Home / Romansa / I'm Not Lucy / To be a suspect

Share

To be a suspect

Author: Meybutjuly
last update Last Updated: 2021-06-22 00:04:44

Beberapa saat sebelum insiden penikaman dikediaman keluarga Dimejo.

Nyonya Dimejo baru saja menginjakkan kaki dihalaman rumahnya, matanya memperhatikan sekitar namun mobil suaminya belum terlihat dihalaman rumah menandakan dirinya belum kembali. Keadaan rumah terlihat seperti biasanya, para pelayan masih terlihat sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Tak lupa, mereka juga menyapa majikannya dengan ramah saat Nyonya Dimejo memasuki rumahnya.

"Bi, tolong masak yang bergizi untuk menantuku yang sedang hamil! Shiya akan segera kembali, kami akan makan malam bersama." Nyonya Dimejo melangkahkan kakinya kedalam kamar setelah berbicara pada pelayannya.

"Baik Nyonya." ia menjawab majikannya seraya menganggukkan kepalanya. Lalu segera mengerjakan perintah setelah majikannya masuk kedalam kamar.

Seperti biasa, Nyonya Dimejo segera masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Menghilangkan aura negatif yang sudah seharian terkumpul dalam
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • I'm Not Lucy   Happy ending?

    Kediaman keluarga Dimejo masih sangat ramai. Polisi juga masih sibuk melakukan penyelidikan lebih lanjut. Sidik jari dan beberapa barang bukti tetap mengarah pada Shiya.Sedangkan Shiya sudah berada didalam sel tahanan. Ia meratapi nasibnya, musibah datang padanya secara bertubi-tubi. Bahkan ia masuk kedalam penjara dan belum sempat mengatakan kehamilannya pada suaminya sendiri."Nona Shiya! ada yang ingin bertemu denganmu." seorang polisi datang membukakan pintu untuknya. Ia kemudian membawanya masuk keruang kunjungandimana terdapat pemisah antara ruangan berupa tembok dan kaca yang saling berhadapan.Seorang pria tampan dengan perawakan gagah nyaris sempurna terlihat duduk di kursi kunjungan. Shiya pun segera menghadiahkan senyuman padanya, sedangkan Baro masih dengan ekspresi yang sama. Ia terlihat sangat kacau, penyesalan terlukis jelas diwajahnya."Katakan padaku apa yang sebenarnya terjadi?" buru-buru Baro melemparkan per

    Last Updated : 2021-06-22
  • I'm Not Lucy   Freedom?

    Ben mengeratkan rahangnya, tanpa Frans dan Baro ketahui. Dia juga mengepalkan kedua tangannya. Mengetahui wanita yang ia cintai melakukan tindakan yang sangat jauh tanpa sepengetahuannya, membuat amarahnya kian tersulut.Setelah kepergian Baro, Ben pun berjalan mendekati Frans yang masih duduk di sofa."Haha tak bisa dipercaya." Frans hilang akal, ia masih belum bisa menerima semua hal yang terjadi padanya."Hari itu, Nyonya pergi menemui Nona Lucy Tuan. Sepertinya perkataan Tuan Baro ada benarnya." Ben menyahuti perkataan Frans tanpa diminta."Benarkah?" Frans menatap Ben dengan lekat."Iya Tuan. Nyonya tahu penyebab kepergian Nona Shiya waktu itu adalah karena ia melihat anda sedang bersama Nona Lucy di The Amethyst. Itulah sebabnya Nyonya sangat marah dan menemuinya.""Sial! kenapa kau baru mengatakannya padaku sekarang?" raut wajah Frans berubah sangat kesal."Maafkan saya Tuan." Ben menundukkan kepala

    Last Updated : 2021-06-22
  • I'm Not Lucy   Your wedding

    Tak lama kemudian, Ben menghentikan laju mobilnya tepat didepan rumah keluarga Shalim. Mereka terdiam sejenak, sedangkan Shiya masih terisak didalam mobil itu."Sepertinya anda harus melihat ini Nona." Ben menyodorkan ponselnya sebelum Shiya turun dari mobilnya, ia menunjukkan sebuah video yang sempat ia rekam sebelumnya. Di sana ada Tuan Pram dan Lucy yang sedang berbincang."Salahku itu apa? memang apa yang aku perbuat? aku hanya menjalani hidupku, mereka ingin aku bagaimana? aku dan bayiku harus bagaimana?" Shiya menatap layar ponsel itu lekat, ia pun menangis sejadinya. Dari kedua matanya terlihat jelas ada kemarahan yang tersulut disana. Sedangkan Ben hanya terdiam disampingnya, tak tau harus bagaimana."Jika anda butuh sesuatu, katakan pada saya Nona. Saya aku membantu anda sebaik yang saya bisa." setelah Shiya agak tenang, Ben akhirnya berani mengeluarkan suaranya."Terima kasih atas bantuan mu Ben." Shiya menundukkan kepala sebelum

    Last Updated : 2021-06-22
  • I'm Not Lucy   Good boy

    Mobil Andrew terhenti tepat didepan pintu gerbang rumah Shiya. Andrew pun segera turun untuk membukakan pintu untuknya, sementara Shiya masih sibuk melepas sabuk pengaman yang melilit tubuhnya."Terima kasih." Shiya menurunkan kakinya setelah Andrew membukakan pintu untuknya.Tanpa mereka sadari, ternyata ada seseorang yang memperhatikan mereka dari kejauhan. Ia melipat kedua tangannya didepan dada dan menyandarkan tubuh tegapnya di pintu gerbang, pertanda sudah cukup lama menunggu kedatangannya."Bagaimana perasaanmu?" Shiya memutar kepalanya mencari sumber suara tersebut sesaat setelah dirinya keluar dari dalam mobil."Ka-kau?" Shiya membulatkan kedua matanya melihat Baro yang sudah berdiri di gerbang rumahnya."Terima kasih sudah membawanya pulang." Baro berjalan mendekati Andrew yang masih mematung di samping pintu mobilnya. Baro juga menyunggingkan senyuman dan mengulurkan tangan padanya."Tu-Tuan Baro?" Andrew m

    Last Updated : 2021-06-22
  • I'm Not Lucy   Graveyard

    Pagi itu, Langit tampak gelap. Sama seperti pakaian yang membalut seluruh tubuh wanita hamil itu. Gumpalan awan berlomba-lomba menutupi matahari yang hendak memperlihatkan sinarnya ke Bumi.Shiya berdiri sejenak diambang pintu masuk pemakaman itu. Matanya berkaca-kaca, namun tertutup oleh kaca mata berwarna hitam dengan ukuran cukup besar membuat tak seorang pun bisa melihat tangis kesedihannya.Ia membawa dua bucket bunga berukuran besar dalam pelukannya, pelan ia melanjutkan langkahnya memasuki pemakaman itu. Langkahnya terhenti tepat di depan dua makam yang berjajar. Ia menatap kedua batu nisan itu dengan penuh luka.Dengan tubuh gemetar, ia meletakkan bunga yang dibawa pada masing-masing makam. Tangisnya tak bisa dibendung lagi membuatnya kini bersimpuh didepan kedua makam itu."Ma, Pa. Jika kalian masih ada, kalian pasti tidak akan membiarka

    Last Updated : 2021-06-22
  • I'm Not Lucy   17century Tulip Bulb

    "Saya rasa bunga ini paling cocok untuk Nona Shiya Tuan." John kembali berbisik ditelinga Baro."Baiklah, aku akan ambil bunga ini." kini Baro semakin yakin saat mendapat bisikan dari assistantnya itu."Emmm tapi harganya cukup mahal Tuan. Perlu 72juta rupiah untuk satu ikat." wanita itu ragu-ragu untuk mengatakan harganya yang mahal. Padahal uang sebanyak itu bukanlah apa-apa bagi Baro."Haruskah aku beli 10 ikat John?" Baro kembali meminta pendapat pada assistantnya."Jangan Tuan. Nona Shiya tidak akan suka jika terlalu berlebihan, lebih baik beli satu paket saja." Baro menganggukkan kepalanya."Baik, berikan aku satu ikat dengan kualitas terbaik!" mendengar ucapan Baro, wanita itu membulatkan kedua matanya terlihat gembira."Benarkah? baik, baik. Tunggu sebentar Tuan, saya akan segera menyiapkannya untuk anda." wanita itu segera menghilang dari pandangan kedua pria itu secepat kilat.Selang beberapa saat

    Last Updated : 2021-06-22
  • I'm Not Lucy   Red rose

    Sepanjang perjalanan, Ben terus memandangi bungkusan kecil yang ada di tangannya. Hingga tanpa ia sadari, ternyata dirinya sudah berada di depan pintu ruangan Frans. Ben pun segera menyembunyikan bungkusan itu di belakang tubuhnya. Ia kemudian membuka pintu yang ada di depannya. "Permisi, Tuan. Mobil anda sudah siap." "Baiklah Ben, ayo kita pergi!" Frans bangkit dari tempat duduknya, tak lupa ia juga meraih jas yang ia letakkan di kursinya. "Baik, Tuan." Ben berjalan mengikuti langkah Frans di belakang hingga sampai di mobilnya. Kedua pria itu masuk ke dalam mobil lalu melajukannya meninggalkan perusahaan. "Tunggu-tunggu Ben! Berhenti di toko bunga itu!" Frans tiba-tiba meminta Ben untuk menghentikan mobilnya saat melewati sebuah toko bunga di pinggir jalan. "Baik Tuan." Ben menganggukkan kepala mengiyakan perintah Frans. "Ayo! Bantu aku memilih bunga!" Frans keluar dari mobilnya, membuat Ben segera mengikutinya. Tring!

    Last Updated : 2021-06-22
  • I'm Not Lucy   Triplets

    "Bi Asiiiiih!" wanita paruh baya itu segera menghampirinya."Taruh bunga ini pada tempat yang semestinya!" Shiya menyerahkan bunga yang ada ditangannya itu pada Bi Asih, tanpa mengalihkan pandangannya dari wajah Frans dengan seringai di bibirnya. Baro pun melukiskan senyuman diwajahnya setelah sebelumnya terlihat kesal."Baik Nona." Bi Asih meraih bunga itu secepat kilat."Apa kau tak mengizinkanku duduk?" penolakan bunga darinya itu rupanya tak membuat Frans menyerah. Kini ia memasang muka tebalnya."Kurasa kau sibuk. Lagipula aku tidak ingin istrimu salah paham. Bukan begitu Ben?" Shiya melemparkan tatapan intimidasi pada Ben."Benar Nona. Jadwalnya penuh hari ini hahaha." Ben berusaha mencairkan suasana tegang di ruangan itu."Bukankah ini acara untuk bayiku? akulah ayah dari bayi didalam kandungannya." Frans benar-benar pantang menyerah.John dan Andrew saling berbisik. "Sepertinya kau salah paham Frans

    Last Updated : 2021-06-22

Latest chapter

  • I'm Not Lucy   Begining

    Hari berikutnya, Hans dan John pun kembali ke Jepang setelah mereka mendapat informasi yang cukup tentang Lucy. Mereka terus berusaha mencari keberadaan Lucy hingga ke seluruh penjuru dunia. Namun, usahanya tak kunjung juga mendapatkan hasil.Selama berada di Jepang, Hans pun kembali memperdalam ilmu bisnisnya dengan bimbingan sang kakek dan juga John. Karena bagaimanapun juga, Hans adalah satu-satunya penerus keluarga Heng.Lima tahun kemudian.Tibalah saatnya untuk Hans kembali ke Indonesia untuk mengambil alih semua perusahaan Baro yang selama ini tidak terlalu terurus. John sendiri juga kuwalahan menangani semua perusahaan besar itu seorang diri.Kini dengan adanya Hans, pekerjaan John pun bisa lebih ringan. Ia hanya perlu mengurus beberapa anak perusahaan milik Baro yang ada diluar negeri."Uruslah perusahaan Ayahmu dengan baik. Jangan mengecewakannya!" Tuan Heng berdiri di teras rumahnya saat Hans hendak berangkat ke Indonesia meninggalkannya."Baiklah, Kek. Jagalah kesehatan Kak

  • I'm Not Lucy   The Truth

    Pintu itu mulai terbuka, seorang wanita terlihat muncul dari balik pintu itu."John? kau kah itu?" Shiya menyipitkan matanya menatap pria yang tengah berdiri dihadapannya itu."Katakan padaku Nona! dimana kau sembunyikan Nona Lucy?" John berteriak padanya, memaksa air mata Shiya untuk keluar begitu saja."A-aku... hiks hiks hiks." Shiya tak kuasa menahan tangisnya. Bahkan ia kesulitan untuk melanjutkan perkataannya."Ibu?" Hans melangkahkan kakinya pelan menatap Shiya yang sedang menangis diambang pintu itu.Suaranya pun berhasil membuat tangis Shiya terhenti sejenak, ia kemudian menatap pria yang sedang berjalan kearahnya itu dengan seksama."Si-siapa?" Shiya menatap Hans yang berjalan kearahnya dengan tatapan mata sendu."A-aku Hans Bu." Shiya pun berjalan mendekatinya, pelan ia memegang wajah tampan itu dengan kedua tangannya."Hans? benarkah itu kau?" Shiya pun memeluk tubuh tegap pria yang a

  • I'm Not Lucy   Back To Indonesia

    Hari berikutnya, Hans dan John sudah bersiap-siap untuk pergi meninggalkan resort setelah selesai menikmati sarapan. Keduanya pun kini berdiri di lobby untuk menunggu kedatangan mobil yang menjemputnya.Saat sedang berdiri disana, seekor anjing tiba-tiba mendekatinya. Anjing itu terus menggonggong didekatnya seakan ia tahu bahwa Hans akan segera pergi."Kau datang untuk mengucapkan selamat tinggal padaku?" Hans mengusapnya dengan lembut. Sedangkan John hanya memperhatikannya."Dia mirip sekali dengan Coda." John memperhatikannya sejenak."Kau benar Paman." Hans mengedarkan pandangannya seperti sedang mencari seseorang."Mobil kita sudah tiba Tuan." tak lama setelah itu, mobil yang mereka tunggu-tunggu akhirnya datang. Hans pun mengucapkan selamat tinggal pada anjing itu dan masuk kedalam mobilnya."Codaaa! Codaaa!" saat mobil yang membawa mereka mulai berjalan. Lucy terlihat berlari menghampiri anjing itu sambil berte

  • I'm Not Lucy   Afternoon on the beach

    Sore itu, seperti biasanya. Lucy berjalan-jalan disepanjang pantai bersama dengan anjingnya. Anjing itu terus setia berjalan didekat Lucy. Namun, tidak seperti biasanya tiba-tiba anjing itu berlari menjauh darinya. Sontak Lucy pun terkejut dibuatnya."Coda! Coda! kemarilah!" Lucy berteriak setengah berbisik karena anjing itu berlari mendekati seorang pria tampan yang tengah berdiri menikmati pemandangan indah pantai yang tak jauh darinya. Ia takut suaranya akan didengar oleh pria itu. Bukan apa-apa, hanya saja Lucy tak enak hati jika anjingnya mengganggu orang lain.Namun, sangat berbeda dari dugaannya. Pria itu malah menundukkan tubuhnya dan mengusap-usap bulu anjing itu dengan lembut. Rupanya, Coda mencium bau susu yang sedang Hans pegang ditangannya.Lucy pun segera berlari mendekatinya karena melihat anjing itu sudah bertindak keterlaluan pada orang asing."Maafkan saya Tuan. Anjing ini sedikit nakal. hehe." Shiya membawa anjing itu pa

  • I'm Not Lucy   Thailand

    Beberapa tahun kemudian.Lucy berjalan dipinggir pantai di depan resort nya menikmati pemandangan sore yang indah itu. Kegiatan itu sekarang telah menjadi kebiasaannya. Ia selalu berjalan-jalan dengan ditemani seekor anjing jenis German Sheperd yang ia temukan beberapa lalu dipinggir pantai.Karena anjing liar itu mengingatkannya pada Coda, jadi Lucy memutuskan untuk merawatnya. Ia membiarkan anjing itu berkeliaran di resort nya dan kini anjing itu sangat patuh padanya.Gadis kecil yang sebelumnya masih berumur 10 tahun itu kini sudah berumur 17 tahun. Lucy sudah tumbuh dengan sangat baik dan kuat. Ia pun juga sangat cantik, bahkan umurnya sudah memenuhi syarat untuk memiliki kartu tanda pengenal sendiri.Keahlian bela diri Lucy pun kini tak main-main, ia bahkan memenangkan banyak kompetisi muay thai diberbagai pertandingan yang ia ikuti. Namun, namanya terkenal sebagai Sangrawee Narong bukan dengan nama Lusiana Arabelle.Hal it

  • I'm Not Lucy   Muay Thai

    Untuk pertama kalinya, Lucy menapaki negara yang terasa asing baginya. Negara yang sama sekali belum pernah ia kunjungi meski hanya didalam mimpi saja.Suara-suara orang yang berbicara dengan bahasa asing pun terus menyelimuti telinganya. Suasana yang sangatlah berbeda dari sebelumnya.Sebuah mobil mewah pun sudah terparkir didepan pintu masuk bandara Internasional Phuket untuk menjemput mereka. Beberapa pria terlihat segera menghampiri mereka untuk membawakan koper yang sedang mereka bawa."Ma?" Lucy menggenggam erat lengan Nyonya Aom karena merasa takut melihat pria-pria asing bertubuh kekar yang mengambil alih kopernya itu."Jangan takut, mereka adalah orang-orang yang bekerja untuk Papamu." Nyonya Aom pun memeluknya agar gadis kecil itu tak merasa takut."Kemarilah! Paman ini baik hati. hahaha" Tuan Narong terkekeh di samping mobilnya saat melihat Lucy yang ketakutan. Ia juga menepuk-nepuk bahu salah satu pria bertubuh kekar

  • I'm Not Lucy   Sangrawe Narong

    Beberapa minggu kemudian."Ini semua dokumen Nona Muda yang anda minta Tuan." seorang pria memberikan map berwarna coklat berukuran besar kepada Tuan Narong."Baiklah." Tuan Narong membuka isi map itu dan membacanya satu persatu."Saya juga sudah merubah nama Nona Muda seperti yang anda minta Tuan." pria itu memberikan satu buah map lagi kepadanya."Baguslah. Sangrawee Narong, nama ini cocok untuknya." Tuan Narong mengangguk-anggukan kepalanya seraya membaca dokumen yang ada ditangannya."Apa kali ini anda akan tinggal disana dalam waktu lama Tuan?" pria itu mencoba memberi asupan pada rasa penasarannya."Entahlah, aku ingin menikmati waktu di Phuket bersama keluargaku." raut wajah Tuan Narong terlihat bahagia kali ini. Ia merasa senang karena kini memiliki keluarga yang lengkap."Semoga waktu anda menyenangkan Tuan." selama bertahun-tahun, Tuan Narong selalu sibuk bekerja keras hingga tak memperhatikan ist

  • I'm Not Lucy   International Orphanage

    Kini Shiya dan Lucy sudah berdiri didepan sebuah bangunan dengan interior ala bangunan tua. Bangunan itu adalah panti asuhan. Ya, Shiya memang berniat memasukkan Lucy ke panti asuhan karena dia tidak tahu lagi harus membawanya kemana. Jika terus membiarkan Lucy berada didekatnya ia akan terus merasakan sakit akibat siksaan darinya."Lucy tinggal lah disini! semua orang disini baik. Jangan menunggu ibu untuk datang lagi." Shiya meletakkan tas berukuran besar di teras bangunan itu. Ia mengusap-usap ujung kepala Lucy dengan lembut."Tapi Bu, kenapa Ibu meninggalkanku? aku janji akan menjadi anak yang baik." Lucy menangis, ia sangat ketakutan ibunya akan meninggalkannya."Kau anak yang baik Nak, bahkan sangat baik. Itulah sebabnya kau harus tinggal bersama orang-orang baik, bukan bersama orang jahat seperti Ibu." Shiya tak kuasa menahan air matanya."Tapi bagiku Ibu adalah orang yang paling baik didunia ini." Lucy memegang erat lengan Ibunya,

  • I'm Not Lucy   Playground

    "Nona, hari ini bolehkah aku membawa Nona Lucy sepulang sekolah?" pagi itu, John menjemput Lucy dan meminta ijin pada Shiya untuk membawa Lucy. Shiya pun mengiyakan permintaan John dan membiarkan Lucy pergi ke sekolah bersamanya."Tolong jaga dia baik-baik." Shiya menundukkan tubuhnya untuk berbicara pada John yang sudah duduk didalam mobilnya."Jangan khawatir Nona." John pun melajukan mobilnya meninggalkan rumah Shiya. Sedangkan Lucy yang diduduk disamping John itu, terus melambaikan tangannya pada sang ibu.Shiya masih berdiri tak bergeming dari tempatnya, menatap kepergian mobil itu sambil membalas lambaian tangan dari anaknya.Siang harinya.John sudah berada didepan sekolah saat Lucy keluar dari taman kanak-kanak itu. Gadis kecil itu pun menghampirinya begitu saja, keduanya pun terlihat sangat akrab selayaknya Paman dan keponakan yang sesungguhnya."Kita akan pergi kemana Paman?" gadis kecil itu terus melemparka

DMCA.com Protection Status