyangka Liong Yun akan dapat mengambang di udara dan bergerak cepat mendahuluinya bagaikan terbang. “Entah ada urusan apa kau denganku, hingga berniat menghabisiku di tempat ini, yang pasti dapat ku tebak kau ada hubungannya dengan Pendekar Pedang Guntur yang menghilang atau bahkan ada hubungannya dengan orang-orang yang telah menghabisi keluargaku. Kalau kau tidak mengatakan sesuatu tentang itu, kujamin ini adalah hari terakhir kau melihat dunia.”Bagaikan Malaikat Maut yang terbang di udara yang bersiap mengambil nyawa seseorang, perbawa Liong Yun benar-benar mengerikan. Kekuatan yang terpancar dari tubuhnya begitu menakutkan. Jin Li Hong benar-benar dibuat ciut nyalinya. Tapi ia juga tidak mungkin menjawab pertanyaan pemuda itu. Ada ancaman lebih kejam yang menantinya apabila itu ia l
Para penjaga pantai yang tadi sempat ragu, akhirnya mengikuti perintah pemimpin mereka yang terlihat tidak bersemangat. Mereka membentuk formasi, berusaha menyerang Liong Yun. Namun, begitu mereka mendekat, Liong Yun bergerak dengan kecepatan yang luar biasa. Seperti bayangan yang meluncur di atas air, dia mampu menghindari setiap serangan dengan mudah.Liong Yun tidak ingin melukai mereka secara fatal, jadi dia menggunakan teknik bertarung yang lebih banyak menghindar dari pada melakukan serangan. Karena apabila ia menyerang sudah dapat dipastikan para penjaga itu akan tewas. Meski begitu gerak cepat yang ia lakukan benar-benar membuat para penjaga semakin frustasi.Dalam hitungan detik, Liong Yun telah melumpuhkan semua penjaga pantai. Mereka tergeletak di pasir pantai, tak berdaya. Mereka merasa tidak terluka sedikitpun sehingga mengira tidak terjadi apa-apa. Namun setelah para penjaga pantai itu melakukan pengerahan tenaga barulah mereka tahu bahwa mereka sudah dicacati. Nadi bel
“Kau telah memaksaku menggunakan kekuatan ini. Tak akan ada satupun yang terlewat bila Mata Dewaku ini menghendaki kematian!” ucap Liong Yun dengan nada dingin.Lelaki berpakaian merah bergidik mendengar ucapan Liong Yun, ia sadar ucapan itu bukan ucapan kosong. Ketegangan merasuki tubuhnya saat ia menyadari betapa berbahayanya pemuda di hadapannya. Dia berusaha mengumpulkan sisa-sisa kekuatannya, namun tubuhnya masih terpaku oleh cahaya jingga yang mengelilinginya.Liong Yun, dengan penuh perbawa tinggi, membentangkan tangan kanannya ke depan dan berseru, "Tapak Dewa Kematian!" Sebuah telapak tangan berwarna jingga melesat dengan kecepatan kilat ke arah lelaki berpakaian merah yang pucat wajahnya. Tapak Dewa Kematian merupakan wujud dari penggabungan kekuatan Gerbang Penglihatan, Gerbang Perasa, Pengecap, tiga gerbang indra manusia yang menimbulkan kehampaan dan perasaan ketakutan. Lelaki Berpakaian Merah merasakan betapa kekuatan Tapak Dewa Kematian benar-benar mengerikan. Ia yang
“Serang!!!”Lelaki berpakaian hitam dengan topeng Iblis Merah berteriak memerintahkan serangan, dan serentak ratusan orang itu mengepung Liong Yun. Saat itu, Liong Yun yang sudah menarik kekuatan Ilmu Tujuh Gerbang Dewanya, dan kembali matanya terpejam. Lalu pemuda itu menggunakan tenaga inti api untuk menghadapi orang-orang yang mengeroyoknya.Kekuatan inti api putih yang dikerahkannya menyebarkan hawa sangat panas, mengubah sekitarnya menjadi medan pertempuran yang menakutkan. Angin panas yang memancar dari tubuhnya membuat orang-orang yang mengepungnya merasa seolah tengah berada di dekat pusaran api yang berkobar.Para pengeroyoknya merasakan hawa di sekeliling mereka menjadi sangat panas, membuat mereka melenguh dan berusaha untuk melindungi diri dari panas yang tak tertahankan. Beberapa di antara mereka mulai berkeringat dan merasakan rasa terbakar di kulit mereka. Sementara, Liong Yun tetap tenang, menunjukkan perbawanya pada energi yang mengalir melalui dirinya.Liong Yun kemu
Liong Yun melangkahkan kakinya dengan gagah menuju sebuah bangunan besar yang berada tepat di tengah-tengah Pulau Hong. Kemunculannya di tempat itu menarik perhatian siapa saja yang dilintasi atau yang berpapasan dengannya. Ada yang memberikan senyuman ramah namun ada juga yang bersikap waspada seperti melihat seorang musuh.Pusat pemerintahan Pulau Hong memang berada di tengah-tengah Pulau itu. Jarak antara pesisir pantai dan juga hutan yang dilewati oleh Liong Yun tadi memang cukup jauh dari pusat pemerintahan itu. Sehingga apa yang terjadi di pesisir pantai ataupun dalam hutan tempat Liong Yun mengamuk tadi belum tentu diketahui oleh orang-orang yang berada di sana.Dua orang lelaki berpakaian seorang pendekar namun dihiasi beberapa buah gelang berwarna keemasan di kedua lengannya menghampiri Liong Yun. Mereka memberi hormat lalu salah satunya berkata, “Salam anak muda! Sepertinya kau bukan penduduk pulau Hong ini. Dan aku lihat kau juga bukan bagian dari tuan Ma. Entah apa yang
Mereka adalah Dewa Tangan Sakti, Dewa Pedang Kilat, Dan Raja Harimau Putih. Tanpa ragu ketiganya langsung bergabung di samping Lin Lian Xue, menghadapi keempat Naga Pelindung. Dengan kehadiran mereka, serangan yang awalnya mengancam nyawa kini berhasil dilawan dengan serangan balasan yang sama ganasnya.Pertarungan pun mulai berbalik. Dalam sekejap, Lin Lian Xue berhasil melancarkan pukulan telak pada Naga Selatan, membuatnya terjatuh dengan nafas terputus-putus sebelum akhirnya terkapar tak bernyawa. Ketiga Naga Pelindung lainnya mulai kewalahan menghadapi serangan dari empat pendekar yang begitu kuat.Di tengah kekacauan pertempuran, Kaisar Naga Hitam yang menyaksikan kehancuran pasukannya tak dapat lagi menahan amarah. Dengan wajah merah padam, ia melesat ke arah Lin Lian Xue, bertekad untuk menghabisinya. “Beraninya kau!” teriaknya dengan penuh kebencian.Namun, tepat sebelum Kaisar Naga Hitam berhasil menyentuh Lin Lian Xue, kilatan cahaya putih menyilaukan memotong jalannya, dii
Pagi yang dinanti pun tiba, hari kesembilan di bulan kelima. Langit di atas perbatasan Kekaisaran Utara tampak kelabu, seolah alam turut merasakan ketegangan dari kedua belah pihak yang akan segera terlibat dalam peperangan hidup dan mati. Pasukan gabungan dari Kekaisaran Selatan dan Timur, dipimpin oleh Majikan Pulau Naga, bergerak dalam formasi yang rapi. Di kejauhan, mereka melihat pasukan Kekaisaran Naga Hitam yang telah bersiap di seberang lembah, dipimpin langsung oleh Kaisar Naga Hitam bersama empat Naga Pelindungnya, formasi jabatan baru yang dibentuk setelah kematian banyak petinggi sekte di tangan Liong Yun.Pasukan Kekaisaran Naga Hitam berbaris dengan disiplin. Para prajurit mengenakan jubah hitam dan topeng menyeramkan, diiringi oleh para ahli aliran hitam yang terkenal kejam dan tidak segan-segan mengorbankan nyawa. Sorakan keras terdengar dari barisan mereka, seolah ingin mengguncang keberanian lawan.Majikan Pulau Naga berdiri di atas sebuah bukit kecil, memandang ked
Dua hari kemudian, pasukan dari Kekaisaran Timur dan Kekaisaran Selatan tiba di perbatasan Kota Kekaisaran Utara. Deru langkah ribuan prajurit terdengar bergemuruh, membelah kesunyian pagi di perbatasan yang dingin. Di tengah barisan, sosok-sosok yang menjadi simbol harapan itu bergerak dengan tenang. Kaisar Selatan, didampingi oleh Panglima Guo dan Majikan Pulau Naga, memimpin langsung pasukannya, sementara di sisi lain, Kaisar Timur yang kharismatik tampak maju bersama para jenderal terkuatnya.Kaisar Selatan dengan karisma dan pengalamannya sebagai kaisar nampak berwibawa, sementara kaisar Timur yang dulunya merupakan seorang pendekar sakti menunjukkan kegagahannya. Dua sosok pemimpin pasukan besar yang akan menyerang Kekaisaran Naga Hitam.Menyadari dua pasukan besar ini sangat beresiko terjadi bentrokan dan akan merugikan kedua belah pihak, Kaisar selatan dan Kaisar timur sepakat untuk mengadakan pertemuan.Di tengah-tengah perkemahan pasukan, tenda pertemuan megah didirikan. Pan
Dengan kekuatan yang kini telah ia kerahkan hingga setengah dari kekuatannya, Lo Hao menghantam tanah dengan satu tinju kuat, dan guncangan hebat seketika merambat, membuat retakan-retakan besar merayap ke arah Lin Lian Xue. Pepohonan di sekitar mereka bergetar, beberapa akar tua mencuat dari tanah, membuat medan pertempuran semakin kacau. Lin Lian Xue menghindari retakan itu dengan lompatan gesit, tetapi Lo Hao sudah berada di hadapannya, siap menebasnya dengan tangan yang kini berubah menyerupai cakar hitam tajam.Benturan antara cakar Lo Hao dan pedang Lin Lian Xue memicu kilatan energi yang menyilaukan. Udara di sekitar mereka berdesis seperti terbakar, memancarkan percikan-percikan api dari hantaman yang saling bertarung tanpa henti. Setiap jurus Lin Lian Xue yang berbalut cahaya bak bayangan naga terus mengarah pada titik vital Lo Hao, namun Lo Hao kini bukan hanya bertahan, ia mulai melancarkan serangan-serangan balik yang lebih ganas. "Inilah akhir dari darah Pendekar Naga L
Kegelapan hutan di sekeliling Lin Lian Xue semakin pekat, seperti menggulungnya kabut misterius yang menyelimuti pepohonan dan membuat setiap langkah terasa berat. Pohon-pohon tua dengan akar menjalar seperti makhluk hidup mengintai, dan suara malam yang biasanya tenang kini bergema dengan getar aneh, seakan hutan itu bernafas dengan irama yang seram. Lin Lian Xue tetap bergerak lincah, mengikuti bayangan hitam yang sebelumnya ia kejar di perkemahan, tapi perlahan ia menyadari bahwa ia telah terpisah jauh dari pasukan kekaisaran.Tiba-tiba, sosok itu berhenti di tengah hutan, tepat di sebuah tanah lapang yang disinari temaram cahaya bulan. Di sana, ia berdiri tegak dengan pakaian yang kasar, terbuat dari bulu-bulu hitam yang bercampur darah. Wajahnya keras dan garang, bibirnya melengkung dalam senyuman yang memperlihatkan gigi bertaring.“Selamat datang di kediamanku, Nona Manis,” ucapnya dengan suara berat yang bergaung dalam kegelapan. “Serahkan diri, dan kau akan hidup senang seba
Pasukan besar dari Kekaisaran Selatan terus bergerak menuju utara. Ribuan tentara gagah berderap bersama di bawah kibaran bendera dengan lambang harimau emas, simbol kekuatan dan keberanian Kekaisaran Selatan. Di antara pasukan itu, terlihat sosok Panglima Besar Guo, berdiri kokoh di atas kudanya. Matanya tajam memandang ke depan, seolah membaca setiap rintangan yang akan mereka hadapi. Tubuhnya yang besar dan berotot memancarkan wibawa seorang pemimpin tangguh, dengan wajah yang tampak siap menghadapi apapun demi keselamatan dunia.Di sampingnya, Majikan Pulau Naga, seorang pria tua berambut putih yang tetap tangguh dan penuh kewibawaan. Wajahnya tegas, dengan mata yang memancarkan ketenangan seorang pendekar yang telah melewati banyak pertempuran. Putrinya, seorang pendekar wanita berparas cantik namun memiliki keteguhan yang tak kalah dari ayahnya, mengiringi di sisinya, memegang gagang pedang pusaka keluarga yang dipercayakan padanya sejak kecil. Wajahnya tegas namun tersirat ke
Bayangan keemasan bergerak cepat, melesat di antara pepohonan seperti kilat yang membelah malam. Dewa Tangan Sakti, tokoh tua dunia persilatan yang memiliki kecepatan luar biasa, bergerak dengan satu tujuan. Lembah Angker yang tak bernama, tempat di mana sang pemuda sakti, Liong Yun, tinggal bersama para pengikut setianya. Lembah itu diselimuti oleh kabut beracun yang mematikan, penuh jebakan alam dan binatang buas. Namun bagi Dewa Tangan Sakti, semua itu bukan hambatan. Kecepatannya tak terbendung, meninggalkan jejak bayangan emas di tengah kehampaan.Sesampainya di Lembah Angker, Dewa Tangan Sakti segera masuk ke dalam kediaman sang majikan. Liong Yun, pemuda dengan wajah tampan, rahang tegas, dan alis tebal yang menyerupai sayap elang, duduk diatas batu giok dengan penuh wibawa. Ia seperti seorang pemuda terpelajar yang jauh dari kesan kasarnya dunia persilatan.Senyum lembut menghiasi bibirnya, namun tatapannya dingin dan tajam, memperlihatkan ketenangan yang tak tergoyahkan. Di
Malam itu, suasana di wilayah Utara dan Barat daerah kekuasaan Kekaisaran Naga Hitam berubah mencekam. Angin malam yang biasanya tenang kini terasa dingin menusuk, disertai bayangan-bayangan gelap yang berkelebat di setiap sudut desa. Banyak penduduk ketakutan. Teriakan-teriakan panik terdengar di mana-mana, sementara api unggun di tengah desa-desa berkerlap-kerlip di bawah cahaya rembulan yang dingin."Anakku! Tolong! Dimana anakku?" Seorang wanita tua berlari-lari sambil menangis di depan rumahnya yang sepi."Dia baru saja keluar tadi pagi! Bagaimana bisa dia hilang?" seorang pria tua berbisik kepada tetangganya, gemetar. "Yang lain juga menghilang. Beberapa pemuda lain juga hilang.""Ini pasti perbuatan Iblis!" jawab tetangganya dengan wajah pucat. "Kudengar dari desa sebelah, tiga pemuda juga menghilang dengan cara yang sama! Tak ada jejak, hanya kabut hitam yang tersisa. Mereka yang hilang sama, sama-sama lahir di hari ke satu bulan ke tujuh.""Oh Dewa..." bisik pria tua itu lag
Liong Chen mengangguk, suaranya tetap dingin. "Bukan sembarang darah. Kaisar Naga Hitam memerlukan darah dari seratus perjaka, yang harus diambil dalam dua hari."Pelindung Kanan terdiam sejenak, wajahnya tegang. "Seratus perjaka dalam dua hari? Dalam keadaan seperti ini? Kekuasaan kita sudah terpecah setelah peperangan terakhir!""Jika tidak," lanjut Liong Chen tanpa mengindahkan keluhan itu, "kekuatannya tidak akan pernah pulih sepenuhnya. Dan saat itu terjadi, Kekaisaran Naga Hitam akan kehilangan pemimpinnya selamanya."Pelindung Kanan mengerutkan kening lebih dalam. "Tanpa Kaisar, kita akan hancur... semua pengikutnya akan binasa.""Kau tahu apa yang harus dilakukan," ujar Liong Chen tajam, tatapannya penuh tekanan."Aku akan mengatur semuanya," jawab Pelindung Kanan dengan tegas, meski pikirannya berkecamuk.Setelah Pelindung Kanan meninggalkan ruangan, Liong Chen tetap berdiri di sisi Kaisar Naga Hitam, matanya memperhatikan tubuh lemah penguasa itu. "Seratus nyawa… hanya itu y