Home / Fantasi / ILMU TUJUH GERBANG DEWA / Bab 22. Melepaskan Paviliun Gerbang Naga Utara

Share

Bab 22. Melepaskan Paviliun Gerbang Naga Utara

Author: Junaidi Al Banjari
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

“Anak muda keluarlah! Ada hal yang aku ingin tanyakan padamu!” teriak lelaki separuh baya yang dipanggil oleh murid-murid sekte Paviliun Gerbang Naga Utara itu dengan sebutan guru.

Liong Yun tahu yang dimaksud orang tua separuh baya itu adalah dirinya. Ia pun mengangguk dan keluar dengan perlahan dari rumah makan diikuti oleh Yuan Chao yang juga sudah berganti pakaian berwarna abu-abu. Murid utama Sekte Bintang Dewa itu khawatir Liong Yun akan menghabisi orang-orang itu.

"Anak muda, namaku Ji Bun Salah satu guru pembantu di sekte gerbang naga Utara. Aku hanya ingin memastikan bahwa kau adalah pemuda yang tadi malam datang ke perguruan kami atau bukan.”

“Sebenarnya aku tidak mengerti apa yang kau maksudkan. Tapi Silahkan!”

Jibun setengah tidak memperhatikan ucapan Liong Yun. Ia langsung mengamati wajah pemuda itu bahkan seluruh tubuhnya dari atas sampai bawah. Memang ada kesamaan dengan pemuda yang tadi malam datang ke tempat mereka. Namun jelas sekali perbedaan wajah pemuda itu.

“An
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   Bab 23. Peta Pusaka Pedang Naga Langit

    “Ayah, Kakek, aku sudah mencari di segala penjuru rumah kita tidak ada sedikitpun petunjuk tentang Pedang Naga Langit Itu. Aku menjadi sangat ragu apakah pedang itu benar-benar ada.”Seorang gadis berusia sekitar 16 tahun muncul di ruang tamu dan setengah merengek menyampaikan hasil pencariannya. Ia adalah Ma Ye Ling, putri tunggal Ma Jin Wu yang berbicara dengan pemimpin keluarga Ma, Ma Jin Long. Tidak hanya nampak butiran-butiran air yang menandakan Ia baru saja melakukan aktivitas yang membuat keringatnya keluar.“Ye Ling, mengapa kau tidak tau aturan main masuk saja kamar kakekmu tanpa mengetuk terlebih dahulu," tegur Ma Jin Wu melihat anaknya tiba-tiba saja nyelonong masuk.Ma Ye Ling menghentakkan kakinya tidak suka dibentak oleh sang ayah. Ia kemudian mendekati kakeknya dan bergelayutan di bahu orang tua itu. Ia mengadukan perbuatan sang hayah dianggapnya telah menindasnya kepada sang kakek. Ma Jin Long hanya tersenyum melihat kelakuan cucunya. "Sudah-sudah, mana mungkin ad

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   Bab 24. Putri Keluarga Ma

    Ma Ye Ling mengerutkan kening mendengar jawaban Yuan Chao. Keadaan kedua orang yang berada di depannya tidak mirip sebagai majikan dan pembantunya. Mereka lebih mirip seperti Ayah dan anaknya atau paman dan keponakannya. Namun Ia pun tidak mungkin memaksa orang lain mengaku untuk hal sepele seperti itu.“Sepertinya kalian bukan orang sini, apakah kalian diundang pemimpin kota untuk menghibur?”Kepolosan Ye Ling hampir membuat Yuan Chao tersedak. Ia merasa geli gadis itu menyangka ia dan Liong Yun merupakan artis panggilan yang biasa menghibur orang-orang. Tentu hal itu sebenarnya sudah dipastikan tidak mirip sama sekali. Karena kebanyakan dari para penghibur itu merupakan para pemain kecapi dan penyanyinya kebanyakan adalah seorang perempuan.“Hee.. Bukan Nona! Kami hanya pelancong yang kebetulan singgah di kota ini. Apakah nona ini penduduk kota ini?” tanya Yuan Chao balik.Ye Ling hanya tersenyum tidak menjawab pertanyaan Yuan Chao. Lalu ia dengan seenak hatinya duduk di samping le

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   Bab 25. Tantangan Sepuluh Jurus

    “Setan Badak Hitam,” dengus Ma Ye Ling. Entah kenapa Ayah dan Kakek tidak pernah mau menyingkirkan orang ini.Beberapa saat kemudian lelaki gempal yang disebut sebagai Setan Badak Hitam oleh Ye Ling tadi memasuki rumah makan. Ia nampak tercekat melihat gadis itu berada di sana. Sebaliknya Ye Ling nampak muak melihat lelaki gempal itu."Tidak kusangka di tempat ini aku akan bertemu denganmu keponakan. Tidak enak rasa-rasanya bersenang-senang di hadapan anak kecil. Lebih baik aku pergi saja dari sini!”“Berhenti! Lepaskan gadis itu dulu Badak Hitam! kalau tidak aku akan membunuhmu!”Langkah Badak Hitam terhenti. Sesaat wajahnya berubah menjadi menyeramkan. Hanya sesaat wajahnya berubah kembali menjadi ramah dan berbalik menghadap Ye Ling.“Anak manis, aku tidak mungkin melepas buruan yang sudah ku tangkap. Sebaiknya kau tidak usah ikut campur. Jangan sampai aku membuatmu menyesal!” ucap Setan Badak Hitam dengan nada dingin meskipun masih menunjukkan wajah ramahnya.Bergetar juga nyali Y

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   Bab 26. Ilmu Menitip Tenaga

    Yuan Chao nampak gugup. Ia tahu sekarang musuh sudah menggunakan serangan mematikannya untuk menyerang. Apa yang terjadi dengannya pun hanya bisa mengandalkan Liong Yun yang memandunya dari jarak jauh. Mengharap pemuda itu turun tangan sepertinya tidak akan bisa berharap banyak. “Hiaaattt!”Setan Badak Hitam berteriak dengan keras. Ia melancarkan telapak hitam beracun mematikan miliknya. Menghindar tak mungkin lagi, sementara menangkis hanya sebuah upaya yang sebenarnya sia-sia. Namun dengan kekuatan hati yang mendidiknya untuk pantang pasrah menghadapi lawan ia pun membentangkan tangannya kedepan.Bummmmmm!Bukan Yuan Chao yang celaka akibat bentrokan tadi. Tapi Setan Badak Hitam lah yang terlempar. Lelaki gempal itu tiba-tiba saja terpental hingga belasan tombak dan terhempas ke tanah. Yuan Chao sendiri tidak mengerti apa yang terjadi. Entah mengapa tiba-tiba saja Ia memiliki tenaga sakti yang begitu kuat.“Ilmu Menitip Tenaga!” batin Yuan Chao.Murid Utama Sekte Bintang api suci

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   Bab 27. Ancaman Kematian Untuk Keluarga Ma.

    “Nona, sebaiknya kau jangan berurusan dengan orang itu. Dan jangan pernah ikut campur urusannya. Ayah dan kakekmu memang tidak menyukai orang itu, tapi ia juga tidak ingin berurusan dengannya,” ucap Nenek Chao lembut. “Memang apa istimewanya Si Setan Badak Hitam itu, nek? Mengapa Ayah dan Kakek sebegitu hormatnya,” tanya Ye Ling sedikit mengeluh. Nenek Chao menghela nafas. “Belum saatnya kau tahu nona cantik,” ucapnya sambil membelai rambut gadis itu. Malam harinya di kediaman keluarga Ma, Liong Yun mulai melaksanakan aksinya. Pemuda itu keluar masuk ke rumah keluarga Ma tanpa ada yang bisa mengetahuinya. Tiba-tiba saja di ruangan utama keluarga itu terdapat telapak merah darah yang di bawahnya bertuliskan kalimat bernada ancaman. TUJUH HARI LAGI SEMUA KELUARGA MA AKAN TERBANTAI, KECUALI TIGA ORANG YANG TERLIBAT PEMBUNUHAN KELUARGA LIONG KALIAN SERAHKAN KEPALANYA. “Ternyata pemuda itu sudah berada di kota ini. Semua kolega kita yang berkepandaian tinggi sudah dimintakan bantuanny

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   Bab 28. Kesaktian Mengerikan Seorang Liong Yun.

    Yuan Chao merasakan tenaga saktinya benar-benar membanjir ditubuhnya. Setelah Liong Yun membuka seluruh titik nadi yang terkunci di tubuhnya tidak ada lagi batasan kekuatan yang menghalangi mencapai titik inti tenaga di tubuhnya. “Terima kasih atas kebaikan tuan muda yang sudah membuka lima titik nadi beladiriku yang terkunci,” ucap Yuan Chao.Yuan Chao tentu saja sangat berterima kasih atas apa yang dilakukan Liong Yun. Gurunya saja pernah mencoba melakukan itu namun tidak berhasil. Akibat lima titik nadi beladiri itu terkunci seseorang hanya bisa mengerahkan enam puluh persen dari kekuatannya saja.“Kau lihatlah ini!” ucap Liong Yun.Pemuda itu mulai melakukan pengerahan tenaga. Cara pemuda itu melakukan pengerahan tenaga sangat mirip dengan pengerahan tenaga inti api. Hal itu membuat Yuan Chao sangat terkejut.“Tenaga Inti Api tingkat pertama!” seru Yuan Chao lalu membekap mulutnya sendiri.Ia hampir-hampir tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Liong Yun telah memperagakan tin

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   Bab 29. Sayembara Untuk Nyawa Pendekar Bayangan Maut

    “Adik kedua, adik ketiga! Apa yang kalian lakukan disini?” tegur Yuan Chao melihat dua adik seperguruannya yang juga merupakan murid utama Sekte Bintang Dewa.Saat itu Yuan Chao sedang duduk di ruang makan penginapan bersama Liong Yun. Ia melihat kedua orang saudara seperguruannya melintas di depannya langsung menegur. Keduanya pun langsung menoleh ke arah Yuan Chou. Betapa terkejutnya mereka ketika mengetahui kakak seperguruan mereka berada di tempat itu bersama pemuda yang sempat menggegerkan perguruan mereka."Kakak pertama! Rupa-rupanya jau ada di tempat ini. Tuan muda, bolehkah aku berbicara sebentar dengan kakak pertamaku?" ucap adik kedua Yuan Chao meminta izin kepada Liong Yun.Liong Yun hanya menganggukkan kepalanya tanda setuju. Namun perubahan wajahnya sedikitpun tidak terlihat. Seolah-olah ia merupakan tembok es yang dingin tak memiliki darah.Yuan Chao dan kedua adik seperguruannya kemudian meninggalkan tempat itu. Ia diminta mengikuti oleh Adik keduanya itu. Setelah cuku

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   Bab 30. Gunung Berdarah

    Liong Yun terus berjalan tanpa memperdulikan orang-orang di belakangnya yang terus membentak meminta dia berhenti. Hingga tiba di bukit kecil itu barulah dia berhenti. Sesaat kemudian berdatangan orang-orang dunia persilatan dan langsung mengepung Liong Yun. “Liong Yun, menyerahlah! Kau sudah terkepung, tidak ada jalan keluar lagi bagimu! Kalau tidak kami akan memaksa untuk meringkusmu,” bentak seorang lelaki tua berpakaian kecoklatan. Lelaki tua itu berusia sekitar enam puluh tahunan. Dia merupakan Ketua sebuah Sekte Teratai Merah, sekte terkuat di antara ratusan sekte tingkat menengah. Sekte yang tidak bisa dikatakan sebagai sebuah aliran lurus maupun aliran hitam. Tindakan mereka selalu melihat untung rugi yang akan didapatkan. Kadang berbuat baik dan kadang juga berbuat kejahatan. “Apakah kalian mampu?” Para pendekar yang mengepung diam. Mereka tidak langsung menanggapi ucapan Liong Yun. Mereka pun sebenarnya sadar bahwa sangat kecil kemungkinan kemenangan mereka dapatkan berha

Latest chapter

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   Bab 174. Pertarungan Terakhir Liong Yun dan Kaisar Naga Hitam (TAMAT)

    Mereka adalah Dewa Tangan Sakti, Dewa Pedang Kilat, Dan Raja Harimau Putih. Tanpa ragu ketiganya langsung bergabung di samping Lin Lian Xue, menghadapi keempat Naga Pelindung. Dengan kehadiran mereka, serangan yang awalnya mengancam nyawa kini berhasil dilawan dengan serangan balasan yang sama ganasnya.Pertarungan pun mulai berbalik. Dalam sekejap, Lin Lian Xue berhasil melancarkan pukulan telak pada Naga Selatan, membuatnya terjatuh dengan nafas terputus-putus sebelum akhirnya terkapar tak bernyawa. Ketiga Naga Pelindung lainnya mulai kewalahan menghadapi serangan dari empat pendekar yang begitu kuat.Di tengah kekacauan pertempuran, Kaisar Naga Hitam yang menyaksikan kehancuran pasukannya tak dapat lagi menahan amarah. Dengan wajah merah padam, ia melesat ke arah Lin Lian Xue, bertekad untuk menghabisinya. “Beraninya kau!” teriaknya dengan penuh kebencian.Namun, tepat sebelum Kaisar Naga Hitam berhasil menyentuh Lin Lian Xue, kilatan cahaya putih menyilaukan memotong jalannya, dii

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   BAB 173. Peperangan Penentuan

    Pagi yang dinanti pun tiba, hari kesembilan di bulan kelima. Langit di atas perbatasan Kekaisaran Utara tampak kelabu, seolah alam turut merasakan ketegangan dari kedua belah pihak yang akan segera terlibat dalam peperangan hidup dan mati. Pasukan gabungan dari Kekaisaran Selatan dan Timur, dipimpin oleh Majikan Pulau Naga, bergerak dalam formasi yang rapi. Di kejauhan, mereka melihat pasukan Kekaisaran Naga Hitam yang telah bersiap di seberang lembah, dipimpin langsung oleh Kaisar Naga Hitam bersama empat Naga Pelindungnya, formasi jabatan baru yang dibentuk setelah kematian banyak petinggi sekte di tangan Liong Yun.Pasukan Kekaisaran Naga Hitam berbaris dengan disiplin. Para prajurit mengenakan jubah hitam dan topeng menyeramkan, diiringi oleh para ahli aliran hitam yang terkenal kejam dan tidak segan-segan mengorbankan nyawa. Sorakan keras terdengar dari barisan mereka, seolah ingin mengguncang keberanian lawan.Majikan Pulau Naga berdiri di atas sebuah bukit kecil, memandang ked

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   Bab 172: Persekutuan

    Dua hari kemudian, pasukan dari Kekaisaran Timur dan Kekaisaran Selatan tiba di perbatasan Kota Kekaisaran Utara. Deru langkah ribuan prajurit terdengar bergemuruh, membelah kesunyian pagi di perbatasan yang dingin. Di tengah barisan, sosok-sosok yang menjadi simbol harapan itu bergerak dengan tenang. Kaisar Selatan, didampingi oleh Panglima Guo dan Majikan Pulau Naga, memimpin langsung pasukannya, sementara di sisi lain, Kaisar Timur yang kharismatik tampak maju bersama para jenderal terkuatnya.Kaisar Selatan dengan karisma dan pengalamannya sebagai kaisar nampak berwibawa, sementara kaisar Timur yang dulunya merupakan seorang pendekar sakti menunjukkan kegagahannya. Dua sosok pemimpin pasukan besar yang akan menyerang Kekaisaran Naga Hitam.Menyadari dua pasukan besar ini sangat beresiko terjadi bentrokan dan akan merugikan kedua belah pihak, Kaisar selatan dan Kaisar timur sepakat untuk mengadakan pertemuan.Di tengah-tengah perkemahan pasukan, tenda pertemuan megah didirikan. Pan

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   Bab 171. Pertemuan Dengan Liong Yun

    Dengan kekuatan yang kini telah ia kerahkan hingga setengah dari kekuatannya, Lo Hao menghantam tanah dengan satu tinju kuat, dan guncangan hebat seketika merambat, membuat retakan-retakan besar merayap ke arah Lin Lian Xue. Pepohonan di sekitar mereka bergetar, beberapa akar tua mencuat dari tanah, membuat medan pertempuran semakin kacau. Lin Lian Xue menghindari retakan itu dengan lompatan gesit, tetapi Lo Hao sudah berada di hadapannya, siap menebasnya dengan tangan yang kini berubah menyerupai cakar hitam tajam.Benturan antara cakar Lo Hao dan pedang Lin Lian Xue memicu kilatan energi yang menyilaukan. Udara di sekitar mereka berdesis seperti terbakar, memancarkan percikan-percikan api dari hantaman yang saling bertarung tanpa henti. Setiap jurus Lin Lian Xue yang berbalut cahaya bak bayangan naga terus mengarah pada titik vital Lo Hao, namun Lo Hao kini bukan hanya bertahan, ia mulai melancarkan serangan-serangan balik yang lebih ganas. "Inilah akhir dari darah Pendekar Naga L

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   Bab 170. Musuh Besar Pendekar Naga Langit

    Kegelapan hutan di sekeliling Lin Lian Xue semakin pekat, seperti menggulungnya kabut misterius yang menyelimuti pepohonan dan membuat setiap langkah terasa berat. Pohon-pohon tua dengan akar menjalar seperti makhluk hidup mengintai, dan suara malam yang biasanya tenang kini bergema dengan getar aneh, seakan hutan itu bernafas dengan irama yang seram. Lin Lian Xue tetap bergerak lincah, mengikuti bayangan hitam yang sebelumnya ia kejar di perkemahan, tapi perlahan ia menyadari bahwa ia telah terpisah jauh dari pasukan kekaisaran.Tiba-tiba, sosok itu berhenti di tengah hutan, tepat di sebuah tanah lapang yang disinari temaram cahaya bulan. Di sana, ia berdiri tegak dengan pakaian yang kasar, terbuat dari bulu-bulu hitam yang bercampur darah. Wajahnya keras dan garang, bibirnya melengkung dalam senyuman yang memperlihatkan gigi bertaring.“Selamat datang di kediamanku, Nona Manis,” ucapnya dengan suara berat yang bergaung dalam kegelapan. “Serahkan diri, dan kau akan hidup senang seba

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   Bab 169. Ilmu Harimau Neraka

    Pasukan besar dari Kekaisaran Selatan terus bergerak menuju utara. Ribuan tentara gagah berderap bersama di bawah kibaran bendera dengan lambang harimau emas, simbol kekuatan dan keberanian Kekaisaran Selatan. Di antara pasukan itu, terlihat sosok Panglima Besar Guo, berdiri kokoh di atas kudanya. Matanya tajam memandang ke depan, seolah membaca setiap rintangan yang akan mereka hadapi. Tubuhnya yang besar dan berotot memancarkan wibawa seorang pemimpin tangguh, dengan wajah yang tampak siap menghadapi apapun demi keselamatan dunia.Di sampingnya, Majikan Pulau Naga, seorang pria tua berambut putih yang tetap tangguh dan penuh kewibawaan. Wajahnya tegas, dengan mata yang memancarkan ketenangan seorang pendekar yang telah melewati banyak pertempuran. Putrinya, seorang pendekar wanita berparas cantik namun memiliki keteguhan yang tak kalah dari ayahnya, mengiringi di sisinya, memegang gagang pedang pusaka keluarga yang dipercayakan padanya sejak kecil. Wajahnya tegas namun tersirat ke

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   Bab 168. Kegelapan Yang Sempurna

    Bayangan keemasan bergerak cepat, melesat di antara pepohonan seperti kilat yang membelah malam. Dewa Tangan Sakti, tokoh tua dunia persilatan yang memiliki kecepatan luar biasa, bergerak dengan satu tujuan. Lembah Angker yang tak bernama, tempat di mana sang pemuda sakti, Liong Yun, tinggal bersama para pengikut setianya. Lembah itu diselimuti oleh kabut beracun yang mematikan, penuh jebakan alam dan binatang buas. Namun bagi Dewa Tangan Sakti, semua itu bukan hambatan. Kecepatannya tak terbendung, meninggalkan jejak bayangan emas di tengah kehampaan.Sesampainya di Lembah Angker, Dewa Tangan Sakti segera masuk ke dalam kediaman sang majikan. Liong Yun, pemuda dengan wajah tampan, rahang tegas, dan alis tebal yang menyerupai sayap elang, duduk diatas batu giok dengan penuh wibawa. Ia seperti seorang pemuda terpelajar yang jauh dari kesan kasarnya dunia persilatan.Senyum lembut menghiasi bibirnya, namun tatapannya dingin dan tajam, memperlihatkan ketenangan yang tak tergoyahkan. Di

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   Bab 167. Kekacauan Daerah Utara

    Malam itu, suasana di wilayah Utara dan Barat daerah kekuasaan Kekaisaran Naga Hitam berubah mencekam. Angin malam yang biasanya tenang kini terasa dingin menusuk, disertai bayangan-bayangan gelap yang berkelebat di setiap sudut desa. Banyak penduduk ketakutan. Teriakan-teriakan panik terdengar di mana-mana, sementara api unggun di tengah desa-desa berkerlap-kerlip di bawah cahaya rembulan yang dingin."Anakku! Tolong! Dimana anakku?" Seorang wanita tua berlari-lari sambil menangis di depan rumahnya yang sepi."Dia baru saja keluar tadi pagi! Bagaimana bisa dia hilang?" seorang pria tua berbisik kepada tetangganya, gemetar. "Yang lain juga menghilang. Beberapa pemuda lain juga hilang.""Ini pasti perbuatan Iblis!" jawab tetangganya dengan wajah pucat. "Kudengar dari desa sebelah, tiga pemuda juga menghilang dengan cara yang sama! Tak ada jejak, hanya kabut hitam yang tersisa. Mereka yang hilang sama, sama-sama lahir di hari ke satu bulan ke tujuh.""Oh Dewa..." bisik pria tua itu lag

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   Bab 166. Rahasia Belum Terpecahkan

    Liong Chen mengangguk, suaranya tetap dingin. "Bukan sembarang darah. Kaisar Naga Hitam memerlukan darah dari seratus perjaka, yang harus diambil dalam dua hari."Pelindung Kanan terdiam sejenak, wajahnya tegang. "Seratus perjaka dalam dua hari? Dalam keadaan seperti ini? Kekuasaan kita sudah terpecah setelah peperangan terakhir!""Jika tidak," lanjut Liong Chen tanpa mengindahkan keluhan itu, "kekuatannya tidak akan pernah pulih sepenuhnya. Dan saat itu terjadi, Kekaisaran Naga Hitam akan kehilangan pemimpinnya selamanya."Pelindung Kanan mengerutkan kening lebih dalam. "Tanpa Kaisar, kita akan hancur... semua pengikutnya akan binasa.""Kau tahu apa yang harus dilakukan," ujar Liong Chen tajam, tatapannya penuh tekanan."Aku akan mengatur semuanya," jawab Pelindung Kanan dengan tegas, meski pikirannya berkecamuk.Setelah Pelindung Kanan meninggalkan ruangan, Liong Chen tetap berdiri di sisi Kaisar Naga Hitam, matanya memperhatikan tubuh lemah penguasa itu. "Seratus nyawa… hanya itu y

DMCA.com Protection Status