Home / Fantasi / ILMU TUJUH GERBANG DEWA / Bab 67. Perjuangan Hidup Tombak Penghancur Gunung

Share

Bab 67. Perjuangan Hidup Tombak Penghancur Gunung

Author: Junaidi Al Banjari
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56
“Nama Sekte Trisula Hitam tidak terlalu mentereng di dunia persilatan ini. Orang-orang yang ada di sana pun aku tidak tahu persis kehebatannya, apa memang berisi atau hanya tong kosong nyaring bunyinya. Apapun itu sedikitpun aku tidak takut. Bukan aku yang mengganggu kesenanganmu, tapi kedatanganmu lah yang membuat giliranku mendapat layanan bergeser,” ucap lelaki tua yang ternyata seorang tokoh kenamaan bergelar Tongkat Penghancur Gunung.

Orang ini tidak jelas berada di pihak mana. Entah ia berada di aliran hitam ataupun aliran putih tidak ada yang mengetahuinya dan tidak ada yang memperdulikan. Sepak terjangnya yang mau menang sendiri membuat orang-orang aliran hitam ataupun putih memilih untuk menghindari.

Dikarenakan adatnya yang buruk itulah, ia jarang memiliki teman di dunia persilatan. Bisa dikatakan ia memang tidak memilikinya karena tidak ada satu orang pun yang mau bergabung dengan nya walaupun mengenali bahwa orang tua itu merupakan salah satu tokoh sakti di dunia pers
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Papaku Andrew Gabe
bikin 2 bab autor..
goodnovel comment avatar
Maryati Bronz
lanjuuuuttttt
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   Bab 68. Jatidiri Sang Pelindung Sekte

    Tubuh Juan Oek terpental. Bukannya berhasil melukai lawannya malah ia sendiri yang terpental lalu dihempaskan ke tanah. Sementara pedang yang akan digunakannya untuk menebas leher tombak penghancur gunung patah hancur berkeping-keping. Tiba-tiba saja sebuah kekuatan misterius menyelimuti tempat pertarungan. Tanah bergetar, seolah turut merasakan kekuatan misterius yang datang. Kekuatan itu berupa bayangan yang mengacaukan serangan Juan Oek. Juan Oek terhempas dengan keras ke belakang, terpental jauh dan tak berdaya. Tatapannya memandang heran ke arah Tombak Penghancur Gunung yang tak tergoyahkan, lalu pandangannya memudar. Ia tidak dapat mengerti apa yang sedang terjadi.Kejadian itu sangat cepat. Saat-saat genting dalam hitungan detik kematian akan menjemput tombak penghancur gunung bayangan misterius melesat di antara kegelapan malam. Bayangan yang berkilauan oleh cahaya putih terang, memancarkan aura kekuatan yang menakjubkan. Juan Oek mencoba bangkit. Betapa terkejutnya ia ket

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   Bab 69. Berhadapan Dengan Liong Yun, Sang Pendekar Bayangan Maut

    “Sekarang bersiaplah untuk bertemu kematian,” ucap Juan Oek kepada Lu Jiau si Tombak Penghancur Gunung.Kedua pendekar itu saling berhadapan di tengah hutan, mata mereka memandang tajam satu sama lain, dan aura kekuatan mereka terasa begitu mendalam. Pendekar Pedang Perak, Juan Oek, melambangkan ketenangan dan kematangan dalam gerakannya. Sementara Pendekar Tombak Penghancur Gunung, Lu Jiau, memancarkan kemarahan dan kecepatan yang luar biasa.Pertarungan dimulai dengan serangan kilat dari Lu Jiau, yang mengayunkan tombaknya dengan cepat. Namun, Pendekar Pedang Perak dengan mudah menghindari serangan tersebut dan memberikan serangan balasan, Pelindung Utara Sekte Trisula Hitam itu mulai bergerak dengan sangat lincah. Namanya yang disebut sebagai Pendekar Pedang Perak itu merupakan perlambang bahwa ia merupakan seorang ahli pedang tingkat tinggi. Dan terbukti ketika ia sudah menggunakan pedang itu, Tombak Penghancur Gunung dibuat kelabakan mendapat serangan beruntun Juan Oek itu. Peda

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   Bab 70. Upaya Perguruan Merpati Perak Menghapus Saksi Hidup Pembantaian Keluarga Liong.

    Liong Yun menatap Juan Oek dengan serius dan berbicara dengan tegas, "Aku akan memberimu kesempatan untuk hidup, tapi jangan sekali-kali berusaha menipuku Aku akan selalu memantau gerak-gerikmu. Apabila kelak aku mengetahui kau hanya menipu untuk mencari selamat, maka sekalipun kau bersembunyi di lubang semut, aku akan menemukanmu!" Juan Oek tersenyum dan menjawab, "Tentu saja, aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang kau berikan. Kau boleh menghabisiku kalau memang aku menipumu." Keduanya pun kemudian berpisah melanjutkan rencana mereka masing-masing. Juan Oek juga berjanji akan bertemu lagi dengan Liong Yun satu pekan mendatang untuk memberikan informasi mendalam tentang sekte Trisula Hitam yang saat ini ia ikuti. Liong Yun memutuskan untuk mengurungkan niatnya menuju markas besar perkumpulan Trisula Hitam. Ia akan menunggu kabar dari Juan Oek yang akan membawa berita tentang perkumpulan tersebut. Pemuda itu memutuskan untuk kembali ke rumah tempat ia dilahirkan dulu untuk m

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   Bab 71. Pil Sakti Penambah Kekuatan Sepuluh Kali lipat.

    "Apabila benar orang ini adalah kakek dari Yu Liang, maka urusan sedikit runyam. Orang ini kemampuannya tidak berada di bawahku. Ditambah Ketua Sekte Bintang Api itu, tentu aku bukan lawannya. Kecuali aku menggunakan pil pemberian pemimpin, baru bisa mengalahkan keduanya.” Ketua Perguruan Merpati Perak terlihat mulai gentar dengan ucapan Raja Harimau Hitam. Saat ini memang pihaknya memiliki banyak orang, namun rata-rata kekuatan mereka berada di bawah dua orang tokoh yang melindungi keluarga Yu Liang itu. Bila terjadi bentrokan besar kedua belah pihak maka pihak keluarga Yu lah yang akan menang. Di sisi lain tidak mungkin bagi Ketua Perguruan Merpati Perak mengurungkan diri untuk melakukan serangan. Apabila rahasia yang dibawa oleh keluarga Yu sampai ke tangan orang lain maka Perguruan Merpati Perak akan mendapatkan ancaman besar. Bisa saja mereka dibasmi sampai ke akar-akarnya karena tidak bisa menjaga rahasia. “Anak-anak habisi mereka jangan sisakan satupun!” Pada akhirnya Ke

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   Bab 72. Pil Yang Tak Berguna, Hanya Membawa Ke Kematian.

    "Rupanya kau sudah berada di tempat ini anak muda! Kedatanganmu benar-benar di waktu yang tepat. Sedikit saja kau terlambat, mungkin kami sudah menjadi mayat. Kalau begitu kami Serahkan semuanya kepadamu!" ucap Ketua Sekte Bintang Api setelah mengetahui yang muncul ternyata adalah Liong Yun. Liong Yun tersenyum dengan matanya yang terpejam. Kemudian ia membalikkan badannya kepada Ketua Perguruan Merpati Perak itu. Tiba-tiba saja wajah pemuda itu berubah menjadi sangat dingin. Hal itu membuat nyali Ketua Sekte Merpati Perak itu menjadi ciut.Ketakutanan itu menjadi semakin bertambah setelah ia mengetahui dari Ketua Sekte Bintang Api bahwa pemuda yang tadi menghalangi serangannya adalah Liong Yun atau si Pendekar Bayangan Maut. Tentu ia tidak heran mengapa pemuda itu bisa menahan serangannya. Apalagi Liong Yun memang termasuk orang yang ditakuti oleh pemimpinnya saat ini."Aku akan melepaskanmu dan mungkin hanya membuntungi sebelah tanganmu apabila kau bersedia mengatakan rahasia yang

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   Bab 73. Pendekar Kipas Emas

    Bab 70. Pagi itu, Liong Yun berada di perbatasan Negeri Timur dan barat. Tepatnya ia berada di kota Xianglan. Pemuda itu berencana singgah di rumah makan untuk mengganjal perutnya yang sudah hampir tiga hari hanya memakan buah-buahan di hutan selama dalam perjalanan. Memang beberapa waktu ini ia hanya melakukan perjalanan dengan berjalan kaki tanpa menggunakan ilmu meringankan tubuh. Sehingga perjalanannya lebih lambat dari biasanya.Tepat akan memasuki pintu gerbang kota Xianglan, terlihat beberapa orang yang tampaknya berasal dari dunia persilatan sedang mengerubungi sesuatu. Liong Yun pun menjadi penasaran dan mendekatinya. Ternyata mereka sedang melihat sebuah pengumuman yang dipasang mengatasnamakan ketua dunia persilatan saat ini.“Diundang kepada seluruh insan dunia persilatan baik dari aliran hitam maupun aliran putih berhadir di Puncak Bukit Awan Dewa untuk menghadiri pemilihan ketua dunia persilatan.” isi pengumuman itu. “Dua pekan lagi pertemuan besar ini dilaksanakan. K

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   Bab 74. Tantangan Majikan Lembah Iblis

    Liong Yun terus mendengarkan percakapan antara Pendekar Kipas Emas dengan dua orang pendekar yang datang menghadap kepadanya. Dari pembicaraan itu dia juga mengetahui bahwa setan tengkorak dari Timur sedang mengincar Patriark Thio. Kedua pendekar yang datang itu berharap pendekar kipas emas dapat membantu“Tentu sebisa mungkin aku akan membantu keluarga Patriark Thio. Mudah-mudahan saja tenagaku ini bisa digunakan untuk menghadapi Setan Tengkorak Dari Timur itu. Terakhir aku bertemu dengannya kekuatan kami seimbang. Entah saat ini apakah ia bisa kulampaui atau bahkan sebaliknya dialah yang berada di atasku," ucap Pendekar Kipas Emas menerangkan. "Kami sangat yakin Yang Mulia dapat mengalahkan Setan Tengkorak dari Timur itu. Bukankah dulu pertarungan antara Yang Mulia dengannya berakhir seimbang. Namun sekarang dengan kemampuan yang dimiliki oleh Yang Mulia tentu kekuatan Yang Mulia lebih kuat dan akan mampu memenangkan pertarungan seandainya itu terjadi," ucap salah seorang pendekar.

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   Bab 75. Sang Pendekar Sakti Turun Tangan.

    “Aku Thio Chun, anak sulung Patriark keluarga kami. Terlepas dari kemampuanku yang mungkin tidak seperti kemampuan ayahku, rasa-rasanya aku masih pantas berhadapan denganmu dan mewakili Ayahku untuk menghabisimu!"Lelaki berusia empat puluh tahunan yang keluar dari kediaman keluarga Thio itu balas ucapan Majikan Lembah Iblis dengan perkataan tajam. Ia juga sedikit memamerkan kekuatannya yang memperlihatkan telapak tangannya menghafalkan asap berwarna kehitaman.“Tapak Dewa Racun!” gumam Majikan Lembah Iblis.Meskipun tidak terlihat menunjukkan kegentaran atas kemunculan Thio Chun dan ucapannya yang tajam itu, majikan lembah iblis tetap berhati-hati. Ia kenal betul dengan ilmu tapak Dewa racun yang dimiliki oleh lelaki yang mengaku sebagai putra sulung Pendekar Pedang Guntur itu. Hanya saja yang membuatnya sedikit merasa heran mengapa orang itu memiliki ilmu yang tidak bisa dikatakan sebagai ilmu yang berasal dari aliran putih itu. "Tidak disangka seorang pendekar Pedang Guntur memil

Latest chapter

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   Bab 174. Pertarungan Terakhir Liong Yun dan Kaisar Naga Hitam (TAMAT)

    Mereka adalah Dewa Tangan Sakti, Dewa Pedang Kilat, Dan Raja Harimau Putih. Tanpa ragu ketiganya langsung bergabung di samping Lin Lian Xue, menghadapi keempat Naga Pelindung. Dengan kehadiran mereka, serangan yang awalnya mengancam nyawa kini berhasil dilawan dengan serangan balasan yang sama ganasnya.Pertarungan pun mulai berbalik. Dalam sekejap, Lin Lian Xue berhasil melancarkan pukulan telak pada Naga Selatan, membuatnya terjatuh dengan nafas terputus-putus sebelum akhirnya terkapar tak bernyawa. Ketiga Naga Pelindung lainnya mulai kewalahan menghadapi serangan dari empat pendekar yang begitu kuat.Di tengah kekacauan pertempuran, Kaisar Naga Hitam yang menyaksikan kehancuran pasukannya tak dapat lagi menahan amarah. Dengan wajah merah padam, ia melesat ke arah Lin Lian Xue, bertekad untuk menghabisinya. “Beraninya kau!” teriaknya dengan penuh kebencian.Namun, tepat sebelum Kaisar Naga Hitam berhasil menyentuh Lin Lian Xue, kilatan cahaya putih menyilaukan memotong jalannya, dii

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   BAB 173. Peperangan Penentuan

    Pagi yang dinanti pun tiba, hari kesembilan di bulan kelima. Langit di atas perbatasan Kekaisaran Utara tampak kelabu, seolah alam turut merasakan ketegangan dari kedua belah pihak yang akan segera terlibat dalam peperangan hidup dan mati. Pasukan gabungan dari Kekaisaran Selatan dan Timur, dipimpin oleh Majikan Pulau Naga, bergerak dalam formasi yang rapi. Di kejauhan, mereka melihat pasukan Kekaisaran Naga Hitam yang telah bersiap di seberang lembah, dipimpin langsung oleh Kaisar Naga Hitam bersama empat Naga Pelindungnya, formasi jabatan baru yang dibentuk setelah kematian banyak petinggi sekte di tangan Liong Yun.Pasukan Kekaisaran Naga Hitam berbaris dengan disiplin. Para prajurit mengenakan jubah hitam dan topeng menyeramkan, diiringi oleh para ahli aliran hitam yang terkenal kejam dan tidak segan-segan mengorbankan nyawa. Sorakan keras terdengar dari barisan mereka, seolah ingin mengguncang keberanian lawan.Majikan Pulau Naga berdiri di atas sebuah bukit kecil, memandang ked

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   Bab 172: Persekutuan

    Dua hari kemudian, pasukan dari Kekaisaran Timur dan Kekaisaran Selatan tiba di perbatasan Kota Kekaisaran Utara. Deru langkah ribuan prajurit terdengar bergemuruh, membelah kesunyian pagi di perbatasan yang dingin. Di tengah barisan, sosok-sosok yang menjadi simbol harapan itu bergerak dengan tenang. Kaisar Selatan, didampingi oleh Panglima Guo dan Majikan Pulau Naga, memimpin langsung pasukannya, sementara di sisi lain, Kaisar Timur yang kharismatik tampak maju bersama para jenderal terkuatnya.Kaisar Selatan dengan karisma dan pengalamannya sebagai kaisar nampak berwibawa, sementara kaisar Timur yang dulunya merupakan seorang pendekar sakti menunjukkan kegagahannya. Dua sosok pemimpin pasukan besar yang akan menyerang Kekaisaran Naga Hitam.Menyadari dua pasukan besar ini sangat beresiko terjadi bentrokan dan akan merugikan kedua belah pihak, Kaisar selatan dan Kaisar timur sepakat untuk mengadakan pertemuan.Di tengah-tengah perkemahan pasukan, tenda pertemuan megah didirikan. Pan

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   Bab 171. Pertemuan Dengan Liong Yun

    Dengan kekuatan yang kini telah ia kerahkan hingga setengah dari kekuatannya, Lo Hao menghantam tanah dengan satu tinju kuat, dan guncangan hebat seketika merambat, membuat retakan-retakan besar merayap ke arah Lin Lian Xue. Pepohonan di sekitar mereka bergetar, beberapa akar tua mencuat dari tanah, membuat medan pertempuran semakin kacau. Lin Lian Xue menghindari retakan itu dengan lompatan gesit, tetapi Lo Hao sudah berada di hadapannya, siap menebasnya dengan tangan yang kini berubah menyerupai cakar hitam tajam.Benturan antara cakar Lo Hao dan pedang Lin Lian Xue memicu kilatan energi yang menyilaukan. Udara di sekitar mereka berdesis seperti terbakar, memancarkan percikan-percikan api dari hantaman yang saling bertarung tanpa henti. Setiap jurus Lin Lian Xue yang berbalut cahaya bak bayangan naga terus mengarah pada titik vital Lo Hao, namun Lo Hao kini bukan hanya bertahan, ia mulai melancarkan serangan-serangan balik yang lebih ganas. "Inilah akhir dari darah Pendekar Naga L

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   Bab 170. Musuh Besar Pendekar Naga Langit

    Kegelapan hutan di sekeliling Lin Lian Xue semakin pekat, seperti menggulungnya kabut misterius yang menyelimuti pepohonan dan membuat setiap langkah terasa berat. Pohon-pohon tua dengan akar menjalar seperti makhluk hidup mengintai, dan suara malam yang biasanya tenang kini bergema dengan getar aneh, seakan hutan itu bernafas dengan irama yang seram. Lin Lian Xue tetap bergerak lincah, mengikuti bayangan hitam yang sebelumnya ia kejar di perkemahan, tapi perlahan ia menyadari bahwa ia telah terpisah jauh dari pasukan kekaisaran.Tiba-tiba, sosok itu berhenti di tengah hutan, tepat di sebuah tanah lapang yang disinari temaram cahaya bulan. Di sana, ia berdiri tegak dengan pakaian yang kasar, terbuat dari bulu-bulu hitam yang bercampur darah. Wajahnya keras dan garang, bibirnya melengkung dalam senyuman yang memperlihatkan gigi bertaring.“Selamat datang di kediamanku, Nona Manis,” ucapnya dengan suara berat yang bergaung dalam kegelapan. “Serahkan diri, dan kau akan hidup senang seba

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   Bab 169. Ilmu Harimau Neraka

    Pasukan besar dari Kekaisaran Selatan terus bergerak menuju utara. Ribuan tentara gagah berderap bersama di bawah kibaran bendera dengan lambang harimau emas, simbol kekuatan dan keberanian Kekaisaran Selatan. Di antara pasukan itu, terlihat sosok Panglima Besar Guo, berdiri kokoh di atas kudanya. Matanya tajam memandang ke depan, seolah membaca setiap rintangan yang akan mereka hadapi. Tubuhnya yang besar dan berotot memancarkan wibawa seorang pemimpin tangguh, dengan wajah yang tampak siap menghadapi apapun demi keselamatan dunia.Di sampingnya, Majikan Pulau Naga, seorang pria tua berambut putih yang tetap tangguh dan penuh kewibawaan. Wajahnya tegas, dengan mata yang memancarkan ketenangan seorang pendekar yang telah melewati banyak pertempuran. Putrinya, seorang pendekar wanita berparas cantik namun memiliki keteguhan yang tak kalah dari ayahnya, mengiringi di sisinya, memegang gagang pedang pusaka keluarga yang dipercayakan padanya sejak kecil. Wajahnya tegas namun tersirat ke

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   Bab 168. Kegelapan Yang Sempurna

    Bayangan keemasan bergerak cepat, melesat di antara pepohonan seperti kilat yang membelah malam. Dewa Tangan Sakti, tokoh tua dunia persilatan yang memiliki kecepatan luar biasa, bergerak dengan satu tujuan. Lembah Angker yang tak bernama, tempat di mana sang pemuda sakti, Liong Yun, tinggal bersama para pengikut setianya. Lembah itu diselimuti oleh kabut beracun yang mematikan, penuh jebakan alam dan binatang buas. Namun bagi Dewa Tangan Sakti, semua itu bukan hambatan. Kecepatannya tak terbendung, meninggalkan jejak bayangan emas di tengah kehampaan.Sesampainya di Lembah Angker, Dewa Tangan Sakti segera masuk ke dalam kediaman sang majikan. Liong Yun, pemuda dengan wajah tampan, rahang tegas, dan alis tebal yang menyerupai sayap elang, duduk diatas batu giok dengan penuh wibawa. Ia seperti seorang pemuda terpelajar yang jauh dari kesan kasarnya dunia persilatan.Senyum lembut menghiasi bibirnya, namun tatapannya dingin dan tajam, memperlihatkan ketenangan yang tak tergoyahkan. Di

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   Bab 167. Kekacauan Daerah Utara

    Malam itu, suasana di wilayah Utara dan Barat daerah kekuasaan Kekaisaran Naga Hitam berubah mencekam. Angin malam yang biasanya tenang kini terasa dingin menusuk, disertai bayangan-bayangan gelap yang berkelebat di setiap sudut desa. Banyak penduduk ketakutan. Teriakan-teriakan panik terdengar di mana-mana, sementara api unggun di tengah desa-desa berkerlap-kerlip di bawah cahaya rembulan yang dingin."Anakku! Tolong! Dimana anakku?" Seorang wanita tua berlari-lari sambil menangis di depan rumahnya yang sepi."Dia baru saja keluar tadi pagi! Bagaimana bisa dia hilang?" seorang pria tua berbisik kepada tetangganya, gemetar. "Yang lain juga menghilang. Beberapa pemuda lain juga hilang.""Ini pasti perbuatan Iblis!" jawab tetangganya dengan wajah pucat. "Kudengar dari desa sebelah, tiga pemuda juga menghilang dengan cara yang sama! Tak ada jejak, hanya kabut hitam yang tersisa. Mereka yang hilang sama, sama-sama lahir di hari ke satu bulan ke tujuh.""Oh Dewa..." bisik pria tua itu lag

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   Bab 166. Rahasia Belum Terpecahkan

    Liong Chen mengangguk, suaranya tetap dingin. "Bukan sembarang darah. Kaisar Naga Hitam memerlukan darah dari seratus perjaka, yang harus diambil dalam dua hari."Pelindung Kanan terdiam sejenak, wajahnya tegang. "Seratus perjaka dalam dua hari? Dalam keadaan seperti ini? Kekuasaan kita sudah terpecah setelah peperangan terakhir!""Jika tidak," lanjut Liong Chen tanpa mengindahkan keluhan itu, "kekuatannya tidak akan pernah pulih sepenuhnya. Dan saat itu terjadi, Kekaisaran Naga Hitam akan kehilangan pemimpinnya selamanya."Pelindung Kanan mengerutkan kening lebih dalam. "Tanpa Kaisar, kita akan hancur... semua pengikutnya akan binasa.""Kau tahu apa yang harus dilakukan," ujar Liong Chen tajam, tatapannya penuh tekanan."Aku akan mengatur semuanya," jawab Pelindung Kanan dengan tegas, meski pikirannya berkecamuk.Setelah Pelindung Kanan meninggalkan ruangan, Liong Chen tetap berdiri di sisi Kaisar Naga Hitam, matanya memperhatikan tubuh lemah penguasa itu. "Seratus nyawa… hanya itu y

DMCA.com Protection Status