Home / Fantasi / ILMU TUJUH GERBANG DEWA / Bab 145. Saling Berhadapan

Share

Bab 145. Saling Berhadapan

Author: Junaidi Al Banjari
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

“Apakah mungkin dia lelaki yang membawa jasad Liong Yun itu?” gumam Biksu Tian Kong entah ditujukan kepada siapa pertanyaan itu.

“Aku juga berpikir seperti itu, biksu agung!” ucap Majikan Pulau Naga. Tapi ucapannya tidak berhenti sampai disitu, ia pun meneruskannya, “Tapi bukankah orang itu mengatakan ia tidak akan ikut campur urusan dunia lagi.”

“Itulah yang membuat aku sangsi. Rasanya tidak mungkin ia menelan ludahnya sendiri. Dan aku yakin ia pun bukan berada dari alam kita melainkan sudah berada di alam keabadian. Hanya saja urusan liongyunlah yang membuatnya muncul ke dunia ini,” timpal Biksu Tian Kong.

Keduanya pun terdiam sejenak. Namun tiba-tiba saja mata mereka terlihat menjadi lebih cerah. Keduanya Saling pandang dengan senyuman penuh rahasia.

“Aku rasa dia telah bangkit!” ucap Biksu Tian Kong penuh semangat menggunakan ilmu mengirimkan suara kepada majikan pulau naga..

“Aku Pun berpikir begitu, tapi untuk sementara kita rahasiakan dulu karena masih belum tahu kebenarannya
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (8)
goodnovel comment avatar
Dadan Kusnindar
udah lama update sekalinya update 1 bab, tidak sesuai dengan masa tunggunya
goodnovel comment avatar
Sawung Madu
penulis lagi nyari jodoh... maaf ya... sabarr
goodnovel comment avatar
Sawung Madu
end.. hahahaha
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   Bab 146. Bantuan musuh

    “Hmmm.. tidak disangka Kaisar Selatan memiliki pasukan yang tangguh!” gumam Wuya Oek melihat pasukannya terpukul mundur akibat bentrokan tenaga dengan pasukan Kaisar Selatan.Meskipun tidak sampai membuat mereka tewas, bentrokan tenaga jarak jauh dengan pasukan Kaisar Selatan membuat sepuluh orang suruhan Wuya Oek terlempar balik. Mereka langsung mengalami luka dalam serius meski tidak sampai mengambil nyawa mereka.Keadaan itu membuat Wuya Oek menjadi waspada. Hal itu membuat ia sedikit berhati-hati dalam melakukan serangan. Meskipun ia sedikit dibuat terkejut, namun sekalipun tidak membuat Wuya Oek menarik mundur pasukan.Perhitungan Panglima Guo Hun sedikit meleset. Meskipun berhasil membuat Wuya Oek sedikit gentar, nyatanya ia tidak menarik pasukannya. Apabila harus berhadapan langsung, tentu pasukan panglima tertinggi Kaisar Selatan itu akan hancur lebur tanpa sisa.Panglima Guo Hun berpikir keras. Ia memikirkan cara bagaimana agar bentrokan jangan sampai terjadi. Sempat terpikir

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   Bab 147. Dewa Tangan Sakti

    “Tamatlah kita kali ini!” keluh salah seorang perwira kekaisaran selatan.Panglima Guo Hun yang menjadi pemimpin seluruh pasukan kala itu juga nampak dilanda keputusasaan. Ia sangat menyadari di pihaknya tidak ada satupun yang memiliki kemampuan diatas kemampuan para pemimpin musuh.“Aku bisa saja pergi meninggalkan mereka dengan selamat, tapi bagaimana aku menghadap leluhur dengan cap sebagai orang pengecut!” ucap Panglima Guo Hun dalam hati.Keadaan semakin menegangkan dirasakan pihak pasukan Panglima Guo Hun. Mereka sangat yakin kali ini keadaan mereka tidak hanya terselamatkan."Aku bisa saja mengampuni kalian dan mengajak kalian bergabung ke dalam pasukanku. Tapi aku yakin itu akan sia-sia karena kalian lebih memilih untuk setia dengan Kaisar tua itu. Kali ini aku akan sedikit berbelas kasihan kepada kalian untuk membuat kematian kalian cepat tanpa menyiksa kalian. Bersiaplah!” ucap Pemimpin barisan inti ke sembilan, Wuya Oek kepada Panglima Guo dan bawahannya.Panglima Guo Hun

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   Bab 148. Ilmu Terlarang Pemimpin Barisan Naga Inti

    Di tengah kekacauan pertempuran yang semakin memanas, Dewa Tangan Sakti terus menekan Wuya Oek. Setiap serangannya mengirimkan gelombang kekuatan yang melampaui batas-batas manusia biasa. Wuya Oek nampak kian terpojok.Ketika pertempuran mencapai puncaknya, Wuya Oek semakin terdesak ke belakang oleh serangan-serangan bertubi-tubi dari orang tua sakti itu, terdengar teriakan perintah oleh Bu Ghi Chang.“Habisi mereka dengan sekali pukulan!”Dewa tangan Sakti yang tadinya terus mendesak Wuya Oek ini perhatiannya terpecah. Serangannya pun berkurang karena perhatiannya tertuju pada para pasukan kekaisaran. Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh yang langsung mundur beberapa langkah langsung ke sisi Bu Ghi Chang.Rupa-rupanya teriakan Bu Ghi Chang tadi memang sengaja untuk memecah perhatian Dewa Tangan Sakti. Dan benar saja ia berhasil membuat rekannya terbebas dari serangan maut orang tua Sakti itu. Ia pun tersenyum mengejek seolah-olah telah memenangkan strategi dalam pertarungan itu."

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   Bab 149. Munculnya Empat Raja Naga

    Sebuah gelombang kekuatan muncul dari telapak tangan Wuya Oek. Gelombang kekuatan berwarna hitam dengan hawa sangat panas menyebar.“Serangan orang ini semakin kuat saja. Kali ini aku mungkin masih bisa bertahan, tapi tidak para pasukan kerajaan itu. Mereka pasti tewas terpanggang!” gumam Dewa Tangan Sakti dengan wajah cemas.Bummmmm!Ledakan sangat keras terjadi. Bumi berguncang hebat. Serangan Wuya Oek mengenai sasaran. Namun tepat saat serangan itu mendarat, dua cahaya keemasan lain muncul dan turut menghadang serangan bersama Dewa Tangan Sakti.Panglima Guo dan para prajurit kekaisaran yang lain hanya bisa memejamkan mata mereka menanti nasib apa yang akan mereka dapatkan. Namun cukup lama mereka memejamkan mata dan hanya merasakan guncangan kecil mereka pun membuka mata.“A-Apa yang terjadi!” seru Panglima Guo dengan suara bergetar.Wuya Oek nampak terkapar. Di sisinya terlihat Bu Ghi Chang dengan wajah cemas. Di tempat itu kini muncul dua lelaki tua dengan pakaian keemasan mir

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   Bab 150. Munculnya Pemuda Misterius

    Raja Harimau Putih, dengan tubuhnya yang besar dan kekar, tampak seperti gunung yang kokoh berdiri di tengah badai. Setiap kali angin hebat menyerangnya, dia hanya mengeraskan otot-ototnya dan tetap teguh di tempatnya. Untuk Di sampingnya, Dewa Pedang Kilat memegang pedang panjangnya dengan kedua tangan, menanamkan ujung pedang itu ke tanah di hadapannya. Sinar keemasan yang terpancar dari tubuhnya mengalir ke pedang tersebut, menjadikan pedang itu sebagai jangkar yang menahan dirinya dari terpaan angin. Pedang Sakti itu berkilauan, setiap kali angin berusaha menembus perisainya, kilatan cahaya dari pedangnya membelah angin tersebut menjadi dua, seakan-akan pedang tersebut mampu memotong apa saja, bahkan udara.Dewa Tangan Sakti berdiri di antara kedua sahabatnya, dengan tangan terentang ke samping, menciptakan perisai tenaga sakti yang melingkupi ketiganya. Sebuah tangan berbentuk cahaya muncul menahan tekanan angin yang semakin kuat. Nampak sekali lelaki itu mengeluarkan kekuatan

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   Bab 151. Kekuatan Mengerikan Sang Pemuda Sakti 

    Raja Naga Penguasa Mata Angin Barat, Selatan, dan Timur, tiga Raja yang merupakan Empat Terkuat Ahli Beladiri di pihak Kaisar Naga Hitam menatap satu sama lain dengan pandangan kebingungan. Mereka tidak mengerti apa yang terjadi. "Bagaimana mungkin?" bisik Raja Naga Penguasa Mata Angin Timur, suaranya nyaris tidak terdengar.Raja Naga Penguasa Mata Angin Selatan menggelengkan kepalanya, matanya penuh curiga. "Apakah pemuda itu yang melakukannya?" tanyanya, meskipun jawabannya mulai terlintas di pikirannya.Raja Naga Penguasa Mata Angin Barat, yang terkenal paling cerdas dan penuh perhitungan, memperhatikan pemuda itu dengan tajam. "Tidak mungkin ada orang yang bisa menghentikan kekuatan sebesar itu tanpa melakukan apa-apa," gumamnya, meskipun dalam hatinya ia tahu bahwa segala sesuatu mungkin di dunia ini, terutama ketika berhadapan dengan sosok misterius seperti pemuda di depan mereka.Melihat keempat saudaranya bingung dan mulai kehilangan ketenangan, Raja Naga Penguasa Mata Angin U

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   Bab 152. Tantangan Sang Pemuda Sakti 

    Bab 149. Tantangan Sang Pemuda Sakti “Gabungkan kekuatan!” pekik Raja Naga Penguasa Arah Mata Angin Utara.Keempat raja naga penguasa bersiap, mereka sadar kekuatan serangan ini meski sama dengan yang mereka miliki, tapi serangan yang ada di depan jauh lebih kuat dan mengerikan.Serangan angin hitam berbau bangkai meluncur cepat ke arah empat raja penguasa mata angin. Keempatnya berusaha menahan namun serangan itu begitu tangguh. Keempat orang itu pun langsung terperangkap kabut angin hitam yang berbau busuk itu.Tiga Raja Naga Penguasa Mata Angin yang terkena serangan. Seperti lilin tubuh mereka meleleh hingga seluruhnya jatuh terburai ke tanah. Sesaat mereka berkelojotan lalu tewas. Hanya Raja Naga Penguasa Arah Mata Angin barat yang tidak tersentuh.“Aku sengaja tidak menghabisimu, agar kau sampaikan kepada majikanmu Kaisar Naga Hitam. Kejahatannya sudah diluar batas. Alam akan segera mengadilinya!”Raja Naga Penguasa Mata Angin Barat terdiam. Wajahnya memucat, tubuhnya bergetar

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   Bab 153. Tentang Si Pemuda Sakti

    Kabar tentang kehebatan pemuda sakti yang berhasil mengalahkan empat petinggi Kekaisaran Naga Hitam menyebar dengan cepat, seperti api yang menjilat-jilat hutan kering. Berbagai desa, kota, hingga pedalaman gunung penuh dengan bisik-bisik pembicaraan tentang kejadian itu. Dalam waktu singkat, nama pemuda misterius itu menjadi legenda baru di dunia persilatan.Di pasar-pasar, para pedagang mengobrol sambil menyiapkan barang dagangan mereka. Di kedai-kedai makan, setiap meja dihiasi oleh cerita-cerita tentang pemuda yang mengalahkan Raja Naga Penguasa Mata Angin hanya dengan satu serangan. Tidak ada yang benar-benar tahu siapa dia, tapi semua orang memiliki spekulasi masing-masing.Di sebuah kedai makan sederhana di kaki Gunung Tianmu, kerumunan Pendekar berkumpul. Tempat ini terkenal sebagai perhentian banyak ahli silat yang sedang dalam perjalanan menuju gunung, sehingga wajar saja jika kabar-kabar terbaru selalu terdengar lebih cepat di tempat ini.Asap tipis mengepul dari dapur, men

Latest chapter

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   Bab 174. Pertarungan Terakhir Liong Yun dan Kaisar Naga Hitam (TAMAT)

    Mereka adalah Dewa Tangan Sakti, Dewa Pedang Kilat, Dan Raja Harimau Putih. Tanpa ragu ketiganya langsung bergabung di samping Lin Lian Xue, menghadapi keempat Naga Pelindung. Dengan kehadiran mereka, serangan yang awalnya mengancam nyawa kini berhasil dilawan dengan serangan balasan yang sama ganasnya.Pertarungan pun mulai berbalik. Dalam sekejap, Lin Lian Xue berhasil melancarkan pukulan telak pada Naga Selatan, membuatnya terjatuh dengan nafas terputus-putus sebelum akhirnya terkapar tak bernyawa. Ketiga Naga Pelindung lainnya mulai kewalahan menghadapi serangan dari empat pendekar yang begitu kuat.Di tengah kekacauan pertempuran, Kaisar Naga Hitam yang menyaksikan kehancuran pasukannya tak dapat lagi menahan amarah. Dengan wajah merah padam, ia melesat ke arah Lin Lian Xue, bertekad untuk menghabisinya. “Beraninya kau!” teriaknya dengan penuh kebencian.Namun, tepat sebelum Kaisar Naga Hitam berhasil menyentuh Lin Lian Xue, kilatan cahaya putih menyilaukan memotong jalannya, dii

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   BAB 173. Peperangan Penentuan

    Pagi yang dinanti pun tiba, hari kesembilan di bulan kelima. Langit di atas perbatasan Kekaisaran Utara tampak kelabu, seolah alam turut merasakan ketegangan dari kedua belah pihak yang akan segera terlibat dalam peperangan hidup dan mati. Pasukan gabungan dari Kekaisaran Selatan dan Timur, dipimpin oleh Majikan Pulau Naga, bergerak dalam formasi yang rapi. Di kejauhan, mereka melihat pasukan Kekaisaran Naga Hitam yang telah bersiap di seberang lembah, dipimpin langsung oleh Kaisar Naga Hitam bersama empat Naga Pelindungnya, formasi jabatan baru yang dibentuk setelah kematian banyak petinggi sekte di tangan Liong Yun.Pasukan Kekaisaran Naga Hitam berbaris dengan disiplin. Para prajurit mengenakan jubah hitam dan topeng menyeramkan, diiringi oleh para ahli aliran hitam yang terkenal kejam dan tidak segan-segan mengorbankan nyawa. Sorakan keras terdengar dari barisan mereka, seolah ingin mengguncang keberanian lawan.Majikan Pulau Naga berdiri di atas sebuah bukit kecil, memandang ked

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   Bab 172: Persekutuan

    Dua hari kemudian, pasukan dari Kekaisaran Timur dan Kekaisaran Selatan tiba di perbatasan Kota Kekaisaran Utara. Deru langkah ribuan prajurit terdengar bergemuruh, membelah kesunyian pagi di perbatasan yang dingin. Di tengah barisan, sosok-sosok yang menjadi simbol harapan itu bergerak dengan tenang. Kaisar Selatan, didampingi oleh Panglima Guo dan Majikan Pulau Naga, memimpin langsung pasukannya, sementara di sisi lain, Kaisar Timur yang kharismatik tampak maju bersama para jenderal terkuatnya.Kaisar Selatan dengan karisma dan pengalamannya sebagai kaisar nampak berwibawa, sementara kaisar Timur yang dulunya merupakan seorang pendekar sakti menunjukkan kegagahannya. Dua sosok pemimpin pasukan besar yang akan menyerang Kekaisaran Naga Hitam.Menyadari dua pasukan besar ini sangat beresiko terjadi bentrokan dan akan merugikan kedua belah pihak, Kaisar selatan dan Kaisar timur sepakat untuk mengadakan pertemuan.Di tengah-tengah perkemahan pasukan, tenda pertemuan megah didirikan. Pan

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   Bab 171. Pertemuan Dengan Liong Yun

    Dengan kekuatan yang kini telah ia kerahkan hingga setengah dari kekuatannya, Lo Hao menghantam tanah dengan satu tinju kuat, dan guncangan hebat seketika merambat, membuat retakan-retakan besar merayap ke arah Lin Lian Xue. Pepohonan di sekitar mereka bergetar, beberapa akar tua mencuat dari tanah, membuat medan pertempuran semakin kacau. Lin Lian Xue menghindari retakan itu dengan lompatan gesit, tetapi Lo Hao sudah berada di hadapannya, siap menebasnya dengan tangan yang kini berubah menyerupai cakar hitam tajam.Benturan antara cakar Lo Hao dan pedang Lin Lian Xue memicu kilatan energi yang menyilaukan. Udara di sekitar mereka berdesis seperti terbakar, memancarkan percikan-percikan api dari hantaman yang saling bertarung tanpa henti. Setiap jurus Lin Lian Xue yang berbalut cahaya bak bayangan naga terus mengarah pada titik vital Lo Hao, namun Lo Hao kini bukan hanya bertahan, ia mulai melancarkan serangan-serangan balik yang lebih ganas. "Inilah akhir dari darah Pendekar Naga L

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   Bab 170. Musuh Besar Pendekar Naga Langit

    Kegelapan hutan di sekeliling Lin Lian Xue semakin pekat, seperti menggulungnya kabut misterius yang menyelimuti pepohonan dan membuat setiap langkah terasa berat. Pohon-pohon tua dengan akar menjalar seperti makhluk hidup mengintai, dan suara malam yang biasanya tenang kini bergema dengan getar aneh, seakan hutan itu bernafas dengan irama yang seram. Lin Lian Xue tetap bergerak lincah, mengikuti bayangan hitam yang sebelumnya ia kejar di perkemahan, tapi perlahan ia menyadari bahwa ia telah terpisah jauh dari pasukan kekaisaran.Tiba-tiba, sosok itu berhenti di tengah hutan, tepat di sebuah tanah lapang yang disinari temaram cahaya bulan. Di sana, ia berdiri tegak dengan pakaian yang kasar, terbuat dari bulu-bulu hitam yang bercampur darah. Wajahnya keras dan garang, bibirnya melengkung dalam senyuman yang memperlihatkan gigi bertaring.“Selamat datang di kediamanku, Nona Manis,” ucapnya dengan suara berat yang bergaung dalam kegelapan. “Serahkan diri, dan kau akan hidup senang seba

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   Bab 169. Ilmu Harimau Neraka

    Pasukan besar dari Kekaisaran Selatan terus bergerak menuju utara. Ribuan tentara gagah berderap bersama di bawah kibaran bendera dengan lambang harimau emas, simbol kekuatan dan keberanian Kekaisaran Selatan. Di antara pasukan itu, terlihat sosok Panglima Besar Guo, berdiri kokoh di atas kudanya. Matanya tajam memandang ke depan, seolah membaca setiap rintangan yang akan mereka hadapi. Tubuhnya yang besar dan berotot memancarkan wibawa seorang pemimpin tangguh, dengan wajah yang tampak siap menghadapi apapun demi keselamatan dunia.Di sampingnya, Majikan Pulau Naga, seorang pria tua berambut putih yang tetap tangguh dan penuh kewibawaan. Wajahnya tegas, dengan mata yang memancarkan ketenangan seorang pendekar yang telah melewati banyak pertempuran. Putrinya, seorang pendekar wanita berparas cantik namun memiliki keteguhan yang tak kalah dari ayahnya, mengiringi di sisinya, memegang gagang pedang pusaka keluarga yang dipercayakan padanya sejak kecil. Wajahnya tegas namun tersirat ke

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   Bab 168. Kegelapan Yang Sempurna

    Bayangan keemasan bergerak cepat, melesat di antara pepohonan seperti kilat yang membelah malam. Dewa Tangan Sakti, tokoh tua dunia persilatan yang memiliki kecepatan luar biasa, bergerak dengan satu tujuan. Lembah Angker yang tak bernama, tempat di mana sang pemuda sakti, Liong Yun, tinggal bersama para pengikut setianya. Lembah itu diselimuti oleh kabut beracun yang mematikan, penuh jebakan alam dan binatang buas. Namun bagi Dewa Tangan Sakti, semua itu bukan hambatan. Kecepatannya tak terbendung, meninggalkan jejak bayangan emas di tengah kehampaan.Sesampainya di Lembah Angker, Dewa Tangan Sakti segera masuk ke dalam kediaman sang majikan. Liong Yun, pemuda dengan wajah tampan, rahang tegas, dan alis tebal yang menyerupai sayap elang, duduk diatas batu giok dengan penuh wibawa. Ia seperti seorang pemuda terpelajar yang jauh dari kesan kasarnya dunia persilatan.Senyum lembut menghiasi bibirnya, namun tatapannya dingin dan tajam, memperlihatkan ketenangan yang tak tergoyahkan. Di

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   Bab 167. Kekacauan Daerah Utara

    Malam itu, suasana di wilayah Utara dan Barat daerah kekuasaan Kekaisaran Naga Hitam berubah mencekam. Angin malam yang biasanya tenang kini terasa dingin menusuk, disertai bayangan-bayangan gelap yang berkelebat di setiap sudut desa. Banyak penduduk ketakutan. Teriakan-teriakan panik terdengar di mana-mana, sementara api unggun di tengah desa-desa berkerlap-kerlip di bawah cahaya rembulan yang dingin."Anakku! Tolong! Dimana anakku?" Seorang wanita tua berlari-lari sambil menangis di depan rumahnya yang sepi."Dia baru saja keluar tadi pagi! Bagaimana bisa dia hilang?" seorang pria tua berbisik kepada tetangganya, gemetar. "Yang lain juga menghilang. Beberapa pemuda lain juga hilang.""Ini pasti perbuatan Iblis!" jawab tetangganya dengan wajah pucat. "Kudengar dari desa sebelah, tiga pemuda juga menghilang dengan cara yang sama! Tak ada jejak, hanya kabut hitam yang tersisa. Mereka yang hilang sama, sama-sama lahir di hari ke satu bulan ke tujuh.""Oh Dewa..." bisik pria tua itu lag

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   Bab 166. Rahasia Belum Terpecahkan

    Liong Chen mengangguk, suaranya tetap dingin. "Bukan sembarang darah. Kaisar Naga Hitam memerlukan darah dari seratus perjaka, yang harus diambil dalam dua hari."Pelindung Kanan terdiam sejenak, wajahnya tegang. "Seratus perjaka dalam dua hari? Dalam keadaan seperti ini? Kekuasaan kita sudah terpecah setelah peperangan terakhir!""Jika tidak," lanjut Liong Chen tanpa mengindahkan keluhan itu, "kekuatannya tidak akan pernah pulih sepenuhnya. Dan saat itu terjadi, Kekaisaran Naga Hitam akan kehilangan pemimpinnya selamanya."Pelindung Kanan mengerutkan kening lebih dalam. "Tanpa Kaisar, kita akan hancur... semua pengikutnya akan binasa.""Kau tahu apa yang harus dilakukan," ujar Liong Chen tajam, tatapannya penuh tekanan."Aku akan mengatur semuanya," jawab Pelindung Kanan dengan tegas, meski pikirannya berkecamuk.Setelah Pelindung Kanan meninggalkan ruangan, Liong Chen tetap berdiri di sisi Kaisar Naga Hitam, matanya memperhatikan tubuh lemah penguasa itu. "Seratus nyawa… hanya itu y

DMCA.com Protection Status