Kembali ke ruangan dimana masih penuh dengan banyak orang dan dapat Billy lihat bagaimana ibu mertuanya menangis dalam pelukan suaminya, Leo berjalan kearah Billy dan langsung memukul dirinya tanpa persiapan.
“Sudah puas dengan semuanya?” menatap tajam Billy dengan badan Leo dipegang oleh seseorang dimana sepertinya Gerald “dari awal kami sudah menentang itu semua dan sekarang lihat ibumu yang gila melakukan ini semua.”
Billy hanya terdiam “bagaimana keadaannya?” menatap mereka semua seakan tidak peduli dengan perbuatan Leo.
Boy berjalan kearah Billy dan meminta dirinya serta Bima ikut serta, Billy hanya bisa diam mengikuti apa yang diminta Boy dalam diam. Billy seakan tidak memiliki tenaga untuk membalas apa pun karena saat ini dirinya hanya ingin bertemu dengan Zee dan menatap wajahnya.
“Bagaimana Boy?” suara Bima menyadarkannya.
“Dokter mengatakan racunnya bekerja dalam dan untung saja kita c
Dokter keluar tepat ketika mereka kembali dimana ingin berbicara dengan Boy, Billy ingin ikut serta namun ditahan Leo dengan memegang bahunya.“Biarkan Mas Boy melakukan apa yang dikatakan Zee dan jangan ikut campur.”“Aku suaminya kalau kamu lupa” menatap tajam Leo.Leo tersenyum sinis “sayangnya disaat seperti ini Zee tidak ingin kamu terlibat didalamnya jadi silakan urus ibumu yang sakit jiwa itu.”Billy ingin menghajar Leo saat mengatakan itu karena bagaimana bisa menghina ibunya meski apa yang dilakukan ibunya tidak baik sama sekali dan bisa membuat istrinya sampai seperti ini.“Kita buat laporan polisi.”Billy menatap tidak percaya atas apa yang Bima katakan “bagaimana bisa kalian melakukan ini pada ibu?”Endi memutar bola matanya malas “kalau kita mendengarkan dia yang ada bisa gila dan sepertinya kamu harus periksa kejiwaan karena semakin lama tidak jauh berbeda
Menatap ragu pada ponselnya saat ini dimana antara memilih Tyas atau menunggu Zee, dimana Tyas mengatakan jika berada di aparment miliknya. Foto yang dikirim Tyas membuat Billy tidak merasakan apa pun seperti selama ini dimana seakan perasaan tentang hal itu hilang dengan sendirinya, bayangan mengenai apa yang dilakukan wanita tersebut membuat Billy sedikit mual.“Kita ke ruangan Zee” tepukan pelan yang dilakukan Leo menyadarkan Billy dari lamunan dan mengikuti langkah Leo pelan.Billy hanya diam mengikuti langkah Leo karena tidak tahu berada dimana ruangan Zee, langkah Billy seketika terhenti saat melihat beberapa orang berada disekitar ruangan dan Leo tampak biasa saja. Billy menatap mereka dengan tatapan bertanya – tanya dan sepertinya akan mencari informasi pada Endi saat mereka bertemu nantinya, Billy menatap ranjang yang kosong dimana tampaknya Zee belum masuk ke dalam ruangan.“Angkat dan kalau memang penting kamu bisa pergi
Bima adalah sosok yang terkadang membuat Billy marah namun selalu dirindukan, Billy selalu iri pada Endi yang bisa dekat dengan Bima sedangkan tidak dengannya. Billy selalu mengira bahwa dirinya tidak diinginkan sama sekali tapi nyatanya Bima merasa kehilangan dengan tidak bersama dengannya.“Ayah nggak bisa berkata apa pun bahkan akses ke tempat kamu di tutup” Billy menatap tidak percaya “memang baru ini bisa itu pun mengancam Mili karena aku ingin merasakan kehadiranmu.”Perkataan Bima dengan ibunya sangat berbeda dan saat itu Billy selalu mempercayai semua perkataan Mili bukan Bima, tapi semua berubah saat Bima membantu sepenuh hati atas perusahaan kecil yang dibuatnya.“Semua keputusan ada di tangan kamu membela ibu kamu atau istrimu.”Billy menatap Bima saat mengatakan dengan pandangan lurus ke depan, ponselnya berbunyi kembali di mana nama Tyas membuat hatinya tidak menentu.“Ada apa dia menghubungimu
Tidak tahu akan kemana saat ini karena pikiran Billy sangat buntu, bahkan hanya diam disamping Bima yang sedang menyetir. Billy tidak menyangka bahwa Tyas yang pernah menemani dirinya saat lalu ternyata tidak sebaik yang dalam pikirannya dan malah melukai wanita yang telah mengandung anaknya.“Kita semua para pria kehilangan sesuatu berharga karena ibumu.”“Kenapa bisa ibu melakukan ini semua?”Bima mengangkat bahu “rasa iri pada Tania dan Tina yang menjadi penyebab utama terutama Tina ditambah ayah jatuh dalam pelukan wanita di keluarga itu” Billy mencibir perkataan Bima.“Andai ayah nggak tergoda atau wanita itu nggak menggoda ayah bisa jadi keluarga kita baik – baik saja.”Bima mengangkat bahu “bisa jadi juga sama karena ayah sendiri tidak tahan dengan semua yang ibumu lakukan” Billy mengalihkan pandangan “ibu kamu menganggap kesalahan menikah dengan ayah, kalau pun kita ber
Tatapan Billy mengarah pada Bima dengan beberapa orang yang tidak dikenalnya dan entah bagaimana caranya bisa tahu bahwa orang – orang ini adalah suruhan ibunya, memilih diam melihat apa yang akan dilakukan oleh Bima. “Jadi apa yang disuruh Mili?” “Kami...disuruh memastikan mereka kehilangan hal yang berharga.” “Maksudnya?” Pria yang menjawab menatap Billy takut “memastikan anak tersebut lenyap.” “Jangan membual kamu karena nggak mungkin ibu melakukan hal itu padaku” menatap tajam pada mereka membuat mereka menunduk “ini pasti akal – akalan ayah agar aku benci ibu.” “Kamu bisa tanya pada mereka dan kalau kamu teliti melihat video yang kami kirim pasti tahu siapa mereka” Billy terdiam memandang mereka satu per satu “hentikan ini semua karena kami bisa bertindak lebih jauh, kamu nggak lupa Nanda bukan?” “Mas Nanda?” Bima mengangguk “anda yang membunuh dia kan?” Bima tersenyum mendengar kata – kata tersebut “hal bodoh yang
Leo membiarkan Zee menangis sepuasnya, satu hal yang mereka rahasiakan dari Billy adalah kehamilan dimana bayi mereka baik – baik saja meski harus dipantau lebih dalam karena bisa saja Zee akan melahirkan di bulan berikutnya jika memang tidak memungkinkan, bahkan yang membuat Zee bingung adalah Billy yang tidak merasakan perutnya yang masih membesar saat tadi mereka berdekatan.“Sudah lebih baik?” mengangguk pelan “lantas apa rencanamu?”“Aku sudah pernah bilang ke Endi, kamu, Mas Boy dan Mas Gerald” menatap Leo malas “aku hanya ingin tahu sejauh mana Billy melangkah, bukan aku meminta dia memilih hanya saja apa yang ibunya lakukan sudah masuk dalam tindak kriminal.”“Apa pun itu pasti kami dukung.”“Mami dimana kok nggak terlihat?”“Mami pulang karena Anggi lagi rewel.”“Hamil muda ya begitu nanti kamu juga akan sama merasakan, bagaimana sama itu
Kedua orang beda jenis kelamin tersebut masih diam membisu dan tidak ada tanda – tanda membuka suara sama sekali, melihat merek berdua membuat semua lelah termasuk Boy dan Gerald.“Bawa mereka ke kantor polisi dan kalian harus hati – hati karena apa yang kita hadapi sangat licik” Boy menatap pengawal dengan datar “nanti aku akan menyusul setelah membuat laporan pada pihak rumah sakit bersama satpam.”“Aku yang akan menemani mereka” Boy menatap Gerald dan hanya mengangguk pelan.Zee hanya diam saat melihat mereka semua keluar dari ruangan, tanpa menyadari Boy melangkah kearah dirinya dengan memegang kepalanya yang membuat Zee terkejut.“Aku nggak papa tapi tidak dengan Leo” mengarahkan pandangan ke arah Leo yang penuh luka di lengan.“Penjaga yang kuat sekali pun nggak mengubah semuanya” menatap lesu pada Zee “bagaimana dengan Billy?”Zee mengangkat bahu &ldqu
Pelukan Wijaya membuat Zee menangis keras ditambah tepukan pelan pada punggungnya semakin air matanya keluar deras, perasaan bersalah menghampiri dirinya saat memutuskan menikah dengan Billy. Pria yang membenci dirinya dan dengan sengaja menjebak untuk hubungan lebih dalam sebelum menikah, masuk ke dalam jebakan hingga membuat Zee tanpa sadar mencintai pria tersebut meski beberapa kali menolaknya.“Cinta nggak bisa memilih pada siapa seperti papi ke mami, meski usia papi tidak muda lagi saat bertemu mami tetap saja mami kamu bisa mencintai papi sedalam ini begitu juga sebaliknya” menghapus air mata Zee yang berada di pipi “sekarang tinggal lihat bagaimana Billy bersikap, hati kamu sama seperti mami hanya saja tetap harus mendapatkan pelajaran.”Zee mengangguk pelan “bagaimana dengan Anggi?”“Pastinya keguguran tapi tenang saja papi yakin pasti nanti akan dapat bayi kembar sama seperti Via” mereka berdua saling mema
Menatap keluarga kecil dimana Zee baru melahirkan anak mereka beberapa bulan lalu, Zee sedang menyusui putra pertama mereka yang bernama Althan dengan menggunakan botol karena mereka kedatangan dua orang tidak penting yaitu Leo dan Endi. Mereka berdua memutuskan untuk membeli rumah yang tidak jauh dari orang tua Zee, Billy sudah mengubah panggilan pada Bima dengan sebutan mas.“Kalau suka itu bilang bukan diam aja” Billy menatap Zee dan Endi bergantian “adik kamu ini suka sama Tere.”“Tere” Zee mengangguk “kamu pedofil?”Bantal melayang mengenai wajah Billy dimana pelakunya adalah Endi sedangkan Leo dan Zee tertawa melihat apa yang Endi lakukan.“Udah lewat tujuh belas tahun dan jarak kita nggak jauh – jauh amat.”“Wajah Tere keliatan anak kecil jadi tetap aja kamu pedofil” Leo memberikan kata – kata godaan membuat Endi menatap tajam.“Tapi memang orang
Billy menatap gudukan tanah yang ada dihadapannya dimana sebagai tempat terakhir wanita yang melahirkannya, tidak ada dalam bayangannya jika Mili akan berlalu begitu cepat bahkan depan kedua matanya. Billy berada di pemakaman bersama Wijaya, Bima, Endi dan Tian serta Pandu. Billy sendiri belum bicara panjang lebar pada Wijaya mengenai masalahnya bahkan beberapa kali mantan suami Tyas ingin bertemu dengannya belum juga bisa terlaksana sama sekali.Proses pemakaman berlangsung cepat dimana Endi benar – benar mengurus semuanya bersama dengan Leo dan Rifat, Billy sendiri menghabiskan waktu dengan memeluk Zee di ranjang sambil membelai perutnya dan mengucapkan banyak kata syukur pada Tuhan.“Ayo kita pulang” tepukan pelan di bahu membuat Billy beranjak meninggalkan tempat Mili terakhir.Perjalanan ke rumah dengan menggunakan satu mobil karena mereka memang malas untuk menggunakan mobil masing – masing, Pandu yang menyetir di depan dengan Tian
Rencana berubah total dimana langsung membawa Mili ke rumah sakit dan orang – orangnya langsung diamankan oleh polisi, Billy memandang Mili yang banyak mengeluarkan darah pada kepalanya. Dokter yang datang mengatakan jika peluru tidak terlalu dalam masuknya tapi bukan jaminan jika akan selamat, Billy hanya terdiam disamping Mili sambil menatap penuh dengan kesedihan.“Kamu harus ikhlas jika sesuatu terjadi pada dia.”Billy mengangguk pelan mendengar perkataan dari Bima, menatap ruang operasi yang baru saja tadi dimasuki Mili. Billy terdiam dengan menundukkan kepalanya dimana tidak menyangka sama sekali jika sang ibu yang dicintainya akan berbuat sejauh ini, perasaan bersalah memenuhi dirinya dimana tidak bisa mencegah semuanya.“Tyas sudah meninggal.”Billy menatap Bima dengan tidak percaya “apa benar Tyas dibunuh?”“Menurut keterangan mereka ya tapi bukan salah satu dari kami atau orang yang menjaga
Perkataan Billy membuat Mili terkejut namun seketika tertawa, Billy menatap sang ibu dengan tatapan yang tidak mempercayai semuanya dan saat menatap Bima dimana tampak biasa saja dengan apa yang Mili lakukan.“Kamu nggak akan setega itu melakukannya pada ibu kamu sendiri” menatap santai pada Billy “kamu hebat bisa membuat dia bersandiwara seperti ini” mengalihkan pandangan pada Bima dengan tatapan mengejek.“Terserah, sekarang apa yang akan kamu lakukan padaku?”“Jebakan murahan” sindir Mili menatap remeh pada Bima “kamu nggak lupa kan siapa orang tuaku?”“Kamu sendiri tidak lupa bukan siapa mertuaku dan peran mertuaku pada orang tuamu?”“Tutup mulutmu saat mengatakan hal itu, kalau bukan karena pria itu orang tuaku akan tetap hidup sampai saat ini.”“Kamu yang membuat masalah dengannya jadi apa harus diam?” Bima memandang Mili dengan sedikit wasp
Semua menatap tidak percaya dengan apa yang Rifat katakan, Zee yang mendengar itu seketika menjadi pucat dan takut hal buruk terjadi. Sentuhan di tangannya membuat Zee menatap sang sumber dimana memberikan senyuman yang sangat menenangkan, memilih untuk diam dengan menarik serta menghembuskan nafas secara perlahan.Pihak rumah sakit sudah diberitahukan untuk tidak ada yang masuk ke dalam ruangan kecuali dengan panggilan salah satu diantara mereka, jika sampai pihak rumah sakit masuk tanpa panggilan Wijaya akan menuntut secara hukum. Zee tahu jika saat ini sangat aman bersama dengan keluarganya, memilih duduk dekat Tania dengan memeluknya erat diimbangi dengan sentuhan pada rambutnya.“Maafkan aku, mi.”“Nggak perlu minta maaf karena meski kamu nggak melakukan ini pasti suatu saat akan terjadi” belaian lembut di rambut membuat Zee lamgsung mengantuk “alasan kita setuju dengan semua rencana kamu adalah menyelamatkan Billy dimana
Semua Mata memandang pintu yang terbuka dimana tampak Tari dan Via beserta yang lain masuk ke dalam ruangan Zee membuat mereka saling memandang satu sama lain, mereka mengelilingi Zee dengan memberikan pelukan singkat secara bergantian.“Tama kamu sama mama di ruangan mami dan papi temani Rey. Papa akan disini sama Tari dan Jimmy” menatap Tama yang mengangguk pelan “Mbak Via mau di sini atau tempat papi?”“Bagaimana kalau semua berkumpul di tempat Anggi?” mereka semua menatap Zee “atau berkumpul dalam satu tempat jadi biarkan penjaga ada di tempat masing – masing, strategi mengalihkan perhatian.”Semua saling menatap satu sama lain seakan apa yang dikatakan Zee adalah benar adanya, akan lebih baik jika mereka berada dalam satu ruangan yang sama sehingga mudah untuk menghentikan gerakan mereka semua.“Keadaan siapa yang sudah jauh lebih baik?” Tian menatap Leo yang mengangkat bahu.&l
Pelukan Wijaya membuat Zee menangis keras ditambah tepukan pelan pada punggungnya semakin air matanya keluar deras, perasaan bersalah menghampiri dirinya saat memutuskan menikah dengan Billy. Pria yang membenci dirinya dan dengan sengaja menjebak untuk hubungan lebih dalam sebelum menikah, masuk ke dalam jebakan hingga membuat Zee tanpa sadar mencintai pria tersebut meski beberapa kali menolaknya.“Cinta nggak bisa memilih pada siapa seperti papi ke mami, meski usia papi tidak muda lagi saat bertemu mami tetap saja mami kamu bisa mencintai papi sedalam ini begitu juga sebaliknya” menghapus air mata Zee yang berada di pipi “sekarang tinggal lihat bagaimana Billy bersikap, hati kamu sama seperti mami hanya saja tetap harus mendapatkan pelajaran.”Zee mengangguk pelan “bagaimana dengan Anggi?”“Pastinya keguguran tapi tenang saja papi yakin pasti nanti akan dapat bayi kembar sama seperti Via” mereka berdua saling mema
Kedua orang beda jenis kelamin tersebut masih diam membisu dan tidak ada tanda – tanda membuka suara sama sekali, melihat merek berdua membuat semua lelah termasuk Boy dan Gerald.“Bawa mereka ke kantor polisi dan kalian harus hati – hati karena apa yang kita hadapi sangat licik” Boy menatap pengawal dengan datar “nanti aku akan menyusul setelah membuat laporan pada pihak rumah sakit bersama satpam.”“Aku yang akan menemani mereka” Boy menatap Gerald dan hanya mengangguk pelan.Zee hanya diam saat melihat mereka semua keluar dari ruangan, tanpa menyadari Boy melangkah kearah dirinya dengan memegang kepalanya yang membuat Zee terkejut.“Aku nggak papa tapi tidak dengan Leo” mengarahkan pandangan ke arah Leo yang penuh luka di lengan.“Penjaga yang kuat sekali pun nggak mengubah semuanya” menatap lesu pada Zee “bagaimana dengan Billy?”Zee mengangkat bahu &ldqu
Leo membiarkan Zee menangis sepuasnya, satu hal yang mereka rahasiakan dari Billy adalah kehamilan dimana bayi mereka baik – baik saja meski harus dipantau lebih dalam karena bisa saja Zee akan melahirkan di bulan berikutnya jika memang tidak memungkinkan, bahkan yang membuat Zee bingung adalah Billy yang tidak merasakan perutnya yang masih membesar saat tadi mereka berdekatan.“Sudah lebih baik?” mengangguk pelan “lantas apa rencanamu?”“Aku sudah pernah bilang ke Endi, kamu, Mas Boy dan Mas Gerald” menatap Leo malas “aku hanya ingin tahu sejauh mana Billy melangkah, bukan aku meminta dia memilih hanya saja apa yang ibunya lakukan sudah masuk dalam tindak kriminal.”“Apa pun itu pasti kami dukung.”“Mami dimana kok nggak terlihat?”“Mami pulang karena Anggi lagi rewel.”“Hamil muda ya begitu nanti kamu juga akan sama merasakan, bagaimana sama itu