Bab 5

Seperti yang kuduga, Christian memang setidaknya seratus kali lebih kuat dari pacarku.

Setelah selesai, sebelum langit mulai terang, aku mendesak Christian untuk segera pulang dan berhati-hati agar tidak ketahuan.

Setelah mandi, aku berdiri di depan cermin dan memandangi tubuhku. Aku kembali memikirkan pacarku lagi, jika ketahuan olehnya...

Pada saat ini, nada dering khusus yang aku setel untuk pacarku berdering, menambah kegelisahan dalam pikiranku yang kacau.

“Tiara, kamu sudah bangun? Aku minum terlalu banyak kemarin dan tidak mengantarmu pulang, maaf ya, aku janji tidak akan minum sebanyak itu lagi...”

Dia banyak bicara dan setiap katanya penuh dengan cinta untukku.

Kalau dipikir-pikir lagi, dia baik sekali padaku, dia tidak hanya memberikan nilai emosional, biasanya dia juga membelikan hadiah untukku dan memenuhi permintaan-permintaanku yang tidak masuk akal.

Meskipun dia hanya seorang pelajar dan dalam keadaan tidak mempunyai penghasilan, dia akan bekerja paruh waktu ketika dia tidak ada kelas agar mendapatkan uang untuk membelikanku tas yang aku suka.

Tapi aku berselingkuh dengan orang lain di belakangnya... Rasa malu dan sakit di hatiku perlahan menyebar.

Waktu yang kulewati bersamanya adalah waktu yang paling riang dalam hidupku, seakan-akan aku kembali menjadi anak kecil lagi.

‘Tapi jika dia tahu tentang apa yang terjadi antara aku dan Christian, apakah dia akan meninggalkanku?’ Aku tidak berani berpikir lebih jauh. Rasanya seperti ada pisau yang menusuk-nusuk dadaku berkali-kali, menembus jantungku dan membuatnya berdarah. Air mata rasa bersalah membasahi pipiku.

Tidak, aku tidak boleh kehilangan dia hanya demi kesenangan sesaat, aku harus menyembuhkan penyakitnya!

“Sayang, ada apa denganmu? Kenapa kamu tidak bicara? Apa tenggorokanmu sakit? Apa kamu masuk angin? Ini semua salahku, aku mabuk kemarin, ini salahku!”

Aku menyeka air mata dari wajahku dan menjadi lebih bertekad dengan niatku.

“Sayang, aku baik-baik saja, jangan salahkan dirimu. Aku sudah memikirkannya dan memutuskan bahwa kita harus pergi ke rumah sakit dan menyembuhkanmu.”

Disisi lain terdengar senyuman manis dan menjawab, “Baiklah.”

Dia bilang akan pergi ke rumah sakit, tetapi kebetulan ada pertandingan penting dalam waktu dekat, jadi ketika ada waktu senggang Leo harus pergi ke aula pelatihan untuk berlatih dan dia berlatih selama beberapa bulan berturut-turut.

Aku sering pergi mengantarkan makan siang untuknya dan tidak dapat dihindari aku akan bertemu Christian.

Setelah hari itu, Christian sesekali mengirimiku pesan, tetapi aku tidak ingin lagi berhubungan dengannya. Ketika bertemu secara kebetulan, kami hanya mengangguk sopan, seolah-olah apa yang terjadi hari itu tidak pernah terjadi.

Setelah ditolak beberapa kali, Christian berhenti berinisiatif dan kami kembali menjadi orang asing lagi.

Menunggu hingga ada waktu untuk pergi ke rumah sakit, itu sudah di pertengahan Oktober.

Aku berniat melakukan pemeriksaan menyeluruh untuk pacarku, termasuk penyakit berat maupun ringan, lalu aku juga sekalian ikut diperiksa bersamanya.

Sebelumnya, Leo menghindari topik ini, karena pria pasti peduli dengan harga dirinya. Tapi dia tidak tahan dengan nasehatku dan akhirnya setuju.

Aku menemaninya untuk konsultasi dan dokter mengatakan itu bukan masalah besar. Dia meresepkan beberapa obat untuk melihat hasilnya, yang terpenting adalah menjaga pola hidup dan mentalitas yang sehat.

Setelah mendengar kata-kata itu, hatiku akhirnya menjadi tenang, aku memegang tangannya erat-erat, mataku berbinar-binar karena rasa gembira.

Hasil pemeriksaan fisiknya keluar sebelum punyaku, semuanya tampak normal, tetapi hasil pemeriksaan fisikku belum kunjung keluar, saat itu juga sudah waktunya jam pulang kerja di rumah sakit, jadi kami harus pulang terlebih dahulu dan mendapatkan hasil pemeriksaan fisikku keesokan harinya.

Keesokan harinya, banyak kesibukan di sekolah dan aku hampir lupa dengan hal ini, sampai ketika sebuah panggilan dari nomor tidak dikenal tiba-tiba masuk.

Suara wanita yang formal terdengar dari ujung telepon, “Halo, apakah ini Nona Tiara?”