341Alister mengusap wajah berkali-kali. Semua yang terjadi barusan di depan matanya, bagai mimpi buruk. Orang kepercayaannya menculik sang adik. Menganiaya sampai Sandra babak belur. Bahkan mungkin menodai sang adik. Untuk yang satu itu masih menunggu visum dokter. Alister belum berani berspekulasi. Ia masih berharap jika Aufar belum sempat melakukannya. Kini Sandra dan Bumi sedang ditangani dokter. Ia membawa mereka ke klinik terdekat. Menjelang sampai, Bumi juga tidak sadarkan diri. Kehabisan banyak darah. Padahal teman-temannya sudah berusaha mengobati dan membalut lukanya selama perjalanan. Alister memejam. Terbayang di matanya Bumi yang bersikeras memangku Sandra dalam mobil padahal kondisinya juga mengkhawatirkan. Bumi tidak mau menyerahkan tubuh Sandra kepada orang lain karena takut aurat istrinya terlihat. Bumi terus saja mendekap Sandra. Melindungi tubuh yang hanya terbungkus kemejanya yang berlumuran darah, hingga akhirnya ia pun tak sadarkan diri. Masih dengan mendeka
342“Abang!” Sandra memanggil seseorang dengan pandangan tertuju ke arah pintu masuk. Alexander dan Aira mengikuti arah pandangan Sandra. Di mana di sana berdiri Alister dengan wajah ditekuk, hingga prasangka dari semua orang pun sama-sama buruk. “Bagaimana Al? Apa kata dokter? Bajingan itu tidak menodai adikmu, kan?” Alexander menghampiri dan langsung bertanya tanpa filter. Alister mengembus napas panjang seraya berjalan menuju bangsal Sandra yang wajahnya sudah tegang. “Sansan....” Alister berkata lirih seraya meraih tangan sang adik. Wajahnya terlihat murung. “Abang....” Wajah Sandra berubah sendu menyadari Alister datang dengan wajah murung. Tiba-tiba dunia mendadak abu-abu. Prasangka buruk memenuhi kepalanya. Ia merasa kotor. Untuk kedua kalinya seorang laki-laki berhasil menodainya. Lalu, apa Bumi masih mau menerima dirinya yang lagi-lagi.... “Selamat, Dek. Dokter bilang tidak ada kekerasan seksual di daerah intimmu. Tidak ditemukan sperma atau apa pun yang menunjukkan d
343Alexander mengerjap setelah menutup laptop yang diberikan Alister. Jika tidak malu, ia pun ingin menitikkan air mata. Terharu melihat video rekaman betapa perjuangan Bumi untuk menjemput Sandra. Alister memang sengaja menugaskan salah satu pengawal untuk merekam perjalanan mencari Sandra sebagai bukti kepada sang ayah, jika Bumi bersungguh-sungguh dengan ucapannya. Hanya itu yang bisa ia lakukan untuk membantu menyatukan sang adik dengan laki-laki yang dicintainya. Setelah rencana awal mereka gagal, karena Aufar menculik Sandra. Alister meradang saat Alexander menentang keinginan Bumi yang ingin melanjutkan pernikahannya dengan Sandra. Ia mengerti jika sang ayah kecewa kepada laki-laki itu. Namun, baginya semua sudah jelas hanya salah paham. Alister dapat melihat kesungguhan Bumi. Ia yakin laki-laki itu suami yang tepat untuk sang adik. Karenanya ia bertekad harus bisa mencari jalan agar Sandra bahagia, tetapi atas restu dan kerelaan orang tua. Alister memerintahkan seorang
344[Aku baru sampai.]Sandra berlari ke arah balkon begitu selesai membaca pesan dari Bumi. Kerinduan yang sudah di ubun-ubun pun, semakin menggila. Laksana muda-mudi yang sedang dimabuk asmara, kini cinta mereka sedang hangat-hangatnya. Sayangnya, keluarga melarang mereka untuk bertemu dulu hingga hari pernikahan tiba. Tentu itu bagai siksaan untuk sepasang insan yang tengah dimabuk asmara seperti mereka. Namun, mereka tak bisa berbuat apa-apa. Harus patuh aturan orang tua. Toh, hanya menunggu waktu dua minggu. Berkirim pesan dan menelepon, hanya itu yang bisa mereka lakukan selama dua minggu ini. Untuk mereka yang dulu menikah tanpa berpacaran, ini menjadi momen berpacaran yang sangat manis sekaligus menyiksa. Karena harus menahan kerinduan dan cinta yang membuncah. Setiap saat setiap waktu hanya dia yang terlihat dan terasa. Kadang tidak tidur semalaman hanya untuk saling bertukar cerita menumpahkan kerinduan. Sandra pernah berpacaran beberapa kali dengan pemuda berbeda, te
345Akhirnya, hari bahagia itu tiba juga. Hari di mana dunia dan seisinya tahu jika cinta mereka telah bersatu. Hari di mana Bumi kembali menyebut nama Sandra dalam ijab qabul untuk kedua kalinya. Sama persis untaian kalimatnya. Sama segala sesuatunya. Bedanya, dulu ijab qabul itu dilakukan dalam kondisi serba sedih dan terkesan dipaksakan hanya untuk menutup aib. Sementara sekarang, semua serba terencana dan matang. Bila dulu dilakukan di rumah sakit dengan kondisi Sandra yang memprihatinkan, kini kebalikannya. Diselenggarakan di sebuah gedung luas dengan hati kedua mempelai berbunga-bunga, dan siapa pun boleh datang, ikut merasakan kebahagiaan keduanyaSebagai rasa syukur dan bahagia, Alexander sengaja mengonsep resepsi yang terbuka untuk umum, karena ia mengerti jika menantunya bukan dari kalangan atas. Hingga kerabat, teman-teman, karyawannya atau siapa pun bisa datang dan ikut menikmati kemeriahan pesta itu. Wajah-wajah penuh kebahagiaan menghiasi seluruh sudut ruang pesta. K
346Aira menghentikan langkah begitu melewati ruang TV yang masih benderang. Keningnya berkerut dalam saat dilihatnya Raka masih duduk di depan televisi yang masih menyala. Wanita yang sudah terlihat lelah itu menatap jam dinding dan sang anak bergantian. Benda yang berdetak di dinding sudah menunjukkan lebih dari tengah malam. Namun Raka malah duduk santai di ruang televisi. Aira melangkah mendekati Raka yang sepertinya tidak menyadari kehadirannya. Lalu begitu sudah berada di sampingnya, tampaklah jika pandangan sang anak kosong, televisi yang menyala di depan sana, hanya pajangan semata. Matanya sama sekali tak menatap ke sana. Aira menyentuh pundak sang anak sulung. Anak yang kehadirannya ke dunia dulu, membuatnya merasa sempurna sebagai seorang wanita. Walaupun tidak hadir dalam euforia yang mewah seperti kelahiran Sandra dan Aldo, karena ayahnya dulu tak begitu antusias menyambut kelahirannya, bagi Aira, Raka tetap istimewa. “Kak!” Aira memanggil pelan sang anak hingga Raka
347“Sayang, kenapa lama sekali?” Kembali Bumi mengetuk pintu kamar mandi. Ia gemas dengan sang istri. Dulu saat mereka menikah untuk pertama kali, Sandra selalu menggodanya. Selalu meminta seolah tidak sabar untuk saling memiliki. Kini, saat semua sudah sah dan mereka bebas melakukan apa pun, wanita itu terus mengulur waktu hingga ia yang menjadi tidak sabar. Apa ini yang disebut jinak-jinak merpati? Apa semua wanita seperti ini di malam pertama? Suka mengulur waktu seolah belum siap, tetapi setelah merasakan sekali, minta tambah? Awas saja jika ia sudah keluar, Bumi tak akan melepaskannya lagi. “Sayang ... jangan sampai aku keluarkan jurus tendangan seribu bayangan untuk merobohkan pintu, ya!” Kali ini lelaki yang hanya memakai boxer itu mengancam. Membuat seseorang yang sibuk merapikan baju dinas malamnya di dalam, menggerutu. “Cerewet!” gumamnya. Dulu, saat pertama menikah, lelaki itu sangat pendiam. Tidak banyak bicara. Bibirnya jarang bergerak. Jangankan tertawa atau ters
348Bumi menggeser tubuhnya perlahan. Sangat hati-hati agar sang istri tidak ketakutan. “Apa kau sudah lebih baik?” tanya Bumi lembut seraya menatap teduh. Tatapan penuh cinta yang selama ini Sandra rindukan. Sandra mengangguk tanpa melihat ke arahnya. Terlihat wanita itu masih berusaha mengatur napasnya. “Sayang.” Bumi meraih kedua tangan istrinya. “Apa sebenarnya yang terjadi? Bukankah kita sangat menunggu momen ini? Bahkan sejak pernikahan pertama kita.”Sandra menelan ludah. Tenggorokannya mendadak kemarau. Ya, ia pun sangat menunggu momen ini. Bahkan saat pernikahan pertama mereka, ia yang sering meminta Bumi melakukannya. Namun, kini saat momen ini tiba, semua menjadi berbeda. Ketakutan menderanya. Bumi kembali menggeser tubuh, hingga mereka tak berjarak. Kemudian menyibak selimut yang menutupi bagian bawah tubuh sang istri. Sementara Sandra menguatkan diri agar tidak ketakutan, dengan tidak menatap wajah Bumi. Bumi gemas. Ia meraih dagu sang istri, kemudian diangkat agar w
Extra partKepanikannya semakin menjadi saat nomor Aira tak kunjung diangkat. Sementara Anyelir menjerit-jerit merasakan rasa mulas di perutnya yang seolah diperas.Wanita paruh baya asisten rumah tangga mereka yang melihat kepanikan itu gegas menyuruh Aldo membawa Anyelir ke rumah sakit. Sebagai wanita yang sudah berpengalaman melahirkan, ia tahu jika Anyelir akan segera melahirkan.Tanpa pikir panjang, Aldo mengangkat tubuh Anyelir yang beratnya sudah mencapai dua kali lipat dari berat normalnya karena kehamilan ini. Terlebih ada dua bayi kembar dalam perutnya. Untunglah rumah mereka kini bukan apartemen bertingkat. Hingga ia dengan mudah mengevakuasi sang istri.Berdua saja, Aldo membawa Anyelir ke rumah sakit yang sudah mereka tunjuk untuk tempat bersalin. Sang asisten ia minta untuk terus menghubungi kelurganya, dan menyusul ke rumah sakit setelah urusan di rumah selesai.Selama perjalanan, Anyelir terus mencengkeram lengan Aldo karena merasakan mulas tak terkira. Belum lagi sese
Extra part“Kenapa, sayang?” Aldo yang baru memasuki rumah, menatap sang istri yang bibirnya maju.Anyelir tidak menjawab. Ia meraih tangan sang suami dan menciumnya takzim. Walaupun usia Aldo lebih muda, tetapi posisinya tetap kepala keluarga. Anyelir tetap menghormati dan memperlakukan bagaimana seharusnya memperlakukan suami.Aldo menarik tubuh sang istri tetapi dengan hati-hati agar tak mengganggu perut besarnya. Sebuah kecupan mendarat di kening berpoles bedak tipis. Kemudian beralih kedua pipi dan terakhir menghisap bibir majunya dengan gemas hingga si empunya bibir meronta minta dilepaskan.“Kau membuatku sesak napas.” Anyelir mendorong dada Aldo. “Ciuman macam apa itu?” lanjutnya dengan bibir semakin maju, ditambah tangan yang dilipat di dada.“Itu ciuman penawar marah. Juga penawar rasa lelah di kantor.”Anyelir menoleh. Ia tahu Aldo lelah bekerja seharian di kantor tetapi pulang langsung disuguhi sikap manja dan sensitifnya yang semakin menjadi sejak hamil. Namun, ia tak dap
528 “Tetaplah di sisiku sampai salah satu di antara kita menutup mata. Aku bahkan ingin kebersamaan ini berlanjut hingga kehidupan kekal kita kelak. Jangan pernah tinggalkan aku. Terus dampingi dan bantu aku dalam memperbaiki diri agar menjadi suami yang bisa membimbingmu dan anak-anak kita menjalani kehidupan ini dalam koridor yang lurus. Aku ingin menjadi imam dambaanmu, sayang.” Anyelir mendongak. Hatinya trenyuh. Sejak kejadian itu, Aldo memang banyak berubah. Ia membuktikan dirinya layak mendapatkan maaf dan kesempatan kedua. Anyelir sendiri membuktikan memaafkan dengan tidak pernah membahas masalah yang sama. Jika Aldo mulai mellow, meminta maaf dan terindikasi membahas hal sama, Anyelir sendiri yang mengingatkan dan mengajak melupakan semuanya dengan menatap ke depan. Ia sadar dirinya pun bukan manusia tanpa dosa. Ia bahkan bersikap kekanakan dalam menghadapi masalah ini. Saling memaafkan, saling sadar dan terus berbenah diri, itu yang mereka lakukan saat ini. Terlebih sebent
527Semua orang terdiam mendengar ucapan Sandra. Semua orang tahu jika Gita dirawat di RSJ karena saat ditahan sering mengamuk dan beberapa kali mencoba bunuh diri lagi, bahkan bayi dalam kandungannya sampai gugur karena perilakunya sendiri. Gita akhirnya dirawat di RSJ.Keluarga Aldo menganggap semua telah selesai, karena akhirnya Gita dinyatakan bersalah. Semua bukti dan saksi menunjukkan jika Aldo tidak bersalah. Andika dan istrinya kembali ke Kalimantan. Gita tidak menuntut apa pun kepada Andika, mungkin karena melihat kondisi laki-laki itu yang mengenaskan.Justru perseteruan dengan Aldo yang ia pertahankan walaupun pada akhirnya Gita harus merasakan kehidupan di balik jeruji besi dalam kondisi hamil.Publik juga sudah mulai melupakan kasus ini, hingga Aldo dan keluarga bebas bergerak tanpa banyak yang memperhatikan.Semua sudah berjalan normal dan baik-baik saja. Aldo dan Anyelir menjalani pernikahan dengan bahagia. Terlebih mereka akan memiliki anak. Hubungan mereka bahkan sema
526 “Aku mau poliandri, apa kau setuju?” Anyelir menatap serius. Hening. Binar penuh harap di mata Aldo seketika pudar dan meredup. Senyum yang tadi sempat tersungging, raib dalam waktu singkat. Dada pemuda itu mendadak sesak. Diteguknya ludah dengan susah payah karena kerongkongan yang mendadak kemarau. Napasnya tersengal seolah telah berlari puluhan kilo meter. Bibirnya bergetar. “Mana ada seperti itu, sayang?” tanyanya dengan senyum miris. Anyelir tersenyum. “Ada, ini bukan sungguhan. Jadi, aku hanya pura-pura saja.” “Maksudnya?” Mata Aldo memicing. Anyelir menarik napas panjang. “Begini, orang tua Haris menuntutnya untuk segera menikah. Sementara ia belum menemukan wanita yang cocok. Tapi ia menolak jika harus dijodohkan dengan gadis pilihan orang tuanya. Jadi, ia memintaku untuk berpura-pura menjadi….” “Tidak!” Dengan napas yang semakin tersengal dan dada makin sesak, Aldo memotong ucapan Anyelir. “Apa kau sudah gila, sayang?” “Kenapa?” Anyelir memiringkan kepala. Tawan
525“Makanya jangan petakilan. Sudah mau jadi ayah kelakukan masih bocah.” Anyelir berkata ketus seraya melipat tangan di dada. Sementara Aldo terus meringis merasakan sakit di pinggangnya. Terpaksa harus dipijat lagi. Harus menahan lagi sakit yang lebih dari sebelumnya. Namun, di balik itu semua hatinya bahagia tiada tara. Sang istri sudah kembali seperti dulu. Hanya ketus karena kesal. Baginya tak apa diberi wajah ketus seperti itu, daripada harus mendapati wajah dingin yang membuatnya putus asa.Kini, bahkan Anyelir tengah menyuapinya. Ia yang untuk sementara hanya bisa tengkurap dengan kepala hanya bisa mendongak, kesulitan untuk sekadar menyuap. Praktis makan pun harus disuapi. Anyelir geleng-geleng kepala. Ini piring ketiga yang Aldo tandaskan. Pemuda itu seperti kelaparan. Memakan apa pun yang Anyelir suapkan dengan sangat rakus. Bahkan saat piring ketiga tandas pun, lelaki itu masih meminta tambah.“Berapa hari kau tidak makan?” tanya Anyelir heran saat menyuapi dari piring k
524“Sakit ….” Aldo merengek manja dengan wajah menengadah. Tangannya memeluk erat pinggang Anyelir yang pangkuannya ia jadikan bantal.Wajah lelaki itu terlihat berkeringat. Ringisan masih sesekali menghiasi wajahnya. Pemuda itu baru saja berteriak-teriak merasakan sakit akibat pijatan bapak tua penjaga villa.Akibat terlalu bersemangat dan terlampau bahagia karena melihat wanita yang dirindukannya selama ini ada di depan mata, ia berlari hingga tak memperhatikan apa pun lagi. Tangannya menyenggol keranjang buah di atas meja, hingga isinya jatuh ke lantai dan terinjak. Aldo terpeleset karena menginjak buah apel yang jatuh menggelinding, hingga tak terelakkan tubuhnya melayang jatuh. Namun, sebelumnya pinggangnya terbentur tepian meja hingga sakitnya menjadi berlipat-lipat.Beruntunglah bapak penjaga villa bisa memijat urat keseleo. Hingga ia langsung mendapat penanganan.Anyelir yang tengah memasak dibantu istri penjaga villa, kaget karena suara benturan keras. Wanita itu langsung me
524Aldo mengeratkan pelukan demi mendengar nasihat Aira. Kalau boleh memilih, ia ingin pernikahannya lanjut. Tak ingin tercerai berai karena anak yang akan menjadi korban. Kalau boleh ia ingin bertemu Anyelir dulu agar bisa bicara dari hati ke hati. Sayangnya, bahkan di mana keberadaan wanita itu, ia tidak tahu. “Jika Tuhan masih memberimu kesempatan, ingat gunakan sebaik-baiknya. Namun, jika semuanya hanya sampai di sini karena manusia hanya punya keinginan dan usaha, kau tetap harus bisa mengambil hikmahnya, Nak. Mungkin ini takdir kalian. Takdirmu. Jangan menyalahkan Tuhan. Apa yang terjadi sudah digariskan. Jika kalian harus bercerai, itu pasti takdir karena kau sudah berusaha memperbaiki semuanya. Yakin akan ada pelangi setelah hujan, Nak. Jika Tuhan memberi ujian ini, pasti disertai jalan keluar dan hikmah di baliknya.”Aldo hanya diam meresapi setiap kalimat sang ibu. Sungguh, ia tidak sanggup jika harus berpisah dengan Anyelir. Namun, jika wanita itu tetap memaksa, ia bisa
523“Anye, kamu di mana?” Aldo duduk lesu di lobi hotel. Kepalanya menunduk dalam. Tangannya meremas rambut dengan kuat. Berkali-kali mengembus napas kasar. Beban di dadanya terasa ingin meledak. Setelah menunggu berminggu-minggu dengan setumpuk rindu dan penyesalan, kini hanya mendapati Anyelir yang sudah tidak berada di tempat.Aldo menyandar lemah seraya merogoh ponsel dalam saku. Mencoba keberuntungan. Menghubungi lagi Anyelir. Namun hingga berkali-kali dilakukannya, tetap hanya dijawab operator.Pemuda itu memejam sebelum bangkit dan berjalan keluar. Para pengawal berwajah datar sigap mengiringi.“Putari kota ini, Pak. Siapa tahu aku melihat keberadaan istriku,” titahnya kepada sopir setelah duduk di dalam mobil. Sang sopir hanya mengangguk sebelum menjalankan mobil dengan kecepatan sedang. Mengitari kota Surabaya seperti perintah sang majikan.Hampir seharian Aldo dan rombongan berputar-putar di sana. Semua jalan disusuri bahkan hingga jalan-jalan kecil hanya agar mendapat keber