Shiya menggeliat karena merasa ada seseorang yang menyentuhnya. Ia mulai membuka matanya pelan. Tidak seperti hari biasanya, pagi ini ia melihat pemandangan indah disampingnya.
"Selamat pagi istriku." Frans tersenyum padanya dengan kedua mata yang masih terpejam. Ia masih terlihat nyaman dengan posisi memeluk tubuh istrinya. Membuat Shiya ikut tersenyum dan kembali membenamkan wajahnya dalam pelukan suaminya.Entah mengapa ia merasa sangat bahagia, hingga membuatnya tak ingin mengakhiri momen indah itu."Apa kau tak pergi bekerja?" Shiya tiba-tiba menjauhkan wajahnya dari tubuh suaminya menyadari sinar matahari sudah mulai menembus kamarnya."Bangunlah! aku akan membawamu kerumah Mama sebelum berangkat kerja." Shiya menghembuskan nafas kasar mendengar ucapan suaminya. Ia merasa sedikit kecewa karena masih ingin berlama-lama disana."Lupakan! aku akan pergi sendiri." Shiya beranjak dari tempat tidur dan membuka selimutnya denganSetelah seharian berkeliling mengunjungi beberapa kantor cabangnya, Frans akhirnya datang ke toko yang sebelumnya adalah milik istrinya yang sekarang dikelola oleh Lucy.Mengetahui Frans akan datang, Lucy pun sudah mempersiapkan hal licik padanya. Ia tak akan menyia-nyiakan kesempatan bagus seperti ini begitu saja.Sesaat setelah kedatangan Frans beserta beberapa orang lainnya. Mereka segera mengadakan rapat diruang utama untuk membahas perkembangan tokonya. Para karyawan pun dipulangkan lebih awal untuk kepentingan perusahaan.Ben memimpin rapat itu, sedangkan Frans hanya mengawasinya saja. Banyaknya perusahaan yang mereka kunjungi membuat Frans dan Ben harus saling bekerja sama dengan sangat keras."Minumlah! kau pasti sangat lelah." Lucy memberikan segelas minuman pada Frans yang sedang fokus memperhatikan presentasi Ben didepan."Ah, terima kasih." Frans meraihnya begitu saja tanpa curiga. Ia segera menenggak habis minuman p
Derai air mata terus membasahi wajah cantik Shiya. Didalam taksi ia terus terisak, hingga membuat pengemudi taksi itu bingung harus membawanya kemana karena sejak dirinya naik, Shiya belum juga mengatakan tujuannya."Bawa saya ke Baro Corp Pak!" akhirnya Shiya mengatakan tujuannya, dipikirannya saat ini hanya terlintas Baro saja."Baiklah Nona." ankhirnya kebingungan pengemudi itu berakhir juga. Ia pun segera melajukan taksinya menuju Baro Corp sesuai permintaan penumpangnya.Tak lama kemudian, taksi yang Shiya tumpangi berhenti tepat didepan perusahaan besar itu. Ia berniat untuk melangkahkan kakinya mendekati gedung itu setelah taksi yang ia tumpangi pergi. Namun, setelah melihat pengamanan didepan pintu masuk yang sangat ketat munculah keraguan dalam diri Shiya.Shiya pun tetap berdiri ditempatnya. Berulang kali ia berniat menghubungi Baro melalui panggilan ponselnya, namun keberaniannya belum terkumpul juga. Ia akhirnya hanya duduk di
Frans terdiam di kursinya, tatapan matanya kosong. Segala cara sudah ia lakukan, ia pun mencari istrinya ke seluruh tempat yang mungkin istrinya datangi. Tapi, Frans tak juga dapat menemukannya."Lucy memasukkan sesuatu kedalam minumanku dan itu bereaksi kuat dalam tubuhku. Untung saja tidak ada yang terjadi diantara kami, aku berhasil mengendalikan diriku." Frans menarik nafas pelan mengingat kejadian itu, sedangkan Ben masih berdiri tegak didepan mejanya."Kenapa anda tak memanggil saya Tuan?" Ben mengepalkan kedua tangannya tanpa Frans sadari, ia menahan rasa kesalnya."Kau pergi begitu saja bersama yang lain. Sial! kenapa waktunya tepat sekali, Shiya harus melihat aku keluar dari tempat itu." berulang kali Frans menghantamkan kepalan tangan di mejanya.Jadi semua ini ulah Lucy. Ternyata dia masih berani, kali ini aku tak akan memaafkannya. Semakin kau terus mengejar Tuan Frans, semakin keras juga aku akan menahanmu! Ben bergumam, ia me
Hans tertidur pulas dalam pangkuan Shiya. Sepertinya pria kecil itu kelelahan karena terlalu semangat bermain bersama Shiya dan Papanya."Aku akan membawanya kedalam kamar." suara Baro terdengar lirih, ia berhati-hati agar tak membangunkan Hans. Shiya menganggukkan kepala mengiyakan perkataan Baro, ia membiarkan Baro mengambil alih Hans dari pangkuannya.Baro pun membawa Hans kedalam kamar, ia meletakkan Hans ditempat tidurnya dengan pelan agar tak membangunkannya. Dan Shiya mengikutinya, ia juga membalutkan selimut ke seluruh tubuh pria kecil itu setelah Baro berhasil memindahkannya.Mereka berdua terus memandang wajah pria kecil itu sejenak seraya saling menyunggingkan senyuman diwajahnya. Meski ia baru tahu bahwa Baro memiliki seorang putra, tapi Shiya merasa sangat bahagia karena ia diizinkan untuk bertemu dengannya."Terima kasih untuk hari ini. Kau banyak menghiburku." mereka berdua berjalan beriringan keluar dari kamar Hans.
20 tahun yang lalu. Karena kesulitan ekonomi, Tuan Pram terpaksa bekerja sebagai kurir narkoba jenis sabu-sabu seberat 8 kilogram.Petikan tuntutan dibacakan Jaksa Penuntut Umun pada persidangan di Pengadilan Negeri Klas I A Khusus."Menuntut agar majelis hakim menjatuhkan pidana penjara terhadap terdakwa selama 20 tahun, serta pidana denda sebesar Rp1 Miliar subsider kurungan 6 bulan," ujar Jaksa Penuntut Umum membacakan tuntutan.JPU berkeyakinan Tuan Pram terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan perbuatan melawan hukum tindak pidana tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk dijual, menjual, membeli menerima menjadi perantara dalam jual beli, menukar atau menyerahkan narkotika golongan I beratnya melebihi 5 gram, sehingga melanggar Pasal 114 ayat (2) UU RI No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika.Atas tuntutan tersebut, terdakwa yang didampingi penasehat hukum dari Pos Bantuan Hukum (Posbankum) PN akan mengajukan pembelaan (Pledoi) se
Beberapa saat sebelum insiden penikaman dikediaman keluarga Dimejo.Nyonya Dimejo baru saja menginjakkan kaki dihalaman rumahnya, matanya memperhatikan sekitar namun mobil suaminya belum terlihat dihalaman rumah menandakan dirinya belum kembali. Keadaan rumah terlihat seperti biasanya, para pelayan masih terlihat sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Tak lupa, mereka juga menyapa majikannya dengan ramah saat Nyonya Dimejo memasuki rumahnya."Bi, tolong masak yang bergizi untuk menantuku yang sedang hamil! Shiya akan segera kembali, kami akan makan malam bersama." Nyonya Dimejo melangkahkan kakinya kedalam kamar setelah berbicara pada pelayannya."Baik Nyonya." ia menjawab majikannya seraya menganggukkan kepalanya. Lalu segera mengerjakan perintah setelah majikannya masuk kedalam kamar.Seperti biasa, Nyonya Dimejo segera masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Menghilangkan aura negatif yang sudah seharian terkumpul dalam
Kediaman keluarga Dimejo masih sangat ramai. Polisi juga masih sibuk melakukan penyelidikan lebih lanjut. Sidik jari dan beberapa barang bukti tetap mengarah pada Shiya.Sedangkan Shiya sudah berada didalam sel tahanan. Ia meratapi nasibnya, musibah datang padanya secara bertubi-tubi. Bahkan ia masuk kedalam penjara dan belum sempat mengatakan kehamilannya pada suaminya sendiri."Nona Shiya! ada yang ingin bertemu denganmu." seorang polisi datang membukakan pintu untuknya. Ia kemudian membawanya masuk keruang kunjungandimana terdapat pemisah antara ruangan berupa tembok dan kaca yang saling berhadapan.Seorang pria tampan dengan perawakan gagah nyaris sempurna terlihat duduk di kursi kunjungan. Shiya pun segera menghadiahkan senyuman padanya, sedangkan Baro masih dengan ekspresi yang sama. Ia terlihat sangat kacau, penyesalan terlukis jelas diwajahnya."Katakan padaku apa yang sebenarnya terjadi?" buru-buru Baro melemparkan per
Ben mengeratkan rahangnya, tanpa Frans dan Baro ketahui. Dia juga mengepalkan kedua tangannya. Mengetahui wanita yang ia cintai melakukan tindakan yang sangat jauh tanpa sepengetahuannya, membuat amarahnya kian tersulut.Setelah kepergian Baro, Ben pun berjalan mendekati Frans yang masih duduk di sofa."Haha tak bisa dipercaya." Frans hilang akal, ia masih belum bisa menerima semua hal yang terjadi padanya."Hari itu, Nyonya pergi menemui Nona Lucy Tuan. Sepertinya perkataan Tuan Baro ada benarnya." Ben menyahuti perkataan Frans tanpa diminta."Benarkah?" Frans menatap Ben dengan lekat."Iya Tuan. Nyonya tahu penyebab kepergian Nona Shiya waktu itu adalah karena ia melihat anda sedang bersama Nona Lucy di The Amethyst. Itulah sebabnya Nyonya sangat marah dan menemuinya.""Sial! kenapa kau baru mengatakannya padaku sekarang?" raut wajah Frans berubah sangat kesal."Maafkan saya Tuan." Ben menundukkan kepala