Liong Yun terus berjalan tanpa memperdulikan orang-orang di belakangnya yang terus membentak meminta dia berhenti. Hingga tiba di bukit kecil itu barulah dia berhenti. Sesaat kemudian berdatangan orang-orang dunia persilatan dan langsung mengepung Liong Yun. “Liong Yun, menyerahlah! Kau sudah terkepung, tidak ada jalan keluar lagi bagimu! Kalau tidak kami akan memaksa untuk meringkusmu,” bentak seorang lelaki tua berpakaian kecoklatan. Lelaki tua itu berusia sekitar enam puluh tahunan. Dia merupakan Ketua sebuah Sekte Teratai Merah, sekte terkuat di antara ratusan sekte tingkat menengah. Sekte yang tidak bisa dikatakan sebagai sebuah aliran lurus maupun aliran hitam. Tindakan mereka selalu melihat untung rugi yang akan didapatkan. Kadang berbuat baik dan kadang juga berbuat kejahatan. “Apakah kalian mampu?” Para pendekar yang mengepung diam. Mereka tidak langsung menanggapi ucapan Liong Yun. Mereka pun sebenarnya sadar bahwa sangat kecil kemungkinan kemenangan mereka dapatkan berha
Tiga Iblis Racun Emas Hitam adalah tokoh aliran sesat yang sangat dikenal dalam dunia persilatan. Mereka merupakan dedengkot dari aliran hitam yang memiliki kesaktian hampir menyamai salah satu malaikat dunia persilatan. Tiga tokoh ini terkenal karena kejam dan sadis dalam bertindak, serta suka mengoleksi senjata pusaka yang sangat kuat. Meski begitu sangat jarang muncul ke dunia persilatan dan meninggalkan kediaman mereka.Tiga tokoh aliran hitam yang sangat ditakuti ini telah merebut banyak senjata dari orang-orang yang pernah bertarung dengannya, Terutama senjata-senjata pusaka. Mereka memiliki reputasi yang menakutkan di dunia persilatan. Tak pernah ada satupun yang hidup apabila berurusan dengan mereka. Kini tiga orang itu muncul, tentu membuat Yuan Chao sedikit gentar.Yuan Chao tahu persis tujuan kedatangan mereka bertiga pastilah mengincar pedang naga langit. Hanya saja yang ia tidak mengerti mengapa ketiga orang gembong aliran hitam itu lebih memilih mengikuti sayembara y
Yuan Chao bergerak hendak membantu. Namun tiga Iblis Emas Hitam selalu menyerang secara bersamaan setiap kali ia hendak meninggalkan pertarungan. Sehingga mau tidak mau ia menghadapi tiga orang lawannya itu. “Hmmm… sepertinya memang benar keluarga ini memiliki sifat licik dan kejam.” Terdengar suara seorang gadis bersamaan dengan melesatnya bayangan putih ke arah Liong Yun. Serangan orang berpakaian serba hitam itu langsung di tangkis bayangan hitam yang ternyata seorang gadis itu. Ia tidak lain adalah Ma Ye Ling. Ma Ye Ling yang tidak sengaja mendengar pembicaraan Patriark Ma dengan anggota keluarga lain, mengetahui bahwa ia bukanlah anak kandung dari ayahnya saat ini. Bahkan yang lebih mengerikan yang merupakan seorang anak dari salah satu korban pembunuhan keluarga itu. Karena tidak tega menghabisi Ma Ye Ling, ia yang masih bayi diambil dan dibesarkan sebagai anak sendiri. Saat itu Ma Ye Ling benar-benar hancur. Ingin sekali ia mengamuk. Namun hal itu urung ia lakukan setelah
“Mengapa kau bertanya seperti itu nona?”Liong Yun dan Yuan Chao dibuat bingung oleh perubahan sikap Ye Ling. Gadis itu terlihat ketakutan ketika melihat Liong Yun. Padahal sebelumnya sedikitpun gadis itu tidak takut kepada pemuda itu. Meskipun ia mengetahui Liong Yun merupakan orang yang dianggap sebagai pembantai.Ketika keduanya sedang mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Ye Ling, tiba-tiba saja Yuan Chao terlempar ke belakang. Seolah-olah ada orang yang menyerangnya. Liong Yun pun sangat terkejut. Ia tidak merasakan sedikitpun kehadiran orang lain di tempat itu, hanya ada mereka bertiga.“Tuan Muda, serangan orang itu tidak begitu kuat. Hanya saja ia tidak terlihat. Akan sangat berbahaya bila orang itu mampu mendekati kita tanpa dapat kita ketahui kebera…”Bukkkk!Belum selesai Yuan Chao berbicara, Ia kembali mendapat serangan gelap. Serangan itu membuatnya terlempar lebih jauh. Ia merasakan serangan orang kali ini jauh lebih kuat dari sebelumnya. Yuan Chao meraba dada
Kejadian penyerangan yang dilakukan oleh orang misterius yang tidak nampak wujudnya memaksa Liong Yun, Yuan Chao, dan Ye Ling mencari tempat untuk mengamankan diri. Mereka tidak lagi berdiam di tempat yang mudah diketahui orang.Sebenarnya Liong Yun tidak takut. Tapi ia mengkhawatirkan keselamatan Yuan Chao dan Ye Ling. Karena bagaimanapun keadaan musuhnya, tetap saja akan sangat sulit untuk bisa menyentuh pemuda itu. Dengan Ilmu Tenaga Sakti Gerbang Dewa, meskipun Liong Yun tidak sadar ada yang menyerangnya tenaga itu secara otomatis melindunginya dari serangan.Yuan Chao cukup dibuat bingung dengan sikap Liong Yun menanggapi situasi yang mereka hadapi saat ini. Sebagai salah pembantu setia Liong Yun, ia tahu betul bagaimana kemampuan pemuda itu. Yang membuatnya bingung, saat ini Liong Yun lebih memilih untuk menghindar dan menginap di hutan."Kenapa kita tidak langsung menyerang mereka, Tuan? Dengan kemampuan yang tuan muda miliki aku rasa hari ini juga kediaman keluarga Ma beserta
Jian Zhixin menerjang ke arah Ma Jin Long dengan serangan mautnya. Saat itu Ma Jin Long masih ditemani beberapa orang dunia persilatan berilmu tinggi. Mereka hendak turun tangan ketika Patriark Ma itu akan diserang. Namun, Ma Jin Long memberi isyarat untuk tidak ikut campur. Ma Jin Long merasa cukup mampu menghadapi lawan satu ini.Dengan mudah Ma Jin Long menghindari serangan Jian Zhixin. Orang-orang yang berada di pihak Ma Jin Long tampak lega. Memang Patriark Ma tampak tenang dan percaya diri dalam menghadapi serangan dari lawannya. Menyiratkan bahwa pemimpin keluarga Ma itu sudah memiliki pegangan untuk menghadapi lawan.Pertarungan keduanya pun berlangsung dengan seru dan menarik. Kedua petarung saling menyerang dan menangkis secara bergantian. Teknik dan strategi mereka sangat terampil dan menunjukkan kematangan mereka dalam beladiri. Mereka menggunakan segala kemampuan yang mereka miliki untuk mencoba mengalahkan lawan mereka.Selama pertarungan berlangsung, Jian Zhixin menggun
"Akhhhh!" Sebuah teriakan kematian keluar dari mulut orang-orang yang mengepung Liong Yun. Pemuda itu melakukan hentakan tenaga saat tangan kanannya mengarah ke atas. Seketika sinar berwarna merah langsung menyebar ke arah orang-orang yang mengeroyoknya. Puluhan orang ahli bela diri yang berada di pihak Patriark Ma itu langsung berjatuhan terkapar. Sesaat mereka berkelojotan lalu tewas dalam keadaan mulut, hidung, dan telinga mereka mengeluarkan darah. Sebuah pemandangan yang sangat mengerikan. Bahkan bagi Ma Ye Ling yang saat itu berada di sisi Liong Yun. "Patriark Ma, giliran mu akan tiba. Penggal kepalamu sendiri dan anggota margamu yang terlibat, atau aku akan membantai seluruh margamu tanpa sisa. Keputusan ada ditanganmu. Dan pada hari yang aku janjikan kau sendiri yang akan menjadi penentunya. Jangan berharap pada orang tua yang bersembunyi sedang mengawasi ku itu. Percayalah, kalau dia ikut campur dia lah yang akan pertama kali menghilang dari dunia ini," ucap Thian Long deng
“Aku akan menemui orang itu setelah membalaskan dendamku pada keluarga Ma ini. Dengan bantuan kakak Liong Yun aku pasti bisa membalas dendam,” ucap Nan Ye Ling. Beberapa hari kemudian, hari yang ditentukan pun tiba. Pagi itu, para ahli beladiri sudah mulai berdatangan. Ada yang membawa senjata dan perlengkapan bertarung, ada yang menggunakan tangan kosong. Dihitung-hitung lebih seratus ahli beladiri yang sudah berkumpul. "Salam, Patriark Ma," ucap seorang ahli beladiri yang datang dari luar kota. "Saya siap membantu Anda menghadapi pemuda iblis itu." Senyum langsung mengembang di bibir Patriark Ma mengetahui siapa yang datang. Dia adalah salah satu tokoh nomor satu tiada tandingannya dalam ilmu pedang. Kalau dalam aliran putih dikenal dengan empat Malaikat Dunia Persilatan yang diakui paling tinggi kesaktiannya, di aliran hitam ada yang disebut Empat Datuk Iblis. Salah satunya yang menyapa Patriark Ma tadi yang dikenal dengan gelar Iblis Pedang Dari Neraka. Pandangan Patriark Ma t
Mereka adalah Dewa Tangan Sakti, Dewa Pedang Kilat, Dan Raja Harimau Putih. Tanpa ragu ketiganya langsung bergabung di samping Lin Lian Xue, menghadapi keempat Naga Pelindung. Dengan kehadiran mereka, serangan yang awalnya mengancam nyawa kini berhasil dilawan dengan serangan balasan yang sama ganasnya.Pertarungan pun mulai berbalik. Dalam sekejap, Lin Lian Xue berhasil melancarkan pukulan telak pada Naga Selatan, membuatnya terjatuh dengan nafas terputus-putus sebelum akhirnya terkapar tak bernyawa. Ketiga Naga Pelindung lainnya mulai kewalahan menghadapi serangan dari empat pendekar yang begitu kuat.Di tengah kekacauan pertempuran, Kaisar Naga Hitam yang menyaksikan kehancuran pasukannya tak dapat lagi menahan amarah. Dengan wajah merah padam, ia melesat ke arah Lin Lian Xue, bertekad untuk menghabisinya. “Beraninya kau!” teriaknya dengan penuh kebencian.Namun, tepat sebelum Kaisar Naga Hitam berhasil menyentuh Lin Lian Xue, kilatan cahaya putih menyilaukan memotong jalannya, diir
Pagi yang dinanti pun tiba, hari kesembilan di bulan kelima. Langit di atas perbatasan Kekaisaran Utara tampak kelabu, seolah alam turut merasakan ketegangan dari kedua belah pihak yang akan segera terlibat dalam peperangan hidup dan mati. Pasukan gabungan dari Kekaisaran Selatan dan Timur, dipimpin oleh Majikan Pulau Naga, bergerak dalam formasi yang rapi. Di kejauhan, mereka melihat pasukan Kekaisaran Naga Hitam yang telah bersiap di seberang lembah, dipimpin langsung oleh Kaisar Naga Hitam bersama empat Naga Pelindungnya, formasi jabatan baru yang dibentuk setelah kematian banyak petinggi sekte di tangan Liong Yun.Pasukan Kekaisaran Naga Hitam berbaris dengan disiplin. Para prajurit mengenakan jubah hitam dan topeng menyeramkan, diiringi oleh para ahli aliran hitam yang terkenal kejam dan tidak segan-segan mengorbankan nyawa. Sorakan keras terdengar dari barisan mereka, seolah ingin mengguncang keberanian lawan.Majikan Pulau Naga berdiri di atas sebuah bukit kecil, memandang ked
Dua hari kemudian, pasukan dari Kekaisaran Timur dan Kekaisaran Selatan tiba di perbatasan Kota Kekaisaran Utara. Deru langkah ribuan prajurit terdengar bergemuruh, membelah kesunyian pagi di perbatasan yang dingin. Di tengah barisan, sosok-sosok yang menjadi simbol harapan itu bergerak dengan tenang. Kaisar Selatan, didampingi oleh Panglima Guo dan Majikan Pulau Naga, memimpin langsung pasukannya, sementara di sisi lain, Kaisar Timur yang kharismatik tampak maju bersama para jenderal terkuatnya.Kaisar Selatan dengan karisma dan pengalamannya sebagai kaisar nampak berwibawa, sementara kaisar Timur yang dulunya merupakan seorang pendekar sakti menunjukkan kegagahannya. Dua sosok pemimpin pasukan besar yang akan menyerang Kekaisaran Naga Hitam.Menyadari dua pasukan besar ini sangat beresiko terjadi bentrokan dan akan merugikan kedua belah pihak, Kaisar selatan dan Kaisar timur sepakat untuk mengadakan pertemuan.Di tengah-tengah perkemahan pasukan, tenda pertemuan megah didirikan. Pan
Dengan kekuatan yang kini telah ia kerahkan hingga setengah dari kekuatannya, Lo Hao menghantam tanah dengan satu tinju kuat, dan guncangan hebat seketika merambat, membuat retakan-retakan besar merayap ke arah Lin Lian Xue. Pepohonan di sekitar mereka bergetar, beberapa akar tua mencuat dari tanah, membuat medan pertempuran semakin kacau. Lin Lian Xue menghindari retakan itu dengan lompatan gesit, tetapi Lo Hao sudah berada di hadapannya, siap menebasnya dengan tangan yang kini berubah menyerupai cakar hitam tajam.Benturan antara cakar Lo Hao dan pedang Lin Lian Xue memicu kilatan energi yang menyilaukan. Udara di sekitar mereka berdesis seperti terbakar, memancarkan percikan-percikan api dari hantaman yang saling bertarung tanpa henti. Setiap jurus Lin Lian Xue yang berbalut cahaya bak bayangan naga terus mengarah pada titik vital Lo Hao, namun Lo Hao kini bukan hanya bertahan, ia mulai melancarkan serangan-serangan balik yang lebih ganas. "Inilah akhir dari darah Pendekar Naga L
Kegelapan hutan di sekeliling Lin Lian Xue semakin pekat, seperti menggulungnya kabut misterius yang menyelimuti pepohonan dan membuat setiap langkah terasa berat. Pohon-pohon tua dengan akar menjalar seperti makhluk hidup mengintai, dan suara malam yang biasanya tenang kini bergema dengan getar aneh, seakan hutan itu bernafas dengan irama yang seram. Lin Lian Xue tetap bergerak lincah, mengikuti bayangan hitam yang sebelumnya ia kejar di perkemahan, tapi perlahan ia menyadari bahwa ia telah terpisah jauh dari pasukan kekaisaran.Tiba-tiba, sosok itu berhenti di tengah hutan, tepat di sebuah tanah lapang yang disinari temaram cahaya bulan. Di sana, ia berdiri tegak dengan pakaian yang kasar, terbuat dari bulu-bulu hitam yang bercampur darah. Wajahnya keras dan garang, bibirnya melengkung dalam senyuman yang memperlihatkan gigi bertaring.“Selamat datang di kediamanku, Nona Manis,” ucapnya dengan suara berat yang bergaung dalam kegelapan. “Serahkan diri, dan kau akan hidup senang seba
Pasukan besar dari Kekaisaran Selatan terus bergerak menuju utara. Ribuan tentara gagah berderap bersama di bawah kibaran bendera dengan lambang harimau emas, simbol kekuatan dan keberanian Kekaisaran Selatan. Di antara pasukan itu, terlihat sosok Panglima Besar Guo, berdiri kokoh di atas kudanya. Matanya tajam memandang ke depan, seolah membaca setiap rintangan yang akan mereka hadapi. Tubuhnya yang besar dan berotot memancarkan wibawa seorang pemimpin tangguh, dengan wajah yang tampak siap menghadapi apapun demi keselamatan dunia.Di sampingnya, Majikan Pulau Naga, seorang pria tua berambut putih yang tetap tangguh dan penuh kewibawaan. Wajahnya tegas, dengan mata yang memancarkan ketenangan seorang pendekar yang telah melewati banyak pertempuran. Putrinya, seorang pendekar wanita berparas cantik namun memiliki keteguhan yang tak kalah dari ayahnya, mengiringi di sisinya, memegang gagang pedang pusaka keluarga yang dipercayakan padanya sejak kecil. Wajahnya tegas namun tersirat ke
Bayangan keemasan bergerak cepat, melesat di antara pepohonan seperti kilat yang membelah malam. Dewa Tangan Sakti, tokoh tua dunia persilatan yang memiliki kecepatan luar biasa, bergerak dengan satu tujuan. Lembah Angker yang tak bernama, tempat di mana sang pemuda sakti, Liong Yun, tinggal bersama para pengikut setianya. Lembah itu diselimuti oleh kabut beracun yang mematikan, penuh jebakan alam dan binatang buas. Namun bagi Dewa Tangan Sakti, semua itu bukan hambatan. Kecepatannya tak terbendung, meninggalkan jejak bayangan emas di tengah kehampaan.Sesampainya di Lembah Angker, Dewa Tangan Sakti segera masuk ke dalam kediaman sang majikan. Liong Yun, pemuda dengan wajah tampan, rahang tegas, dan alis tebal yang menyerupai sayap elang, duduk diatas batu giok dengan penuh wibawa. Ia seperti seorang pemuda terpelajar yang jauh dari kesan kasarnya dunia persilatan.Senyum lembut menghiasi bibirnya, namun tatapannya dingin dan tajam, memperlihatkan ketenangan yang tak tergoyahkan. Di
Malam itu, suasana di wilayah Utara dan Barat daerah kekuasaan Kekaisaran Naga Hitam berubah mencekam. Angin malam yang biasanya tenang kini terasa dingin menusuk, disertai bayangan-bayangan gelap yang berkelebat di setiap sudut desa. Banyak penduduk ketakutan. Teriakan-teriakan panik terdengar di mana-mana, sementara api unggun di tengah desa-desa berkerlap-kerlip di bawah cahaya rembulan yang dingin."Anakku! Tolong! Dimana anakku?" Seorang wanita tua berlari-lari sambil menangis di depan rumahnya yang sepi."Dia baru saja keluar tadi pagi! Bagaimana bisa dia hilang?" seorang pria tua berbisik kepada tetangganya, gemetar. "Yang lain juga menghilang. Beberapa pemuda lain juga hilang.""Ini pasti perbuatan Iblis!" jawab tetangganya dengan wajah pucat. "Kudengar dari desa sebelah, tiga pemuda juga menghilang dengan cara yang sama! Tak ada jejak, hanya kabut hitam yang tersisa. Mereka yang hilang sama, sama-sama lahir di hari ke satu bulan ke tujuh.""Oh Dewa..." bisik pria tua itu lag
Liong Chen mengangguk, suaranya tetap dingin. "Bukan sembarang darah. Kaisar Naga Hitam memerlukan darah dari seratus perjaka, yang harus diambil dalam dua hari."Pelindung Kanan terdiam sejenak, wajahnya tegang. "Seratus perjaka dalam dua hari? Dalam keadaan seperti ini? Kekuasaan kita sudah terpecah setelah peperangan terakhir!""Jika tidak," lanjut Liong Chen tanpa mengindahkan keluhan itu, "kekuatannya tidak akan pernah pulih sepenuhnya. Dan saat itu terjadi, Kekaisaran Naga Hitam akan kehilangan pemimpinnya selamanya."Pelindung Kanan mengerutkan kening lebih dalam. "Tanpa Kaisar, kita akan hancur... semua pengikutnya akan binasa.""Kau tahu apa yang harus dilakukan," ujar Liong Chen tajam, tatapannya penuh tekanan."Aku akan mengatur semuanya," jawab Pelindung Kanan dengan tegas, meski pikirannya berkecamuk.Setelah Pelindung Kanan meninggalkan ruangan, Liong Chen tetap berdiri di sisi Kaisar Naga Hitam, matanya memperhatikan tubuh lemah penguasa itu. "Seratus nyawa… hanya itu y