Di sebuah ruangan kamar berukuran sangat luas dengan segala furniture lengkap berkualitas tinggi yang menghiasi kamar berukuran 10 meter yang merupakan ruangan pribadi dari seorang gadis berusia 12 tahun, yang tak lain adalah Aisyahzaara Bellova yang sedang duduk bersimpuh di lantai dengan posisi menekuk lutut dan membenamkan wajahnya di antara kedua pahanya.
Zaara tidak berhenti menangis di dalam kamar saat sang papa memutuskan untuk menikah lagi dengan seorang wanita muda nan cantik yang lebih pantas menjadi tantenya setelah mamanya meninggal 1 bulan yang lalu. Suara dari papanya yang baru saja mengucapkan Ijab Qabul bisa didengarnya dari ruangan kamarnya.
Tentu saja ia bisa menilai sosok wanita yang akan menjadi ibu tirinya adalah wanita yang terlihat jelas tidak menyukainya dan berpura-pura bersikap manis di depannya. Wajahnya yang sudah dirias oleh para MUA sudah berantakan karena bulir air matanya sudah memenuhi wajahnya. Dengan tubuh bergetar dan masih sesenggukan, Zaara mengungkapkan kesedihannya.
"Papa sangat jahat. Baru 1 bulan Mama meninggal, tapi Papa sudah menikah lagi dengan wanita ular yang pasti akan membuat hidupku bagaikan di neraka seperti cerita di Tv. Mama, bawa aku bersamamu Ma," isak Zaara dengan menangis tersedu-sedu. "Zaara takut pada wanita jahat itu. Kenapa Mama meninggal tidak mengajak aku. Kenapa Mama meninggalkan aku selamanya. Bagaimana nasib Zaara tanpa Mama."
Zaara tidak berhenti menangis terisak dengan air mata yang mulai menganak sungai di gaun indahnya yang berwarna putih. Suara tangisannya mulai memenuhi ruangan kamar. Belum puas ia menangis, suara ketukan pintu terdengar di telinganya. Ia menoleh ke arah pintu yang terbuka. Tak lama kemudian, bisa dilihatnya sang papa berjalan masuk ke dalam kamar bersama dengan wanita yang memakai kebaya pengantin tengah menatapnya dengan tatapan sinis.
"Putriku, kenapa menangis di sini, Sayang? Jangan membuat Papa sedih dengan kamu mengurung diri dan menangis di dalam kamar! Ayo, sapa Mamamu! Dia yang akan menjadi Mama barumu dan menyayangimu seperti Mamamu yang telah meninggal," ucap Cakra Baihaqi seraya mengusap lembut rambut panjang putrinya.
Cakra beralih menatap ke arah wanita yang baru saja dinikahinya, "Sayang, ajak bicara putriku dan anggap dia seperti putri kandungmu sendiri. Aku akan membiarkan kalian berdua berbicara berdua dari hati ke hati sebagai Ibu dan anak."
"Iya Mas, aku akan berbicara pada Zaara. Mas tenang saja, aku sudah menganggap putri Mas seperti putriku sendiri," ujar Rini Andriani dengan menampilkan senyuman manisnya. "Astaga, aku sangat mual dengan kata-kataku sendiri," batin Rini.
Tatapan penuh kebencian diarahkan Zaara saat melihat tatapan sinis dari wanita yang dinikahi oleh papanya. Karena merasa sangat kesal, ia mendorong tubuh wanita yang berstatus sebagai mama tirinya. "Aku membencimu, jangan mendekatiku!" teriak Zaara dengan tatapan tajam.
Sontak saja dorongan kuat dari gadis berusia 12 tahun itu membuat Rini jatuh menghempas lantai.
"Aaaaaaarrrggghhh ...."
Cakra Baihaqi yang baru saja hampir keluar dari ruangan kamar putrinya itu langsung menoleh ke arah sumber suara kesakitan dan melihat wanita cantik yang baru saja dinikahinya itu jatuh terduduk di lantai. Sontak ia langsung berlari ke arah sang istri dan bisa melihat kilat amarah dari putrinya yang berdiri menjulang di depan wanita yang meringis kesakitan itu. "Zaara! Jaga sikapmu pada Mamamu!" teriak Cakra dengan suara baritonnya dan langsung menolong istrinya. "Kamu tidak apa-apa, Sayang?"
Rini menggelengkan kepalanya dan mulai menjawab pertanyaan dari pria yang baru saja menikahinya. "Aku tidak apa-apa Mas, tidak perlu mengkhawatirkan aku. Biarkan aku bicara berdua dengan Zaara. Mas tolong keluar sebentar!"
Melihat akting dari wanita yang sangat dibencinya, membuat Zaara langsung berteriak dengan keras. "Wanita jahat ini bukan Mama Zaara. Zaara tidak mau punya Mama tiri, dia sangat jahat Pa."
Merasa sangat kesal atas ulah putrinya yang menurutnya sangat nakal, membuat Cakra langsung mengarahkan tangannya hendak menampar putrinya yang menurutnya tidak mempunyai sopan santun pada orang yang lebih tua. Namun, tangannya dipegang oleh sang istri.
"Jangan Mas! Zaara masih kecil, jadi belum mengerti apa-apa. Mas keluar saja! Karena Mas sedang dikuasai oleh emosi. Biar aku yang mencoba berbicara pada Zaara." Rini mencoba meyakinkan suaminya yang masih dikuasai oleh amarah.
"Baiklah, kamu ajari putriku yang nakal ini! Karena dulu mamanya sangat memanjakannya, jadi dia menjadi anak yang nakal. Aku serahkan putriku padamu," ucap Cakra seraya menepuk pundak wanita berparas cantik itu.
Rini menganggukkan kepalanya dan mulai menjawab perkataan dari suaminya. "Iya Mas, serahkan saja padaku."
"Jangan tinggalkan aku bersama wanita jahat ini, Pa! Dia akan menyakitiku," teriak Zaara mengharap papanya tidak meninggalkannya. Namun, teriakannya sama sekali tidak diperdulikan oleh papanya yang terlihat sudah menutup pintu. "Papa jahat," teriak Zaara yang beralih menatap tajam ke arah wanita yang sudah berdiri menjulang didepannya dan menatapnya dengan tatapan tajam.
Rini langsung tertawa sinis saat menatap gadis kecil yang tengah mengarahkan tatapan penuh kebencian padanya. "Papamu tidak akan menolongmu gadis kecil, karena Papamu sangat mencintaiku. Dia tidak akan memperdulikanmu lagi, jadi kamu harus sadar diri."
"Aaaaaaarrrggghhh ...." Zaara meringis kesakitan saat rambut panjangnya ditarik ke belakang oleh mama tirinya yang mengarahkan tatapan menakutkan.
"Jaga sikapmu padaku, anak kecil! Jika tidak, aku akan membuat papamu membuangmu di panti asuhan," hardik Rini yang semakin menjambak rambut dari gadis kecil yang sudah berkaca-kaca di depannya.
"Kau memang wanita jahat. Lepaskan tanganmu dari rambutku! Arrrggghhh ...." Zaara merasakan rambutnya yang semakin ditarik oleh mama tirinya, membuatnya meringis kesakitan. Hingga bulir bening membasahi wajahnya saat merasakan sakit yang sangat luar biasa pada kepalanya.
"Sudah aku bilang jangan melawanku! Atau kamu benar-benar ingin aku melemparmu ke jalanan? Dasar gadis nakal, jika kamu sampai berani melawanku, aku benar-benar akan membuatmu berakhir tidur di kolong jembatan. Kalau kamu tidak percaya, kamu coba saja!"
Rini melepaskan tangannya dari rambut panjang gadis kecil yang masih meringis kesakitan itu. Bisa dilihatnya bahwa anak perempuan itu tidak menangis atau pun berteriak saat disakiti. Lalu, ia pergi begitu saja setelah tangannya mendorong gadis kecil itu hingga jatuh terhempas ke lantai.
Zaara meringis menahan sakit tanpa mengeluarkan suaranya. Tatapan penuh kebencian tampak dari manik bening miliknya. Begitu pintu kamarnya tertutup dan siluet dari mama tirinya hilang di balik pintu, bulir bening mulai lolos dari bola matanya. Karena tidak ingin ada yang mendengar suara tangisannya, ia menangis dengan posisi tangan membekap mulutnya dan tubuhnya sesekali bergetar.
"Mama, Zaara rindu Mama. Ajak Zaara pergi Ma. Papa sudah masuk dalam jebakan wanita jahat itu. Apa yang harus Zaara lakukan?" batin Zaara dengan penuh linangan air mata di wajah sembabnya.
******
🍃 5 tahun kemudian 🍃
Di sebuah SMA Negeri, terlihat para siswa-siswi tengah bersorak-sorai saat melihat pertandingan basket antara para siswa kelas XII dengan siswa kelas XI. Para murid perempuan terlihat asyik bersorak memberikan semangat pada idolanya masing-masing, karena yang bertanding adalah para cowok-cowok populer di sekolah.
Pemandangan itu tidak berlaku pada Aisyahzaara Belova, gadis berparas cantik dengan mata bulat dilengkapi bulu mata lentik dan hidung mancung serta bibir tipisnya. Ia berada di barisan paling belakang dan tengah fokus bermain game di ponselnya tanpa melihat pertandingan bola basket yang menurutnya sangat membosankan.
Nina lestari yang duduk di sebelah sahabat baiknya itu hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah dari Zaara. "Hei Zaara, sebenarnya apa yang ada di otakmu ini," ucap Nina seraya mengarahkan jarinya di kening sahabatnya.
Refleks Zaara langsung mengalihkan pandangannya dari ponselnya untuk menatap sahabat karibnya semenjak dari SMP hingga SMA. "Maksudmu apa?"
"Tuh ... banyak cowok-cowok keren yang terlihat maskulin saat bertanding basket. Akan tetapi, kamu sama sekali tidak melihat mereka dari tadi. Malah asyik menatap ke arah ponsel tidak pentingmu itu."
"Bukankah tadi aku sudah bilang tidak ingin menonton para anak mama itu, tapi kamu memaksaku tadi. Menyebalkan," ujar Zaara yang bangkit dari kursi.
"Ya ampun Zaara, cowok-cowok keren di sekolah malah kamu bilang para anak mama. Bahkan kamu diincar oleh ketua OSIS, tapi tidak kamu tanggapi. Kalau aku jadi kamu, sudah pasti aku akan langsung menerimanya. Kamu mau kemana?" tanya Nina seraya ikut berdiri.
"Aku mau cari Om-om ganteng yang bisa memberikan aku kasih sayang," ucap Zaara sambil terkekeh.
"Astaga, ngomong apa sih kamu Zaara. Kamu lagi kesambet ya?" Mengarahkan tangannya ke kening sahabatnya dan beralih ke keningnya sendiri. "Nggak panas, tapi kenapa kamu seperti orang yang tidak waras."
"Sialan," ujar Zaara seraya mencubit hidung Nina. "Aku waras dan sangat baik, tapi hatiku yang tidak baik. Kamu tahu sendiri kan alasannya."
"Iya, aku tahu Zaara. Kamu bisa melewatinya selama 5 tahun ini. Jadi, kamu harus semakin kuat dan buat siluman ular betina itu merasakan apa yang kamu rasakan. Kamu harus melawannya!"
"Aku sama sekali tidak pernah memperdulikan dia mau berbuat apa, aku hanya ingin bersenang-senang," jawab Zaara.
"Bersenang-senang? Kalau begitu kita jalan-jalan ke Mall yuk!" ajak Nina dengan sangat bersemangat.
"Aku ingin menjadi sugar baby pria dewasa yang tampan dan kaya raya," ucap Zaara dengan tatapan penuh keseriusan. Kemudian ia melanjutkan perkataannya. "Bukankah wajahku sangat memenuhi syarat untuk menjadi sugar baby?"
"Apa, Sugar Baby? Wah ... sepertinya otakmu sudah bergeser dari tempatnya. Gila," ucap Nina seraya menepuk lengan sahabatnya.
"Aku memang sudah gila 5 tahun yang lalu, jadi jangan heran. Dimana aku bisa mencari Om-om yang membutuhkan sugar baby ya? Kira-kira siapa yang bisa membantuku?" tanya Zaara ke arah sahabatnya.
"Astaga, mana aku tahu, Zaara. Secara kan aku bukan sugar baby. Kamu benar-benar sudah gila Zaara, jangan sampai hidupmu lebih menderita setelah menjadi simpanan om-om. Pikirkan baik-baik, oke!" rayu Nina pada sahabatnya. Berharap sahabat baiknya itu tidak terjerumus ke hal-hal negatif.
"Aku sudah kenyang menderita. Jadi, jangan menasehatiku!" Tanpa memperdulikan petuah dari sahabat baiknya, Zaara berjalan meninggalkan area lapangan basket.
TBC ...
Di dalam sebuah pesawat yang merupakan layanan First Class yang berada di baris paling depan dengan tingkat privasi yang lebih tinggi dan layanan yang lebih personal dibandingkan dengan kelas ekonomi. Dengan disiapkan taplak meja, gelas kaca, piring kaca, dan layanan lain yang seperti merasakan berada di restoran bintang 5 dengan pilihan menu yang juga beragam.Dengan sedikit kursi dan dilayani oleh 2 pramugari dengan fasilitas selimut dan aneka surat kabar yang bisa dibaca oleh penumpang kelas atas saat merasa bosan berada di dalam pesawat. Terlihat seorang pria dengan netra pekat, alis hitam tebal dilengkapi bulu mata lentik yang menampilkan kesan tegas dan di padukan dengan hidung mancung serta bibir yang tebal, membuatnya terlihat semakin mempesona di mata kaum hawa.Dia adalah Arkanza Calief Anderson berusia 30 tahun yang sedang berada di dalam sebuah pesawat dari Amerika menuju ke Jakarta. Arkan yang dari tadi asyik membaca surat kabar untuk m
Arkan menahan tangan dari sang kekasih yang sudah mulai mengusap dada bidangnya. Tubuhnya seketika menegang saat mendapatkan sentuhan lembut dari wanita yang sudah menatapnya dengan penuh sarat makna. Seolah keduanya sama-sama mengungkapkan isi hatinya lewat tatapan penuh cinta dan menegaskan saling mendamba satu sama lain."Kamu yakin, Sayang?" tanya Arkan dengan mengarahkan jemari lentik sang kekasih ke bibirnya dan mengecupnya dengan sangat lembut.Rini menganggukkan kepalanya seolah sangat yakin dan sudah memantapkan hatinya untuk menyerahkan kesuciannya pada pria yang sangat dicintainya. "Aku sangat yakin dengan keputusanku Arkan, karena aku sangat mencintaimu. Jadi, jangan pernah meragukan cintaku saat aku tidak bisa menikah denganmu."Arkan menggelengkan kepalanya dan menutup bibir tipis di depannya dengan jari telunjuknya. "Selamanya aku tidak akan pernah membencimu dan aku akan merebutmu dari pria itu.""Ka
Dasar gadis yang sangat ceroboh! Apa yang kau lihat anak kecil?" ucap Arkan yang merasa kesal karena ulah kecerobohan dari gadis berseragam abu-abu yang menabraknya membuat ponsel miliknya terjatuh.Zaara tidak berkedip menatap ke arah pria yang baru saja membuka kaca mata hitamnya, ia mengamati pria berparas tampan dengan rahang tegas, netra pekat dengan bulu mata lentik serta alis tebal berwarna hitam dan hidung mancung, serta bibir tebal yang membuatnya terlihat sangat keren dan maskulin.Karena merasa sangat gugup, ia mulai mengeluarkan suaranya yang tercekat di tenggorokannya. "Maaf Om, aku tidak sengaja karena tadi terburu-buru.""Kembalikan ponselku! Apa kamu mau membawanya kabur? Kamu bukan pencuri kecil yang berkeliaran di bandara dengan memakai seragam SMA kan?" Arkan mengamati penampilan dari gadis di depannya mulai dari ujung kaki yang masih memakai sepatu sekolah itu sampai ke ujung kepala.Netra pekatn
Mendadak tubuhnya langsung meremang begitu mendengar perkataan menakutkan dari pria yang berada di sebelahnya itu. Zaara menelan salivanya sebelum ia mencoba untuk mengubah ancaman dari pria tampan yang membuatnya sangat tertarik karena wajah tampan dan tubuhnya yang sixpack itu."Om, jangan macam-macam padaku. Bukankah tadi aku sudah meminta maaf pada Om? Apakah aku harus 100 kali meminta maaf padamu agar mau mengampuni dosaku yang telah berbohong di depan semua orang saat di bandara tadi?"Zaara mengarahkan tangannya untuk menggerakkan lengan kekar pria yang diketahuinya bernama Arkan. "Om Arkan mau mengampuni aku kan?" Menampilkan tatapan puppy eyes andalannya.Arkan yang saat ini tengah berkosentrasi menatap layar laptop yang baru saja dibukanya, dimana ia sedang memeriksa laporan dari stafnya mengenai hotel yang baru saja beroperasi, merasa terganggu dengan perbuatan dari gadis berseragam abu-abu itu yang merengek seperti
Zaara menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan berpura-pura bersikap bodoh dan terkekeh untuk menghilangkan kecurigaan dari pria yang masih menatapnya dengan tatapan penuh kecurigaan. "Eh ... itu Om, meski aku adalah orang yang sangat miskin dan tidak pernah menginjakkan kaki di hotel mewah bintang 5, tapi aku sering nonton film yang mengatakan bahwa sekali bermalam di hotel, akan menghabiskan banyak uang.""Akan tetapi, aku tidak tahu tepatnya berapa. Memangnya berapa tarif menginap di sini, Om? Pasti Om sudah mengetahuinya, karena itulah memilih menginap di sini. Memangnya Om tidak punya rumah? Kenapa tidak ke rumah saja? Orang tua Om nanti menunggu kedatangan putra kesayangannya bagaimana?""Sebenarnya Om Arkan dari mana dan akan ke mana sih? Melihat dia di bandara dengan membawa koper, menandakan dia baru saja tiba dari luar negeri. Akan tetapi, kenapa dia memilih ke hotel? Atau jangan-jangan ...."Lamunan dari Zaara buyar seket
Zaara terlihat mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan kamar terbaik hotel yang berada di depannya. Tentu saja kamar Presidential suite room itu merupakan ruangan kamar yang selalu ditempati oleh orang-orang kalangan kelas atas. Karena tarifnya yang cukup menguras dompet ketika menginap per malamnya. Di sudut kanan terlihat ranjang king size dengan kain penutup berwarna putih yang terlihat sangat rapi dengan berbagai furniture mahal yang melengkapi ruangan kamar berukuran luas tersebut.Dengan sangat ragu-ragu dan hati yang berdebar-debar, Zaara melangkahkan kakinya untuk mendekati pria yang dari tadi terus mengancamnya, terlihat tengah duduk di sofa empuk berwarna hitam yang tak jauh dari tempatnya. "Om, kenapa menyuruhku mendekat? Apa ada yang ingin Om bicarakan padaku?""Aku harus berusaha menyelamatkan diri dari niat jahat Om Arkan yang bilang ingin menghamiliku," batin Zaara.Dengan mengeluarkan s
Dengan jantung yang berdegup kencang saat menantikan momen mendebarkan baginya, yaitu ciuman pertama yang belum pernah ia rasakan. Zaara yang masih memejamkan kedua matanya, masih menunggu pria yang dipanggilnya Om Arkan itu semakin mendekati wajahnya.Sementara itu, sudut bibir Arkan melengkung ke atas saat melihat gadis kecil di depannya yang diketahuinya belum pernah berciuman itu memejamkan kedua matanya. Entah mengapa ia sangat tergoda dengan bibir tipis di depannya, yang seolah memanggilnya untuk segera menyesapnya. Arkan semakin mendekat, bibirnya mulai bersentuhan dengan bibir tipis yang sudah tidak sabar ia cium.Dan di saat bibirnya sudah mendarat di atas bibir tipis berwarna merah jambu itu, ia mulai mengulum, dan menyesapnya perlahan. Seolah ingin merasakan rasa manis dari benda kenyal di depannya. Puas mengecupnya, Arkan mulai melumat bibir tipis itu dan sedikit menggigitnya agar gadis di depannya itu mau membuka mulutnya. Sedan
Zaara saat ini sudah berada di dalam taksi yang membawanya pulang ke Mansion. Ia dari tadi bersandar di punggung jok mobil seraya memejamkan kedua matanya. Pikirannya kini tengah flashback pada perbuatan dari pria yang sudah menciumnya tadi."Daddy Arkan tadi menciumku. Aaarrhh ... itu adalah ciuman pertamaku, dan aku menyerahkannya pada pria yang baru pertama kali aku temui. Apakah aku terlalu bodoh? Akan tetapi, kenapa aku tidak merasa menyesal? Daddy Arkan sangat baik dan juga sangat tampan. Terbukti ia langsung memberikan aku kartu kredit no limit ini. Meski aku sebenarnya tidak membutuhkan ini, tapi aku akan menyimpannya. Oh ya, aku harus membeli ponsel dan nomor baru untuk menghubungi Daddy Arkan. Dasar bodoh, kenapa tadi aku tidak meminta nomor ponselnya ya?" gumam Zaara.Zaara terlihat tengah memegangi black card yang dari tadi ia pandangi berada di tangannya. "Sebenarnya Daddy Arkan sekaya apa ya? Hingga bisa memberikan aku kartu kr
Sepuluh bulan setelah Zaara membulatkan tekad untuk hamil lagi telah berlalu. Kini, keinginannya telah terwujud dan benar-benar hamil anak perempuan setelah melakukan USG. Kehamilan Zaara kali ini benar-benar jauh berbeda dari yang pertama, karena semua kemewahan dan kasih sayang serta perhatian dia dapatkan.Arkan benar-benar sangat memperhatikan semuanya, mulai dari asupan gizi dan dokter pribadi yang setiap bulan datang ke rumah untuk mengecek kehamilannya. Itu semua karena Arkan sangat over protective dan sama sekali tidak mengizinkan Zaara keluar, yang malah membuat kecapekan jika harus menempuh perjalanan ke rumah sakit.Meskipun jarak rumah dan rumah sakit hanyalah beberapa kilometer saja, tetapi karena tidak ingin terjadi sesuatu hal yang buruk pada Zaara yang kandungannya lemah, sehingga tidak mau mengambil resiko.Saat ini, kehamilan Zaara sudah menginjak minggu ke 36 dan tinggal menghitung hari saat kelahiran.
Satu tahun telah berlalu, Zaara dan Arkan menjadi pasangan paling romantis sekaligus fenomenal, tak lupa para paparazi yang selalu memburu berita tentang mereka. Bahkan Arza pun kini menjadi selebgram kecil yang selalu menjadi perbincangan di media sosial karena ketampanannya, mewarisi gen daddy dan mommy-nya.Seperti hari ini, saat Arkan menghabiskan waktu liburnya bersama Zaara dan Arza di Mall of America yang terletak di Bloomington, Minnesota. Salah satu pusat perbelanjaan terbesar dan paling banyak dikunjungi di Amerika Serikat. Dengan 520 toko, 50 restoran dan atraksi termasuk Nickelodeon Universe, taman hiburan dalam ruangan terbesar dan toko American Girl yang baru, pilihan tidak terbatas di Mall of America.Arza yang tidak mau digendong oleh Arkan, terlihat sangat ceria saat berlarian di area pusat perbelanjaan terbesar tersebut. Zaara pun terlihat sangat bahagia melihat interaksi dari ayah dan anak yang berada di depannya. Tidak lu
Tangan Arkan yang tadinya sibuk di rahang Zaara, kini menuruni leher jenjang putih yang sudah mulai berpeluh, lalu meremas dua benda membusung yang sudah tidak terlapisi apapun. Bisa dilihatnya puncak yang mengeras dan Arkan pun mengeluarkan suara yang mungkin sangat menggoda.Zaara bisa merasakan tangan dengan buku-buku kuat itu menggoda tubuhnya yang bergairah dan mengirimkan denyut kenikmatan luar biasa, menembus tubuhnya. Sensasi paling nikmat yang diciptakan Arkan dan membuat Zaara menginginkan lebih banyak yang membuatnya lepas kendali.Bahkan hasratnya meledak seketika saat Arkan mengisap puncak yang mengeras dan menciptakan lonjakan kenikmatan yang teramat luar biasa, seolah melenyapkan ketakutan yang tadi dia rasakan.Arkan tidak membuang waktu karena tangannya sudah menarik penutup terakhir dan lepas dari tangannya.Zaara sebenarnya merasa sangat malu, tetapi karena sudah digulung gairah, dia membiarkan mata Arkan yang indah dan begitu gelap, te
Setelah menceritakan semuanya pada Zaara, Arkan kini mengamati ekspresi dari wanita yang menurutnya terlihat semakin cantik dan mempesona. Selain karena ia selalu membelikan kosmetik terbaik dan termahal untuk perawatan Zaara, juga aura kebahagiaan menjadi penyebab wanita tersebut semakin cantik. “Menurutmu bagaimana, Sayang? Apakah kamu senang Rini mendapatkan karmanya?”Awalnya, Zaara masih terdiam seolah tengah memikirkan apa yang ada di otaknya saat ini. Ia menatap ke arah Arza yang ada di hadapannya. Wajah tidak berdosa yang terlihat dari puteranya, membuatnya memikirkan apa yang puteranya alami satu bulan lalu. “Sudah sepantasnya wanita ular itu mendapatkan karma dari perbuatannya. Aku memang sangat senang dia menuai apa yang selama ini ia tanam. Dari dulu dia selalu membuatku menderita. Jadi, sekarang dia harus menderita di sisa umurnya.”Arkan menganggukkan kepala dan menggeser tubuhnya untuk semakin mendekati Zaara d
Raut wajah kesal yang bisa dilihat Zaara dari pria yang terlihat babak belur tersebut, sebenarnya membuatnya ingin tertawa. Akan tetapi, ia sekuat tenaga untuk menahan diri. Tentu saja agar tidak membuat kemarahan Arkan semakin bertambah. Namun, ia masih ingin merahasiakan semuanya sampai nanti menikah dengan pria yang sangat dipujanya tersebut."Iya, Daddy Arkan sangat bodoh! Karena tidak bisa mengerti perasaan seorang wanita." Zaara berusaha melepaskan kuasa dari jemari dengan buku-buku kuat yang baru saja merangkum pipinya. Karena ingin mengalihkan pandangannya dari netra pekat dengan iris tajam yang mengunci tatapannya dari tadi.Jawaban bernada ambigu yang sama sekali tidak dimengerti, membuat Arkan tidak kunjung melepaskan tangannya yang dari tadi menahan pipi putih Zaara. "Jangan coba-coba untuk kabur, Sayang. Aku tidak akan pernah melepaskanmu sebelum menjelaskan dengan detail tentang maksud dari perkataanmu tadi. Memangnya aku kuran
Arkan termangu di tempatnya saat merasa terkejut dengan penolakan mentah-mentah dari Zaara yang sudah kabur darinya. Bahkan ia seperti orang yang terlihat linglung dan menatap kosong ke sembarang arah dengan berbagai macam pertanyaan yang memenuhi otaknya. Saat ini, ia sibuk bertanya-tanya di dalam hati mengenai sikap Zaara yang dirasanya sangat aneh dan langsung menghindar begitu ia membahas tentang masalah anak."Sebenarnya apa yang terjadi pada Zaara? Kenapa dia terlihat sangat ketakutan? Apakah terjadi sesuatu dulu tanpa sepengetahuanku? Sepertinya aku harus menanyakan pada Zaara mengenai hal ini."Puas ber-agumen sendiri, kaki panjangnya kini melangkah masuk ke dalam ruangan perawatan Arza untuk menyusul sosok wanita yang tadi meninggalkannya. Begitu ia membuka pintu dan masuk ke dalam ruangan kamar presidential suite tersebut, bisa dilihatnya sosok pria dengan tubuh tinggi tegap hampir sama dengannya sudah membungkuk untuk mencium putr
Flashback on ...Arkan masih berlutut di hadapan sosok pria yang terlihat mengarahkan tatapan menusuk penuh kebencian padanya. Ia sama sekali tidak memperdulikan tanggapan pria yang menurutnya tidak jauh lebih baik darinya tersebut. Sehingga ia sudah mulai menjelaskan tentang semua hal mengenai masa lalunya dengan Zaara tiga tahun yang lalu.Selama beberapa menit, ia menjelaskan dengan tidak ada yang ditutupi sama sekali. Begitu selesai, ia yang dari tadi menundukkan kepala, kini menunggu tanggapan dari pria yang akan menjadi mertuanya dengan perasaan tidak menentu.Cakra Baihaqi yang dari tadi berdiri menjulang di hadapan sosok pria yang sangat dibencinya, tadinya mengunci rapat bibirnya saat mendengarkan penjelasan panjang lebar mengenai awal mula perkenalan dari putrinya dengan Arkan. Sehingga kini, ia mulai mengingat semua dosa-dosanya yang telah lalu. Namun, harga dirinya terlalu tinggi di hadapan pria yang ma
Zaara yang tadinya hendak membuka pintu ruangan perawatan putranya, karena ingin segera mengetahui apakah permasalahan dari dua pria yang sangat dicintainya saat berbicara empat mata selesai atau malah bertambah besar, akhirnya berhenti dan menoleh ke arah sosok pria dengan paras tampan yang sudah dianggapnya sebagai kakaknya sendiri."Iya, Abang Willy. Apakah Abang sudah mengambil keputusan?"Dengan tangan mengepal erat, Willy yang kini berdiri di sebelah wanita yang telah melahirkannya, sesaat menoleh ke arah ibunya. "Ibu tunggu di sini. Aku akan membebaskan belenggu yang selama ini menyiksa kami."Endang Susanti yang merasa terenyuh dengan perkataan lirih dari putranya, hanya bisa mengarahkan tangannya untuk memberikan sebuah kekuatan dengan usapan lembut di punggung kokoh Willy. Tidak lupa sebuah anggukan kepala kini menjadi jawabannya."Pergilah, Putraku. Sudah saatnya kamu melepaskan rantai yan
Zaara awalnya berjenggit kaget saat mendengar suara bariton dari papanya yang terdengar sangat murka saat baru masuk ke dalam ruangan perawatan putranya. Bahkan saat ini, ia tengah ber-sitatap dengan netra pekat sosok pria yang juga tengah terlihat sangat gelisah dan menandakan sedang banyak pikiran. Kini, tangannya mengusap lembut lengan kekar Arkan, ia berusaha untuk menenangkan perasaan pria tampan yang terlihat babak belur tersebut dengan sebuah tatapan mata yang penuh keteduhan.Di saat yang bersamaan, seorang perawat baru saja masuk ke ruangan setelah sebelumnya mengetuk pintu dengan membawa peralatan medis. "Tuan Arkan, dokter menyuruh saya datang ke sini untuk mengobati luka, Anda."Awalnya Arkan ingin menolak, tetapi saat ia hendak membuka mulut, didengarnya suara dari Zaara yang memberikan sebuah perintah padanya."Daddy Arkan keluar saja bersama perawat ke ruangan lain. Aku ingin berbicara dengan papa," seru Z