I'm His Loner

I'm His Loner

last updateLast Updated : 2022-12-28
By:  TwilightlurkerrOngoing
Language: English
goodnovel16goodnovel
Not enough ratings
9Chapters
1.1Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Synopsis

Mikkel Solar has been living his life as a drifting shadow at the borders of his pack for the past 11 years. His only companions being his parents. His 'condition' has rendered him an outcast of society, a being they see as a curse. Upon reaching the age of maturity, the supernaturals of Europe are deemed worthy of entering the land of Rhodes, a place that refines the finest warriors, witches, healers and leaders. Aged 22, Mikkel finally finds himself the opportunity to escape to the land of neutrality where legally he was free to abide in without the threat of being harmed. However, will he pass the entrance exam and will the Land of Rhodes find him worthy of enrollment? Meghaal Singhe a studious human who just wants to get her degree has been housing at the Cosmic moon pack for the last month. Mikkel finds in her the friend he never had. The friend he always wanted and needed. The Two best friends fight their way past figures of Authority and superstitious stigma that stand against them as they force their ways past the gates of Rhodes. But what they do not know is that a storm is brewing. A storm that links the two of them to everyone and everything that plays a part. Betrayal, negligence, broken hearts and newfound love are the cups of tea they're in for. This story does not only focus on Mikkel and Meghaal. It just starts out with them. There will be 3 other protagonists who will have their very own story within it. Each one of them will have a problem of their own, and each one of them will be connected to one other. T/W This story contains mxm, mxg, gxg, mxmxm, depression, suicide, mental health, and rape.

View More

Chapter 1

Chapter 01

“Hhh .…”

Valerie menarik napas tajam, sebuah desahan halus lolos dari bibirnya. Suara itu seperti undangan tanpa kata, ia membiarkan sentuhan Aldrich menghangatkan kulitnya. Menarik napas dalam-dalam, ia mencoba mengenyahkan rasa sakit hati yang terus membayanginya.

Suara detak jam di suite hotel mewah di tengah kota Paris menjadi satu-satunya penanda waktu yang terus berjalan, sementara ia merasa dunia seolah berhenti.

Di luar jendela besar, Menara Eiffel berdiri anggun, dikelilingi kerlip cahaya malam.

Namun, pemandangan itu tak seberapa dibandingkan intensitas tatapan pria di depannya yang sulit diabaikan.

“Kamu yakin ingin melanjutkan ini?” Aldrich bertanya pelan.

Mata Aldrich menelisik dalam, seakan mampu melihat semua luka dan rasa sakit yang disembunyikan Valerie di balik sikap tenangnya.

Valerie mengangguk, mencoba menyembunyikan kekacauan emosinya. “Iya … aku butuh ini. Aku butuh … sesuatu untuk melupakan semuanya,” jawabnya.

Tatapan Valerie penuh keyakinan. Hatinya sedikit ragu. Ia merasa sedikit aneh berada dalam situasi ini dengan seorang pria yang begitu tampan. Valerie yakin, pria ini adalah seorang gigolo.

Aldrich hanya tersenyum tipis. Lalu, ia mendekat. Bibirnya menyentuh lembut leher Valerie. Menyesap aroma vanila yang memabukkan dari sana. Sentuhannya lembut namun intens, membuat Valerie menahan napas.

“Aku akan membuatmu merasa lebih baik,” bisiknya, suaranya terdengar dalam dan menggetarkan.

Valerie tak bisa menahan senyumnya, meski sedikit getir. “Kamu sering mengatakan ini kepada klien, ya?” tanyanya, sedikit bercanda namun ada nada serius di baliknya.

Valerie menatap Aldrich dengan sedikit waspada, mencoba menebak reaksinya.

Aldrich hanya menaikkan alisnya sedikit, namun tak ada respons verbal darinya. Ia malah mendekatkan wajahnya lagi, menyapu bibirnya di sepanjang bahu Valerie.

“Apa itu penting?” tanya Aldrich lembut, hampir berbisik.

Valerie tergelak kecil, walau hatinya sedikit sakit dengan kenyataan itu. “Tidak juga. Selama kamu bisa mengalihkan pikiranku … itu sudah cukup,” jawabnya dengan nada ringan, mencoba menutupi perasaannya.

Valerie tahu, malam ini hanyalah pelarian. Namun, ia tetap ingin merasa diinginkan walau hanya sesaat.

Mereka terdiam sejenak, saling memandang dengan intensitas yang semakin dalam. Valerie merasakan ada sesuatu yang berbeda. Namun, ia mengabaikannya.

Valerie membiarkan dirinya tenggelam dalam kehangatan yang Aldrich berikan. Ia berusaha mengabaikan luka hatinya yang belum sepenuhnya sembuh dari pengkhianatan mantannya. Sekilas, ia menatap otot-otot Aldrich yang terbentuk sempurna. Ia terpesona.

“Apa kamu selalu seintim ini dengan … klien?” Valerie bertanya lagi dengan nada bercanda.

Valerie merasakan kecemburuan yang tak masuk akal. Ia bahkan tidak mengenal pria ini dengan baik.

Aldrich benar-benar melebihi ekspektasinya tentang gigolo. Valerie jadi ingin tahu, apa semua gigolo memang seperti Aldrich?

Aldrich tersenyum misterius, membiarkan pertanyaan itu mengambang tanpa jawaban. “Malam ini, hanya ada kamu di pikiranku,” bisiknya, membuat Valerie tersipu.

Valerie tertawa kecil, mencoba menutup rasa malu dan sedikit kepercayaan diri yang mulai tumbuh. “Kamu benar-benar tahu bagaimana membuat seseorang merasa istimewa, ya?” katanya.

Aldrich tidak menjawab. Ia hanya menyelipkan rambut Valerie ke belakang telinga. Meskipun tidak dalam kondisi mabuk, keduanya tenggelam dalam malam yang memabukkan.

“Kamu sangat profesional dalam pekerjaan ini,” ujarnya sambil tersenyum, seolah mengingatkan dirinya sendiri bahwa ini hanyalah kesepakatan satu malam.

Tanpa mengatakan sepatah kata pun, Aldrich menariknya lebih dekat, seolah ingin memberinya ketenangan tanpa harus banyak bicara. Sentuhan dan kehangatannya membuat Valerie merasa dihargai. Namun di sisi lain, ada perasaan konyol yang membuatnya merasa bodoh karena mengingat pria ini adalah seseorang yang disewanya.

Pagi harinya, Valerie bangun dan menatap Aldrich yang masih terlelap di sampingnya. Ia menatap wajahnya dengan sedikit perasaan bersalah, tapi juga lega. Di sebelahnya, ada amplop yang telah ia siapkan tadi malam.

Valerie menarik napas dalam, meyakinkan dirinya bahwa ini adalah pilihan yang benar. Setelahnya, Valerie bangkit dan berpakaian dengan hati-hati, berusaha tidak membangunkan Aldrich.

Dia masih harus mengejar penerbangan kembali ke Indonesia.

Sebelum pergi, Valerie meletakkan amplop berisi uang di atas meja samping tempat tidur.

Kemudian, Valerie berbisik pelan, “Terima kasih untuk malam tadi.”

Tanpa menoleh lagi, Valerie meninggalkan kamar, membawa serta segala perasaan yang bercampur aduk di hatinya.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Welcome to GoodNovel world of fiction. If you like this novel, or you are an idealist hoping to explore a perfect world, and also want to become an original novel author online to increase income, you can join our family to read or create various types of books, such as romance novel, epic reading, werewolf novel, fantasy novel, history novel and so on. If you are a reader, high quality novels can be selected here. If you are an author, you can obtain more inspiration from others to create more brilliant works, what's more, your works on our platform will catch more attention and win more admiration from readers.

Comments

No Comments
9 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status