Arkan sudah banyak memilih pakaian yang menurutnya sangat cocok dipakai oleh Zaara. Ia lebih banyak memilih dress di bawah lutut yang sederhana dan tidak terlalu terbuka. Melihat sosok Zaara yang lemah lembut, anggun dan elegan yang tidak pernah berpenampilan mencolok dan berlebihan. Sehingga ia memilih pakaian sederhana, tetapi elegan.
Sementara itu, Zaara yang membulatkan kedua matanya saat melihat banyaknya pakaian di tangan Arkan, tidak berhenti geleng-geleng kepala. "Astaga, Daddy mau memborong semua pakaian ini? Nggak sekalian beli tokonya?" canda Zaara yang merasa sangat heran dengan perbuatan Arkan.
"Sepertinya ide itu sangat bagus. Baiklah, aku akan berbicara pada pemilik butik." Arkan berpura-pura untuk mengiyakan candaan dari Zaara.
Refleks Zaara langsung menepuk jidatnya, "Daddy, jangan bercanda. Awas, ya kalau sampai berbuat konyol. Aku mau ganti seragam ini dulu dengan gaun ini, meskipun ini terlalu m
Arkan yang melihat manik bening Zaara menatapnya dengan sangat intens, tentu saja membuat ia merasa sangat penasaran dengan hal apa yang akan disampaikan oleh wanita di sampingnya. "Iya, Sayang. Katakan saja, aku siap mendengarkan."Zaara masih sibuk untuk menormalkan perasannya. Karena saat ini, ia benar-benar merasa sangat gugup untuk berkata jujur pada Arkan tentang rahasia terbesar yang selama ini disimpannya rapat-rapat dan tidak ada satu pun orang yang mengetahuinya."Sebenarnya ...."Arkan mengarahkan tangannya ke arah Zaara saat ponselnya berdering. "Sebentar, Sayang." Arkan meraih ponsel pintar di saku jasnya dan langsung menggeser tombol hijau ke atas, karena mendapat telfon penting dari rekan bisnisnya. Kemudian ia berbicara panjang lebar dalam bahasa asing.Sementara itu, Zaara hanya diam sambil mengamati wajah tampan yang serius saat berbicara dalam bahasa asing yang ti
Zaara melangkahkan kaki jenjangnya mengikuti langkah pria yang dari tadi menggenggam erat tangannya yang basah karena keringat dingin. Begitu ia masuk ke dalam ruangan kamar yang tidak berubah sedikit pun, ia pun langsung mengingat momen pertama kali saat berada di dalam kamar itu bersama dengan pria yang membuatnya jatuh cinta untuk pertama kali.Cinta pertama dan sekarang ia berharap itu akan menjadi cinta terakhirnya setelah kembali bertemu dengan pria yang merengkuh tubuhnya. Ia menoleh ke arah Arkan dengan tatapan penuh kegelisahan."Daddy, aku ...."Arkan langsung memotong suara dari Zaara yang terdengar bergetar saat memanggil namanya. Karena ia ingin mengingatkan Zaara tentang momen manis saat mencium bibir merah merekah Zaara yang menjadi ciuman pertama dari gadis itu."Sayang, kamu ingat first kiss yang aku lakukan padamu dulu di situ?" Menunjuk ke arah tempat saat dulu ia mencium Zaa
Begitu sampai di perusahaan, Zaara dan Arkan masih berada di dalam mobil, setelah melakukan perjalanan dari Jakarta ke Bandung. Awalnya, Zaara memohon pada Arkan agar menurunkanya di pinggir jalan dekat dengan perusahaan, tetapi pria yang tidak mau melepaskan pelukannya itu, hanya menggelengkan kepala. Dan tidak mau menuruti permintaannya dengan alasan tidak akan ada yang melihatnya turun dari mobil karena jam pulang kantor sekitar 15 menit lagi.Meskipun Zaara merasa lega karena bisa kembali ke perusahaan tepat waktu, ia masih merasa sangat takut jika sampai ada yang melihatnya keluar dari mobil mewah Arkan dengan mengenakan gaun indah yang masih melekat di tubuhnya. Saat ini, Zaara sibuk menepuk jidatnya karena merutuki kebodohannya karena melupakan hal yang sangat penting. Sehingga yang menjadi sasarannya adalah Arkan. Apalagi pria yang dicintainya itu malah sibuk mentertawakan kebodohannya.Dengan tangan yang sibuk memukul lengan k
Zaara tidak bisa bisa tinggal diam saat merasa perbuatan dari Willy kali ini membuatnya merasa sangat tidak nyaman. Apalagi ia baru saja mengecap sebuah kebahagiaan. Karena itulah ia tidak mau melepaskan kesempatan emasnya."Aku berhak bahagia," gumam Zaara di dalam hati. Setelah berhasil berpikir jernih, ia mengeluarkan semua unek-unek yang mengganjal di hatinya."Apa yang Abang Willy katakan? Aku sangat menikmati pekerjaan ini. Jadi, jangan menyuruhku untuk berhenti bekerja. Aku berhak untuk menentukan apa yang terbaik untukku! Tolong hormati keputusanku dan jangan seenaknya memaksakan kehendak, Abang! Akan tetapi, sebelumnya aku memohon maaf pada Abang karena telah membantah perintah."Willy saat ini benar-benar merasa sangat kecewa dan terluka begitu mendengar kalimat pedas dari Zaara. Kali ini, ia seperti melihat orang lain. Bukan Zaara yang biasanya selalu patuh pada setiap perkataannya. Akan tetapi, sa
Roni akhirnya menuruti perintah dari Rini dan memilih untuk menginap di hotel yang ada di sekitar area perusahaan. Tentu saja agar dia bisa lebih dekat saat menyelidiki sosok wanita yang baru diketahui namanya adalah Zaara. Namun, sebelum itu, ia sudah mencari tahu alamat yang merupakan tempat tinggal dari pasangan suami istri tersebut. Dengan alasan adalah teman lama pria bernama Willy, ia yang mengaku adalah teman kantornya dulu kehilangan jejak kontak dan memilih mencari tahu di perusahaan.Dengan sangat mudah ia mengantongi alamat Willy dan ia kini tengah dalam perjalanan menuju ke rumah tersebut. Suasana gelapnya malam, tak menyurutkan dirinya untuk melakukan tugasnya agar wanita yang sangat dicintainya itu merasa senang dan mau menerima cintanya.Setelah beberapa menit menempuh perjalanan, akhirnya ia tiba di depan rumah yang dituju dan mobil miliknya sudah terparkir rapi di pinggir jalan yang berada di seberang rumah Willy. Selama di
Arkan baru saja selesai membersihkan diri dengan cara mandi di bawah guyuran air shower yang dingin. Merasa kepalanya pusing karena dari tadi asyik memikirkan Zaara saat Willy memarahinya, tentu saja berhasil menyiksanya. Karena yang paling ia takuti adalah saat pria itu memaksa Zaara untuk melayaninya karena efek marah. Ia yang saat ini masih memakai jubah handuk berwarna biru dengan rambut basah berantakan, terlihat tengah menatap pantulan dirinya di depan cermin."Zaara, harusnya kita tunjukkan saja pada dunia bahwa kita saling mencintai. Rasanya aku tidak bisa menahannya lebih lama lagi. Pria itu harus tahu mengenai masa lalu kami yang mempunyai sebuah ikatan cinta yang sangat kuat. Karena waktu 3 tahun, tidak membuat cinta kami pudar. Maafkan aku, Zaara. Sepertinya aku harus mengatakan semuanya pada Willy besok."Setelah mengganti jubah handuknya dengan pakaian santai, niat Arkan adalah ingin menghubungi Zaara. Tentu saja ia ingin mende
Sosok wanita yang baru saja turun dari mobil berwarna merah, terlihat memakai long dress berwarna hitam dengan tas jinjing yang berada di tangan kirinya. Setelah menutup pintu mobil dan mengunci otomatis mobil miliknya, wanita dengan tubuh seksi itu kini berjalan ke arah lobi hotel dan langsung menuju ke arah lift yang akan membawanya menuju ke lantai 5. Di mana kamar pria yang disuruhnya untuk memata-matai Zaara ada di sana."Kali ini, aku akan membuat anak sialan itu membayar mahal kesalahannya, karena membuatku hidup menderita selama 3 tahun ini. Aku akan menghabisimu, karena tidak ada yang boleh memiliki Arkan. Hanya aku yang berhak atas Arkan!" Rini mengepalkan kedua tangannya dan wajahnya terlihat penuh kemurkaan.Begitu pintu lift terbuka, kaki jenjangnya melangkah keluar dan ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling pintu kamar hotel untuk mencari nomor 521. Begitu menemukan kamar yang dicarinya, ia langsung mengetuk pintu berwarna c
Suasana pagi hari dengan udara yang lebih dingin dari hari-hari sebelumnya, membuat bulu kuduk Zaara meremang saat terbangun dari alam bawah sadarnya. Ia yang tadinya memeluk malaikat kecilnya di bawah selimut tebal berwarna pink. Dengan kelopak mata yang baru saja terbuka, Zaara memandang ke arah langit-langit kamar dan pikirannya kini tengah mengingat kejadian semalam.Di mana Willy membawa ponselnya dan sudah bisa dipastikan bahwa hubungannya dengan secret daddy-nya telah ketahuan. "Nanti, aku menunggu abang Willy yang membuka suara atau aku langsung mengaku padanya mengenai siapa sebenarnya daddy Arkan, ya?"Masih menimbang-nimbang keputusannya, Zaara belum juga berniat bangkit dari ranjang atau pun keluar dari kamar. Tentu saja saat ini, detak jantungnya berdebar kencang saat memikirkan kemungkinan-kemungkinan buruk yang mungkin akan dialaminya hari ini. Dengan mencoba mengambil napas teratur, Zaara berusaha untuk menormalkan pera
Sepuluh bulan setelah Zaara membulatkan tekad untuk hamil lagi telah berlalu. Kini, keinginannya telah terwujud dan benar-benar hamil anak perempuan setelah melakukan USG. Kehamilan Zaara kali ini benar-benar jauh berbeda dari yang pertama, karena semua kemewahan dan kasih sayang serta perhatian dia dapatkan.Arkan benar-benar sangat memperhatikan semuanya, mulai dari asupan gizi dan dokter pribadi yang setiap bulan datang ke rumah untuk mengecek kehamilannya. Itu semua karena Arkan sangat over protective dan sama sekali tidak mengizinkan Zaara keluar, yang malah membuat kecapekan jika harus menempuh perjalanan ke rumah sakit.Meskipun jarak rumah dan rumah sakit hanyalah beberapa kilometer saja, tetapi karena tidak ingin terjadi sesuatu hal yang buruk pada Zaara yang kandungannya lemah, sehingga tidak mau mengambil resiko.Saat ini, kehamilan Zaara sudah menginjak minggu ke 36 dan tinggal menghitung hari saat kelahiran.
Satu tahun telah berlalu, Zaara dan Arkan menjadi pasangan paling romantis sekaligus fenomenal, tak lupa para paparazi yang selalu memburu berita tentang mereka. Bahkan Arza pun kini menjadi selebgram kecil yang selalu menjadi perbincangan di media sosial karena ketampanannya, mewarisi gen daddy dan mommy-nya.Seperti hari ini, saat Arkan menghabiskan waktu liburnya bersama Zaara dan Arza di Mall of America yang terletak di Bloomington, Minnesota. Salah satu pusat perbelanjaan terbesar dan paling banyak dikunjungi di Amerika Serikat. Dengan 520 toko, 50 restoran dan atraksi termasuk Nickelodeon Universe, taman hiburan dalam ruangan terbesar dan toko American Girl yang baru, pilihan tidak terbatas di Mall of America.Arza yang tidak mau digendong oleh Arkan, terlihat sangat ceria saat berlarian di area pusat perbelanjaan terbesar tersebut. Zaara pun terlihat sangat bahagia melihat interaksi dari ayah dan anak yang berada di depannya. Tidak lu
Tangan Arkan yang tadinya sibuk di rahang Zaara, kini menuruni leher jenjang putih yang sudah mulai berpeluh, lalu meremas dua benda membusung yang sudah tidak terlapisi apapun. Bisa dilihatnya puncak yang mengeras dan Arkan pun mengeluarkan suara yang mungkin sangat menggoda.Zaara bisa merasakan tangan dengan buku-buku kuat itu menggoda tubuhnya yang bergairah dan mengirimkan denyut kenikmatan luar biasa, menembus tubuhnya. Sensasi paling nikmat yang diciptakan Arkan dan membuat Zaara menginginkan lebih banyak yang membuatnya lepas kendali.Bahkan hasratnya meledak seketika saat Arkan mengisap puncak yang mengeras dan menciptakan lonjakan kenikmatan yang teramat luar biasa, seolah melenyapkan ketakutan yang tadi dia rasakan.Arkan tidak membuang waktu karena tangannya sudah menarik penutup terakhir dan lepas dari tangannya.Zaara sebenarnya merasa sangat malu, tetapi karena sudah digulung gairah, dia membiarkan mata Arkan yang indah dan begitu gelap, te
Setelah menceritakan semuanya pada Zaara, Arkan kini mengamati ekspresi dari wanita yang menurutnya terlihat semakin cantik dan mempesona. Selain karena ia selalu membelikan kosmetik terbaik dan termahal untuk perawatan Zaara, juga aura kebahagiaan menjadi penyebab wanita tersebut semakin cantik. “Menurutmu bagaimana, Sayang? Apakah kamu senang Rini mendapatkan karmanya?”Awalnya, Zaara masih terdiam seolah tengah memikirkan apa yang ada di otaknya saat ini. Ia menatap ke arah Arza yang ada di hadapannya. Wajah tidak berdosa yang terlihat dari puteranya, membuatnya memikirkan apa yang puteranya alami satu bulan lalu. “Sudah sepantasnya wanita ular itu mendapatkan karma dari perbuatannya. Aku memang sangat senang dia menuai apa yang selama ini ia tanam. Dari dulu dia selalu membuatku menderita. Jadi, sekarang dia harus menderita di sisa umurnya.”Arkan menganggukkan kepala dan menggeser tubuhnya untuk semakin mendekati Zaara d
Raut wajah kesal yang bisa dilihat Zaara dari pria yang terlihat babak belur tersebut, sebenarnya membuatnya ingin tertawa. Akan tetapi, ia sekuat tenaga untuk menahan diri. Tentu saja agar tidak membuat kemarahan Arkan semakin bertambah. Namun, ia masih ingin merahasiakan semuanya sampai nanti menikah dengan pria yang sangat dipujanya tersebut."Iya, Daddy Arkan sangat bodoh! Karena tidak bisa mengerti perasaan seorang wanita." Zaara berusaha melepaskan kuasa dari jemari dengan buku-buku kuat yang baru saja merangkum pipinya. Karena ingin mengalihkan pandangannya dari netra pekat dengan iris tajam yang mengunci tatapannya dari tadi.Jawaban bernada ambigu yang sama sekali tidak dimengerti, membuat Arkan tidak kunjung melepaskan tangannya yang dari tadi menahan pipi putih Zaara. "Jangan coba-coba untuk kabur, Sayang. Aku tidak akan pernah melepaskanmu sebelum menjelaskan dengan detail tentang maksud dari perkataanmu tadi. Memangnya aku kuran
Arkan termangu di tempatnya saat merasa terkejut dengan penolakan mentah-mentah dari Zaara yang sudah kabur darinya. Bahkan ia seperti orang yang terlihat linglung dan menatap kosong ke sembarang arah dengan berbagai macam pertanyaan yang memenuhi otaknya. Saat ini, ia sibuk bertanya-tanya di dalam hati mengenai sikap Zaara yang dirasanya sangat aneh dan langsung menghindar begitu ia membahas tentang masalah anak."Sebenarnya apa yang terjadi pada Zaara? Kenapa dia terlihat sangat ketakutan? Apakah terjadi sesuatu dulu tanpa sepengetahuanku? Sepertinya aku harus menanyakan pada Zaara mengenai hal ini."Puas ber-agumen sendiri, kaki panjangnya kini melangkah masuk ke dalam ruangan perawatan Arza untuk menyusul sosok wanita yang tadi meninggalkannya. Begitu ia membuka pintu dan masuk ke dalam ruangan kamar presidential suite tersebut, bisa dilihatnya sosok pria dengan tubuh tinggi tegap hampir sama dengannya sudah membungkuk untuk mencium putr
Flashback on ...Arkan masih berlutut di hadapan sosok pria yang terlihat mengarahkan tatapan menusuk penuh kebencian padanya. Ia sama sekali tidak memperdulikan tanggapan pria yang menurutnya tidak jauh lebih baik darinya tersebut. Sehingga ia sudah mulai menjelaskan tentang semua hal mengenai masa lalunya dengan Zaara tiga tahun yang lalu.Selama beberapa menit, ia menjelaskan dengan tidak ada yang ditutupi sama sekali. Begitu selesai, ia yang dari tadi menundukkan kepala, kini menunggu tanggapan dari pria yang akan menjadi mertuanya dengan perasaan tidak menentu.Cakra Baihaqi yang dari tadi berdiri menjulang di hadapan sosok pria yang sangat dibencinya, tadinya mengunci rapat bibirnya saat mendengarkan penjelasan panjang lebar mengenai awal mula perkenalan dari putrinya dengan Arkan. Sehingga kini, ia mulai mengingat semua dosa-dosanya yang telah lalu. Namun, harga dirinya terlalu tinggi di hadapan pria yang ma
Zaara yang tadinya hendak membuka pintu ruangan perawatan putranya, karena ingin segera mengetahui apakah permasalahan dari dua pria yang sangat dicintainya saat berbicara empat mata selesai atau malah bertambah besar, akhirnya berhenti dan menoleh ke arah sosok pria dengan paras tampan yang sudah dianggapnya sebagai kakaknya sendiri."Iya, Abang Willy. Apakah Abang sudah mengambil keputusan?"Dengan tangan mengepal erat, Willy yang kini berdiri di sebelah wanita yang telah melahirkannya, sesaat menoleh ke arah ibunya. "Ibu tunggu di sini. Aku akan membebaskan belenggu yang selama ini menyiksa kami."Endang Susanti yang merasa terenyuh dengan perkataan lirih dari putranya, hanya bisa mengarahkan tangannya untuk memberikan sebuah kekuatan dengan usapan lembut di punggung kokoh Willy. Tidak lupa sebuah anggukan kepala kini menjadi jawabannya."Pergilah, Putraku. Sudah saatnya kamu melepaskan rantai yan
Zaara awalnya berjenggit kaget saat mendengar suara bariton dari papanya yang terdengar sangat murka saat baru masuk ke dalam ruangan perawatan putranya. Bahkan saat ini, ia tengah ber-sitatap dengan netra pekat sosok pria yang juga tengah terlihat sangat gelisah dan menandakan sedang banyak pikiran. Kini, tangannya mengusap lembut lengan kekar Arkan, ia berusaha untuk menenangkan perasaan pria tampan yang terlihat babak belur tersebut dengan sebuah tatapan mata yang penuh keteduhan.Di saat yang bersamaan, seorang perawat baru saja masuk ke ruangan setelah sebelumnya mengetuk pintu dengan membawa peralatan medis. "Tuan Arkan, dokter menyuruh saya datang ke sini untuk mengobati luka, Anda."Awalnya Arkan ingin menolak, tetapi saat ia hendak membuka mulut, didengarnya suara dari Zaara yang memberikan sebuah perintah padanya."Daddy Arkan keluar saja bersama perawat ke ruangan lain. Aku ingin berbicara dengan papa," seru Z