Home / Fantasi / I Can See You / 113. Pierre Krunick

Share

113. Pierre Krunick

Author: Dwi Sartika Juni
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Tentu saja Sia tidak bersedia. Dengan senyum sewajarnya, Sia menolak dan meminta pada pelayan itu untuk meyampaikan maaf darinya kepada si pria yang berniat sesuatu pada dirinya.

“Maaf sekali, aku sudah ada janji dan akan pergi sekarang.” Cepat beranjak tanpa berniat melihat ke arah mana pun di dalam kafe, Sia melangkah bersama tas belanjaannya.

Perasaannya tidak nyaman. Ini di negara asing, tanpa teman, tanpa orang dikenal. Sia merasa sendirian, dia tahu itu tidak akan aman untuknya.

Pria dari meja 9A mengikuti Sia keluar diiringi tatapan dari kedua mata Rigel. Tapi karena Pedrick Cullen terus menunjukkan bahwa dia akan beraksi, Rigel segera mengabaikan Sia.

Sia mulai kembali memusatkan perhatiannya pada tujuan penting dia ke sini. Tugas pertamanya akan gagal total jika dia tidak pintar memanfaatkan peluang dan waktunya dengan baik.

Memasuki sebuah toko yang menjual kacamata, Sia harus membeli dua pieces warna bingkai berbeda untuk seo

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • I Can See You    114. Becky dan Kutukan

    Sebelum sempat Rigel menjawab, Sia sudah maju untuk membungkam tawa Pierre dengan tamparan darinya. Setengah dirinya memang sedang dikuasai Minerva, terkadang.“Tutup mulutmu, bajingan!” Sia mendesis geram. Wajah tampan menyebalkan, untuk apa semua itu?Pierre tidak merasakan sakit, ingat, dia Iblis. Tapi harga dirinya terusik. Dengan geram dia mencekik Sia dan mengangakat tubuh wanita itu tinggi-tinggi di atas kepalanya, di udara.Rigel mendekat, meninju dada Pierre dan tangannya terlepas dari leher Sia. Pukulan dengan tenaga dalam yang dimanfaatkan Rigel sekuat tenaga.Tubuh Sia terjatuh ke tanah dengan bunyi keras. Rigel bahkan tidak menangkap tubuh Sia hingga wanita itu mengaduh kesakitan dengan suara pelan dibelakangnya.“Mau dilanjutkan?” tanya Rigel, dengan senyum sinis. Jiwa bertarungnya juga sama terusiknya dengan Pierre.Suasana mulai gaduh. Beberapa orang memotret, bahkan sejak tubuh Sia diangkat tinggi-tin

  • I Can See You    115. Tempat Gelap

    Rigel menyusuri jalanan menuju Eastwood Lighthouse dengan berjalan kaki. Memtuskan untuk menunggu di sini lebih dulu, karena pada akhirnya Pedrick Cullen tetap akan berakhir di tempat ini, sesuai takdir.Pierre tetap tidak bisa turut campur meski dia turun ke bumi untuk mengacau. Yang dia butuhkan raga, dan memusnahkan jiwa Pedrick sebelum sempat dibawa oleh Rigel.Jadi si Iblis itu juga pasti menantikan saat-saat ini segera terjadi tanpa kendala.Bersandar di pagar tembok tinggi tua yang terlihat mulai ditumbuhi lumut, Rigel tidak peduli dan lebih memilih untuk meneliti mercusuar dengan matanya.Sementara itu, Sia tengah berlari di sepanjang trotoar untuk menyusul Becky. Hatinya berulang kali berteriak memperingati, “Jangan ikut campur, Sia. Pergi makan, isi perutmu.”Sia semakin mengabaikan itu. Tidak peduli apa keinginan Minerva yang menentang kemauan kerasnya.“Jangan ikut campur. Sekarang ini, hidup ini milikku. Kau di

  • I Can See You    116. Manusia Bisa Jauh Lebih Keji

    Merasakan dingin lebih dari sebelumnya, Sia memeluk dirinya sendiri tanpa mempedulikan Pierre di sisinya yang tengah tersenyum menatapnya.“Pakai ini,” katanya sembari melepas mantel hitam dari tubuhnya, menutup kedua pundak Sia kemudian.“Tidak usah—”“Meski aku Iblis, bukan berarti aku tidak bisa berbuat baik.”Sia mencibir Pierre di dalam hatinya, tapi tidak mengatakan apa pun dan memilih menerima mantelnya. Sungguh, udara malam di pantai benar-benar membuatnya hampir mati beku.“Sekarang, bisakah kita berpisah sebentar?” Pierre tersenyum, begitu lembut. Ini bentuk merayu untuk manusia keras hati dan pendirian seperti Sia.Dengan sekali anggukkan Sia menjawab. “Pergilah. Aku juga tidak akan menunggumu di sini.”Pierre menyembunyikan kekesalannya. “Dasar wanita sombong.” Dia bergumam, dan jangan harap Sia mendengarnya.Pierre berjalan menuju jalanan

  • I Can See You    117. Iblis Yang Memiliki Nurani

    Suara keras Becky mengejutkan Sia. Wanita itu menatap bingung pada keduanya yang kini saling berhadapan dalam pandangan membenci satu sama lain.“Aku tidak bersandiwara, sungguh.” Pedrick benar-benar kehabisan akal, dia mendekat untuk memeluk Becky, tapi wanita itu menendang tepat di tulang kering kaki kanannya.“Jangan berpura-pura lagi, Pedrick Cullen. Aku tahu maksud dan tujuanmu.” Becky sudah berbalik, dia ingin pulang. Memeluk, dan meminta maaf pada Adik serta Ibunya karena telah memiliki keinginan untuk bunuh diri.Apa jadinya sang Adik yang masih kecil itu dia tinggalkan begitu saja bersama Ibunya yang lumpuh? Membayangkannya saja sudah membuat hatinya hancur, remuk redam.Sia menjerit memberitahu bahwa Pedrick dari arah belakang berniat buruk pada Becky. Sayangnya, peringatan itu tidak berguna, Sia transparan. Lagipula, Becky sudah lebih dulu dicekik oleh Pedrick.Menjerit tanpa suara yang bisa keluar, Becky ny

  • I Can See You    118. Mengusik dan Terusik

    Rigel menatap tajam pada roh Pedrick Cullen yang tidak mau beranjak dari sana.“Cepat bangun dan ikut aku,” perintah Rigel pelan. Dia melihat Becky sudah berjalan sejauh lima belas meter dari tempat mereka saat ini.Wanita itu tertatih, menangis tiada henti. Dia butuh banyak bantuan untuk memulihkan fisik dan mentalnya setelah ini.“Harusnya aku tidak mati—”“Tutup mulutmu dan ikuti saja perintahku. Dosa-dosamu sudah terlalu banyak. Jangan harap kau bisa lari.” Rigel menghadang roh Pedrick yang bersiap melesat pergi dari pengawasan Rigel.“Harusnya wanita itu yang mati. Kenapa harus aku?”Rigel menghela napas berat. Dia sudah menunggu sejak tadi untuk melihat aksi si manusia bajingan ini, dan sekarang harus mendengar drama setelah kematiannya? Yang benar saja!“Sudah takdirmu. Terima saja. Kau akan mempertanggungjawabkan kesalahanmu. Itu sudah kewajibanmu. Berani melakukan, i

  • I Can See You    119. Aura Hortensia Dikova

    Vanth menutup kedua telinga menggunakan earphone yang dibawanya dari bumi. Jika sudah berada di negeri atas awan, maka telinga dan apa pun anggota tubuh lain miliknya pasti akan setajam posisinya sebagai seorang Pemimpin.Dia tahu, bukan salah siapa pun. Rigel mencintai Sia mengalahkan hal apa pun yang menjadi obsesinya selama hidup abadi. Vanth menyadari keduanya kini tengah bercinta dengan erangan dan rintihan yang mampu tertangkap telinganya, dan berputar-putar di benaknya.Dia tidak akan cemburu. Wanitanya memang bisa kembali bereinkarnasi dengan baik berkat Rigel, jadi dia tidak akan protes, mengeluh, apalagi cemburu. Tidak, itu tidak perlu.“Aku pernah menggunakan ini saat malamku selalu dihantui mimpi buruk,” kata seorang wanita cantik berambut keperakan yang helaian lembut tiap rambutnya melewati punggungnya. Rambut panjang yang mempesona.Vanth tahu sejak lama, bahwa sesama makhluk negeri atas awan yang memiliki kesetaraan kekuatan, a

  • I Can See You    120. Perjanjian Dengan Darah

    “Aku tahu,” jawab Aura begitu cepat, tanpa pikir panjang. Itu karena dia mengerti. Tahu siapa wanita yang tidak tergantikan di hati sang Pemimpin negeri atas awan. Wanita itu, Minerva.Saat Aura dibawa untuk pertama kalinya ke sini, ke negeri atas awan, oleh Tranmier, pria tua itu menjelaskan semua hal terkait dengan negeri yang akan ditinggali Aura, hingga pada kehidupan pribadi sang Pemimpin saat ini.Secara langsung, Aura belum pernah bertamu Minerva. Tapi dia tahu, wanita itu sangat biasa, namun luar biasa tangguh dan dicintai semua penduduk negeri atas awan. Sekilas, tidak tampak seorang Minerva pantas mendampingi Ares Vanth Dier.“Itu artinya kau mengerti?” Vanth memastikan. Tidak ingin bertindak gegabah. Dia memang sedang berhasrat, tapi tidak ingin menjadi tolol dengan mengambil sikap sembarangan.“Aku mengerti. Apa kau butuh bukti?” Aura paham, karena dia juga tidak ingin gegabah.“Jika ada, apa ya

  • I Can See You    121. Dia Yang Selalu Mengingat Janji

    Sia tiba di rumah bersama Rigel yang bahkan tidak diizinkan menjauh darinya walau sekejap. Rigel memang terbiasa dengan sikap agresif Sia sejak mereka bertemu di kafe pinggir pantai milik teman Yoan waktu itu. Tapi rasanya ini sedikit lebih aneh.Rigel berusaha untuk tidak memikirkan kemungkinan itu, karena selama ini, setelah sekian lamanya mereka bercinta dari waktu ke waktu, tidak ada hasil yang terlihat di tubuh Sia.“Di mana Ares?” tanya Rigel. Dia mencari jejak Vanth disekeliling kamar Sia. Namun tidak ada, selain bantal yang terasa bukan hawa dari seorang wanita. Seketika wajah Rigel berubah masam. “Bisakah kupindahkan bantal ini?”“Silakan,” jawab Sia sambil memijat keningnya. Dia berbaring dengan perasaan mual yang masih menghantui ujung tenggorokannya.Selesai melempar bantal yang ternyata memang memiliki aroma Vanth itu ke sofa seberang ranjang, Rigel kembali ke sisi Sia dalam posisi duduk. “Biar kupija

Latest chapter

  • I Can See You    136. Satu Sama

    Ratu Nimfa. Wanita culas yang tidak menginginkan siapa pun berada didekat Penguasa langit selain dirinya. Janji Vanth untuk mencabut nyawa wanita itu benar-benar diwujudkan, meski akhirnya Penguasa langit melindungi Ratu Nimfa demi dirinya dan kerajaan yang mereka bangun bersama.Minerva tidak menyangka bahwa Vanth mengikutinya ke dunia langit, mengumpulkan banyak tenaga demi bisa menghunuskan belati ke dada kiri Minerva.“Pergilah. Mulai hari ini, kau bukan Putriku. Dan tidak akan ada bahagia yang kau dapatkan setelah berani melakukan banyak hal buruk pada kami. Satu hal yang harus kau ingat, apa pun yang terjadi padamu dan Putra-Putrimu, itu tidak akan ada lagi hubungannya denganku.” Penguasa Langit berbalik, membawa tubuh Ratu Nimfa yang sekarat, tapi wanita itu tidak akan mati. Sekali lagi, mereka bukan manusia. Hidup abadi adalah salah satu hal paling membosankan yang tidak bisa mereka banggakan.“Kau tidak menyesalinya?” Vanth terba

  • I Can See You    135. Aakesh dan Terentia

    “Dia bukan cinta lamaku,” protes Vanth. Kenyataannya memang begitu.“Ya, aku percaya itu.” Yemima mencibir. Menyeringai dibalik punggung Rigel.“Susul Hortensia. Dia mungkin tidak bisa berada di satu ruangan yang sama dengan Sia.” Vanth menatap Rigel yang mulai menggerakkan tangannya.“Yeah, dua wanitamu bersatu.”“Diam dan pergilah.” Vanth dibuat kesal setiap waktu oleh Yemima, meski dia membutuhkan rekan seperti wanita itu di sisinya.Yemima pergi sembari menyeringai, dia tahu Vanth hanya mencintai Minerva, tapi terjebak birahi dengan Aura. Dan dirinya sendiri tidak pernah peduli untuk jatuh cinta, apalagi berkembang biak.*****Sia memperhatikan dua wajah yang terbaring di kiri dan kanannya. Vanth memang baru saja memejamkan kedua matanya, pria itu lelah pastinya. Sementara Rigel sudah terbaring tidur lebih dulu sebelum dirinya merangkak ke sisi

  • I Can See You    134. Anak Panah Beracun

    Rigel pernah punya kenangan di rumah ini. Rumah pertama kali dia dipertemukan kembali dengan Sia, dan rumah yang menjadi tempatnya menghabiskan waktu bersama Yoan Bailey.Beruntung dia tidak pernah membiarkanYoan menjual rumah ini. Walau tampak tidak berpenghuni, tapi Rigel ingat, Yoan mempekerjakan sepasang suami istri untuk menjaga dan merawat rumah ini, serta menyantuni mereka setiap bulan.Mereka disambut, benar, sepasang suami istri yang ramah. Rigel tidak mengenal mereka. Yoan yang selalu mengurus hal yang sering kali tidak dia ketahui.“Jadi selama ini siapa yang membayar gaji kalian?” Rigel bicara tanpa basa-basi, setelah tadi dia mengantarkan Sia masuk ke kamar, agar wanita itu bisa beristirahat.“Tuan Vanth Dier.”Ah, seketika Rigel tidak lagi curiga. Ares Vanth Dier memang selalu bisa diandalkan.*****Vanth menginjak kepala penyerang terakhir, yang lebih tepat disebut pem

  • I Can See You    133. Menjauh

    Selama sepekan, Vanth dan Rigel terus ada di sisi Sia dengan bergantian berjaga, bahkan mereka tidur di ranjang bersama, bertiga.Malam itu, Sia merasa gerah. Dia meminta Rigel melepas pakaiannya dan menggantinya dengan gaun tidur tipis. Saat dengan hati-hati Rigel melakukannya, Vanth sedang berada di dapur bersama Aura, dan Yemima yang baru saja pergi keluar rumah karena bosan.Dua wanita itu sudah diminta pulang ke negeri atas awan, tapi mereka bersikeras tinggal dengan alasan ingin berjaga-jaga jika kemungkinan buruk yang bisa datang dari luar rumah.“Dia akan baik-baik saja, bukan?” Suara halus Aura, terdengar di dapur Sia yang tidak luas, juga tidak sempit.Sejak tadi, Vanth lebih banyak diam. Aura tahu, itu bukan pertanda yang baik.“Pasti.” Hanya itu jawaban Vanth.“Aku merindukanmu,” ucap Aura dengan sadar posisi, tempat, dan waktu saat dia mengakuinya.“Lalu, apa yang kau inginkan?&rd

  • I Can See You    132. Berangsur Membaik

    Sia melihat perseteruan di depan matanya. Berkali-kali dia memutar tubuh ke kiri dan kanan hanya untuk memastikan keberadaannya.Mimpi dan penglihatan itu lagi. Anehnya kali ini, ada pihak lain yang tampak tidak terima dan menyulitkan Rigel.Sia ingin mendekat, tapi rasa kram di perutnya menahan dia untuk melakukan itu. Dia hanya bisa berada di jarak lima meter untuk memandangi mereka, dan terasa aman bagi kondisi perutnya.Saat umpatan wanita histeris itu mengudara, saat itulah Sia bisa melihat cahaya putih sangat menyilaukan, menghantam mereka.Rigel terpental, lalu menghilang di udara yang membuat tubuhnya sempat mengambang. Begitu juga dengan dua lainnya yang sudah hilang tidak berjejak apa pun.Sia tersedot dari sana dan terlempar untuk membuka kedua matanya kembali. Sensasi seolah ini perjalanan waktu.Terengah, Sia membulatkan sepasang matanya dalam kengerian teramat sangat.“Kau bermimpi buruk lagi?” Yemima hadir d

  • I Can See You    131. Bawa Aku!

    Waktu penjemputan. Rigel harus segera bersiap. Dia melihat Aura Hortensia Dikova yang berdiri di ambang pintu saat dia keluar untuk membuka dan melihat dengan perasaan tidak menentu di sana.“Kau?”“Bukan hanya dia, tapi juga aku.” Yemima Zvon Yolanthe bahkan ikut muncul dibalik punggung Aura.Rigel mengernyit. Dia tahu siapa wanita ini, bahkan keduanya. “Seharusnya kau datang untuk menjaga Sia.”“Yap. Tapi Ratu Nimfa sudah membebaskan aku. Dia memberikan pilihan padaku. Membantunya atau mantan rekanku. Jelas bukan, aku memilih siapa. Aku di sini sekarang.”Mendengus, Rigel meninggalkan pintu, mendekat ke arah kamar Sia. “Kupikir Ratu pendamping Penguasa langit itu tidak akan pernah mudah melepas sanderanya.”“Aku bukan sandera mereka. Aku hanya melakukan kesalahan kecil hingga harus menjalani hukuman.”Aura melangkah maju hingga berada di antara mereka. “Ba

  • I Can See You    130. Cadee

    Austin ingin tertawa mendengarnya. Ini kesalahpahaman yang bahkan tidak pernah terjadi padanya dan Disi. Kenapa bisa Irene berpikir terlalu jauh seperti itu? “Aku punya kesibukan yang lain beberapa waktu lalu hingga ketika tiba di rumah, aku lebih mengutamakan bayi Cassie karena dia jarang sekali bisa bertemu denganku. Denganmu, aku bisa melihatmu selalu. Kita tidur bersama sepanjang malam. Jadi kupikir, aku tidak ingin kehilangan momenku sebagai seorang Ayah bersamanya. Dan ... aku memikirkan ini lebih jauh Irene. Ketika kita bercinta, aku selalu lepas kendali. Kekuatanku menindih tubuhmu bisa mematahkan ranjang. Kau sedang hamil, dan aku tidak ingin lepas kendali yang bisa berakhir dengan menyakitimu dan bayinya. Apa hal itu justru menyakiti hatimu?” Austin mengangkat dagu Irene agar berani menatapnya. “Tidak. Kau tidak pernah menyakitiku. Justru aku takut diriku bisa membuatmu terluka dan kecewa.” Irene meraih tangan Austin, menggenggamnya sesaat,

  • I Can See You    129. Ibu Yang Pantas

    Rigel mengangkat tubuh Sia ke tempat tidur. Wanita itu kembali pingsan untuk kesekian kalinya.“Temani dia. Aku harus kembali sebentar ke negeri atas awan.” Vanth sudah bergerak untuk pergi.“Aku tidak bisa meninggalkan Sia seorang diri saat akan melakukan penjemputan.”“Aku tahu.” Vanth mengusap kusen, merapalkan mantra di sana. “Jika aku terlambat kembali, seorang teman akan datang menemani Sia.”“Harus seseorang yang tahu tentang kondisi kehamilannya.” Rigel memperingatkan. Seorang manusia normal pasti akan panik saat menghadapi situasi kesakitan Sia, dan pasti memilih untuk membawanya ke Rumah Sakit.“Ya. Dia temanku, bukan teman Sia. Jadi sudah pasti dia paham akan kondisinya.” Setelah bicara, Vanth pergi. Ada rasa sedih yang disimpannya rapat-rapat di dalam hati, dia harus kembali karena ada beberapa tugasnya sebagai Pemimpin yang belum selesai.Rigel melihat wajah

  • I Can See You    128. Ayah dan Ayah

    Tersadar dari pingsannya, Sia mengalami sesak napas.“Sayang, cobalah bernapas dengan perlahan.” Vanth yang tidak tidur sama sekali dan terus terjaga saat Sia terlelap, tetap tenang walau ada gelisah yang menghantuinya.Sia coba mengikuti saran Vanth, tapi tetap tidak membuahkan hasil apa pun. Sia terus kesulitan bernapas dan Vanth segera membawanya ke Rumah Sakit.“Selain kesulitan bernapas, tubuhnya juga kehilangan cairan cukup banyak. Dan ...” Dokter wanita itu melepas kacamatanya, mencubit pangkal hidungnya, dan bingung harus bagaimana menyampaikannya, “maaf, Tuan.Seperti ada parasit yang coba menyerap darah dan mengganggu kinerja organ tubuh lainnya. Parasit yang sampai saat ini belum bisa kami temukan berada di bagian tubuh mana di dalam tubuh istri Anda. Jujur saja, ini aneh. Seperti di luar akal sehat kami, para Dokter. Bukan tidak mungkin, tapi—”“Aku mengerti.” Vanth menarik diri, per

DMCA.com Protection Status