Ara mengangguk lucu sebagai tanda ia mengiyakan apa yang Babas minta. Setelahnya, Babas tak banyak bicara lagi. Pria itu langsung berjalan menuju lantai atas dan masuk ke dalam kamar.
Ara semakin dibuat bingung. Sebenarnya suaminya itu kenapa? Apa ada yang salah dengan suaminya? Kenapa bisa jadi seperti ini? Babas yang mendadak lembut dan tak kasar lagi, apalagi kartu kredit itu..
Ara merogok saku celananya dan menatap kembali kartu kredit yang tadi Babas berikan padanya melalui amplop yang tertempel di pintu lemari pendingin.
Menatap kartu tersebut lalu menatap pintu kamar Babas secara bergantian, itulah yang Ara lakukan selama beberapa detik sebelum akhirnya ia tersadar dengan tingkah bodohnya.
Ara berjalan menuju dapur. Ia meraih c
Dalam kamar yang ada di sebuah apartemen, Naima tengah duduk bermenung di atas ranjangnya. Bagian bawah mata yang hitam, rambut acak-acakan dan tanpa busana. Sungguh Naima nampak seperti wanita yang tengah dipenuhi emosi dan frustasi.Semenjak Babas pergi dari rumahnya semalam, ia sungguh tak tak bisa menghubungi Bastian lagi. Bahkan Naima nyaris depresi karena kehilangan kontak tentang Babas. Ia merasa dunianya hancur.Kenapa Babas jadi nerubah seperti ini.? Bantinnya bertanya."Lihat saja Bas, istri sialan mu itu tak akan bisa hidup tenang." ucap Naima sembari tersenyum menakutkan.Naima kembali meraih botol yang berisi minuman berakohol itu. Selama di luar negeri, Ia sudah biasa menikmati dan meneguk minuman memabukkan terseb
Bersulaaaaang!!Teriakan tersebut terdengar memekakkan di dalam sebuah kedai minuman yang ada di tepi pantai. Kedai tersebut terletak di Sebuah resort yang menampilkan pemandangan laut yang bersih dan luas.Tempat mereka semua berlibur sengaja dipilihkan Raka di daerah pantai. Jadi jika penat, bisa berjalan-jalan melihat pemandangan laut. Apalagi matahari saat terbenam."Kalian tahu? Radit itu sangat payah.." ucap Leoni salah seorang rekan tim Ara.Radit itu pacar baru Leoni. Ia mengatakan itu tentang kekasihnya karena Radit sangat culun dan tak bisa apa-apa."Kalau payah kenapa kau pacari?" tanya Ara yang langsung meneguk minumannya.Oh iya, jangan kalian berpikir jika mereka semua mengkonsumsi alkohol. Tidak sama sekali.Jika berkumpul bersama, mereka semua menghindari yang namanya alkohol, berbeda jika mereka sendirian.&n
Ara menatap Babas yang sudah diam sejak dua menit yang lalu. Setelah Babas meminta untuk mereka bicara, mereka duduk di ruang TV dengan posisi duduk yang dipisah oleh meja.Ara memutar matanya jengah. Suara Naima masih setia berteriak di luar dan wanita gila itu selalu menggedor-gedor pintu sejak tadi.Ingin rasanya ia mematahkan lengan Naima dan menyumpalkan ke mulut Naima agar Naima mau diam dan tak berisik serta membuat kegaduhan."Urus dulu kekasihmu.." perintah Ara dingin."Aku tak ada urusan dengannya sekarang, aku ada urusan denganmu..." ucap Babas tenang."Tapi kekasihmu berisik. Jangan sampai aku mematahkan lengannya..""Lakukan saja jika kau ingin." jawab Babas dengan wajah serius.Ara berdiri dari duduknya dan langsung berjalan menuju pintu depan. Sedangkan Babas hanya melihat gerak gerik Ara dari belakang.
Nyaman.Ara merasakan rasa nyaman yang teramat nyaman saat ini.Ia seperti berada dalam bedongan. Terasa hangat, nyaman dan aman.
"Buang di dalam Hen. Buang di dalam. Aku ingin hamil.."Suara lenguhan dan permohonan itu keluar dari bibir Naima. Sudah nyaris satu jam ia dan Herdra bercinta dan ini saatnya Hendra melepaskan cairannya dan gilanya, Naima meminta cairan itu untuk dibuang di dalam.
Ara melirik jam di tangannya. Tiga menit lagi akan menandakan tepat pukul dua belas siang.Matahari yang terlihat kelabu saat ini tak seirama dengan suhu udara yang panas. Entahlah. Entah karena dirinya yang baru saja berjalan jauh, atau karena bumi yang tak sehat lagi karena pemanasan global yang ekstrim.
Ara berlari cepat saat telinganya mendengar suara gedoran pintu yang sangat kuat. Dalam larinya, ia merutuk kenapa kamar utama ada di lantai atas. Apa salahnya berada di bawah saja.Jika berada di bawah, ia tak akan susah-susah keluar dari kamar dan berlari turun ke bawah.Ia akan memarahi Babas
kaget? Janttungan?seperti itulah keadaannya. kalian pikir siapa yang tak akan terkejut saat kau mendengar suamimu akan mengizinkan seorang wanita tinggal bersama di rumahmu. apalagi wanita itu kini tengah hamil anak suamimu.ya walaupun belum tahu juga jika yang dikandungnya itu anak suamimu atau bukan. yang jelas itu sungguh mengganggu.
Babas baru saja sampai di rumahnya. Ia mengusap kepala belakangnya yang tak gatal. Hari ini ia baru saja selesai rapat besar dengan karyawannya setelah seminggu yang lalu ia meresmikan perusahaannya.Perusahaan yang Babas kejar yaitu bermain di bidang perhotelan dan pariwisata. Karena itu rapat hari ini begitu sangat panjang karena seminggu lagi akan libur anak sekolah.Ia dan Timnya sedang menentukan konsep terbaik untuk mereka tampilkan pada liburan kali ini."Sayang.." teriak Bastian saat menemukan rumah sangat sepi.Babas melangkah semakin masuk ke dalam, dan kembali berteriak memanggil Ara. Namun lagi-lagi tak ada jawaban dari istrinya itu."Kemana Ara?" gumamnya. Ia melirik jam yang melingkar di tangannya, "Jam sembilan malam.." lanjutnya bergumam.Babas merasa tak nyaman dengan suasana seperti ini. Biasanya jika ia pulang bekerja, Ara akan senantiasa menyambutnya. M
Aku menatap langit pagi ini. Tak terlalu cerah memang, namun cukup sejuk. Tak dingin seperti pagi-pagiku sebelumnya.Setelah hubunganku dan Babas membaik dan sekarang aku tengah hamil delapan bulan dan tinggal satu bulan lagi, aku akan melahirkan anak pertamaku.Tahukah kalian, Babas semakin romantis padaku. Ia bahkan tak mau meninggalkanku sedetikpun. Pria itu kesulitan jika berjauhan denganku.Sepertinya Bastian cinta mati padaku..hahahah.Lucu bukan?Dulu aku dibuat seperti gadis bodoh di mata pria itu, sekarang justru dia yang terlihat bodoh.Ah?Kau berdosa Ara karena sudah mengatai suamimu bodoh.Tapi memang dia bodoh. Aku bisa apa? Kebodohan yang hakiki.Aku mengusap lenganku yang diterpa dinginnya angin. Mungkin karena akhir-akhir ini selalu musim hujan, jadilah cuaca turun drastis.Hidungku pun terasa sangat dingin. aku kembali melangkah masuk ke dalam rumah dengan sangat penuh kehati-hatian.
pernah dengar istilah benci jadi cinta? mungkin ini istilah lama yang mungkin sudah mulai bosan di dengar. namun itulah kenyataannya. faktanya ucapanan tersebut bukanlah hanya ucapan belaka. karena memang banyak yang mengalami kondisi seperti ini. diawali dari permusuhan, lambat laun akan berubah menjadi cinta.cukup menggelikan bukan?begitulah kisah yang Ara rasakan. namun mungkin bagi Ara, hidupnya cukup tragis. karena ia sempat merasakan kisah cintanya dihinggapi pelakor. banyak lika liku rumit yang akhirnya membawanya pada kisah cinta yang sebenarnya.pertemuannya dengan Bastian yang tak biasa sampai alasan mereka menikah juga bukan karena hal yang baik. tapi semuanya mampu terlewatkan walaupun air mata yang menguasai hari-hari Ara, namun ia mampu melewati semuanya sampai akhirnya ia menjemput kebahagiaan.seperti hari ini. setelah penantian panjang yang hampir memasuki bulan ke lima semenjak ia mem
Hai semua.. maaf tiga hari ini aku tak Update. sebagai gantinya aku akan triple Up hari ini. dan Up keduanya nanti pukul tujuh malam ya.. sedangkan Up ketiganya aku usahakan sebelum jam sebelas malam.dan mungkin cerita ini akan selesai hari ini. dan besok akan Update extra part dan lanjutan cerita "Devil Bodyguard"selamat membaca..^^******Hijau, sejuk dan nyaman.Itulah yang kini Ara rasakan. Bagaimana tidak, di depannya sekarang terbentang puluhan hektar bahkan ratusan hektar kebun teh. Aroma daun teh membuat tubuhnya rileks.Ia membentangkan tangannya lalu memejamkan mata. Meraskaan sejuknya angin yang menerpa kulit wajahnya. Wanginya aroma teh yang sedang diproduksi oleh pabrik teh.Pabrik tersebut berada cukup jauh dari posisi Ara berdiri, hanya saja hembusan angin yang mengarah padanya ikut serta membawa terbang aroma wangi dari daun teh kering tersebut.Ara membuk
Sesuai janji, aku double Up ya.. HeheheSelamat membaca.. ^^******Ara masih tertunduk. Matanya terasa panas. Ia ingin sekali menangis namun sebisa mungkin ia tahan."Ra.. Tatap aku.." pinta Bastian. Kali ini Bastian mulai pasrah.Bastian hendak berdiri namun suara isakan menghentikan niatnya.Ia melirik Ara. Walaupun masih tertunduk, ia bisa dengan mudah melihat air mata yang mengalir di pipi Ara.Bastian langsung mendekati Ara dan menangkup pipi istrinya itu lalu menengadahkannya membuat Ara mau tak mau harus melihat Babas."Hey, sayang. Kamu kenapa?" Bastian cemas. Isak Ara semakin kencang. Namun tangisnya masih ia tahan."Ara? Ya Tuhan, jangan begini. Aku nggak maksa kamu buat sayang sama aku. Aku nggak maksa kamu buat nerima aku kembali. Kalau kamu mau kita pisah dan itu bisa bikin kamu
Ara merasakan sakit di perutnya. Dan ia tahu apa arti dari sakit perut tersebut. Ia segera berlari ke kamar mandi dan benar tebakannya, ia melihat setetes darah yang membasahi celana dalamnya.Ara menatap darah itu lama. Dalam benaknya kini terlintas, jika ia datang bulan dan darah ini sebagai pertanda hari pertama, itu artinya sperma yang Bastian buang di dalam rahimnya tak membuahi sama sekali.Tes...Ara meneteskan air mata. Entah ini air mata senang atau air mata kesedihan. Ia tak tahu kenapa ia menitikkan air mata.Ara menghapus air mata tersebut lalu melepas celana dalamnya yang terkena darah. Ia membuka lemari rak yang ada di kamar mandi lalu mengeluarkan pembalut yang ia sediakan di sana.Haaahhh.Ara menghembuskan nafasnya kasar. Entah kenapa ia mendadak sedih. Kembali mengingat darah tadi membuat suasana hatinya langsung memburuk.
Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam. Ara memasukkan motor maticnya ke dalam garasi mobil. Ia meletakkan dengan hati-hati takut akan menggores mobil Bastian yang mungkin harganya sangat mahal.Ara melirik mobil yang asing baginya yang terparkir di depan rumahnya."Ini mencurigakan.." gumamnya.Namun Ara mencoba tak peduli. Ia melangkah masuk ke dalam. Namun saat ia menutup pintu masuk dan berbalik arah, Ara langsung dikagetkan dengan keberadaan Riani ada di rumahnya, tepatnya wanita itu di sini bersama Tian."Ra.." panggil Riani yang tadi langsung berdiri dari duduknya dan berjalan mendekati Ara."Hai.." sapa Ara namun tatapan wajah Ara terlihat tanpa ekspresi. Datar dan tak sem
Babas baru saja turun dari kamarnya. Ia masih mengenakan baju tidur saat turun ke bawah mencari Ara. Ia tak menemukan keberadaan istrinya itu di sampingnya.Babas berjalan menuju dapur, dan ia tak menemukan siapa pun di sana. Babas kembali mencari istrinya itu menuju kolam berenang dan di sana, ia melihat Ara tengah duduk di tepian kolam sambil merendamkan kaki di air kolam berenang tersebut.Sudah hampir dua jam wanita itu duduk di sana."Sayang?" panggil Babas membuat Ara seketika melirik ke arah kirinya.Ia tersenyum tipis lalu kembali fokus pada air kolam yang sedari tadi ia mainkan."Kamu ngapain di sini?" tanya Babas yang ikutan duduk di sebelah Ara."Nggak perlu aku jawab, kamu juga sudah tahu.." jawaban Ara terdengar dingin di telinga Babas membuat pria itu kembali kesal."Mulai lagi? Ingin kita bertengkar lagi?"Ara menatap Babas tanpa ekspresi, "Apa aku terlihat seperti seseorang yang mencari masalah?""Ara!" B
Ara termenung di kursi santai yang ada di tepian kolam berenang rumahnya dan Babas. Hatinya masih berduka. Usahanya terasa sia-sia.Ia merasakan remuk yang teramat remuk. Tiga hari yang lalu, saat ia begitu semangatnya berjuang untuk bayi yang Naima lahirkan, tapi semuanya terasa hampa saat ini.#tiga hari yang lalu"Saya bisa carikan donor ASI nya dok..."Ara begitu yakin bisa mendapatkannya. Ia menatap Babas membuat Babas bingung."Antarkan aku ke rumah Riani. Dia punya baby kan? Kita bisa minta bantuan Riani."Mendengar nama Riani disebut, Membuat Babas sedikit ragu."Sayang, Ri