Home / Fantasi / ILMU TUJUH GERBANG DEWA / Bab 62. Tewasnya Raja Iblis Penggetar Langit, Dan Munculnya Kekuatan Menakutkan

Share

Bab 62. Tewasnya Raja Iblis Penggetar Langit, Dan Munculnya Kekuatan Menakutkan

Author: Junaidi Al Banjari
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

“Tidak kusangka ia memiliki pertahanan yang kuat.”

Liong Yun cukup dibuat terkejut dengan ketangguhan yang dimiliki oleh Raja Iblis Penggetar Langit. Ia mengira dapat mengalahkan orang tua itu ketika menggunakan ilmu tenaga inti api tingkat tertinggi. Namun dengan ilmu tujuh gerbang iblis yang masih mentah, Raja Iblis Penggetar Langit masih terlalu tangguh. Ilmu tenaga inti api hanya mampu bertarung seimbang dengan orang tua itu.

Pertarungan terus berjalan dengan sengit. Beberapa waktu berjalan tidak ada satupun diantara mereka yang menunjukkan siapa yang lebih unggul. Kemampuan mereka sama kuat dan mematikan. Keadaan hutan pun semakin kacau balau. Liong Yun khawatir bantuan musuh datang. Dia lah tentu yang dalam kerugian.

Kebingungan itu bukan hanya dialami oleh Liong Yun. Raja Iblis Penggetar Langit juga dibuat kebingungan dengan yang terjadi. Ia tidak mengira ada ilmu yang mampu menandingi kekuatan yang ia miliki selain ilmu tujuh gerbang Dewa.

Bagaimana bisa pemuda ini bertahan
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Kiki Hendry
mana dimana
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   Bab 63. Musuh Bermunculan

    Liong Yun bergerak cepat menyusul kepergian orang yang mengintainya. Ia penasaran apakah yang mengintainya tadi memang memiliki ilmu tenaga sakti tujuh gerbang iblis seperti yang ia rasakan. Karena kekuatan yang ia rasakan itu sangat mirip dengan kekuatan yang dimiliki oleh Raja Iblis Penggetar Langit, namun ini jauh lebih murni dan menakutkan.Hingga bermil-mil Liong Yun berusaha mengejar orang yang dicarinya namun tidak ada lagi jejak yang orang itu tinggalkan. Tanpa sadar ia pun sudah jauh meninggalkan hutan larangan. Sehingga ia pun akhirnya memutuskan untuk berhenti melakukan pencarian. “Hmmmm… Sepertinya hanya tinggal satu bendera putih yang tersisa di Hutan Larangan itu. Bendera yang merupakan kunci sebuah bantal menuju penyimpanan Pedang Naga Langit yang selama ini dicari. Aku sebenarnya tidak membutuhkan pedang itu, hanya saja apabila itu jatuh ke tangan orang lain maka akan sangat berbahaya dan bisa sangat merugikan. Setidaknya aku simpan bendera itu agar tidak jatuh ketan

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   Bab 64. Ancaman Kepada Liong Yun

    “Siapa kau?” tanya Liong Yun setengah membentak.Lelaki merupakan serba putih yang muncul di hadapan Liong Yun saat ini memakai topeng dari kulit sehingga ia tidak dapat mengenali orang itu. Yang lebih luar biasa, wajah orang itu tetap tidak bisa dilihat menggunakan kekuatan mata.Liong Yun yang penasaran mencoba untuk menggunakan kekuatan ilmu tujuh gerbang Dewa. Ia memancarkan kekuatan itu dan menggunakan pandangan mata dewanya. Ketika ia melihat ke arah lelaki berpakaian serba putih itu Liong Yun dibuat sangat terkejut. Ternyata ilmu mata Dewa yang ia miliki tetap tidak dapat melihat wajah asli orang itu. "Kau tidak akan dapat melihat siapa aku sebenarnya, bocah! Meskipun kamu menggunakan ilmu tujuh gerbang Dewa kau tidak akan dapat melakukannya. Karena ilmu itu masih dikuasai separuhnya saja. Bahkan dari tujuh kekuatan yang dimiliki oleh ilmu sakti itu kau baru bisa membuka dua kekuatannya saja. Dibandingkan dengan ilmu tujuh gerbang iblis yang aku miliki kekuatanmu masih belum

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   Bab 65. Dibalik siasat Lin Yu Long

    Tetua dunia persilatan yang merupakan salah seorang dari ketua perguruan besar itu menjadi sangat heran ketika mendapati mayat-mayat lelaki berpakaian serba hitam yang bergelimpangan. Ia mengira dua gadis itu yang berhasil mengalahkan mereka. Namun disisi lain hati kecilnya tidak percaya apa yang dilihatnya itu. Mustahil para gadis itu bisa mengalahkan orang-orang berpakaian hitam yang memiliki ranah kultivasi diatas mereka. "Bukan kami yang mengalahkan orang-orang itu, tetua. Bahkan sebelumnya kami menjadi tawanan mereka sampai akhirnya tidak sadarkan diri. Setelah kami siuman, keadaannya sudah seperti ini. Sepertinya ada orang lain yang melakukannya, tetua!” jawab Nona Bia satu dari praktisi yang berhasil kembali dengan selamat. Tetua yang bernama Yun Jian, ketua perguruan Jari Emas itu mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia memang sudah menduga bahwa orang-orang berpakaian serba hitam itu orang lain yang melakukannya. Namun yang masih menjadi misteri dalam pikiran Yun Jian adalah bag

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   Bab 66. Pelindung Utara Sekte Trisula Hitam

    Liong Yun bergerak cepat kembali ke gunung awan emas. Ia berharap bisa mendapatkan petunjuk lain tentang penyelenggara kompetisi, Lin Yu Long. "Ternyata benar orang yang mengaku Lin Yu Long itu sudah tidak berada di tempat lagi. Sepertinya mereka sudah melarikan diri karena merasa kedok mereka sudah diketahui oleh orang-orang dunia persilatan,” gumam Liong Yun. Karena merasa tidak ada lagi yang bisa ia lakukan di tempat itu, Liong Yun pun meninggalkan bukit awan emas. Ia berniat untuk kembali melakukan pencarian orang-orang yang sudah membantai keluarganya. Orang yang menjadi petunjuk besar tentang siapa saja yang terlibat adalah Patriark Ma. Karena informasi yang ia ketahui tentang siapa saja yang terlibat dalam pembantaian keluarganya itu terbatas, dan Patriark Ma lah yang mengetahui semuanya. Seketika Liong Yun teringat Yuan Chao yang selalu menyertainya. Saat itu ada keinginan untuk mencari pengawal pribadinya itu. Namun ketika mengingat bahwa peranan Yuan Chao di Sekte Binta

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   Bab 67. Perjuangan Hidup Tombak Penghancur Gunung

    “Nama Sekte Trisula Hitam tidak terlalu mentereng di dunia persilatan ini. Orang-orang yang ada di sana pun aku tidak tahu persis kehebatannya, apa memang berisi atau hanya tong kosong nyaring bunyinya. Apapun itu sedikitpun aku tidak takut. Bukan aku yang mengganggu kesenanganmu, tapi kedatanganmu lah yang membuat giliranku mendapat layanan bergeser,” ucap lelaki tua yang ternyata seorang tokoh kenamaan bergelar Tongkat Penghancur Gunung. Orang ini tidak jelas berada di pihak mana. Entah ia berada di aliran hitam ataupun aliran putih tidak ada yang mengetahuinya dan tidak ada yang memperdulikan. Sepak terjangnya yang mau menang sendiri membuat orang-orang aliran hitam ataupun putih memilih untuk menghindari. Dikarenakan adatnya yang buruk itulah, ia jarang memiliki teman di dunia persilatan. Bisa dikatakan ia memang tidak memilikinya karena tidak ada satu orang pun yang mau bergabung dengan nya walaupun mengenali bahwa orang tua itu merupakan salah satu tokoh sakti di dunia pers

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   Bab 68. Jatidiri Sang Pelindung Sekte

    Tubuh Juan Oek terpental. Bukannya berhasil melukai lawannya malah ia sendiri yang terpental lalu dihempaskan ke tanah. Sementara pedang yang akan digunakannya untuk menebas leher tombak penghancur gunung patah hancur berkeping-keping. Tiba-tiba saja sebuah kekuatan misterius menyelimuti tempat pertarungan. Tanah bergetar, seolah turut merasakan kekuatan misterius yang datang. Kekuatan itu berupa bayangan yang mengacaukan serangan Juan Oek. Juan Oek terhempas dengan keras ke belakang, terpental jauh dan tak berdaya. Tatapannya memandang heran ke arah Tombak Penghancur Gunung yang tak tergoyahkan, lalu pandangannya memudar. Ia tidak dapat mengerti apa yang sedang terjadi.Kejadian itu sangat cepat. Saat-saat genting dalam hitungan detik kematian akan menjemput tombak penghancur gunung bayangan misterius melesat di antara kegelapan malam. Bayangan yang berkilauan oleh cahaya putih terang, memancarkan aura kekuatan yang menakjubkan. Juan Oek mencoba bangkit. Betapa terkejutnya ia ket

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   Bab 69. Berhadapan Dengan Liong Yun, Sang Pendekar Bayangan Maut

    “Sekarang bersiaplah untuk bertemu kematian,” ucap Juan Oek kepada Lu Jiau si Tombak Penghancur Gunung.Kedua pendekar itu saling berhadapan di tengah hutan, mata mereka memandang tajam satu sama lain, dan aura kekuatan mereka terasa begitu mendalam. Pendekar Pedang Perak, Juan Oek, melambangkan ketenangan dan kematangan dalam gerakannya. Sementara Pendekar Tombak Penghancur Gunung, Lu Jiau, memancarkan kemarahan dan kecepatan yang luar biasa.Pertarungan dimulai dengan serangan kilat dari Lu Jiau, yang mengayunkan tombaknya dengan cepat. Namun, Pendekar Pedang Perak dengan mudah menghindari serangan tersebut dan memberikan serangan balasan, Pelindung Utara Sekte Trisula Hitam itu mulai bergerak dengan sangat lincah. Namanya yang disebut sebagai Pendekar Pedang Perak itu merupakan perlambang bahwa ia merupakan seorang ahli pedang tingkat tinggi. Dan terbukti ketika ia sudah menggunakan pedang itu, Tombak Penghancur Gunung dibuat kelabakan mendapat serangan beruntun Juan Oek itu. Peda

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   Bab 70. Upaya Perguruan Merpati Perak Menghapus Saksi Hidup Pembantaian Keluarga Liong.

    Liong Yun menatap Juan Oek dengan serius dan berbicara dengan tegas, "Aku akan memberimu kesempatan untuk hidup, tapi jangan sekali-kali berusaha menipuku Aku akan selalu memantau gerak-gerikmu. Apabila kelak aku mengetahui kau hanya menipu untuk mencari selamat, maka sekalipun kau bersembunyi di lubang semut, aku akan menemukanmu!" Juan Oek tersenyum dan menjawab, "Tentu saja, aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang kau berikan. Kau boleh menghabisiku kalau memang aku menipumu." Keduanya pun kemudian berpisah melanjutkan rencana mereka masing-masing. Juan Oek juga berjanji akan bertemu lagi dengan Liong Yun satu pekan mendatang untuk memberikan informasi mendalam tentang sekte Trisula Hitam yang saat ini ia ikuti. Liong Yun memutuskan untuk mengurungkan niatnya menuju markas besar perkumpulan Trisula Hitam. Ia akan menunggu kabar dari Juan Oek yang akan membawa berita tentang perkumpulan tersebut. Pemuda itu memutuskan untuk kembali ke rumah tempat ia dilahirkan dulu untuk m

Latest chapter

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   Bab 174. Pertarungan Terakhir Liong Yun dan Kaisar Naga Hitam (TAMAT)

    Mereka adalah Dewa Tangan Sakti, Dewa Pedang Kilat, Dan Raja Harimau Putih. Tanpa ragu ketiganya langsung bergabung di samping Lin Lian Xue, menghadapi keempat Naga Pelindung. Dengan kehadiran mereka, serangan yang awalnya mengancam nyawa kini berhasil dilawan dengan serangan balasan yang sama ganasnya.Pertarungan pun mulai berbalik. Dalam sekejap, Lin Lian Xue berhasil melancarkan pukulan telak pada Naga Selatan, membuatnya terjatuh dengan nafas terputus-putus sebelum akhirnya terkapar tak bernyawa. Ketiga Naga Pelindung lainnya mulai kewalahan menghadapi serangan dari empat pendekar yang begitu kuat.Di tengah kekacauan pertempuran, Kaisar Naga Hitam yang menyaksikan kehancuran pasukannya tak dapat lagi menahan amarah. Dengan wajah merah padam, ia melesat ke arah Lin Lian Xue, bertekad untuk menghabisinya. “Beraninya kau!” teriaknya dengan penuh kebencian.Namun, tepat sebelum Kaisar Naga Hitam berhasil menyentuh Lin Lian Xue, kilatan cahaya putih menyilaukan memotong jalannya, dii

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   BAB 173. Peperangan Penentuan

    Pagi yang dinanti pun tiba, hari kesembilan di bulan kelima. Langit di atas perbatasan Kekaisaran Utara tampak kelabu, seolah alam turut merasakan ketegangan dari kedua belah pihak yang akan segera terlibat dalam peperangan hidup dan mati. Pasukan gabungan dari Kekaisaran Selatan dan Timur, dipimpin oleh Majikan Pulau Naga, bergerak dalam formasi yang rapi. Di kejauhan, mereka melihat pasukan Kekaisaran Naga Hitam yang telah bersiap di seberang lembah, dipimpin langsung oleh Kaisar Naga Hitam bersama empat Naga Pelindungnya, formasi jabatan baru yang dibentuk setelah kematian banyak petinggi sekte di tangan Liong Yun.Pasukan Kekaisaran Naga Hitam berbaris dengan disiplin. Para prajurit mengenakan jubah hitam dan topeng menyeramkan, diiringi oleh para ahli aliran hitam yang terkenal kejam dan tidak segan-segan mengorbankan nyawa. Sorakan keras terdengar dari barisan mereka, seolah ingin mengguncang keberanian lawan.Majikan Pulau Naga berdiri di atas sebuah bukit kecil, memandang ked

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   Bab 172: Persekutuan

    Dua hari kemudian, pasukan dari Kekaisaran Timur dan Kekaisaran Selatan tiba di perbatasan Kota Kekaisaran Utara. Deru langkah ribuan prajurit terdengar bergemuruh, membelah kesunyian pagi di perbatasan yang dingin. Di tengah barisan, sosok-sosok yang menjadi simbol harapan itu bergerak dengan tenang. Kaisar Selatan, didampingi oleh Panglima Guo dan Majikan Pulau Naga, memimpin langsung pasukannya, sementara di sisi lain, Kaisar Timur yang kharismatik tampak maju bersama para jenderal terkuatnya.Kaisar Selatan dengan karisma dan pengalamannya sebagai kaisar nampak berwibawa, sementara kaisar Timur yang dulunya merupakan seorang pendekar sakti menunjukkan kegagahannya. Dua sosok pemimpin pasukan besar yang akan menyerang Kekaisaran Naga Hitam.Menyadari dua pasukan besar ini sangat beresiko terjadi bentrokan dan akan merugikan kedua belah pihak, Kaisar selatan dan Kaisar timur sepakat untuk mengadakan pertemuan.Di tengah-tengah perkemahan pasukan, tenda pertemuan megah didirikan. Pan

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   Bab 171. Pertemuan Dengan Liong Yun

    Dengan kekuatan yang kini telah ia kerahkan hingga setengah dari kekuatannya, Lo Hao menghantam tanah dengan satu tinju kuat, dan guncangan hebat seketika merambat, membuat retakan-retakan besar merayap ke arah Lin Lian Xue. Pepohonan di sekitar mereka bergetar, beberapa akar tua mencuat dari tanah, membuat medan pertempuran semakin kacau. Lin Lian Xue menghindari retakan itu dengan lompatan gesit, tetapi Lo Hao sudah berada di hadapannya, siap menebasnya dengan tangan yang kini berubah menyerupai cakar hitam tajam.Benturan antara cakar Lo Hao dan pedang Lin Lian Xue memicu kilatan energi yang menyilaukan. Udara di sekitar mereka berdesis seperti terbakar, memancarkan percikan-percikan api dari hantaman yang saling bertarung tanpa henti. Setiap jurus Lin Lian Xue yang berbalut cahaya bak bayangan naga terus mengarah pada titik vital Lo Hao, namun Lo Hao kini bukan hanya bertahan, ia mulai melancarkan serangan-serangan balik yang lebih ganas. "Inilah akhir dari darah Pendekar Naga L

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   Bab 170. Musuh Besar Pendekar Naga Langit

    Kegelapan hutan di sekeliling Lin Lian Xue semakin pekat, seperti menggulungnya kabut misterius yang menyelimuti pepohonan dan membuat setiap langkah terasa berat. Pohon-pohon tua dengan akar menjalar seperti makhluk hidup mengintai, dan suara malam yang biasanya tenang kini bergema dengan getar aneh, seakan hutan itu bernafas dengan irama yang seram. Lin Lian Xue tetap bergerak lincah, mengikuti bayangan hitam yang sebelumnya ia kejar di perkemahan, tapi perlahan ia menyadari bahwa ia telah terpisah jauh dari pasukan kekaisaran.Tiba-tiba, sosok itu berhenti di tengah hutan, tepat di sebuah tanah lapang yang disinari temaram cahaya bulan. Di sana, ia berdiri tegak dengan pakaian yang kasar, terbuat dari bulu-bulu hitam yang bercampur darah. Wajahnya keras dan garang, bibirnya melengkung dalam senyuman yang memperlihatkan gigi bertaring.“Selamat datang di kediamanku, Nona Manis,” ucapnya dengan suara berat yang bergaung dalam kegelapan. “Serahkan diri, dan kau akan hidup senang seba

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   Bab 169. Ilmu Harimau Neraka

    Pasukan besar dari Kekaisaran Selatan terus bergerak menuju utara. Ribuan tentara gagah berderap bersama di bawah kibaran bendera dengan lambang harimau emas, simbol kekuatan dan keberanian Kekaisaran Selatan. Di antara pasukan itu, terlihat sosok Panglima Besar Guo, berdiri kokoh di atas kudanya. Matanya tajam memandang ke depan, seolah membaca setiap rintangan yang akan mereka hadapi. Tubuhnya yang besar dan berotot memancarkan wibawa seorang pemimpin tangguh, dengan wajah yang tampak siap menghadapi apapun demi keselamatan dunia.Di sampingnya, Majikan Pulau Naga, seorang pria tua berambut putih yang tetap tangguh dan penuh kewibawaan. Wajahnya tegas, dengan mata yang memancarkan ketenangan seorang pendekar yang telah melewati banyak pertempuran. Putrinya, seorang pendekar wanita berparas cantik namun memiliki keteguhan yang tak kalah dari ayahnya, mengiringi di sisinya, memegang gagang pedang pusaka keluarga yang dipercayakan padanya sejak kecil. Wajahnya tegas namun tersirat ke

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   Bab 168. Kegelapan Yang Sempurna

    Bayangan keemasan bergerak cepat, melesat di antara pepohonan seperti kilat yang membelah malam. Dewa Tangan Sakti, tokoh tua dunia persilatan yang memiliki kecepatan luar biasa, bergerak dengan satu tujuan. Lembah Angker yang tak bernama, tempat di mana sang pemuda sakti, Liong Yun, tinggal bersama para pengikut setianya. Lembah itu diselimuti oleh kabut beracun yang mematikan, penuh jebakan alam dan binatang buas. Namun bagi Dewa Tangan Sakti, semua itu bukan hambatan. Kecepatannya tak terbendung, meninggalkan jejak bayangan emas di tengah kehampaan.Sesampainya di Lembah Angker, Dewa Tangan Sakti segera masuk ke dalam kediaman sang majikan. Liong Yun, pemuda dengan wajah tampan, rahang tegas, dan alis tebal yang menyerupai sayap elang, duduk diatas batu giok dengan penuh wibawa. Ia seperti seorang pemuda terpelajar yang jauh dari kesan kasarnya dunia persilatan.Senyum lembut menghiasi bibirnya, namun tatapannya dingin dan tajam, memperlihatkan ketenangan yang tak tergoyahkan. Di

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   Bab 167. Kekacauan Daerah Utara

    Malam itu, suasana di wilayah Utara dan Barat daerah kekuasaan Kekaisaran Naga Hitam berubah mencekam. Angin malam yang biasanya tenang kini terasa dingin menusuk, disertai bayangan-bayangan gelap yang berkelebat di setiap sudut desa. Banyak penduduk ketakutan. Teriakan-teriakan panik terdengar di mana-mana, sementara api unggun di tengah desa-desa berkerlap-kerlip di bawah cahaya rembulan yang dingin."Anakku! Tolong! Dimana anakku?" Seorang wanita tua berlari-lari sambil menangis di depan rumahnya yang sepi."Dia baru saja keluar tadi pagi! Bagaimana bisa dia hilang?" seorang pria tua berbisik kepada tetangganya, gemetar. "Yang lain juga menghilang. Beberapa pemuda lain juga hilang.""Ini pasti perbuatan Iblis!" jawab tetangganya dengan wajah pucat. "Kudengar dari desa sebelah, tiga pemuda juga menghilang dengan cara yang sama! Tak ada jejak, hanya kabut hitam yang tersisa. Mereka yang hilang sama, sama-sama lahir di hari ke satu bulan ke tujuh.""Oh Dewa..." bisik pria tua itu lag

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   Bab 166. Rahasia Belum Terpecahkan

    Liong Chen mengangguk, suaranya tetap dingin. "Bukan sembarang darah. Kaisar Naga Hitam memerlukan darah dari seratus perjaka, yang harus diambil dalam dua hari."Pelindung Kanan terdiam sejenak, wajahnya tegang. "Seratus perjaka dalam dua hari? Dalam keadaan seperti ini? Kekuasaan kita sudah terpecah setelah peperangan terakhir!""Jika tidak," lanjut Liong Chen tanpa mengindahkan keluhan itu, "kekuatannya tidak akan pernah pulih sepenuhnya. Dan saat itu terjadi, Kekaisaran Naga Hitam akan kehilangan pemimpinnya selamanya."Pelindung Kanan mengerutkan kening lebih dalam. "Tanpa Kaisar, kita akan hancur... semua pengikutnya akan binasa.""Kau tahu apa yang harus dilakukan," ujar Liong Chen tajam, tatapannya penuh tekanan."Aku akan mengatur semuanya," jawab Pelindung Kanan dengan tegas, meski pikirannya berkecamuk.Setelah Pelindung Kanan meninggalkan ruangan, Liong Chen tetap berdiri di sisi Kaisar Naga Hitam, matanya memperhatikan tubuh lemah penguasa itu. "Seratus nyawa… hanya itu y

DMCA.com Protection Status