Yumna duduk sendirian di kamarnya, air mata mengalir deras di pipinya. Perasaan sedih dan kecewa membanjiri hatinya. Dia merasa terluka oleh kejadian yang mengecewakan di sekolah Aurora tadi. Aurora sudah dijemput oleh Farez tanpa sepengetahuannya, membuatnya merasa terbuang dan terlupakan.Dalam keputusasaan dan kesedihan, Yumna mengambil keputusan sulit. Dia menghapus air mata yang masih mengalir, mengambil tasnya, dan dengan langkah lemah kembali ke toko bunga tempat dia bekerja.Sesampainya di toko, dia mencoba mengumpulkan kekuatan dan menenangkan diri. Dia tahu bahwa dia harus tetap melanjutkan hidupnya dan fokus pada pekerjaannya. Meskipun hatinya hancur, dia tidak ingin mengabaikan tanggung jawabnya dan menghancurkan apa yang telah dia bangun selama ini.Yumna membuka pintu toko bunga dengan hati yang berat. Dia merasa sesak di dadanya, tetapi berusaha menunjukkan senyuman kepada pelanggan yang datang. Dia mengatur bunga-bunga dengan penuh perhatian dan keahlian, menciptakan k
Farez berdiri di depan rumah sederhana Yumna, matanya melintasi bangunan yang hanya seukuran bagasi mobilnya. Rumah itu tidak besar, namun di dalamnya ada kehangatan dan kebahagiaan yang tak tergantikan.Dia merasakan campuran perasaan antara haru dan rasa bersalah. Sebagai seorang ayah, dia ingin memberikan Aurora kehidupan yang lebih baik. Namun, saat ini, dia menyadari bahwa kebahagiaan Aurora bukan terletak pada materi atau ukuran rumah.Farez menghela nafas dalam-dalam, mengumpulkan keberanian dalam dirinya. Dia menggenggam tangan Aurora erat-erat, memberikan dukungan dan kekuatan pada putrinya yang masih kecil itu. Bersama-sama, mereka melangkah ke pintu depan rumah, memasuki tempat yang sekarang akan menjadi rumah mereka.Yumna membuka pintu dengan hati yang penuh harap. Ketika melihat Farez dan Aurora berdiri di hadapannya, tangis bahagia tak terbendung langsung mengalir dari matanya. Dia memeluk Aurora erat-erat, mencium pipinya dengan penuh kasih sayang.Air mata yang jatuh
Setelah selesai memandikan Aurora, Yumna duduk di samping putrinya yang masih segar mandi. Wajahnya yang masih basah dari tetesan air menunjukkan kelembutan dan kehangatan seorang ibu. Yumna tersenyum penuh cinta saat melihat Aurora yang duduk di depannya."Sayang, apa yang kamu lakukan bersama ayahmu siang tadi?" tanya Yumna dengan lembut, mencoba untuk menciptakan kehangatan dalam percakapan mereka.Aurora yang masih kecil itu mengangkat bahunya dengan wajah polos. Matanya yang cerah memancarkan kegembiraan."Kami pergi ke pantai, Mama!" jawab Aurora dengan riang. "Ayah mengajakku bermain pasir dan kami berjalan-jalan di sepanjang pantai. Ayah juga membelikan aku es krim!"Mendengar cerita Aurora, Yumna merasa campuran emosi. Di satu sisi, dia merasa senang melihat putrinya yang begitu ceria dan bahagia bersama ayahnya. Namun di sisi lain, ada kepedihan dalam hatinya karena peristiwa yang baru saja terjadi.Yumna mengusap lembut rambut Aurora sambil mencoba mengendalikan emosinya. D
Setelah melewati masa yang sulit dan penuh perjuangan, Yumna kembali bekerja di toko bunga dengan semangat yang baru. Dia melayani pelanggan dengan senyuman hangat dan keahlian yang dimilikinya dalam merangkai bunga. Setiap hari, dia dengan telaten dan penuh dedikasi menciptakan kreasi bunga yang indah dan memikat.Meskipun hatinya masih terasa terluka dan terombang-ambing oleh peristiwa yang terjadi, Yumna menemukan penghiburan dan ketenangan di dalam pekerjaannya. Melihat kebahagiaan dan kepuasan pelanggan yang datang memilih bunga-bunga cantik dari tokonya, memberinya kebanggaan dan kepuasan tersendiri.Yumna memberikan perhatian dan kasih sayang kepada setiap pelanggan yang datang. Dia mendengarkan dengan penuh perhatian keinginan dan harapan mereka, berusaha memahami makna di balik setiap pesan yang hendak mereka sampaikan melalui bunga-bunga yang mereka pilih."Selamat pagi! Saya ingin memesan rangkaian bunga untuk ulang tahun ibu saya. Bisakah Anda membantu?""Selamat pagi! Ten
Tiba-tiba, Yumna merasa sedikit terkejut ketika melihat kedatangan orang tua Farez yang datang ke toko bunga. Mereka terlihat serius dan penuh perhatian saat mendekati Yumna. Dengan hormat, orang tua Farez meminta Yumna untuk meluangkan waktu sejenak untuk berbicara dengan mereka.Yumna merasa bingung namun tetap menjawab dengan sopan, "Tentu, Pak dan Bu. Silakan duduk." Ia memimpin mereka ke area duduk yang nyaman di dekat meja kasir toko bunga. Pikirannya mulai dipenuhi dengan pertanyaan tentang alasan kedatangan orang tua Farez dan apa yang ingin mereka sampaikan.Orang tua Farez duduk dengan tenang, wajah mereka tampak penuh kehangatan dan kelembutan. Mereka memandang Yumna dengan penuh perhatian seakan ingin memastikan bahwa Yumna merasa nyaman dalam situasi ini. Setelah beberapa saat, ibu Farez memulai pembicaraan dengan suara lembut, "Yumna, kami ingin berbicara denganmu tentang Farez dan Aurora."Yumna menganggukkan kepala dengan perasaan campur aduk. Ia tidak tahu apa yang ak
Kantor Farez dipenuhi dengan kegiatan yang sibuk dan dinamis. Suasana yang terasa profesional namun tetap ramah dan penuh semangat. Para karyawan sibuk bergerak kesana-kemari, mengatur jadwal, berkomunikasi dengan pelanggan, dan menyelesaikan tugas-tugas mereka dengan cermat.Di ruangannya, Farez duduk di meja kerjanya yang rapi. Ponselnya terletak di sampingnya, tetapi ia lebih memilih fokus pada pekerjaannya. Pemandangan dari jendela menghadirkan pemandangan perkotaan yang aktif, dengan gedung-gedung tinggi dan lalu lintas yang sibuk di bawahnya.Suara-suara ringan keyboard yang diketik, suara percakapan dari ruang rapat, dan kadang-kadang tawa kecil dari para karyawan menciptakan harmoni di kantor tersebut. Timnya bekerja secara efisien, saling membantu, dan berkolaborasi untuk mencapai tujuan perusahaan.Di tengah kesibukan tersebut, Farez menjaga kehadiran yang profesional dan tegar. Dia berinteraksi dengan stafnya dengan sikap yang ramah namun tegas, memberikan arahan dan motiva
Yumna duduk di depan cermin dengan riasan ringan di wajahnya, sementara Aurora berlarian riang di sekitarnya. Hari ini adalah hari yang istimewa, karena Aurora akan tampil dalam pentas seni di sekolahnya. Yumna memilih busana yang indah untuk dirinya sendiri, menginginkan penampilan yang sopan dan mendukung putrinya. Dia memastikan bahwa rambutnya terikat rapi dan mengenakan perhiasan sederhana yang memberikan sentuhan elegan.Sambil mempersiapkan diri, Yumna tak bisa menahan kebanggaan dalam dirinya. Ini adalah momen penting bagi Aurora, dan dia ingin memberikan dukungan penuh. Meskipun masih ada luka dalam hatinya, dia tahu bahwa Aurora tidak harus menderita akibat situasi yang tidak terduga dalam kehidupan mereka."Aurora, sayang, kamu siap untuk pentas seni?" tanya Yumna dengan senyuman hangat. Aurora yang berdiri di dekatnya, mengangguk dengan antusias dan memperlihatkan senyum cerahnya."Mama, aku sangat senang!" jawab Aurora dengan penuh semangat. "Aku akan tampil di depan semu
Yumna tersenyum cerah. "Hebat sekali pentasan Aurora tadi, kan? Dia benar-benar tampil dengan baik!"Rizky tersenyum bangga. "Iya, Aurora memang luar biasa. Aku begitu kagum dengan bakatnya."Aurora tertawa riang. "Terima kasih, Mama dan Rizky! Aku senang kamu berdua datang menonton."Yumna mengusap lembut kepala Aurora. "Tentu saja, Nak. Kamu sudah bekerja keras untuk pentasan itu. Sebagai hadiah, bagaimana kalau kita pergi ke kedai es krim favoritmu?"Aurora dengan mata berbinar. "Beneran, Mama? Kedai es krim tempat kita selalu makan es krim lezat?""Ya, tepat sekali. Kita bisa merayakan kesuksesanmu di sana. Apa pendapatmu, Rizky?"Rizky tersenyum. "Tentu saja! Aku sangat setuju. Mari kita pergi bersama-sama dan menikmati es krim kesukaan kita."Mereka bertiga berjalan menuju kedai es krim dengan gembira. Hati Yumna penuh rasa syukur karena Aurora telah berhasil memukau semua orang dengan bakatnya, dan Rizky, yang selalu ada di samping mereka, memberikan dukungan dan kehangatan yan