Liong Yun melangkah ke depan, mengerahkan tenaga dalamnya untuk merasakan kekuatan baru yang mengalir di dalam dirinya. Meskipun bukan Tenaga Inti Dewa dari Ilmu Tujuh Gerbang Dewa, namun Ilmu Tenaga Inti Nirwana ini memberinya kekuatan yang cukup malang melintang di dunia persilatan."Mungkin ini adalah takdirku," ucap Liong Yun, merasakan keyakinan yang tumbuh di dalam dirinya. "Dengan cara ini langit membersihkan jiwa dan kekuatanku."Kepalanya tegak memandang kedepan. Di depannya laut luas membentang. Kini pemuda itu sudah berada di pesisir.Liong Yun memandang ke laut yang luas, membiarkan angin laut mengusap wajahnya yang hangat. Ia sudah bertekad untuk terjun kembali ke dunia persilatan.“Ilmu Tenaga Inti Nirwana ini mungkin tidak cukup kuat membawaku ke daratan luas. Aku membutuhkan perahu menuju kesana,” batin Liong Yun.Liong Yun mulai bekerja, menempatkan kesaktiannya yang baru mengeram di dalam tubuhnya. Dia mulai memilih pohon yang tepat di sekitarnya untuk dibentuk menj
Setelah menyelesaikan santapannya dengan penuh kenikmatan, Liong Yun meninggalkan rumah makan, dengan santai dan langkah yang ringan. Cahaya senja mulai merayap di langit, menyisakan warna jingga keemasan yang memancar di ufuk barat. Angin sepoi-sepoi bermain lembut di rambutnya yang hitam, membawa aroma bunga dan rempah dari sekitar. Pakaiannya yang sederhana namun rapat menutupi tubuhnya dengan baik, sementara caping hitamnya menambah kesan misterius karena menutupi separuh wajahnya.Namun, sesaat setelah ia melangkah keluar, ia merasakan pandangan-pandangan curiga yang mengikuti gerak langkahnya. Beberapa orang dari rumah makan itu, yang terkesan oleh penampilannya yang mencurigakan, memutuskan untuk mengikutinya dengan hati-hati dari kejauhan.Liong Yun sangat mudah merasakan dirinya diikuti. Namun ia memutuskan untuk tidak langsung menanggapi, tetapi mengamati mereka dari balik sudut mata saat berjalan menuju sudut jalan yang lebih sunyi. Saat tiba di sana, ia berhenti dan berp
Liong Yun kembali melanjutkan perjalanannya. Kali ini ia menunda keinginannya untuk menguji tempat yang ditunjukkan peta peninggalan Nan Ye Ling. Ia memutuskan untuk mencari tahu tentang Sekte Dewa Nirwana.Dalam perjalanannya Liong Yun banyak mendengar kabar-kabar buruk tentang sektenya, bahwa mereka tidak hanya memiliki kekuatan yang besar tetapi juga menggunakan cara-cara yang tidak terpuji dalam mencapai tujuan mereka. Rumor mengatakan bahwa mereka bukan hanya hendak menguasai dunia persilatan tapi membangun dinasti baru, penguasa seluruh dunia.Beberapa hari dalam penyelidikan, Liong Yun bertemu sekelompok orang dunia persilatan yang sedang bertarung sengit melawan sekelompok anggota Sekte Dewa Nirwana. Kedua belah pihak terlibat dalam pertarungan yang mematikan, saling berusaha untuk mengalahkan satu sama lain. Liong Yun memperhatikan dengan seksama dari kejauhan, tidak langsung turun ikut campur. Ia juga ingin membuktikan sendiri apa memang Sekte Dewa Nirwana itu merupakan mom
Beruang Merah, yang marah dan penuh kepercayaan diri, mengarahkan telapak tangannya ke arah Liong Yun. Dengan gerakan yang cepat, sebuah bayangan telapak tangan terbentuk dari api memancar ke arah pemuda itu, menyala terang di udara. Api yang keluar dari telapak tangannya merambat dengan cepat, menghasilkan gelombang panas yang membara dan menyebabkan sekitarnya semakin terpengaruh oleh kekuatan api.Liong Yun, menyadari bahwa kekuatan biasa tidak akan mampu menahan serangan tersebut, segera mengerahkan kekuatan inti Nirwana yang ada padanya. Tubuhnya mulai memancarkan cahaya putih terang yang menyilaukan, menyaingi kekuatan api yang memenuhi udara sekitarnya. Seiring dengan itu, api yang membakar sekeliling secara tiba-tiba padam, terkalahkan oleh kekuatan yang lebih besar.Beruang Merah terkejut melihat perubahan mendadak ini. Pukulan Dewa Api yang dilancarkan dengan penuh keyakinan tiba-tiba lenyap di udara, tidak menghasilkan dampak apapun pada Liong Yun. Wajahnya berubah menja
“Hahaha baguslah kalau kau tahu siapa aku, orang aneh! Itu artinya aku tidak harus langsung turun tangan untuk membunuhmu. Kau boleh tanggalkan nyawamu sendiri di hadapanku.”Dewa Api masih belum mengetahui orang yang menggunakan caping itu adalah Liong Yun. Seandainya ia mengetahui, tentu tidak akan gegabah berani menantang pemuda itu. Orang yang pernah membuatnya kehilangan sebelah tangan itu sampai sekarang masih menjadi satu-satunya orang yang membuat gentar selain kakak seperguruannya.Liong Yun yang masih menyamar di balik penampilannya yang bercaping, hanya memberikan gumaman. Namun hal itu sudah membuat Dewa Api tersurut mundur.“Auman naga surgawi!” seru Dewa Api.Dewa Api sangat mengenali teknik suara yang digunakan Liong Yun. Auman Naga Surgawi, sebuah teknik suara yang mengandung tenaga sakti di tingkatan tertinggi. Sangat jarang orang menguasainya. Bahkan ia sendiri belum mencapai tahapan itu.“Siapa sebenarnya orang aneh ini?” gumam Dewa Api mulai timbul rasa gentarnya.
Dewa Api tersenyum sinis lalu melompat ke udara. Pandangan Dewa Api, terlihat begitu menakutkan. Ia tidak ragu untuk mengeluarkan seluruh kemampuan yang dimilikinya. Dengan gemetar, dia memanggil kekuatan tenaga inti api terkuat yang tersimpan dalam dirinya. Bahkan, untuk menambah kekuatannya, ia menelan tiga pil peningkat tenaga. Dewa api mengerahkan kekuatan tenaga inti api terkuatnya. Kekuatan Tenaga api yang begitu dahsyat pun langsung memancar dalam tubuhnya. Dengan Tangan Dewa Api yang tersisa satu, ia bergerak dengan cepat, memanipulasi api di sekitarnya menjadi serangan yang mematikan. Liong Yun, tidak mau kalah, mengerahkan Ilmu Tenaga Inti Nirwana. Dari tubuhnya memancar cahaya kuning putih yang menyilaukan, pertanda kekuatan sakti itu sudah sempurna. Pertarungan kedua makhluk ini tak bisa dielakkan lagi. Pada awalnya, Dewa Api mampu mengimbangi serangan Liong Yun, bahkan dengan kekuatan yang mengagumkan. Namun, beberapa saat kemudian, Dewa Api mulai terdesak oleh kekuat
“Baktiku kepada guruku, sampai kapanpun tidak akan padam. Tapi untuk menaatimu dalam kesesatan, tentu seandainya guruku masih hidup ia yang akan melarangnya langsung!” jawab Giok Jung.Pertapa Sakti Pulau Kayangan nampak marah, ia memerintahkan majikan pulau hong yang menggunakan pakaian hijau menyerang. Pertempuran yang mendebarkan pun dimulai. Sebuah gesekan kekuatan yang menghasilkan percikan api di udara memancar dari tubuh musuh. Pertapa Sakti Pulau Kayangan memandang dengan mata penuh kemarahan, dan dengan sikap tegasnya, ia mengangguk kepada Majikan Pulau Hong yang mengenakan pakaian hijau, memerintahkannya untuk menyerang.Majikan Pulau Hong dengan kekuatan api sejati, melangkah maju dengan gerakan ringan. Langkahnya kokoh, penuh kepercayaan diri seolah-olah ia sudah mengetahui hasil pertarungan ini sebelumnya. Pancaran kekuatan api di tubuhnya semakin lama semakin meningkat. Membuat tempat itu dilanda hawa panas yang kuat.Di sisi lain, Giok Jung, dengan rasa dukanya bersiap
Di tengah pertempuran yang mendebarkan antara Giok Jung dan Majikan Pulau Hong, serta Liong Yun dengan Pertapa Sakti Pulau Kayangan, keadaan semakin memburuk bagi pihak Li Cheng dan Liong Yun. Mereka harus menghadapi tekanan yang semakin meningkat dari lawan-lawan mereka yang sangat kuat.Li Cheng, yang telah menyaksikan pertarungan Giok Jung dari kejauhan, merasa cemas melihat ayahnya yang berada di pihak lawan. Dia melangkah maju dengan hati yang berdebar-debar, ingin membantu Giok Jung untuk menghadapi ayahnya.Namun, dia juga sadar betul bahwa situasinya tidak memungkinkan. Pertarungan di dunia persilatan memiliki aturan dan etika yang harus dihormati, dan Li Cheng tahu bahwa campur tangan tanpa sebab yang jelas dapat akan menjadi bahan tertawaan dunia persilatan.Seandainya yang dihadapi orang-orang aliran hitam, mungkin lebih mendingan. Namun Pertapa Sakti dari Pulau Kayangan terkenal dengan sepak terjangnya yang mulia dan sangat dihormati di aliran putih.Sementara itu, Liong
Mereka adalah Dewa Tangan Sakti, Dewa Pedang Kilat, Dan Raja Harimau Putih. Tanpa ragu ketiganya langsung bergabung di samping Lin Lian Xue, menghadapi keempat Naga Pelindung. Dengan kehadiran mereka, serangan yang awalnya mengancam nyawa kini berhasil dilawan dengan serangan balasan yang sama ganasnya.Pertarungan pun mulai berbalik. Dalam sekejap, Lin Lian Xue berhasil melancarkan pukulan telak pada Naga Selatan, membuatnya terjatuh dengan nafas terputus-putus sebelum akhirnya terkapar tak bernyawa. Ketiga Naga Pelindung lainnya mulai kewalahan menghadapi serangan dari empat pendekar yang begitu kuat.Di tengah kekacauan pertempuran, Kaisar Naga Hitam yang menyaksikan kehancuran pasukannya tak dapat lagi menahan amarah. Dengan wajah merah padam, ia melesat ke arah Lin Lian Xue, bertekad untuk menghabisinya. “Beraninya kau!” teriaknya dengan penuh kebencian.Namun, tepat sebelum Kaisar Naga Hitam berhasil menyentuh Lin Lian Xue, kilatan cahaya putih menyilaukan memotong jalannya, dii
Pagi yang dinanti pun tiba, hari kesembilan di bulan kelima. Langit di atas perbatasan Kekaisaran Utara tampak kelabu, seolah alam turut merasakan ketegangan dari kedua belah pihak yang akan segera terlibat dalam peperangan hidup dan mati. Pasukan gabungan dari Kekaisaran Selatan dan Timur, dipimpin oleh Majikan Pulau Naga, bergerak dalam formasi yang rapi. Di kejauhan, mereka melihat pasukan Kekaisaran Naga Hitam yang telah bersiap di seberang lembah, dipimpin langsung oleh Kaisar Naga Hitam bersama empat Naga Pelindungnya, formasi jabatan baru yang dibentuk setelah kematian banyak petinggi sekte di tangan Liong Yun.Pasukan Kekaisaran Naga Hitam berbaris dengan disiplin. Para prajurit mengenakan jubah hitam dan topeng menyeramkan, diiringi oleh para ahli aliran hitam yang terkenal kejam dan tidak segan-segan mengorbankan nyawa. Sorakan keras terdengar dari barisan mereka, seolah ingin mengguncang keberanian lawan.Majikan Pulau Naga berdiri di atas sebuah bukit kecil, memandang ked
Dua hari kemudian, pasukan dari Kekaisaran Timur dan Kekaisaran Selatan tiba di perbatasan Kota Kekaisaran Utara. Deru langkah ribuan prajurit terdengar bergemuruh, membelah kesunyian pagi di perbatasan yang dingin. Di tengah barisan, sosok-sosok yang menjadi simbol harapan itu bergerak dengan tenang. Kaisar Selatan, didampingi oleh Panglima Guo dan Majikan Pulau Naga, memimpin langsung pasukannya, sementara di sisi lain, Kaisar Timur yang kharismatik tampak maju bersama para jenderal terkuatnya.Kaisar Selatan dengan karisma dan pengalamannya sebagai kaisar nampak berwibawa, sementara kaisar Timur yang dulunya merupakan seorang pendekar sakti menunjukkan kegagahannya. Dua sosok pemimpin pasukan besar yang akan menyerang Kekaisaran Naga Hitam.Menyadari dua pasukan besar ini sangat beresiko terjadi bentrokan dan akan merugikan kedua belah pihak, Kaisar selatan dan Kaisar timur sepakat untuk mengadakan pertemuan.Di tengah-tengah perkemahan pasukan, tenda pertemuan megah didirikan. Pan
Dengan kekuatan yang kini telah ia kerahkan hingga setengah dari kekuatannya, Lo Hao menghantam tanah dengan satu tinju kuat, dan guncangan hebat seketika merambat, membuat retakan-retakan besar merayap ke arah Lin Lian Xue. Pepohonan di sekitar mereka bergetar, beberapa akar tua mencuat dari tanah, membuat medan pertempuran semakin kacau. Lin Lian Xue menghindari retakan itu dengan lompatan gesit, tetapi Lo Hao sudah berada di hadapannya, siap menebasnya dengan tangan yang kini berubah menyerupai cakar hitam tajam.Benturan antara cakar Lo Hao dan pedang Lin Lian Xue memicu kilatan energi yang menyilaukan. Udara di sekitar mereka berdesis seperti terbakar, memancarkan percikan-percikan api dari hantaman yang saling bertarung tanpa henti. Setiap jurus Lin Lian Xue yang berbalut cahaya bak bayangan naga terus mengarah pada titik vital Lo Hao, namun Lo Hao kini bukan hanya bertahan, ia mulai melancarkan serangan-serangan balik yang lebih ganas. "Inilah akhir dari darah Pendekar Naga L
Kegelapan hutan di sekeliling Lin Lian Xue semakin pekat, seperti menggulungnya kabut misterius yang menyelimuti pepohonan dan membuat setiap langkah terasa berat. Pohon-pohon tua dengan akar menjalar seperti makhluk hidup mengintai, dan suara malam yang biasanya tenang kini bergema dengan getar aneh, seakan hutan itu bernafas dengan irama yang seram. Lin Lian Xue tetap bergerak lincah, mengikuti bayangan hitam yang sebelumnya ia kejar di perkemahan, tapi perlahan ia menyadari bahwa ia telah terpisah jauh dari pasukan kekaisaran.Tiba-tiba, sosok itu berhenti di tengah hutan, tepat di sebuah tanah lapang yang disinari temaram cahaya bulan. Di sana, ia berdiri tegak dengan pakaian yang kasar, terbuat dari bulu-bulu hitam yang bercampur darah. Wajahnya keras dan garang, bibirnya melengkung dalam senyuman yang memperlihatkan gigi bertaring.“Selamat datang di kediamanku, Nona Manis,” ucapnya dengan suara berat yang bergaung dalam kegelapan. “Serahkan diri, dan kau akan hidup senang seba
Pasukan besar dari Kekaisaran Selatan terus bergerak menuju utara. Ribuan tentara gagah berderap bersama di bawah kibaran bendera dengan lambang harimau emas, simbol kekuatan dan keberanian Kekaisaran Selatan. Di antara pasukan itu, terlihat sosok Panglima Besar Guo, berdiri kokoh di atas kudanya. Matanya tajam memandang ke depan, seolah membaca setiap rintangan yang akan mereka hadapi. Tubuhnya yang besar dan berotot memancarkan wibawa seorang pemimpin tangguh, dengan wajah yang tampak siap menghadapi apapun demi keselamatan dunia.Di sampingnya, Majikan Pulau Naga, seorang pria tua berambut putih yang tetap tangguh dan penuh kewibawaan. Wajahnya tegas, dengan mata yang memancarkan ketenangan seorang pendekar yang telah melewati banyak pertempuran. Putrinya, seorang pendekar wanita berparas cantik namun memiliki keteguhan yang tak kalah dari ayahnya, mengiringi di sisinya, memegang gagang pedang pusaka keluarga yang dipercayakan padanya sejak kecil. Wajahnya tegas namun tersirat ke
Bayangan keemasan bergerak cepat, melesat di antara pepohonan seperti kilat yang membelah malam. Dewa Tangan Sakti, tokoh tua dunia persilatan yang memiliki kecepatan luar biasa, bergerak dengan satu tujuan. Lembah Angker yang tak bernama, tempat di mana sang pemuda sakti, Liong Yun, tinggal bersama para pengikut setianya. Lembah itu diselimuti oleh kabut beracun yang mematikan, penuh jebakan alam dan binatang buas. Namun bagi Dewa Tangan Sakti, semua itu bukan hambatan. Kecepatannya tak terbendung, meninggalkan jejak bayangan emas di tengah kehampaan.Sesampainya di Lembah Angker, Dewa Tangan Sakti segera masuk ke dalam kediaman sang majikan. Liong Yun, pemuda dengan wajah tampan, rahang tegas, dan alis tebal yang menyerupai sayap elang, duduk diatas batu giok dengan penuh wibawa. Ia seperti seorang pemuda terpelajar yang jauh dari kesan kasarnya dunia persilatan.Senyum lembut menghiasi bibirnya, namun tatapannya dingin dan tajam, memperlihatkan ketenangan yang tak tergoyahkan. Di
Malam itu, suasana di wilayah Utara dan Barat daerah kekuasaan Kekaisaran Naga Hitam berubah mencekam. Angin malam yang biasanya tenang kini terasa dingin menusuk, disertai bayangan-bayangan gelap yang berkelebat di setiap sudut desa. Banyak penduduk ketakutan. Teriakan-teriakan panik terdengar di mana-mana, sementara api unggun di tengah desa-desa berkerlap-kerlip di bawah cahaya rembulan yang dingin."Anakku! Tolong! Dimana anakku?" Seorang wanita tua berlari-lari sambil menangis di depan rumahnya yang sepi."Dia baru saja keluar tadi pagi! Bagaimana bisa dia hilang?" seorang pria tua berbisik kepada tetangganya, gemetar. "Yang lain juga menghilang. Beberapa pemuda lain juga hilang.""Ini pasti perbuatan Iblis!" jawab tetangganya dengan wajah pucat. "Kudengar dari desa sebelah, tiga pemuda juga menghilang dengan cara yang sama! Tak ada jejak, hanya kabut hitam yang tersisa. Mereka yang hilang sama, sama-sama lahir di hari ke satu bulan ke tujuh.""Oh Dewa..." bisik pria tua itu lag
Liong Chen mengangguk, suaranya tetap dingin. "Bukan sembarang darah. Kaisar Naga Hitam memerlukan darah dari seratus perjaka, yang harus diambil dalam dua hari."Pelindung Kanan terdiam sejenak, wajahnya tegang. "Seratus perjaka dalam dua hari? Dalam keadaan seperti ini? Kekuasaan kita sudah terpecah setelah peperangan terakhir!""Jika tidak," lanjut Liong Chen tanpa mengindahkan keluhan itu, "kekuatannya tidak akan pernah pulih sepenuhnya. Dan saat itu terjadi, Kekaisaran Naga Hitam akan kehilangan pemimpinnya selamanya."Pelindung Kanan mengerutkan kening lebih dalam. "Tanpa Kaisar, kita akan hancur... semua pengikutnya akan binasa.""Kau tahu apa yang harus dilakukan," ujar Liong Chen tajam, tatapannya penuh tekanan."Aku akan mengatur semuanya," jawab Pelindung Kanan dengan tegas, meski pikirannya berkecamuk.Setelah Pelindung Kanan meninggalkan ruangan, Liong Chen tetap berdiri di sisi Kaisar Naga Hitam, matanya memperhatikan tubuh lemah penguasa itu. "Seratus nyawa… hanya itu y