Ryan berdiri membeku karena terkejut ketika berbagai emosi melintas di benaknya. Dia tergagap ketika dia berjuang untuk memproses informasi bersama dengan ketidakpercayaan. "Kau … Tapi kau terlihat sangat muda! Apa kau baru saja bilang kau sudah menikah?""Um, permisi, bisakah kau minggir?" Sabrina bisa merasakan tatapan dingin yang datang dari dalam limosin hitam seolah-olah pria itu berdiri tepat di depannya.Ryan dengan gigih berdiri di depannya. "Sabrina, apa suamimu memperlakukanmu sepantasnya? Kau pasti telah ditipu dalam pernikahan ini, bukan? Kenapa juga kau menikah pada usia dini?""Maaf, Tuan Ryan, tapi tolong minggirlah" Dan dengan begitu, Sabrina mendorongnya ke samping sebelum melangkah pergi."Sabrina!" Ryan berteriak dari belakangnya, "Meski pun kau benar-benar sudah menikah, kau masih punya kebebasan untuk berteman sesukamu!"Jika bukan karena Sebastian yang menunggunya, Sabrina akan berhenti untuk bertanya pada Ryan, apa yang membuatnya tertarik? Apakah karena
Kenapa kau terus membahasnya? pikirnya.Semakin Kingston berpikir, semakin panik juga Sabrina. Beruntung baginya, meskipun Kingston dipekerjakan oleh Sebastian, dia cenderung lebih mendukung Sabrina dan langsung masuk ke percakapan dengan menjelaskan, "Nyonya Ford, aku yakin Tuan Sebastian memang bertanya apa kau senggang selama akhir pekan. Jika demikian, dia ingin membawamu ke sekolah mengemudi untuk melatih mu.""Oh ..." Jadi dia tidak perlu menanyakan apa pun tentang Ryan? Itu yang terbaik, karena dia tidak pernah membicarakan apapun tentang Ryan sejak awal."Besok hari istirahat ku," jawabnya sambil menatap Sebastian.Sebastian tidak menanggapinnya dan tidak ada ekspresi apa pun. Sabrina tidak tahu apa yang dipikirkan pria itu sekalipun hidupnya bergantung padanya, dan memutuskan untuk tetap diam juga. Baru setelah mereka menjemput Aino dari taman kanak-kanak, mobil itu sekali lagi dipenuhi dengan tawa."Bu," kata Aino begitu dia berada di dalam mobil. "Ibunya Susan mengi
Sabrina segera menyadari bahwa dia telah meremehkan seberapa cepat alur pikirannya saat dia digiring ke kamar tidur. Mereka telah membahas Ryan Poole di mobil sepulang kerja dan itu dengan cepat berubah menjadi diskusi apakah dia punya waktu senggang selama akhir pekan; mereka hanya membicarakan tentang bertukar kontak dan pikiran pria itu tampaknya telah ditelusuri kembali ke jalan pikirannya semula segera setelah dia membanting pintu kamar di belakangnya."Apa priamu ini lebih baik daripada Ryan Poole?" Dia bertanya."... Aku tidak tahu." Sabrina bahkan hampir tidak mengenal Ryan secara langsung, bagaimana caranya dia menilai apakah dia lebih baik atau tidak?"Kau tidak tahu?" dia menyeringai dan melanjutkan, "Baiklah, kalau begitu kau harus dihukum!""Kau ... Kau lebih baik darinya.""Dan siapa aku?" dia bertanya tanpa henti."Suami … Suamiku lebih baik dari Ryan Poole … Seratus kali lebih baik," dia menyerah dan bergumam.Pikiran terakhir yang memenuhi Sabrina tepat sebelum
”Di mana Aino, Bibi Lewis?” Sabrina bergegas ke dapur untuk mencari Bibi Lewis yang sedang membuat masakan semur.“Nyonya Ford, kenapa kau tidak tidur lebih lama?” Bibi Lewis tersenyum dengan lembut ke arah Sabrina dan menjelaskan, “Asisten Yates membawa putri kecil dengannya pagi ini atas perintah Tuan Sebastian. Dia bilang akan membawa putri kecil ke taman bermain. Putri kecil sangat bersemangat saat dia pergi tadi, dan dia secara khusus meminta kalau tidak ada satu orang pun yang boleh mengganggu tidur ibunya.”“Oh ... Terima kasih, Bibi Lewis.” Sabrina menyeringai dengan lega. Kata-kata Bibi Lewis mengingatkannya kalau Kingson sepertinya pernah mengatakan kalau Sebastian akan membawanya untuk belajar mengemudi, yang artinya, Aino tidak bisa ikut. Terlepas dari itu, dia merasa tenang karena Kingston-lah yang menjaga Aino.Setelah makan, Sebastian membawa Sabrina ke sekolah mengemudi yang sebelumnya mereka datangi. Sebelumnya mereka tiba di sana menjelang senja, sedangkan kali ini
Sabrina menoleh dan menatap Sebastian dengan mata terbelalak.Ekspresi dingin Sebastian tetap tidak tergoyahkan. “Tidak ada cara lain mengambil pelajaran mengemudi untuk seseorang yang mengerikan sepertimu, ‘kan? Pelajaran mengemudi saja bisa membuatmu berteriak sekuat tenaga, apa kau bisa bertanggung jawab jika akhirnya kau menabrak seseorang atau menakuti orang-orang yang berada di sekitarmu? Hidupmu mungkin memang tidak terlalu berharga, tapi putriku tidak boleh tidak punya ibu!” Sabrina tahu pria itu kejam tapi dia tidak pernah menyangka dia sejahat ini. Dia berhenti berdebat karena tahu tidak akan menang melawan pria itu, dan langsung mengganti topik pembicaraan. “Jadi... pelatih mana yang akan melatihku?”“Aku!” kata Sebastian sambil mendengus.Sekali lagi, Sabrina tidak bisa berkata-kata saat diam-diam menilai pria di depannya, sambil berpikir, ‘Pria ini punya sangat banyak uang sampai dia bisa mengeluarkan dua puluh juta hanya untuk melakukan sesuatu sendiri, apa yang sala
Pakaian yang dia kenakan membuatnya terlihat seperti remaja lugu yang sudah dikurung di menara sepanjang hidupnya dan baru saja mengenal dunia. Sabrina tertawa sinis dengan pikirannya sendiri, siapa yang melengkapi diri mereka sendiri sedemikian rupa?“Sabrina,” dia memarahi dirinya sendiri, “Kau tidak bisa membiarkan dirimu tenggelam lebih lama lagi. Lihat dirimu, kau sudah melupakan segalanya tentang Zayn, di mana dia sekarang? Apa dia baik-baik saja?”Ekspresi Sabrina berubah jadi muram saat memikirkan Zayn. Dia tidak mau memikirkan Nigel, terutama saat dia disebut perusak rumah tangga berulang kali oleh Ruth Mann di kantor. Tapi saat itu, dia putus asa untuk bertemu Nigel dan bertanya padanya mengenai keberadaan Zayn. Lagipula, Nigel sudah berjanji untuk mencari Zayn.Dengan berat hati, Sabrina keluar dari dalam toilet. Dia tidak melihat Sebastian menunggu, tapi mendengar suara dingin pria itu datang dari belakangnya.“Aku harap demi keselamatanmu kau tidak sedang memikirkan pr
Wanita yang melihat Sabrina adalah salah satu staf perusahaan tempatnya bekerja, admin departemen Sumber Daya Manusia bernama Windy Sand. Windy cukup dekat dengan Linda di kantor.“Kau tahu wanita itu?” tanya kekasih Windy.“Desainer baru di kantor kami. Dia langsung mendapat promosi padahal baru bergabung selama dua minggu,” jawab Windy, iri dan benci memenuhi suaranya.“Sepertinya dia bukan wanita biasa.” Nada suara kekasih Windy terdengar apa adanya. “Kalau tidak dia tidak mungkin bisa membuat tempat ini kosong hanya agar dia bisa belajar mengemudi.”“Ha! Dia tidak se-spesial itu! Dia hanya beruntung karena Tuan Ryan tertarik padanya, yang membuatnya tidak biasa! Tapi ... Sepertinya bukan Tuan Ryan yang mengajarinya mengemudi, Tuan Ryan tidak setinggi itu.” Jarak membuat Windy kesulitan untuk melihat wajah Sebastian, tapi dia tidak akan bisa mengenali pria itu bahkan jika dia bisa melihatnya karena Windy belum pernah bertemu dengan Sebastian sebelumnya. Satu-satunya kesan yang d
”Tentu saja,” Sebastian mengangguk tanpa ragu-ragu. Dia bisa tahu kalau Sabrina merasa lelah jadi dia bersedia mengikuti keinginan wanita itu untuk pulang.Mereka sampai di rumah jam dua siang, namun, Sabrina tidak disambut oleh semur panas buatan Bibi Lewis seperti yang dia bayangkan. Biasanya Bibi Lewis sedang membersihkan rumah pada siang hari, tapi dia tidak dapat ditemukan di mana pun.Mereka langsung menelepon Bibi Lewis, baru mereka tahu kalau wanita itu berada di taman bermain dengan putri kecil mereka, Aino.“Tuan Sebastian ...” Bibi Lewis terkejut saat dia ditelepon oleh Sebastian dan menjelaskan dengan hati-hati, “Aku ... Aku tidak tahu kalian akan pulang untuk makan siang. Kau ... Kau tidak bilang apa-apa. Asisten Yates sangat yakin kalau kau dan Nyonya Ford tidak akan pulang untuk makan siang, jadi dia menyuruhku untuk menyusulnya dan menemani putri kecil. Dia bilang harus ada wanita di sini untuk menemani putri kecil kapan pun dia ingin pergi ke kamar kecil.”“Tidak a