Beranda / Romansa / I'm Hold You / Abortus Incompletus

Share

Abortus Incompletus

Penulis: Selfie Hurtness
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-20 01:18:18

"Kehamilan sebelas minggu, namun sayang sekali, Bu, kehamilan Nina tidak bisa dipertahankan lagi," guman dokter Gina sambil menatap nanar wanita paruh baya yang menangis sesegukan itu.

"Jadi terpaksa kita harus lakukan kuretase ya, Bu." lanjut dokter Gina lagi.

"Astaga, Nin! Kenapa kamu jadi begini? Kenapa kamu sampai jauh kebablasan sejauh ini? Siapa pelakunya, Nin?" rintih wanita itu sambil mengangkat sesegukan.

"Ini mohon maaf, suaminya benar-benar tidak ada? Kami dari pihak rumah sakit hendak meminta tanda tangan persetujuan prosedur kuretase-nya, Ibu," tanya dokter Gina sabar.

"Biar saya yang tanda tangan saja, Dokter!" guman wanita itu sambil menyusut air matanya.

"Minta perawat mempersiapkan dokumennya, Bim!" perintah dokter Gina pada Bima yang langsung dibalas anggukan kepala.

Bima bergegas pergi menemui perawat jaga IGD untuk mempersiapkan lembar persetujuan itu. Hatinya berkecamuk luar biasa, dipikirannya hanya ada gadis itu. Apakah dia juga bernasib sama dengan Nina?

Apakah kemudian dia hamil? Atau seperti ketakutannya yang lain bahwa gadis itu kemudian depresi lalu bunuh diri? Atau bagaimana? Rasanya ingin sekali Bima mencari tahu bagaimana kabar gadis itu, tapi bagaimana caranya? Namanya saja dia tidak tahu, apalagi alamat dan informasi lainnya tentang dia! Satu-satunya yang Bima ingat hanyalah wajahnya dan jangan lupa, kenikmatan tubuhnya!

Sialan!

Kenapa di saat ini dia masih memikirkan hal itu sih? Kenapa di saat ini dia masih memikirkan hal hina yang sudah ia lakukan pada gadis itu? Bima sudah benar-benar gila!

"Dok, kok ngelamun sih?" Dian, salah satu perawat IGD menyenggol lengan Bima, di tangannya sudah ada lembar persetujuan tindakan kuretase yang akan dokter Gina lakukan itu.

"Eh-oh ... nggak apa-apa, cuma kasian saja sama ibunya pasien itu, Sus," guman Bima sambil tersenyum kecut.

"Iya kasian ya, Dok. Anaknya hamil mana masih muda, di luar nikah tanpa ada laki-laki yang mau bertanggungjawab lagi!"

Hati Bima kembali seperti ditusuk sembilu, apakah ibu dari gadis itu juga merasakan hal seperti ini? Sedih, hancur, kecewa dan marah dengan apa yang sudah menimpa puterinya itu? Ahh ... Bima memang laki-laki tidak bermoral!

Harusnya ia tidak meninggalkan gadis itu begitu saja setelah ia selesai menuntaskan segala hasrat terkutuknya pada gadis yang tidak berdaya itu, harusnya ia bertanggungjawab atas apa yang sudah ia lakukan, tapi bagaimana dengan Melinda kalau ia melakukan itu?

Sungguh simalakama! Namun jujur, Bima sampai sekarang masih dihantui rasa bersalah yang begitu luar biasa, rasa takut kalau sampai gadis itu sampai hamil atau bunuh diri.

"Dok, ini lembar persetujuannya," guman Bima sambil menyodorkan lembar itu pada dokter Gina.

"Terima kasih banyak, Bim." dokter Gina menerima lembar yang Bima sodorkan itu, "Sepi? Bantu saya kuretase bisa?"

Bima menengang, bantu kuretase? Tentu ini bukan hal asing bagi Bima, dulu ketika ia masih koas di stase obstetri ginekologi, ia beberapakali membantu residen dan konsulennya melakukan prosedur ini. Hanya saja untuk sekarang, kenapa rasanya jadi begitu lain? Kenapa ia jadi takut? Kenapa wajah gadis itu terus membayangi Bima?

Namun Bima tidak bisa menolak bukan? Ia hanya mengangguk pelan lalu bergegas menarik meja instrumen yang sudah disiapkan itu. Tangannya menekan botol handsanitizer lalu meraih handscoon. Keringat sudah membanjiri wajah dan tubuhnya. Jantungnya berdegup lebih kencang.

Dan prosesi kuretase pun dimulai, setelah semuanya siap, dokter Gina mulai memasukkan alat kuret yang berbentuk seperti sendok itu ke dalam jalan lahir gadis itu yang telah lebih dulu di lebarkan dengan laminaria.

Hati Bima seperti terkoyak dengan begitu luar biasa. Ia seperti merasakan pedih yang dirasakan gadis itu, meskipun ia tahu gadis itu tidak merasakan apa-apa efek anestesi yang telah diberikan kepadanya sebelum proses kuretase di mulai. Bagaimana kalau gadis yang ia perkosa itu bernasib yang sama? Bagaimana kalau darah dagingnya bernasib seperti janin yang hari ini ia bantu keluarkan dari rahim ibunya ini?

Mata Bima memerah luar biasa, tak terasa air matanya menintik kemudian. Yang coba Bima lakukan hanyalah selalu mengingat wajah gadis itu dan berharap kelak ia bisa bertemu dengannya sekali lagi. Hanya sekedar menanyakan kabar atau memastikan bahwa dia baik-baik saja!

***

Bima menutup pintu toilet dengan kasar, ia langsung duduk di kloset sambil menutup wajahnya dengan kedua tangan. Ia menangis, benar-benar menangis! Kenapa harus seperti ini? Kenapa rasa bersalah itu terus menghantuinya meskipun ia sudah mencoba sekuat tenaga melupakan itu semua! Mencoba untuk tetap biasa aja dan baik-baik saja, namun rasa bersalah dan berdosa itu tetap menyiksanya! Apakah dia akan seperti ini terus?

Bima mengusap wajahnya dengan kasar, rasanya ia harus secepatnya mencari tahu dimana dan siapa gadis itu, bagaimana kabarnya! Sebelum ia mati berdiri karena di dera perasaan bersalah yang begitu luar biasa itu.

Bima mencuci wajahnya di wastafel, lalu melangkah keluar dengan berusaha setenang-tenangnya, seolah-olah tidak terjadi apapun. Tidak ada yang boleh tahu tentang hal ini! Tidak siapapun, kecuali dia, gadis itu dan Tuhan yang menyaksikan perbuatan bejat Bima kala itu.

Bima terus melangkah ke poli rawat jalan, ia baru ingat bahwa ia harus menemui dokter Hilman guna menyerahkan beberapa file data yang beliau minta sebagai kelengkapan syarat program internship-nya. Ia terus melangkah dengan gagah, hingga kemudian ia melewatkan sosok yang tengah duduk di kursi tunggu depan ruang praktek dokter Hendratmo itu, salah seorang dokter obsgyn yang juga dinas di rumah sakit ini.

Gadis itu tampak sedang asyik memainkan smartphone miliknya, sementara sang ibu di sisinya sedang mengobrol dengan wanita hamil yang duduk di sisinya.

Bima sama sekali tidak menyadari gadis itu, pikirannya berkecamuk luar biasa. Yang ada di pikirannya hanyalah segera sampai di ruang dokter Hilman dan segera kembali untuk bertugas lagi, agar semua rasa bersalah dan berdosa ya sedikit terobati.

***

"Ma, katanya nggak antri banyak!" protes Vina yang sudah sangat bosan mengotak-atik handphone di tangannya.

"Ya sabar dong, kan yang daftar online juga banyak, Sayang," Ani tersenyum lalu menyodorkan air mineral ke putrinya yang sudah manyun itu.

"Tau gitu tadi ke bu Palupi aja deh, nggak antri banyak kalau jam segini," Vina mencebik, menerima botol air mineral itu lalu meneguk isinya. Bu Palupi adalah bidan praktek mandiri yang praktek tidak jauh dari rumahnya.

"Heh, ini dokter kandungan paling direkomendasikan, Sayang! Pokoknya ya buat cucu mama, tidak boleh sembarangan, harus yang terbaik! Paham?"

Vina tersenyum, ia sangat beruntung memiliki ibu sepeti Ani. Tidak peduli seberat apa kesalahan yang sudah ia lakukan, Ani tetap merangkulnya, men-support dan selalu memberikan yang terbaik untuknya dan janin yang ada di dalam kandungan. Walau tanpa ayah, walaupun Vina sendiri tidak tahu siapa bapak dari anaknya, Ani tetap menyayanginya dan mencintainya dengan begitu luar biasa.

Vina hendak buka mulut untuk mengucapkan beribu terima kasih pada sang mama ketika panggilan itu mengejutkan dirinya.

"Nyonya Levina Agustina Dewantara!"

Sontak Ani bangkit, membantu Vina berdiri lalu membimbingnya masuk ke ruang periksa dokter Hendratmo. Di saat bersamaan, laki-laki tinggi tegap dengan wajah rupawan itu keluar dengan begitu gagah dari ruang salah seorang dokter. Jas putih yang ia kenakan makin membius banyak pasien yang menumpuk di poli rawat jalan. Ia melangkah dengan begitu santai dan begitu gagah.

"Astaga, kalau dokternya seganteng ini mah, aku rela deh pilek tiap hari!"

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Yuli Defika
eek kirain ketemu
goodnovel comment avatar
Lea Octa
ih ko kesel sih gemes dikira bakalan ketemu sm Levina eh lewat begitu aja si Bima nya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • I'm Hold You   Kilas

    Bima mengentikan mobilnya tepat di depan kantor cabang sebuah bank swasta terbesar di Indonesia, tempat di mana Melinda isterinya itu bekerja. Melinda adalah seorang banker, berbeda dengan Bima yang merupakan seorang dokter.Jika kebanyakan teman-teman sejawat-sejawatnya memilih untuk menikahi sesama dokter, maka tidak dengan Bima. Ia lebih memilih mengikuti jejak sang ayah yang memilih menikahi wanita yang berbeda profesi dengan dirinya. Bima pun demikian, sama sekali ia tidak tertarik untuk menikahi sesama dokter karena ia tahu profesi mereka memakan banyak waktu, banyak waktu mereka akan habis di rumah sakit untuk pasien-pasien mereka. Akan sangat jarang mereka memiliki waktu di rumah, dan Bima ingin kelak anak-anaknya bisa punya banyak waktu di rumah dengan ibunya di rumah, seperti dirinya.Dan itulah yang kemudian membuat Bima menikahi Melinda, anak fakultas ekonomi manajemen yang ia kenal sejak pre-klinik. Dari semula ikut seminar perpajakan yang diadakan fakulta

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-20
  • I'm Hold You   Kenapa Belum?

    Melinda meletakkan testpack yang baru saja ia gunakan itu dengan lesu, masih garis satu! Sudah tiga bulan bukan ia bergumul dengan suaminya, tanpa pengaman, menghitung masa subur, kenapa ia belum hamil juga? Kenapa? Apa yang salah?Air matanya mendadak menetes, ia menangis sesegukan di kamar mandi. Hatinya khawatir, risau, takut dan kecewa! Ia benar-benar kecewa dengan dirinya sendiri! Kenapa ia tidak kunjung hamil?Bima menekan knop pintu kamar mandi kamar mereka dan tertegun mendapati sang isteri tengah menangis sambil duduk di atas kloset."Sayang, kenapa?" tanya Bima lalu jongkok di depan sang isteri.Melinda sontak memeluk erat-erat tubuh suaminya, tangisnya kembali pecah, dadanya sesak luar biasa. Bima masih tidak mengerti apa yang membuat isterinya itu menangis sesegukan macam ini, hingga kemudian matanya menatap benda itu ada di depan bagian atas kloset. Dan ia paham apa yang kemudian membuat Melinda menangis sampai sebegitunya."Sudah, ken

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-20
  • I'm Hold You   Ke Obsgyn

    "Dokternya saya perjalanan ya!" Bima menelepon Dokter Hendratmo, untung dia orang dalam, jadi bisa sedikit meminta waktu makan siang Dokter Hen untuk sekedar memeriksa sang isteri."Oke, langsung ke ruangan saya ya, Bim! Saya tunggu!" balas suara itu ramah."Baik terima kasih banyak, Dokter!" Bima melepas headset bluetooth-nya, meletakkan benda itu di dashboard mobilnya.Melinda hanya menghela nafas panjang, jujur ia khawatir dan takut. Ia takut hasil pemeriksaannya tidak baik, ia takut bahwa dia harus dihadapkan pada kenyataan bahwa dia tidak bisa hamil, tidak bisa memberikan keturunan untuk suaminya ini."Hei Sayang, kenapa melamun?" tanya Bima sambil tersenyum, ia tahu pasti pikiran Melinda kemana-mana kan?"Aku takut!" jawabnya simpul."Apa yang kamu takutkan?" benarkan? Sudah tepat dugaan Bima bahwa istrinya itu ketakutan."Hasilnya," desis Melinda lirih."Sudahlah, jangan khawatirkan apapun, mengerti?" tangan Bima terulur

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-20
  • I'm Hold You   Hanya Kita Berdua

    Bima kembali ke rumah sakit dengan kepala pusing bukan main. Ternyata benar, Melinda sang isteri ada gangguan kesuburan dan itu membuat Bima kembali bimbang. Jujur ia benar-benar terpukul luar biasa, ia sedih dan kecewa. Harusnya ia menuruti semua saran sang papa dulu itu, harusnya ia cek semuanya! Jadi masalah ini tidak timbul dan menjadi bumerang seperti ini.Kista ovarium? Astaga, mimpi apa dia semalam? Selama ini Melinda tidak pernah laporan mengenai keluhan-keluhan yang dia rasakan. Dan sekarang ia mendapat vonis itu? Ini semua seperti mimpi buruk di siang bolong!"Selama ini ketika mens tidak pernah merasakan keluhan apapun?" Dokter Hendratmo menatap lekat pasien yang juga isteri juniornya itu."Ya sebenarnya sih ada, Dokter. Cuma saya kira semuanya normal-normal saja, saya nggak pernah berpikiran bahwa ada penyakit seperti ini," Melinda terisak, sementara Bima yang duduk disisinya berusaha menenangkan sang isteri."Apa keluhan yang kamu rasakan?" t

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-20
  • I'm Hold You   Bagaimana?

    Bima menatap nanar sosok itu, sosok yang sedang melangkah keluar dari kantornya itu masih tampak lesu, matanya masih sembab, ia berani bertaruh bahwa sepanjang sore tadi Melinda masih menangis meratapi penyakitnya itu.Harus bagaimana dia sekarang? Sepulang di rumah nanti pasti mama-papa akan mengintrogasi dia bukan? Lalu apa yang hendak mereka katakan pada mereka? Sudah menjadi kesepakatan bukan bahwa mereka akan merahasiakan semua ini dari mereka, namun nanti apa yang harus Bima katakan pada papanya? Tentu sebagai sesama tenaga medis ia sulit untuk dibohongi bukan?"Hai, sudah dong jangan sedih lagi," sapa Bima ketika sosok itu sudah masuk ke dalam mobil."Gimana nggak sedih kalau ...," Melinda sudah tidak bisa berkata-kata lagi, air matanya kembali menitik.Bima menghela nafas panjang, direngkuhnya tubuh itu kedalam pelukannya. Hatinya makin hancur melihat isterinya serapuh ini. Ia makin lemah, makin kacau dan entah apa lagi. Namun ia harus tetap kuat

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-20
  • I'm Hold You   Ikatan Batin

    Andi turun dari mobilnya, ia sengaja hendak mampir ke supermarket untuk membeli sesuatu. Hari ini untung supermarket tidak terlalu ramai. Jadi di kasir antrian tidak terlalu banyak.Andi mengambil keranjang lalu melangkah masuk ke supermarket. Ia sedang sibuk memilih beberapa buah segar itu ketika kemudian ada tubuh yang menabraknya."Aduh, ma-maafkan saya, Pak!" wanita muda dengan perut membukit itu menunduk sambil mengantupkan kedua tangannya sebagai permohonan maaf.Andi menatap wanita muda itu lalu tersenyum, "Tidak apa-apa, lain kali kamu hati-hati ya, sedang hamil, takutnya terjadi apa-apa dengan janin di dalam rahim kamu," nasehat Andi lembut."Iya baik, Bapak. Sekali lagi mohon maaf sekali, Pak.""Siapa namamu? Cuma sendirian?" tanya Andi yang entah mengapa ia begitu respek dengan wanita muda ini."Saya Levina, Pak. Kebetulan kesini sama Mama, sedang puluh sayuran dan ikan segar.""Kamu jangan makan kerang dulu ya, ikan laut j

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-20
  • I'm Hold You   Greatest

    "Yakin mama dan papa nggak bakalan curiga?" Melinda menatap nanar tangannya yang sudah tertancap selang infus itu. Bima yang masih memakai jas kebesarannya tersenyum, meremas tangan Melinda dan menciumnya penuh kasih.Melinda tersenyum getir, hari ini ia sudah harus masuk ke ruang rawat inap guna persiapan operasi pengangkatan ovariumnya. Rumah sakitnya pun sengaja memilih rumah sakit lain yang juga merupakan tempat dinas Dokter Hendratmo, tidak berani di rumah sakit tempat Bima internship, karena papanya dinas di sana juga bukan? Dokter Hendratmo pun sudah Bima ceritakan semua permasalahan yang ia hadapi, dan itu lah yang membuat obsgyn itu merekomendasikan rumah sakit swasta ini."Mas besok ikut masuk?" tanya Melinda yang sontak matanya berkaca-kaca, dalam seumur hidupnya baru kali ini dia akan masuk ruang operasi, sebelumnya ia belum pernah sama sekali masuk ke ruangan yang terdengar begitu seram bagian telinganya itu. Jangan kan masuk, punya pikiran akan masuk ke san

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-22
  • I'm Hold You   Greatest (2)

    "Ketubannya sudah habis, Bu. Jadi satu-satunya prosedur yang bisa kita lakukan hanyalah dengan sectio caesarea."Dokter Hendratmo menatap Ani yang masih setia menanti di samping bed Vina ketika pemeriksaan berlangsung. Harus operasi? Astaga, tidak pernah terbayangkan sebelumnya kalau Vina harus operasi! Vina langsung memucat, air matanya mengambang, dia seumur hidup belum pernah masuk operasi, masuk di rawat inap di rumah sakit saja belum pernah dan sekarang dia harus di operasi?"Tapi kandungannya belum cukup usia kan, Dok? Kan kurangnya masih banyak banget, sepuluh Minggu, apa tidak apa-apa?" Ani tampak sangat khawatir, wajahnya sama pacarnya dengan Vina. Itu berarti nanti cucunya akan prematur? Lahir kurang bulan?"Hanya itu yang bisa kita lakukan untuk menyelamatkan janin dalam rahim, Vina, Bu. Kalau menunggu sampai sepuluh bulan, itu sama sekali tidak mungkin. Ini saja sudah habis ketubannya."Vina terisak, membuat Ani menoleh dan mengelus lembut kep

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-24

Bab terbaru

  • I'm Hold You   End Chapter - Pamit

    Vina menitikkan air mata ketika akhirnya dia bisa merasakan bagaimana rasanya IMD. Bagaimana rasanya bayi langsung menyusu kepadanya begitu lahir.Bima terus menerus membantu bayi kecil mereka menyusu sambil terus menerus menitikkan air mata. Semuanya kompak menangis haru, membuat beberapa paramedis sengaja menjauh agar tidak menganggu interaksi keduanya."Udah dong nangisnya!" Ejek Vina yang tidak sadar diri, dia bahkan masih menitikkan air mata."Aku bahagia banget, Sayang! Sungguh!" Bima tersenyum, matanya masih memerah dan basah, membuat Vina terkekeh seraya mengelus lembut kepala bayi yang baru beberapa menit lahir itu."Aku sudah minta lebihan darah untuk kita lakukan pengecekan, Sayang. Kita akan deteksi lebih dini. Dan harapanku ... Tidak ada lagi Anetta yang lain." Bisik Bima lirih."Bagaimana ka--.""Sayang! Stop overthinking, oke?"Vina tertegun menatap mata itu, ia tersenyum getir dengan air m

  • I'm Hold You   New Chapter 9

    Minggu pagi. Vina ingat betul hari ini minggu pagi. Cuaca cerah di luar sana dengan langit biru yang begitu bersih. Tapi kali ini, bukan langit biru yang Vina lihat dengan matanya. Yang ada dj depan mata Vina sekarang adalah langit-langit koridor koridor OK, menantikan gilirannya masuk ke dalam salah satu ruangan.Vina mengelus perut membukitnya, rasanya seperti Dejavu. Ya ... Beberapa tahun yang lalu Vina pernah ada di posisi ini. Terbaring dengan perut besar membukit menantikan tindakan operasi. Bedanya, dulu dia menanti dengan penuh rasa khawatir karena usia kandungan yang belum cukup dan tentu saja dia harus berjuang sendiri di dalam sana.Kali ini ... Semuanya berbeda. Usia kandungan Vina sudah sangat cukup dan sekarang, dia tidak lagi sendirian. Sosok yang sudah siap dengan setelan scrub, nurse cap dan masker itu terus menggenggam tangannya erat-erat. Sama sekali tidak melepaskan tangan Vina, seolah tidak mau berpisah barang sedetikpun dari Vina. 

  • I'm Hold You   New Chapter 8

    "Sayang ...." Bisikan Bima lirih sambil mengguncang bahu sang istri. Vina sama sekali tidak membuka mata, hanya menggumam perlahan tanpa bergerak sedikitpun. Bima tersenyum getir, intinya malam ini dia tidak terima penolakan. Mumpung mereka tidak menginap di rumah sakit! Dan Bima tidak mau mensia-siakan kesempatan ini? "Ayolah, aku kadung janji sama Neta nih!" Rayu Bima tanpa gentar. Kalau pergumulan mereka beberapa hari yang lalu tidak menghasilkan karena ternyata Vina sedang tidak subur, maka kali ini Bima sudah hitung betul-betul masa subur sang istri dan inilah saatnya. "Salah sendiri asal bikin janji. Kan aku udah ngomong dulu kalo sama Neta jangan sembarangan bikin janji!" Vina bergeming, sama sekali tidak menghiraukan segala macam kode dari Bima. Bima menghela napas panjang, intinya dia sudah bertekad bahwa dia harus bisa menghamili Vina untuk kedua kalinya! Atau mungkin nanti jadi ke tiga kali? Empat? Atau berapa?

  • I'm Hold You   New Chapter 7

    “Congratulations, istriku tercinta!” Vina yang masih dalam balutan toga tertegun melihat sang suami menyodorkan buket mawar merah yang cukup besar itu kepadanya. Ini adalah kali pertama Bima memberinya bunga, pertama kalinya yang kebetulan bersamaan dengan acara wisudanya. Vina tersenyum dengan mata berkaca-kaca, menerima bunga itu dan pasrah ketika Bima menarik dan menjatuhkan Vina ke dalam dekapan tubuhnya. Air mata Vina menitik, harusnya Anetta ikut di sini sekarang. Menyaksikan sang mama diwisuda setelah berjuang tiga setengah tahun kuliah sambil merawat Anetta selama ini. Masih tergambar betul dalam ingatan Vina ketika dia harus ujian akhir semester satu dan Anetta habis imunisasi. Bagaimana perjuangan Vina belajar sambil sesekali menyusui Anetta yang rewel dan sedikit demam pasca imunisasi. Sekarang semuanya terbayar lunas sudah! Dia sudah berhasil meraih gelar S.H-nya. Menjadi sarjana hukum dengan predikat cumlaude ketika lulus. “Aku em

  • I'm Hold You   New Chapter 6

    Suara pintu terbuka, Vina sontak menoleh dan mendapati dua nenek rempong itu sudah masuk bersama-sama ke dalam ruangan. Heran, rumah mereka jaraknya cukup lumayan, tapi kenapa bisa barengan begitu sampainya? “Neta tidur?” tanya Ani sambil memencet botol handsanitizer yang menempel di tembok. “Tidur, Ma. Kok bisa barengan?” tanya Vina sambil menatap mereka bergantian. “Bisalah, kan kompak!” jawab Anita seraya mengedipkan sebelah mata. Vina melongo, bisa begitu? Nampak Anita mendekati ranjang, di mana Bima tertidur begitu pulas sambil memeluk Anetta, sebuah pemandangan yang sejak tadi sudah menguras air mata Vina dengan begitu luar biasa. “Bim ... bangun gih! Pulang sana istirahat!” bisik Anita sambil mengguncang lembut bahu anak lelakinya. Sejak dua hari memang Bima belum pulang kerumah. Selain banyak tugas yang diberikan konsulen, Bima sama sekali tidak mau berpisah dengan Anetta. Bima nampak menggeliat, membuka matanya perlahan-lahan

  • I'm Hold You   New Chapter 5

    "Neta nggak bisa makan untuk sementara waktu, Ma." Gumam Bima ketika Ani datang membawa banyak sekali makanan kesukaan Anetta."Kenapa, Bim? Dia baik-baik saja, bukan?" Tampak wajah itu sangat khawatir, membuat Bima tersenyum getir dan mengangguk pelan."Tentu, dia baik-baik saja. Hanya efek dari BMT adalah adanya gangguan pencernaan dan mungkin muncul sariawan di mulut, jadi makanan Anetta sampai beberapa saat ke depan sampai pencernaannya membaik hanya melalui infus." Jelas Bima sabar, ia sudah menjelaskan hal ini pada Vina, untuk Anita tentu Andi sudah menjelaskannya lebih dulu, bukan?"Oh begitu?" Ani nampak murung menatap bungkusan yeng dia bawa, "Vina juga nggak boleh makan?""Kalau Vina boleh, Ma. Dia bebas mau makan apa aja." Tentu Bima paham kalau Ani khawatir dan kecewa karena apa yang dia bawa tidak bisa Anetta nikmati, tapi semua itu demi kebaikan Anetta, bukan?"Sampai kapan Neta harus dirawat, Bim? Kapan dia bo

  • I'm Hold You   New Chapter 4

    "Sakit?" Tanya Bima sambil mengelus puncak kepala sang istri yang kini tergolek di ranjang dengan kateter yang menancap di leher. Vina menggeleng lemah, "Demi Anetta, semua ini sama sekali tidak terasa sakit, Mas." Bima mengangguk, menjatuhkan kecupan mesra yang begitu manis dan mampu membuat dua orang yang ada di ruangan itu auto iri melihatnya. Vina tersenyum, akhirnya kini dia yang berbaring di sini. Bukan karena sakit, tetapi bersakit-sakit ria demi Anetta. Setelah prosedure panjang yang dilakukan, hasil pemeriksaan HLA yang paling cocok merujuk pada dirinya. Bukan Bima atau anggota keluarga yang lain. Jadilah ini Vina kembali berjuang demi Anetta setelah dulu berjuang di OK demi melahirkan Anetta. "Kamu wanita paling hebat dan kuat yang pernah aku kenal, Vin." Bima mengelus lembut dahi Vina, wajah mereka begitu dekat membuat siapapun yang di sana gigit jari melihat kemesraan itu. "Kau tau siapa yang membuatku

  • I'm Hold You   New Chapter 3

    “Mas, ada apa?”Bima mengangkat wajah, mengabaikan sejenak segelas es teh yang dia pesan sambil menantikan Vina datang menemuinya di kantin rumah sakit. Kini, istri cantiknya itu sudah hadir dan berdiri di depannya.“Anetta gimana? Aku mau masuk tapi masih harus ada jaga.” Bima harus ingat betul, tidak boleh sembarangan orang masuk ke dalam kamar Anetta, dia sekalipun harus memastikan bahwa dia bersih dan steril. Jadi agak susah dan ribet kalau dia yang masih jaga ini harus bolak-balik membersihkan diri sebelum masuk ke dalam.“Baik, dia sudah bisa tidur.” Vina duduk di hadapan Bima, nampak Vina hanya mengenakan sweeter dan kaos yang nantinya jika di dalam ruangan akan di ganti dengan setelan scrub yang bersih.“Darahnya masih keluar?” tentu itu yang Bima tanyakan, tiap menit, hal itu yang selalu Bima khawatirkan.“Yang hidung belum mau berhenti, Mas. Untuk telinga sudah mampet sih.”

  • I'm Hold You   New Chapter 2

    “Ayolah, Ma ... semua demi Anetta.” Mohon Vina sambil menggenggam erat kedua tangan Ani.Vina paham, sangat mengerti bahwa sulit bagi Ani untuk berpisah dari Anetta. Vina masih ingat, ketika dia sibuk kuliah, meskipun dibantu oleh baby sitter, Ani-lah yang mengawasi dan merawat Anetta selama ini. Tentu akan sangat sulit bagi Ani menerima bahwa cucunya harus pindah tinggal di rumah besannya.“Berapa banyak sih biaya buat bikin ruangan kaca atau apalah itu? Duit Mama nggak cukup, Vin?” tanya Ani dengan mata memerah.Vina menggelengkan kepala cepat, matanya ikut memerah. Bisa Vina lihat sorot luka penuh kekecewaan itu terpancar di mata Ani. Siapa yang tidak terluka? Selama bertahun-tahun merawat seorang diri Anetta yang tengah hamil lalu merawat bayinya dengan sepenuh hati dan penuh kasih sayang, tiba-tiba harus dipisahkan seperti ini?Tapi semua itu bukan karena keserakahan atau keegoisan semata. Semua demi Anetta! Vina sangat berhar

DMCA.com Protection Status