Elora duduk di antara pertarungan bagaikan tengah menyaksikan sebuah pertunjukkan yang penuh dengan warna merah dan lolongan. Caspian mencabik dan menghabisi mereka semua tanpa ampun, hingga tak ada yang tersisa. Sekeliling Elora berubah menjadi lautan darah dan potongan tubuh-tubuh manusia serigala.
Setelah Caspian menghabisi mereka semua tanpa terkecuali, dia berdiri di tengah-tengah area pertarungan itu, napasnya naik turun dan cairan kental menetes-netes dari cakarnya. Caspian menoleh mencari Elora dan dia mengubah dirinya menjadi manusia saat berjalan mendekati Elora.
Caspian tidak mengatakan apapun, hanya sepasang matanya yang berbicara, menyampaikan apa yang kini dia rasakan. Elora tahu Caspian tengah berpikir seribu kali untuk sekadar menyentuhnya. Dan jujur saja saat ini ketakutan menguasai Elora, ia tak bisa menerima sentuhan dari lelaki manapun. Traumanya kembali bangkit.
“Kau … apa kau bisa berjalan?” tanya Caspian, hati-hati. Elor
“Apa yang akan aku katakan mungkin terdengar mengerikan untukmu, tapi aku harus mengatakannya, El. Supaya kau tahu seperti apa situasimu sekarang.”Aiden datang ke kamar Elora beberapa jam setelah Elora berusaha keras untuk tertidur. Dia sudah mengganti bajunya dengan kemeja putih dan celana kain berwarna abu-abu. Tubuhnya bersih dari darah dan luka, seolah pertarungan mematikan tadi pagi tidak terjadi.Matahari sudah tinggi saat Elora memutuskan untuk bangun. Sinarnya menyorot ranting-ranting yang kering karena kehilangan dedaunan. Caspian kini duduk di samping Elora, setelah Elora mengatakan ia mengizinkan Caspian untuk mendekat. Tak seperti biasanya, kali ini Caspian nampak menahan diri untuk tidak sembarangan menyentuh Elora, dan Elora menghargai usahanya.“Seluruh manusia serigala di New Zealand, bahkan mungkin di belahan bumi yang lain, saat ini menginginkanmu. Mereka ingin memiliki keturunan darimu, demi mewarisi kekuatan Hëna.&rdqu
Elora pikir ia tak akan bisa bekerja di resort Aiden keesokan harinya karena trauma. Tetapi Elora merasa baik-baik saja. Lebih baik dari yang seharusnya bisa ia rasakan. Bahkan saat mereka makan bersama pagi ini, Caspian menatapnya heran dan melontarkan pertanyaan yang sama berulang kali soal apakah Elora benar-benar baik saja.“Kau libur dulu saja sehari. Tidak masalah kan? Kalau sampai mereka memecatmu karena kau izin, tidak apa-apa. aku bisa lebih dari mampu untuk membiayaimu dan memberikan semua yang kau inginkan.”“Jangan konyol. Aku tidak akan keluar dari pekerjaanku.”“Kapan kita akan menikah?”Elora tercengang mendengar pertanyaan Caspian sampai-sampai ia menyentakkan kepala ke belakang. Cincin yang melingkar di jari manisnya terasa berkali-kali lipat lebih berat karena Caspian menyinggung soal pernikahan. “Kenapa tiba-tiba kau menanyakan soal itu? Kau sadar kan kondisinya sekarang seperti apa? Apakah tepa
“Kau sadar kan apa yang baru saja kau katakan?” Javier mengerjap.Elora mengangguk, dan Javier mengamatinya tanpa bergerak sedikitpun. “Kau pikir aku bodoh?” desis Javier. “Kalau memang tak mau mengatakannya, silakan saja. Aku akan marah, itu pasti, tapi aku tak mungkin berlama-lama marah padamu. Jadi jangan mengatakan hal yang tidak masuk akal seperti itu.”Elora menarik napas sampai paru-parunya terasa sesak. Ia memang harus berubah agar Javier percaya. Elora mengecek keadaan di sekitar mereka sekali lagi, saat yakin semuanya aman, dia menurunkan satu tangannya ke bawah meja. “Lihat,” katanya pada Javier.“Lihat apa?” Javier terdengar kesal.“Tanganku.” Elora memberi isyarat dengan matanya agar Javier melongok ke bawah meja. Javier melakukannya. Elora masih berkonsenstrasi untuk mengubah tangannya. Sial. Kenapa lebih sulit dari yang seharusnya. Apa kejadian kemarin membuatnya kesuli
“Javier?” panggil Elora. Elora membuka pintu penumpang, mencari ke belakang mobil, tapi Javier tidak ada dimanapun. Elora menatap cemas ke arah Caspian. Dia baru saja keluar dari hutan di tepi jalan.“Tidak ada,” kata Caspian. Jantung Elora langsung berpacu dengan cepat.“Bukankah teritorimu dijaga? Apakah mungkin ada penyusup? Kenapa mereka mengincar Javier?”“Elora, tenang dulu. Kita belum tahu Javier ada di mana. Mungkin saja mobilnya bermasalah dan dia meninggalkannya di sini.”“Kalau begitu seharusnya kita berpapasan dengannya!” Elora mulai histeris. Caspian mencengkeram kedua lengan Elora. “El, tenanglah.”“Bagaimana aku bisa tenang sementara temanku entah di mana di dalam sarang serigala ini! Aku sudah berjanji padanya bahwa dia akan aman saat datang ke sini!”“Elora!” Suara Caspian menggelegar, dan Elora tersentak. Caspian belum pernah ber
Javier tergeletak di lantai di depan perapian yang padam. Di sekitarnya, ada tiga manusia serigala. Semuanya laki-laki. Orang yang menangkap Elora masih melingkarkan cakar di leher Elora, tangannya yang lain menahan kedua tangan Elora di belakang punggung.“Dia benar-benar datang sendirian,” kata manusia serigala yang menangkap Elora. Semua yang ada di situ terkekeh.“Bawa dia ke kamar, Brat,” kata salah seorang dari mereka.Brat, lelaki yang menangkap Elora, membawa Elora ke kamar dan melemparnya ke atas ranjang. Elora berusaha meronta tetapi Brat dengan cepat mengikat tangan dan kakinya ke ranjang dengan tali yang sudah disiapkan. Sekarang Elora berbaring telentang dengan tangan dan kaki terikat. Ia tak bisa bergerak dan mulutnya ditutup dengan plester. Elora hanya sanggup membelalak ngeri dan mengeluarkan lolongan yang tertahan di kerongkongan.“Aku ada ide,” ucap seseorang yang masuk ke kamar tak berapa lama setelah
“Tap—tapi … tapi—“ Elora menunjuk Javier, lalu manusia-manusia serigala yang tergeletak di sekitar mereka. “Kau itu apa?”“Sebaiknya kita pergi dulu dari sini. aku akan menjelaskannya begitu kita aman.”“Mereka sudah mati kan?”“Sudah. Tapi aku bisa merasakan ada lebih banyak lagi yang datang.”Setelah Javier mengatakan itu, kaca jendela kamar pecah saat seseorang menerobos masuk ke dalam. Orang itu langsung menerjang Javier dan mereka terlibat perkelahian sengit. Elora butuh waktu untuk menyadari kalau orang itu adalah Zed.“Zed! Hentikan! Dia temanku!” teriak Elora. Ia menarik kakinya sekuat tenaga agar ikatannya terlepas dari ranjang. Namun yang terjadi justru kayu ranjang itu ikut terlepas dari rangkaiannya. Elora bangkit dan menghampiri mereka berdua yang masih bergumul di lantai, saling mencakar dan memukul.Elora turun dan kesulitan ber
Elora tidak menyentuh makanannya sama sekali. Ia memperhatikan Javier yang menyantap makan malam dengan lahap seolah tidak ada kejadian mengerikan yang baru saja terjadi dalam hidup mereka. Seorang anggota kawanan memberi laporan kepada Caspian sesaat setelah Javier dan Zed kembali ke kastil. Dia mengatakan manusia-manusia serigala di pondok sudah dihabisi dan pengamanan di perbatasan wilayah telah diperketat.“Kalau aku jadi kau, aku tidak akan terlalu memercayai anggota kawananku,” ucap Javier, setelah anggota kawanan Caspian meninggalkan ruang makan. Sekarang hanya ada Elora, Javier, Caspian, dan Zed.“Apa mobilmu rusak? Bagaimana mereka bisa menculikmu?” tanya Elora.“Apa di antara anggota kawanan ini ada seorang wanita berambut merah sebahu yang mengenakan kacamata?” Javier balik bertanya sembari menatap satu per satu wajah yang ada di situ.Elora tersentak. “Kate? Ada apa dengannya?” Caspian dan Zed ta
Elora tahu tempat ini. Ia sudah mendatanginya ribuan kali melalui sepasang mata kecilnya dalam mimpi-mimpi malam tak berkesudahan. Itulah kenapa, ketika pertama kali ia muncul di sini saat telah dewasa, tempat ini terasa tak asing namun di saat bersamaan terasa samar. Padang rumput tanpa warna ini … Hëna selalu memanggilnya kemari. Membisikkan bahasa-bahasa yang hanya mereka berdua yang tahu.Sebagai bocah kecil, Elora mendekati Hëna tanpa perasaan apapun. Ia tidak takut, sedih, cemas, atau punya pemikiran negatif tentang sang dewi bulan di hadapannya. Satu kata yang selalu terlintas dalam pikiran Elora kecil adalah: cantik. Hëna sangat cantik. Dengan balutan warna perak, putih, dan cahaya seterang dan seanggun rembulan.Namun sekarang berbeda. Di mata Elora kini, Hëna seperti hantu. sepasang netranya menatap kosong pada Elora. Ekspresi wajahnya sedatar dan sehampa padang rumput di sekitar mereka. Hëna membuka mulutnya, mulut yang tipis
“Apa yang sudah aku lakukan?” tanya Archer. Ia tidak terdengar takut, malah cenderung penasaran.“Tak usah pura-pura bodoh. Kami mengawasi gerak-gerikmu di North Island, dan kami tahu kedatanganmu ke sini membawa sebuah misi.”Rahang Kate terkatup rapat. Seharusnya ia mendesak Archer agar mau mengatakan yang sebenarnya tadi, sehingga Kate tahu apa yang harus dilakukannya sekarang. Apakah Archer tengah menyelidiki sebuah kejahatan besar yang berkaitan dengan kawanan manusia serigala?Apa mereka termasuk dalam jaringan obat-obatan terlarang yang dulu diperdagangkan oleh Cooper?Terlalu banyak kemungkinan di dalam benak Kate, hingga membuat kepalanya sakit.“Aku tidak mengerti apa yang kalian katakan,” ucap Archer.Satu tembakan terdengar, disusul oleh suara sesuatu yang berat jatuh ke tanah.“Berani berboohong lagi, dan kali ini nyawa Alphamu akan melayang.”Kate mematung. Apa merek
Kate tak bisa menemukan Caspian dimanapun pagi ini. Dia tidak ada di ruang kerja, di kamar, di bagian manapun di kastil. Ia baru saja hendak menelepon Caspian, saat ponselnya berbunyi dan sebuah pesan masuk. Itu dari Caspian.Tolong berikan dokumen yang ada di atas meja kerjaku kepada Aiden. Kau harus memberikannya pagi ini juga.Kate mengangkat satu alis dan mengerenyit. Dokumen apa yang membuat Caspian memberi perintah yang begitu mendesak? Kate pun kembali ke ruang kerja Caspian dan mengambil sebuah amplop cokelat dari atas meja kerjanya. Sebuah amplop dengan tulisan RAHASIA berwarna merah.Karena hari masih pagi dan jarak yang ditempuh tidak begitu jauh, Kate memutuskan untuk berjalan kaki menuju ke tempat Aiden. Sesampainya di sana, bukannya bertemu dengan Aiden, Kate justru disambut oleh Archer di depan pintu masuk.“Aku mau bertemu Aiden.”“Ada apa?”Kate mengacungkan amplop cokelat ke hadapan Archer. “Ca
“Aku rasa aku bertemu jodohku.” Caspian melengkungkan sebelah alis mendengar kata-kata Kate. “Aku rasa?” ulang Caspian, sangsi. “Kalau kau masih ragu dan menggunakan kata ‘aku rasa’, kupikir dia bukan benar-benar jodohmu. Kau bisa langsung mengetahui jodohmu begitu kalian bertatapan mata. Seperti aku dan—“ Kate mengangkat satu tangan ke hadapan wajah Caspian, memintanya untuk berhenti. “Aku tahu.” Ia lalu menggaruk bagian belakang kepala yang tidak gatal. “Maksudku—yeah… dia jodohku.” “Tapi?” sahut Caspian. “Tapi … aku tidak tahu apakah dia merasakannya juga.” Caspian meletakkan buku yang tengah ia baca ke atas meja kerja. Dia sedang membaca jurnal peninggalan Alpha yang menyinggung soal keluarga leluhur Elora saat tiba-tiba Kate masuk ke ruang kerja dan mengatakan hal yang membuat Caspian mengernyit. “Begini saja,” kata Caspian sembari memijat pangkal hidung, “ceritakan padaku dari awal pertemuanmu dengannya.” Kate mengangkat bahu lal
Pesta tahunan manusia serigala.Menurut Amber ini adalah acara paling konyol yang diadakan oleh sekumpulan makhluk mitos terkuat di muka bumi. Sebagai keturunan langsung dari salah satu pimpinan kawanan manusia serigala terbesar di Inggris, sedari kecil ayah Amber sudah menanamkan pikiran bahwa pesta perjodohan membuat manusia serigala terlihat lemah. Romansa bukanlah hal yang cocok untuk kaum mereka.“Kau akan mengenakan pakaian seperti itu ke pesta?” Brittany menusuk Amber dengan tatapan khasnya yang sinis dan menyebalkan. “Lebih baik kau kembali ke Inggris sekarang juga dan katakan pada ibumu kalau aku tidak akan membantumu mencari pasangan.”“Kenapa aku harus punya pasangan?” protes Amber, yang lalu menoleh ke cermin panjang di sampingnya. Benda itu memantulkan sosok Amber yang pucat, dengan rambut merah keriting yang mencolok, serta sebuah sweater usang warna biru dan celana jins yang robek di bagian paha dan lutut. Oh, j
Elora bergeming saat pria yang hampir memasuki usia seratus tahun itu menjatuhkan cangkir teh dari tangannya. Itu wajar. Tidak akan ada orang yang tidak terkejut menyaksikan kehadiran tamu tak diundang di salah satu ruangan pribadi di rumah penuh penjagaan seperti ini. Lelaki ini pastilah hendak bersantai, mungkin sembari membaca buku favoritnya, menikmati masa pensiun di rumah megah yang dibangunnya dari kerja keras.“Selamat malam,” sapa Elora. Ia berusaha bersikap sopan, setidaknya mungkin itu bisa menebus kelancangannya karena sudah menerobos masuk ke rumah Alfonso. Ya, dia adalah pria kaya raya yang dulu pernah Elora kunjungi bersama Caspian dan Brittany. Secara teknis mereka belum pernah bertemu dan bercakap-cakap dengan layak, karena yang Elora temui waktu itu adalah manusia serigala yang menyamar menjadi Alfonso.Elora melepaskan diri dari dinding, setelah cukup lama bersandar di sana sembari menunggu kedatangan Alfonso.“Maaf karena ak
“Siapa kau?”“Kau tak punya hak untuk tahu.”Elora memastikan tali yang melilit seorang pria di hadapannya bersama dengan kursi yang didudukinya sudah kuat, sebelum Elora menyeret kursi pria itu melintasi ruang tamu, menuju ke luar.“Hei! Apa yang kau lakukan! Ke mana kau akan membawaku!” Pria itu berteriak, setengah marah setengah takut. “Lepaskan aku! Aku akan memberikan apapun yang kau inginkan! Lepaskan aku!”Awalnya Elora tak menanggapi teriakan itu, tetapi lama kelamaan ia merasa terganggu. Walapun tak ada orang lagi dalam jarak setidaknya satu kilometer dari tempat Elora berada sekarang, dan saat ini sudah lewat tengah malam, tetap saja Elora merasa gelisah, khawatir jika ada orang yang mendengar mereka. Bagaimanapun juga, pekerjaan seperti ini tidak pernah Elora lakukan sebelumnya.Hëna lah yang menuntunnya ke rumah ini, yang berada jauh di tengah hutan, tempat di mana nyaris mustahil ada
Suasana malam di bulan Maret membawa kenangan tersendiri pada Elora. Ia memandang jernihnya langit gelap dan terangnya rembulan dari balik pepohonan lebat di hutan utara South Island. Satu tahun hampir berlalu setelah Elora berada dalam pengasingan. Hidup berpindah-pindah seperti manusia zaman dahulu. Tanpa rumah. Tanpa keluarga. Tanpa harta.Untungnya Elora sudah terbiasa. Ya, ia sempat punya keluarga, dan mendapatkan perhatian penuh dari orang yang mencintainya bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilupakan. Namun, kesendirian sudah menjadi takdir hidup Elora.Sejauh ini Hëna belum pernah menampakkan wujudnya langsung. Dia hanya muncul dalam mimpi-mimpi, di tengah tidur Elora yang selalu gelisah. Dalam dunia di bawah alam sadar itu, Elora selalu berada di tempat yang sama. Padang rumput tanpa batas, dan wanita bercahaya itu bersuara dalam bahasa yang tidak pernah Elora dengar, tetapi ia mengerti artinya.Hëna memerintahkan Elora untuk hidup layaknya pen
Sepuluh tahun kemudian ….Caspian mematut diri di depan cermin panjang yang ada di kamarnya. Hari ini merupakan hari yang sangat penting dalam hidupnya. Hari yang ia tunggu-tunggu kedatangannya selama sepuluh tahun terakhir.Caspian sengaja membuka pintu kamar, karena ia tengah menunggu kedatangan seseorang. Saat Caspian sedang membetulkan posisi jas yang melekat di tubuhnya, pintu kamar menyentak terbuka dan seseorang berlari masuk sambil berteriak.“Paman!!”“Sudah ibu bilang, panggil dia Alpha!”Satu pukulan keras terdengar, dan suara anak kecil yang berteriak kesakitan menyusul setelahnya. Caspian mengernyit, ikut merasakan sakit di kepala anak lelaki itu. “Tidak apa-apa, Kate. Dia kan keponakanku.”“Kalau aku biarkan, dia akan bersikap seenaknya padamu, Cas!”“Mama menyebalkan!” teriak Cooper, lalu dia berlari pergi meninggalkan Caspian dan Kate.Caspian te
“Elora!”Caspian berteriak memanggilnya, tetapi Elora terus berlari. Mereka memporak-porandakan salju di bawah kaki mereka, menerobos ranting-ranting kering dan menantang udara yang menggigit kulit. Elora berada dalam wujud manusia serigala, dan dia berlari lebih cepat dari pada Caspian.Caspian terus mengejarnya, tetapi yang bisa ia lihat hanyalah punggung Elora yang semakin menjauh. Sampai mereka tiba di tepi sungai yang gelap dan nyaris membeku. Elora tiba-tiba berhenti, lalu berbalik. “Jangan mendekat!” pekiknya. Caspian berhenti beberapa meter dari Elora. Paru-parunya terasa nyeri, dan lukanya berdenyut seperti jantung kedua.“Elora.” Caspian mengucapkan nama Elora dengan hati-hati, seakan namanya begitu sakral dan mengandung sihir. Satu kata itu mampu menggambarkan betapa rindu dan putus asanya Caspian. Dia berjalan mendekat, mengubah dirinya menjadi manusia lagi. Seketika, hawa dingin menyerbu Caspian, memperparah kondi