Share

Bab 38

Penulis: Mutiara Sukma
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-02 21:24:40

Makin hari Pak Joshua makin menampakkan keakrabannya dengan Cheryl. Apalagi Cheryl mulai bekerja di kantor Papanya itu. Artinya sekarang mereka bekerja dalam satu wadah. Tentu saja akan lebih sering bertemu dan berinteraksi.

"Dinara, kamu dipanggil Pak Edward," ucap Pak Joshua datar.

"Baik, Pak." Aku bangkit dan berjalan gontai ke ruangan Pak Edward. Biasanya beliau meminta melaporkan kegiatan Pak Joshua. Bahkan, untuk jadwal lelaki itu keluar kantor. Atau Apakah ada perempuan yang mendekatinya atau tidak. Namun, selama ini Pak kulkas itu memang tak pernah dekat dengan perempuan kecuali Cheryl. Apa Pak Joshua sedang dipantau untuk dijadikan menantu oleh Pak Edward.

"Masuk." Suara dari dalam setelah aku mengetuk pintu.

"Siang, Pak."

"Dinara. Silahkan masuk." Perintahnya lalu menyuruh duduk.

Sambil membuka sebuah dokumen Pak Edward mengatakan sesuatu yang sangat mengejutkanku.

"Menurut laporan, kantor cabang sedang ada masalah. Saya ingin mengirim seseorang untuk memeriksa kesana. Saat
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • IBUKU BUKAN BABUMU    Bab 39

    "Pak Joshua mau melamar di tempat yang romantis Minggu ini. Kamu harus datang, ya."bisiknya.Aku terkesiap. Berarti benar jika mereka telah jadian. "I-iya pasti, Cher. Aku pasti datang. Kali ini aku tak akan mengecewakan kamu.""Makasih, ya, Dinara. Kamu benar, Pak Joshua itu memang lelaki yang baik." Bisiknya sambil melirik Pak Joshua yang tampak salah tingkah.Setelah Cheryl pergi. Aku kembali menyibukkan diri dengan pekerjaan. Meski pikiranku tak bisa fokus dari tadi.Sebuah pesan masuk ke ponselku."Mbak Dinara, kalau diperkenankan saya mau mengenal mbak lebih dekat."Pesan dari Pak Reyhan. Manager di perusahaan Bintang Terang. Aku mengeryitkan kening. Aku lagi patah hati, Pak. Tapi, mungkin aku akan mencoba. Setidaknya agar Pak Joshua tak tahu jika aku sedang meratapi keputusannya yang sepihak. Aku bahkan belum menjawab permintaannya waktu itu."Boleh silahkan, Pak." Jawabku kemudian lalu menaruh ponsel didalam laci.Pulang kerja aku mampir ke makam Bapak. Tak disadari air matak

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-02
  • IBUKU BUKAN BABUMU    Bab 40

    Suasana mendadak hening. Bahkan suara musik pun di matikan. Lampu kelap kelip dan sebuah ornamen berbentuk hati juga menyala di bagian dinding kafe itu. Sangat indah. Aku sibuk mengagumi hingga tanpa sadar Cheryl menyenggol lenganku."Lihat betapa gagahnya dia." Pujinya dengan mata terus menatap lurus."Kau beruntung mendapatkan dia," ujarku bersungguh-sungguh.Cheryl menoleh dengan senyum menggoda. "Selamat ya, Cher." Cheryl tak menjawab. Gadis itu menarik tanganku dan berjalan lebih dekat ke depan panggung."Malam ini, saya dengan segala keberanian yang sudah saya pupuk beberapa waktu ini. Dibantu oleh seorang yang sangat baik adik saya, yang tak pernah mau melihat saya menyerah. Akhirnya saya memutuskan untuk mengutarakan perasaan saya padanya didepan semua orang. Agar dia pun tau jika saya benar-benar ingin melanjutkan hubungan kami ke jenjang yang lebih serius."Riuh sorakan dan tepuk tangan membuat suasana menghangat. "Untuk gadis yang telah berhasil menghancurkan ego saya. Gad

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-06
  • IBUKU BUKAN BABUMU    Bab 41

    "Sudah toh, Nak. Sudah jangan bertengkar. Kalian ini bersaudara."pekik Ini histeris."Dia bukan saudaraku, Bu! Perempuan tak tau berterima kasih! Sudah aku kuliahin dia. Apa balasannya! Dia malah melawan padaku!" Bentaknya.Lelaki itu menghembus-hembuskan napas ka sar. Bahunya turun naik karena emosi."Mas, balasan apalagi? Kebutuhan anak-anakmu, kebutuhanku, bahkan kebutuhan dirumah ini Dinara yang mencukupi. Kau sendiri sibuk dengan perempuan ja lang itu." Mbak Ulya ikut bicara. "Halah, itu sudah kewajibannya!""Astaghfirullah, Mas! apa yang dilakukan Dinara bukan tanggung jawab dia. Dia perempuan, Mas! Kau seharusnya yang menggantikan tugas Bapak setelah beliau meninggal!" "Kau ga usah ikut campur, Ulya! Perempuan mura han! Sebentar lagi kau juga akan kuceraikan!""Ceraikan saja! Aku tak takut!" "Sudah Nak, ya Allah. Sudah! Kalian ini kenapa sih! Jangan seperti ini. Tak ada yang boleh bercerai. Tolonglah, Damar. Jangan emosi seperti ini." Ibu yang masih memegang tangan dan menah

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-08
  • IBUKU BUKAN BABUMU    Bab 42

    POV Joshua."Kenapa Kak, kok belum pulang?" Cheryl masuk ke ruangan setelah Dinara pulang."Ga tau, Che. Pikiran Kakak lagi tak enak." Jawabku dengan menggunakan panggilannya kesayangan Cheryl, si anak bungsu."Cieee ... Karena Dinara sudah pulang, ya?" Ledek Cheryl."Ga lah." Sahutku lalu terdiam. Karena mungkin karena itu juga sih sebenarnya. Sejak aku mengutarakan perasaan pada Dinara Aku merasa punya kewajiban untuk menjaganya. Apalagi Bapaknya juga sudah meninggal."Jadi, gimana Kak? Gimana cara ngomong sama Mama dan Papa. Karena, aku yakin mereka akan sangat kecewa."Aku mengusap wajah dengan kedua tangan."Aku juga sedang memikirkan itu, Che. Oh ya, kamu sudah beli mukena?""Sudah. Aku pakai alamat kantor aja. Takut ketahuan Mama." Aku mengangguk-angguk kepala. Kami sudah bersyahadat beberapa waktu lalu di islamic center di daerah Bekasi. Sengaja memilih tempat yang agak jauh agar tak ada teman atau kerabat Mama maupun Papa yang melihat kedatangan kami ketempat yang seharusnya

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-09
  • IBUKU BUKAN BABUMU    Bab 43

    POV JOSHUA (2)"Ibu tau dimana rumah Mas Damar?" Tanyaku. Rasa khawatir tak dapat dibendung lagi. Siapapun harus aku perhitungkan karena belum menemukan orang yang dicurigai.Ibu menggeleng. Aneh, masa Ibunya sendiri tak tau dimana anaknya tinggal. "Kalau boleh tau ada masalah apa Dinara dengan Mas Damar, Bu?"Bu Ruslina tampak ragu-ragu. Aku meyakinkan agar beliau mau mengatakan semuanya. Hingga sebuah cerita mengalir begitu saja. Sungguh tak disangka. Perempuanku menanggung beban yang berat. Seharusnya dari dulu aku lamar dia. Tapi, aku malu dan merasa gak pantas."Nak, tolong cari Dinara." Ibu memohon."InsyaAllah, Bu. Saya akan usahakan." Wanita yang tak lagi muda itu tampak heran. Mungkin karena kata InsyaAllah yang barusan aku ucapkan. Setelah pamit aku menemui Cheryl yang sudah dikantor polisi. "Belum diproses, Kak. Karena Dinara hilang kurang dari 24 jam." Aku menyugar rambut. "Kata Ibunya gimana, Kak?"tanya Cheryl."Aku mencurigai Mas Damar. Dia ngot ot minta surat surat

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-15
  • IBUKU BUKAN BABUMU    Bab 44

    POV JOSHUA 3"Kak, Papa sepertinya sudah tau hubungan Kakak dengan Dinara." Suara Cheryl terdengar cemas."Kamu tau dari mana?" Aku pun tak kalah khawatir."Menurut Pak Adi, Papa sempat menanyakan hubungan Dinara dengan Kakak.""Lalu?" Tanyaku memburu."Pak Adi menjawab apa adanya. Kalau dia tak tau. Namun, Papa seakan tak puas mendengar jawaban itu dan menyuruh Pak Adi mematai-matai Kakak dan Dinara."Aku menghela napas. Selama ini tak sadar jika Papa punya telinga dimana-mana. Pasti dia menyadari kedekatanku dengan Dinara. Seharusnya aku bertanya pada Dinara, apa saja yang ditanyakan Papa saat memanggilnya ke ruangan. Apa jangan-jangan Dinara mengaku? Oh tidak. "Kak. Aku khawatir jika Papa yang melakukan ini semua karena ingin menyingkirkan Dinara.""Tidak! Tak mungkin, Che. Papa tak seja hat itu. Tak mungkin!" Aku kalap. Berusaha meyakinkan diriku jika apa yang menimpa Dinara tak ada sangkut pautnya dengan Papa.Setelah sambungan berakhir aku segera menghubungi Jack."Jangan terla

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-24
  • IBUKU BUKAN BABUMU    Bab 45

    Back to DinaraAku tersadar. Entah sudah berapa lama aku pingsan. Mencoba bangun. Tapi, tangan dan kakiku terikat. Ingin berteriak, mulut juga ditutup dengan lakban. Kurang aj ar! Beraninya sama perempuan. Aku masih ingat saat jendela mobilku mereka pecahkan. Aku yang masih duduk di kursi kemudi baru hendak melancarkan serangan hingga sebuah cairan mereka semprotkan tepat ke arah wajah. Sempat kuhantam kepala laki-laki yang wajahnya ditutup kain hitam itu, tapi tenagaku habis seiring kesadaran yang mulai menghilang."Gimana dia belum sadar?" Aku kenal suara itu. Tapi, aku belum bisa menebak. Karena rasanya tak mungkin jika itu adalah orang yang sama yang ada dalam pikiranku."Belum, Bos!""Kalau sudah bangun, kasih dia makan. Lalu minta dia memberikan informasi yang kita mau.""Pasti, bos. Hmmm ... Anu Bos ...""Apa?""Soal bayaran kami bagaimana?""Tenang! Kalian akan dapat bagian yang setimpal dengan pekerjaan kalian. Mobilnya gimana? Sudah laku?""Sudah, Bos. Sudah dibawa pemilik b

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-30
  • IBUKU BUKAN BABUMU    Bab 46

    "Jangan kalau itu. Nanti biar aku yang membersihkan kotoranmu.""Cuih! Lebih baik aku tak buang air dari pada kau menyentuhku!" Lelaki itu mengusap air liur yang menetes diwajahnya. Kedua bibirnya terangkat membentuk senyum seringai."Berani juga kau, ya!" Dai mendekat lalu meraih daguku."Kalau kau macam-macam aku pastikan kau akan menjadi laki-laki yang tak akan lagi menikmati Syurga dunia!" Geramku.Dia tertawa terbahak-bahak. Jantungku berdebar kencang. Takut jika dia nekat. Tapi, untungnya dia melepaskan ikatan di tangan diganti dengan cengkraman erat di pergelanganku. Dia menarik keluar. Mataku langsung memicing karena paparan cahaya yang terang. Lampu ruangan itu belum dimatikan. Samar terdengar suara orang tertawa diteras. Pikiranku masih berkeliaran, menerawang sedang berada dimana aku sekarang. Rumah ini tampak biasa saja. Ada kursi kayu di rumah tamu. Sebelah kamarku ada kamar yang tertutup rapat. Lanjut jalan lagi ada dapur. Namun, sepertinya jarang dipakai, karena tampak

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-30

Bab terbaru

  • IBUKU BUKAN BABUMU    Tamat

    "Ma ..." "Saya bukan Mamamu!"sentaknya lalu masuk tanpa kupersilahkan. Bahunya bahkan sampai menyengol lenganku."Ini rupanya rumah yang dibelikan suamiku untukmu?" Mama mengitari ruang tamu dengan mata menatap lukisan lukisan alam yang sengaja dipajang Mas Yazid."Mana foto pernikahan kalian, kalau benar kamu sudah resmi menikah dengan anakku!" Mata itu kini mengarah tajam padaku."Kami memang tidak memajang foto, Ma. Tapi pernikahan kami tercatat resmi dalam catatan sipil.""Halah, kalian bisa saja membayar calo untuk mendapatkan itu.""Astaghfirullah, buat apa, Ma? Pernikahan tanpa ijab qobul, tidak disaksikan oleh para saksi sama saja batal. Apalagi pernikahan palsu. Itu hanya akan menambah dosa, merugikan diri sendiri. Tinggal berdua dengan pasangan yang belum sah menjadi suami, sama saja dengan berzina!" Suaraku sedikit meninggi. "Halah! sok ngomong dosa. Dalam agama kamu, memisahkan seorang anak dengan ibunya apakah tidak berdosa?" Wajah Bu harsanti memerah. Aku menunduk samb

  • IBUKU BUKAN BABUMU    Bab 69

    Semua mata menatap ke arah Papa. Aku dan Zahra saling pandang. Sangat jelas jika Zahra tampak sangat kecewa dengan penolakan Papanya.Aku menepuk pundak sahabat sekaligus adik iparku itu pelan. Lalu memeluknya. Ada isak kecil yang terdengar sumbang."Saya tak bisa kalau saya tak diajak ikut ke dalam kebahagiaan yang anak saya dapatkan." Lanjut Papa lantang.Zahra melepas pagutannya dan langsung membalikkan badan menoleh ke arah Papa. Aku pun sama. Yang kulihat sungguh diluar dugaan. Papa meraih tangan Ustadz Hanif."Bantu saya untuk masuk dan mempelajari Islam."Mas Yazid yang berbeda disana bergegas mendekati Papa. Dan langsung memeluknya. Lelaki itu menangis haru. Bagaimana tidak, cukup berat perjuangannya meyakini papa akan kepercayaan barunya ini. Kalau akhirnya harus meninggalkan kedua orang tuanya. Dan kini tanpa diminta ataupun dipaksa. Papa Edward menyatakan ingin masuk Islam.Hari itu juga Papa mengikrarkan keislamannya dengan membaca dua kalimat syahadat. Suara haru menyelim

  • IBUKU BUKAN BABUMU    Bab 68

    Tak menyangka jika Bu harsanti telah menyiapkan preman-preman itu untuk membuatku menyerah. Itu tidak akan pernah terjadi. Meski nyawa harus kukorbankan. Bagiku pernikahan adalah ikatan suci yang dapat terpisah karena memang sudah tidak ada kecocokan di antara pasangan suami-isteri. Atau salah satunya menyerah dan melepaskan tanggung jawabnya dengan cara baik-baik. Tidak dengan cara seperti ini.Enam orang preman sudah kutaklukkan. Begitulah mereka hanya modal tampang seram dan tubuh besar menganggap remeh seorang perempuan.Tepat saat preman terakhir kujatuhkan. Perutku terasa kram. Aku meringis, menahan sakit. Lalu terduduk dilantai. "Lepas! Lepaskan!" Suara teriakan perempuan di belakang mengejutkanku. Aku menoleh seketika darahku terkesiap. Kini Pak Edward dan Mama Mas Yazid sedang bergelut memperebutkan sebuah stik golf yang ada di tangan Bu Santi. "Sudah cukup, Ma! Cukup! Papa tak pernah mengijinkan Mama sampai sejauh ini!""Iya! Ini kemauan Mama sendiri. Papa terlalu lemah. P

  • IBUKU BUKAN BABUMU    Bab 67

    POV Yazid "Pulanglah, Josh. Kalau kamu pulang. Mama akan memberikan apa yang kamu mau."Entah dari mana datangnya, Mama sudah berada di samping mobilku."Mama? Mama kok tau josh disini?" Tanyaku agak khawatir. Namun, melihat mama yang memakai kerudung aku jadi ragu. Jangan-jangan Mama sadar setelah setahun ini ditinggalkan anak-anaknya."Josh, kamu sudah mendapatkan jalan kebenaran. Kenapa kamu tidak mengajak Mama?" Mata Mama sendu. Tak ada lagi sinar keangkuhan seperti dulu. Agaknya Mama sudah menyesali semuanya."Maksud Mama?" "Pulanglah Josh. Kita mulai lagi hidup seperti dulu. Mama tak akan memaksa apa yang tidak kamu suka. Kamu bebas memilih jalan hidupmu, Nak." Suara Mama begitu lembut. Menggetarkan hati yang memang selalu merindukannya. Aku mendekat dan memeluk Mama. Mama memelukku erat. Bahunya turun naik menahan isak. Kini aku sebenar yakin jika Mama memang sudah berubah."Joshua akan pulang bersama mama. Tapi, ijinkan Joshua untuk kerumah terlebih dahulu, Ma. Karena mama s

  • IBUKU BUKAN BABUMU    Bab 66

    Hari ini Zahra memutuskan untuk pulang. "Za, kamu yakin?" Tanyaku lagi. Zahra menatap sejenak lalu menyunggingkan senyum. Perempuan itu masih terus berkaca membetulkan letak kerudungnya. Pembawaannya sangat tenang, berbeda sekali denganku. Aku khawatir, padahal Zahra mau bertemu dengan orang tuanya sendiri. Namun, mereka kan sudah berbeda. Orang tua mana yang rela melihat anak-anaknya berpindah haluan seperti itu."Wajah kamu tegang banget, Ra," cetusnya sambil tertawa kecil."Aku cuma mau bertemu Mama dan Papa, Ra. Bukan kawanan mafia," pungkasnya lagi."Tapi, aku takut, Za.""Kamu tenang aja. Aku tak akan mati karena bertemu mereka kok. Bagaimanapun mereka adalah orang tuaku 'kan, Ra. Yah, semoga saja Kak Yazid ada disana."Aku mengangguk lalu menunduk."Ra, jangan gitu dong. Mana Dinara yang kuat, tegar dan tangguh dulu. Masa kamu melepasku dengan wajah cemberut begitu."Aku masih bergeming. Pikiranku bercabang kemana-mana. Melihat ancaman dan sikap Bu Harsanti waktu itu, masih me

  • IBUKU BUKAN BABUMU    Bab 65

    "Za, apa Mas Joshua bersamamu?" Tanyaku ketika telepon tersambung."Lho, tumben kamu panggil Kak Yazid, Mas Joshua?" Kekehnya. Aku tersenyum tipis, walau aku tau Zahra tak bisa melihat. Pikiranku sedang tidak enak."Eh, maksudnya Mas Yazid." Ralatku."Enggak, kan tadi ke kajian. Memang belum pulang?" Aku mendesah sambil menatap jam di dinding yang sudah menunjukkan angka sepuluh. Aku telah memberi udzur sampai dua jam atas keterlambatan Mas Yazid. Tapi, laki-laki itu tetap saja belum menampakkan diri."Belum, Ra. Tadi katanya lagi ngobrol sama Ustadz Hanif. Tapi, kok lama banget, ya? Menurut kamu Mas Yazid masih disana ga sih?""Hmm ... Aku juga kurang tau, Ra. Tapi, kan Mas Yazid bukan tipe orang yang suka mengobrol lama. Dan aku yakin Ustadz Hanif pun juga sama."Aku menghela napas panjang. Aku sepemikiran. Tapi, aku tak punya alasan lain untuk membenarkan keterlambatan ini."Apa kamu punya nomor telepon Ustadz Hanif?""Ga lah, Ra. Aku ga kuat menahan hati nanti." Dia cekikikan. Aku

  • IBUKU BUKAN BABUMU    Bab 65

    Darah mengucur dari perut ibu. Aku berteriak histeris. Mas Damar yang melihat tik*mannya yang salah sasaran berdiri mematung. Ibu mulai rebah tepat saat tanganku memegang tubuhnya.Mas Yazid yang baru datang terpaku melihat keadaan yang mengerikan itu."Mas, hayo bawa Ibu ke rumah sakit!" Pekikku memecah kebuntuan.Dengan sigap Mas Yazid menggendong ibu dan membawanya masuk ke dalam mobil. Dia tak peduli dengan bajunya yang terkena noda darah. "Aku tak sengaja, sungguh aku tidak ingin memb*nuh ibu."Aku mengabaikan raungan Mas Damar yang terlihat frustasi. Warga yang berdatangan sangat terkejut. Mereka langsung berinisiatif untuk meringkus Mas Damar. Sementara aku dan Mas Yazid segera meluncur ke rumah sakit. Semua berjalan begitu cepat. Maghrib yang syahdu, berubah menjadi sebuah tragedi yang menakutkan. Ternyata ada iblis di dalam hati lelaki itu. "Ibu bertahanlah, Bu." Aku memegang tangan Ibu erat. Tangannya terasa dingin. Air mataku tak henti mengalir. Jalanan yang mulai padat m

  • IBUKU BUKAN BABUMU    Bab 64

    Suara tangis anak-anak terdengar ramai dari dalam. Bukankah hanya ada Dani--anaknya Retna. Aku terus mengetuk pintu, tak sabar ingin segera masuk. "Sabar, Sayang. Mungkin Ibu lagi di kamar mandi." Mas Yazid menyentuh bahuku."Aku khawatir, Mas." Mas Yazid yang memakai topi dan kaca mata hitam itu merangkul pundakku lalu ikut mengetuk pintu. Beberapa kali mencoba memutar kenopnya, tapi tak bisa sepertinya terkunci dari dalam."Assalamu'alaikum, Bu. Buka pintunya, Bu."Ceklek. Pintu terbuka. Bau busuk langsung menusuk hidung. Tiga anak kecil sedang bertangisan dilantai. Pakaian mereka kumuh. Bahkan, anak yang kukenali seperti Alesha sedang memegang pakaian penuh kotorannya."Astaghfirullah, Mas Damar?" Mataku membola melihat laki-laki dengan wajah kusut itu memegang sebuah pisau. Matanya tajam, menatapku."Kau baru kembali? Puas lihat semua ini?" Bentaknya penuh emosi. "Ada apa, Mas? Kenapa bisa seperti ini?" Mataku liar menatap kekacauan dirumah ini. Ruangan yang dulu selalu rapi dan

  • IBUKU BUKAN BABUMU    Bab 63

    IBUKU BUKAN BABUMU 42 POV Damar 2 "Maaf, Mas Damar. Alesha dan Fikri kami antar ke sini. Kami pun bukan orang mampu. Kami tak sanggup untuk membiayai mereka. Mamanya Mbak Ulya juga sudah tua. Jadi kami kembalikan kesini." Nuri--saudara Ulya memulai kata. "Tapi, aku ..." "Aku pamit dulu, Mas. Takut ketinggalan, Bis." Perempuan memotong ucapanku lalu bangkit dan menyalami Ibu yang duduk lemas sambil memangku Alesha, di sampingku. "Nur ..." Panggilku. Namun, perempuan itu tak menoleh lagi. "Pa, Fikri lapar. Dari kemarin belum makan." Rengek Fikri. Helaan napas Ibu terdengar jelas. Kini ada 3 anak yang masih kecil-kecil dirumah ini. Astaga! Aku menyugar rambut. Kenapa perempuan yang aku nikahi tidak ada satupun yang beres. "Kasih Fikri makan dulu, Mar. Itu masih ada sisa nasi sama goreng telor dadar. Alesha mungkin juga lapar. Sekalian kamu suapin. Ibu lelah sekali, Mar." "Damar mana bisa, Bu." Aku mengeluh. Selama ini aku tak pernah ikut membantu menjaga anak-anak. Aku tak bi

DMCA.com Protection Status